Anda di halaman 1dari 8

ZAKAT DAN HIBAH DALAM PERSPEKTIF

HUKUM EKONOMI SYARIAH


oleh :
Windy Ferdiya Sari (2032009)
Icshan Muttawadi (2032020)
ZAKAT
Zakat adalah bagian tertentu dari harta yang wajib
dikeluarkan oleh setiap muslim apabila telah
mencapai syarat yang ditetapkan. Sebagai salah satu
rukun Islam, Zakat ditunaikan untuk diberikan kepada
golongan yang berhak menerimanya (asnaf)
Dalil Zakat

QS. at-Taubah [9]:


103 QS. At-
Taubah : 60
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang
“Ambillah zakat dari sebagian harta miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk
mereka, dengan zakat itu kamu (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang
membersihkan dan menyucikan berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam
mereka” perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana.
Macam-macam zakat
Zakat
Zakat Fitrah Mal
zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik Zakat mal adalah zakat yang dikenakan atas
lelaki dan perempuan muslim yang segala jenis harta, yang secara zat maupun
dilakukan pada bulan Ramadhan. substansi perolehannya, tidak bertentangan
dengan ketentuan agam
HIBAH
Menurut ulama Hanafi, “Memberikan kepemilikan
atas barang yang dapat dithasarrufkan berupa harta
yang jelas atau tidak jelas karena adanya uzur untuk
mengetahuinya, berwujud, dapat diserahkan tanpa
adanya kewajiban, ketika masih hidup, tanpa adanya
pengganti, yang dapat dikategorikan sebagai hibah
menurut adat dengan lafadz hibah atau tamlik
(menjadikan milik)”.
Zakat dan Hibah dalam Hukum
Ekonomi Syariah
● Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) tahun 2008
mendefinisikan zakat pada pasal 675 ayat (1) “Zakat adalah harta
yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau lembaga yang
dimiliki oleh muslim untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.
● Zakat dan Hibah diatur dalam buku 3 dalam KHES yang mana
didalamnya terdapat 4 bab yang mencakup keseluruhan tentang
Zakat dan Hibah
● Zakat dan hibah ini pun memiliki badan hukum terkhusus untuk
mengatur tentang hal ini yaitu BAZNAS
● ”Pasal 680 menyatakan: “Zakat diwajibkan terhadap barang-barang hasil
produksi apabila telah memenuhi syarat.” Pasal 681 menyatakan: “Zakat
dikenakan juga pada produk lembaga keuangan syari’ah, baik bank maupun
non-bank, yang ketentuannya disesuaikan menurut akad masing-masing
produk.” Pasal 685 menyatakan: “Yang berkewajiban zakat adalah orang atau
badan hukum.”
● Di Indonesia, zakat badan hukum atau perusahaan didasarkan pada undang-
undang zakat dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES). Berkaitan
dengan zakat badan hukum atau perusahaan, undang-undang No. 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat pasal 11 ayat (2) menyebutkan: “Harta yang dikenai
zakat adalah: a) emas, perak dan uang; b) perdagangan dan perusahaan; c) hasil
pertanian, hasil perkebunan dan hasil perikanan; d) hasil pertambangan; e) hasil
peternakan; f) hasil pendapatan dan jasa; g) rikaz;”
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai