Anda di halaman 1dari 30

PROSEDUR KOMUNIKASI OPERASI

SISTEM JAWA BALI


SISTEM TENAGA LISTRIK
Konsumen
Pembangkit Penyaluran & Pusat Pengatur Beban (P3B) Unit Distribusi
• IPP PLN DISTRIBUSI
• PT IP • Jakarta & Banten
• PT PJB PLN P3B JAWA BALI
• Jawa Barat
• PT PLN • Jateng & DIY
• Jawa Timur
• Bali & Nusra

Pembangkit


Transformator Transformator Transformator
Step up Step down Step down

Pusat Listrik : Saluran Transmisi Saluran Distribusi Konsumen


PLTU, PLTG, PLTGU,
SUTET 500 kV
PLTP, PLTA, PLTD
SUTT & SKTT 150 kV
SUTT 70 kV
HIRARKI OPERASI P3BJB DENGAN APB
SLAYA

BLRJA MTWAR
CWAN
CLGON
BKASI CBATU JAWA TJATI

CIBNG GNDUL
CRATA MDCAN

GRSIK
MADURA
BDSLN UNGAR
SGLNG

DEPOK

SBRAT
TASIK
GRATI

P3B JAWA BALI PEDAN


PITON

BALI
KDIRI

APB DKI APB JTM


APB JABAR APB JATENG APB JATIM APB BALI
BALI
WILAYAH PENGATURAN APB JATENG & DIY
APP SEMARANG
BC 2, GI 25 TJATI

PATI PLTU RBANG


JPARA
RBANG
JKULO
SRAGI BRBES KBSEN PKLON
BC SEMARANG TBROK SYUNG KUDUS
BTANG BLORA
MDCAN PMLNG KLSRI
WLERI RDRUT BC KUDUS KRIAN
KLNGU KRAPK PDLAM
BLANG
SLIMA PDADI
BC TEGAL BSBRU PYUNG MRGEN
SRDOL CEPU
JABAR BMAYU GRUNG
UNGAR BJGRO
DIENG KDNBO
BAWEN JELOK
BC PURWOKERTO BC SALATIGA
KLBKL WSOBO BRNGI
BANJAR
TMGNG SCANG
MNANG PBLGA
RWALO MRICA SGRAH
MJNGO
MKRAN
MSRAN
JATIM
TASIK WALIN PALUR
MDARI BDONO NGAWI
GBONG GJYAN
BC YOGYAKARTA
KBMEN SRAGN
KNTUG JAJAR
LMNIS PEDAN
STARA KLATN SLBRU
PLTU CLCAP PWRJO
GDEAN WSARI
WBJAN
WATES KEDIRI
WNGRI
GITET 500 kV BNTUL SMANU
NGUDI
GI 150 kV APP PURWOKERTO BC SURAKARTA
PCTAN
SUTET 500 kV BC 2, GI 20 APP SALATIGA
SUTT 150 kV
SKTT 150 kV BC 3, GI 32
TUJUAN

Prosedur Komunikasi Operasi Sistem Jawa Bali :


• disusun untuk memperoleh komunikasi operasi baku
dalam pengendalian operasi real time di sistem tenaga
listrik Jawa Bali, agar tujuan operasi sistem dapat tercapai
secara maksimal.
• digunakan oleh seluruh pelaksana operasi sehingga
pertukaran informasi baik berupa perintah, laporan
maupun koordinasi dapat dimengerti dengan mudah dan
dipahami sepenuhnya oleh para pelaksana operasi.

Pelaksana operasi :
• operator sistem Jawa Bali (Dispatcher P3B dan APB),
• operator sistem Distribusi (Dispatcher APD),
• operator Gardu Induk (petugas Har GI/ GITET),
• operator Pusat Listrik (Pembangkit).
INFORMASI UMUM

Prosedur ini menjelaskan interaksi dalam


berkomunikasi verbal maupun non-verbal meliputi
data, tata cara, etika, call sign dan alur
komunikasi/informasi.

