Kel. 5 Fiqih Muamalat (Windy&Alung)
Kel. 5 Fiqih Muamalat (Windy&Alung)
Gadai (Rahn)
kelompok 5
Alung (2032008)
Windy Ferdiya Sari (2032009)
PENGERTIAN GADAI (RAHN)
Secara bahasa rahn atau gadai berasal
dari kata ats-tsubut ()ا لثبوت yang
berarti tetap dan ad-dawam ( )ا لدوامyang
berarti terus menerus. Sehingga air
yang diam tidak mengalir dikatakan
sebagai Maun Rahin ()ماءراهن.
Secara bahasa, rahn juga bermakna
al-habs ()اــلحبس yang bermakna
memenjara atau menahan sesuatu.
Pengertian rahn juga terdapat dalam
firman Allah SWT :
ٍ ُكلُّ نَ ْف
ْ َس بِ َما َك َسب
ت َر ِه ْينَة
1. Ar-Rahin
Orang atau pihak yang menggadaikan barang,
yang berarti juga dia adalah orang yang
meminjam uang dengan jaminan barang tersebut.
Dia disebut ar-rahin ()اـ ّلرـاـهن.
2. Al-Murtahin
Sedangkan orang atau pihak yang menerima
barang yang digadaikan, yang dalam hal
ini juga berarti dia adalah orang yang
meminjamkan uangnya kepada ar-rahin,
disebut sebagai al- murtahin ()اــلمرتـهن.
3. Al-Marhun atau Ar-Rahn
Sedangkan benda atau barang yang digadaikan
atau dijadikan sebagai jaminan disebut dengan
al-marhun atau ar-rahn (اـ ّلرـهن-)اــلمرهون.
4. Al-Marhun bihi
Al-marhun bihi adalah uang dipinjamkan
lantaran ada barang yang digadaikan.
5. Al-'Aqd
Al-Aqdu ( )اــلعقدadalah yaitu akad atau
kesepakatan untuk melakukan transaksi rahn.
RUKUN GADAI
1. Adanya Lafaz
Lafadz adalah pernyataan adanya perjanjian
gadai. Lafaz dapat saja dilakukan secara
tertulis maupun lisan, yang penting
didalamnya terkandung maksud adanya
perjanjian gadai diantara para pihak.
2. Adanya pemberi dan penerima gadai.
Pemberi dan penerima gadai haruslah orang yang
berakal dan balig sehingga dapat dianggap
cakap untuk melakukan suatu perbuatan hukum
sesuai dengan ketentuan syari’at Islam.
3. Adanya barang yang digadaikan.
Barang yang digadaikan harus ada pada saat
dilakukan perjanjian gadai dan barang itu
adalah milik si pemberi gadai, barang
gadaian itu kemudian berada dibawah
pengasaan penerima gadai.
4. Adanya Hutang
Hutang yang terjadi haruslah bersifat tetap,
tidak berubah dengan tambahan bunga atau
mengandung unsur riba.
SYARAT GADAI
Ketentuan Barang yang Digadai
1c
3
Akad Pembiayaan
Murtahin Rahin
Bank Nasabah
Utang + Mark Up
4
1a
Marhum
Jaminan
1b Titipan/Gadai Pembiayan
Skema tersebut menggambarkan hubungan antara nasabah dan
pegadaian
dalam operasionalnya, sebagai berikut:
1. Nasabah menjaminkan barang kepada pegadaian syariah
untuk mendapatkan pembiayaan. Kemudian pegadaian menaksir
barang jaminan untuk dijadikan dasar dalam memberikan
pembiayaan.
2. Pegadaian syariah dan nasabah melakukan akad gadai.
3. Pegadaian syariah menerima biaya gadai.
4. Nasabah menebus barang yang digadaikan setelah jatuh
tempo.
PEMANFAATAN BARANG GADAI
Diantara para ulama terdapat dua pendapat. Jumhur
ulama selain Syafi'iyah melarang ar-rahin untuk
memanfaatkan barang gadai, sedangkan Syafi'iyah
membolehkan hal tersebut selama tidak memudharatkan
al-murtahin.
1. Ualama Hanafiyah berpendapat bahwa
ar-rahin tidak boleh memanfaatkan
barang gadai tanpa seizin al-murtahin,
begitu pula al-murtahin tidak boleh
memanfaatkannya tanpa seizin ar-rahin.
2. Ulama Syafi'iyah berpendapat bahwa ar-
rahin dibolehkan untuk memanfaatkan barang
gadai. Jika itu tidak menyebabkan barang
gadai itu berkurang, tidak perlu meminta izin
kepada al-murtahin, seperti mengendarainya
atau menempatinya. Tapi apabila menyebabkan
berkurangnya barang gadai seperti mengolah
sawah, berkebun, maka ar-rahin harus meminta
izin kepada al-murtahin.
Jumhur ulama yg berpendapat tentang pemanfaatan
barang gadai oleh al-murtahin