Komunikasi dalam proses pengendalian sistem


mencakup kondisi normal, siaga, gangguan, dan
pemulihan, serta dalam hal pelaporan gangguan dan
pengoperasian instalasi baru.
RUANG LINGKUP
Prosedur Komunikasi Operasi Sistem Jawa Bali ini berlaku untuk ruang
lingkup:

• pengendalian operasi real time sistem Jawa Bali dalam kondisi normal,
siaga, darurat, gangguan dan pemulihan,
• komunikasi yang dilakukan antara pelaksana operasi termasuk piket
pimpinan dan manajemen PT PLN (Persero) dalam rangka
pengendalian dan monitoring operasi di sistem Jawa Bali,
• pelaksana operasi terdiri dari operator Sistem Jawa Bali, operator
Sistem Distribusi, operator Gardu Induk dan operator Pusat Listrik.
• sarana komunikasi suara diprioritaskan menggunakan saluran
langsung (hotline),
• P3B dan APB wajib merekam semua pembicaraan komunikasi operasi
yang masuk dalam kategori penting,
• sarana komunikasi alternatif berupa telepon seluler dengan segala
fasilitasnya, seperti SMS dan Messenger Group,
• sarana komunikasi data dengan menggunakan teknologi informasi
berbasis web.
ALUR KOMUNIKASI OPERASI

P3B

DISPATCHER

GI/PL
GI/KIT
JARGI £ £ 150
150kVkV APBAPB
REGION GITET/PL
GITET/KIT500
500
JARGI 500 kV
kV kV

OPERATOR
OPERATOR PL DISPATCHER OPERATOR
OPERATORPL

DISTRIBUSI

DISPATCHER

Keterangan :

: Instruksi
Instruksi PL : Pusat Listrik

: Koordinasi/laporan JARGI : Petugas Gardu Induk / Tegangan Ekstra Tinggi


TATA CARA DAN ETIKA BERKOMUNIKASI
Dalam berkomunikasi informasi yang disampaikan baik yang bersifat
perintah maupun koordinasi harus jelas dan dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

a. komunikasi operasi harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik


dan benar agar informasi mudah dipahami,
b. setiap perintah/pesan/laporan operasional yang disampaikan secara
lisan harus dicatat dan dibaca ulang untuk mengkonfirmasi bahwa
perintah/ pesan/laporan telah dimengerti/diterima dengan benar,
c. perintah dan informasi operasional harus disampaikan secara
langsung. Bila hal ini tidak memungkinkan (misal karena saluran
komunikasi rusak) maka perintah (informasi) operasional dapat
disampaikan melalui perantara yang bertanggung jawab,
d. P3B / APB harus menggunakan peralatan perekam suara yang andal
untuk merekam semua percakapan operasional,
e. setiap menyampaikan atau menerima perintah/informasi operasional
harus menyebutkan atau mencatat :
• call sign, nama pengirim dan penerima perintah/informasi,
• jam menerima atau menyampaikan perintah/informasi,
INFORMASI GANGGUAN

• Pada saat terjadi gangguan, kecepatan


pengambilan keputusan dalam proses pemulihan
dan tindak lanjutnya tergantung pada kecepatan
dan ketepatan informasi gangguan dari pengelola
instalasi pembangkit, instalasi penyaluran
termasuk instalasi distribusi.

• Informasi kesiapan seluruh instalasi (pasca


gangguan) disampaikan kepada dispatcher untuk
menentukan langkah pemulihan dan selanjutnya
disampaikan kepada pejabat/pimpinan yang terkait
dengan operasi sistem.
PELAPORAN GANGGUAN
Terkait gangguan besar/meluas untuk memenuhi kebutuhan informasi
serta untuk mengantisipasi dampak gejolak sosial, maka PT PLN
(Persero) P3B Jawa Bali diinstruksikan dalam waktu 1 x 24 jam harus
melaporkan secara tertulis ke PLN Pusat cq Direktur Operasi Jawa Bali
Sumatera.

Gangguan besar/meluas tersebut adalah sebagai berikut:


a. gangguan sistem besar/meluas dengan pemadaman > 15% beban
sistem (Jawa Bali),
b. gangguan sistem yang memasok daerah/wilayah yang berpotensi
menimbulkan gejolak sosial dan politik,
c. gangguan dan kerusakan yang berpotensi merugikan PLN lebih dari
satu milyar rupiah,
d. gangguan/kerusakan instalasi listrik yang mengakibatkan timbulnya
korban jiwa.
FORMAT LAPORAN GANGGUAN
Laporan gangguan pendahuluan minimal berisi informasi sebagai berikut:

a. Lokasi, komponen/alat yang mengalami gangguan dan waktu kejadian


gangguan.
b. Indikasi gangguan dan rele yang kerja. Contoh: terjadi ledakan pada
Bay 150 kV IBT-1, rele differensial.
c. Penyebab gangguan. Diinformasikan hasil identifikasi sementara
penyebab gangguan. Contoh: CT breakdown.
d. Dampak gangguan. Menyatakan dampak gangguan terhadap Sistem
Jawa Bali, berupa perkiraan besar beban yang padam dan area
pemadaman, kerusakan peralatan, atau kecelakaan manusia. Contoh:
sebagian beban Bandung Raya padam sekitar 200 MW.
e. Perkiraan lama gangguan. Menyatakan perkiraan waktu perbaikan
peralatan yang mengalami kerusakan dan rencana tindak lanjut.
f. Langkah pemulihan. Menyatakan langkah pemulihan yang sedang atau
akan dilakukan dispatcher dan atau operator. Contoh: sedang
dilakukan manuver/pemindahan beban ke subsistem Cirata dan
Mandirancan
KOMUNIKASI PENGOPERASIAN INSTALASI BARU

Komunikasi pengoperasian instalasi baru dilaksanakan


dalam rangka pemberian tegangan (energize) instalasi baru,
dengan memperhatikan:

a. Surat Rekomendasi Laik Bertegangan dari PLN Jasa


Sertifikasi atau lembaga yang ditunjuk,
b. konfirmasi siap diberi tegangan dari Manager APP atau
pejabat yang ditunjuk,
c. jadwal pelaksanaan pemberian tegangan telah disepakati,
d. kesiapan Pengawas K3,
e. kesiapan Pelaksana Manuver (Petugas Har Jargi/Operator
GI),
f. kesiapan Pengawas Manuver,
g. panduan manuver instalasi baru,
h. permintaan energize, dengan menyebut nama person dan
nama instansi, disampaikan sebelum pelaksanaan.
PELAKSANA OPERASI SISTEM DISPATCHER

a. Assistant Operator Pengendalian Operasi Real Time /


Junior Operator Pengendalian Operasi Real Time adalah
petugas yang melaksanakan sepenuhnya dan
bertanggungjawab mengoperasikan sistem Jawa Bali
sesuai ketentuan.

b. Supervisor Pengendalian Operasi Real Time (SPV ORT)


bertugas mensupervisi pelaksanaan pengendalian operasi
real time, menyusun laporan rutin serta melaporkan
kondisi sistem ke manajemen.
BATAS WEWENANG OPERASI ~ Unit Pembangkit

500kV
Bus-A

P3B JB
500kV
Bus-B

~ G Interbus
Transformer
500/150 kV
500 MVA

Interbus

~
Transformer
APB
Unit Pembangkit
150kV 70kV
Bus-A
Bus-B

Trafo Trafo
Distribusi Distribusi

20kV 20kV 20kV

Pmt 20kV

APD Kopel Bus

Penyulang Penyulang Penyulang


DISPATCHER P3B bertugas :

a. mengendalikan dan melakukan supervisi operasi sistem


Jawa Bali secara menyeluruh,
b. mengatur pelaksanaan manajemen energi dalam kondisi
normal, siaga, maupun darurat (defisit),
c. mengkoordinasikan pengaturan transfer antar APB,
d. melakukan pengaturan tegangan 500 kV, termasuk
pengaturan tap IBT 500/150 kV,
e. melaksanakan switching jaringan 500 kV, termasuk Pmt
150 kV IBT 500/150 kV,
f. mengevaluasi dan memutuskan usulan dispatcher APB
untuk mengoperasikan pembangkit di subsistem 150 kV
dan atau 70 kV.
DISPATCHER APB bertugas :

a. mengendalikan dan melakukan supervisi operasi


subsistem pada area tanggung jawabnya,
b. melakukan pengaturan tegangan tinggi non 500 kV
c. melaksanakan switching subsistem penyaluran 150 kV, 70
kV, 30 kV dan 25 kV,
d. mengkoordinasikan proses manuver subsistem 150 kV
antar APB,
e. melakukan pengaturan pembangkitan PLTA run off river,
f. dalam kondisi tertentu mengusulkan ke P3B untuk
mengoperasikan pembangkit di subsistem 150 kV dan
atau 70 kV.
DISPATCHER APD bertugas :

Tugas pokok dispatcher APD terkait proses bisnis dengan


PLN P3B, khususnya dalam pengendalian operasi sistem:

a. melakukan supervisi, pengaturan tegangan dan


pelaksanaan switching sistem 20 kV, sedangkan switching
PMT Incoming Trafo Distribusi berkoordinasi dengan APB
dan APP,

b. memilih/merelokasi/melakukan target load shedding


berkoordinasi dengan APB.
Koordinasi DISPATCHER P3B dengan OPERATOR
GITET
Informasi yang disampaikan dalam komunikasi antara
Dispatcher P3B dengan Operator GITET adalah:

a. nama / jabatan masing-masing personal yang


berkomunikasi,
b. pelaporan pembebanan IBT dan SUTET,
c. kesiapan instalasi penyaluran 500 kV dan kondisi sistem,
d. perintah / permintaan switching dan konfirmasi
pelaksanaannya,
e. informasi gangguan penyaluran 500 kV dan proses
pemulihan,
f. koordinasi informasi lainnya yang terkait dengan
pengendalian operasi sistem.
Koordinasi DISPATCHER APB dengan OPERATOR
GI/GITET
Informasi yang disampaikan dalam komunikasi antara Dispatcher
APB dengan Operator GI adalah:

a. nama/jabatan masing-masing personal yang berkomunikasi,


b. kesiapan instalasi penyaluran 150kV/ 70kV, informasi subsistem
terkait dan instalasi, perintah switching,
c. perintah pengaturan tegangan dan konfirmasi pelaksanaannya,
d. perintah manual load shedding dan konfirmasi
pelaksanaannya,
e. informasi gangguan penyaluran 150 kV, 70 kV, 30 kV, 25 kV dan
pemulihannya,
f. konfirmasi pembebanan penyaluran (IBT, SUTT, SKTT, SKLT
dan Trafo Distribusi),
g. koordinasi informasi lainnya yang terkait dengan pengendalian
operasi sistem.
Koordinasi DISPATCHER APB dengan DISPATCHER
APD
Informasi yang disampaikan dalam komunikasi antara
Dispatcher APB dengan Area Pengatur Distribusi adalah:

a. nama/jabatan masing-masing personal yang


berkomunikasi,
b. informasi kondisi sistem,
c. koordinasi switching trafo distribusi,
d. koordinasi pengaturan tegangan,
e. koordinasi pengurangan beban dan konfirmasi
pelaksanaannya serta masalah operasional lainnya,
f. pengoperasian captive power,
g. koordinasi informasi lainnya yang terkait dengan
pengendalian operasi sistem.
Koordinasi OPERATOR GI dengan DISPATCHER APD

Informasi yang disampaikan dalam komunikasi antara


Operator Gardu Induk dengan Dispatcher APD adalah:

a. nama/jabatan masing-masing personal yang


berkomunikasi,
b. koordinasi switching trafo distribusi,
c. koordinasi pengaturan tegangan,
d. koordinasi pengurangan beban dan konfirmasi
pelaksanaannya serta masalah operasional lainnya,
e. konfirmasi kesiapan dan pembebanan penyaluran Trafo
Distribusi,
f. koordinasi informasi lainnya yang terkait dengan
pengendalian operasi sistem.
KONDISI OPERASI SISTEM

KONDISI
NORMAL

KONDISI
PEMULIHAN KONDISI SIAGA
(RESTORATIF) (ALERT)

KONDISI
DARURAT/
GANGGUAN
NORMAL :
Seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi teratasi dan sekuriti
sistem dapat dipenuhi

SIAGA :
Seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi dapat dipenuhi,
tetapi sekuriti sistem tidak dapat dipenuhi.

DARURAT :
Konsumen tidak dapat terlayani, kendala operasi tidak dapat dipenuhi.

PEMULIHAN :
Peralihan kondisi DARURAT menjadi SIAGA maupun NORMAL.
KONDISI GANGGUAN

Sistem mengalami gangguan total atau parsial.

Dispatcher P3B melakukan :

a. menyampaikan informasi awal gangguan segera melalui sms


kepada manajemen PLN P3B JB dan PLN Pusat,
b. mengindentifikasi kondisi sistem Jawa Bali secara
keseluruhan, diantaranya melakukan inventarisasi terhadap
instalasi penyaluran dan unit pembangkit yang masih
beroperasi (islanding, host load),
c. menginformasikan kondisi sistem kepada dispatcher APB,
GITET, Pembangkit dan Piket Pimpinan untuk
mengkoordinasikan/melaksanakan tindakan pemulihan sistem
sesuai Prosedur Pemulihan Sistem terkait yang berlaku,
d. setelah sistem kembali normal, dispatcher membuat laporan
kronologis gangguan beserta proses pemulihannya.
KONDISI GANGGUAN

Sistem mengalami gangguan total atau parsial.

Dispatcher APB melakukan :

a. menyampaikan informasi awal gangguan segera melalui sms


kepada dispatcher P3B dan manajemen PLN,
b. mengindentifikasi kondisi sistem di APB secara keseluruhan di
antaranya melakukan inventarisasi terhadap instalasi
penyaluran dan unit pembangkit yang masih beroperasi
(islanding, host load) dan segera mengkonfirmasikan kepada
dispatcher P3B,
c. menginformasikan kondisi sistem ke GI, pembangkit, distribusi
dan Piket Pimpinan dan mengkoordinasikan / melaksanakan
tindakan pemulihan sistem sesuai Pedoman Pemulihan Sistem
terkait yang berlaku,
d. setelah sistem kembali normal, dispatcher membuat laporan
kronologis gangguan beserta proses pemulihannya.
KONDISI GANGGUAN

Sistem mengalami gangguan total atau parsial.

Operator GI / GITET melakukan :

a. mencatat waktu kejadian dan melaksanakan SOP lokal


berdasarkan Pedoman Operasi GI/GITET (buku merah)
dan dilaporkan kepada dispatcher P3B/APB,
menyesuaikan skema GITO 1,2,3 yang diterapkan.

b. melaksanakan perintah dispatcher untuk langkah


pemulihan selanjutnya.
KONDISI GANGGUAN

Sistem mengalami gangguan total atau parsial.

Operator Pembangkit melakukan :

a. mencatat waktu kejadian, memastikan kondisi setiap unit


pembangkit: masih tersambung jaringan, host load atau
kondisi lainnya serta mencatat semua rele yang bekerja
dan indikator yang muncul kemudian mereset dan segera
memberikan laporan awal ke dispatcher,

b. melakukan tindakan pengamanan terhadap unit


pembangkit yang mengalami gangguan sesuai ketentuan,

c. melaksanakan perintah dispatcher untuk langkah


pemulihan selanjutnya.
PERALATAN KOMUNIKASI

Dalam melaksanakan pengendalian operasi sistem digunakan


sarana komunikasi dengan urutan prioritas sebagai berikut:

a. Prioritas pertama menggunakan saluran langsung


(hotline, direct). Melalui media telicon/PLC,

b. Prioritas selanjutnya adalah dial-up telicon, PLC, radio,


telepon publik, atau telepon seluler (termasuk fasilitas
SMS (Short Message Service) dan Messenger Group),

c. Prioritas/alternatif lain adalah memanfaatkan teknologi


informasi (TI) antara lain e-mail atau bentuk komunikasi
berbasis web,

d. Facsimile melalui telicon atau telepon publik.


Terima kasih atas perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai