Anda di halaman 1dari 24

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

Definisi
• Sindroma Ovarium Polikistik
adalah serangkaian gejala yang dihubungkan
dengan hiperandrogenisme dan anovulasi
kronik yang berhubungan dengan kelainan
endokrin dan metabolik pada wanita tanpa
adanya penyakit primer pada kelenjar hipofise
atau adrenal yang mendasari.
Prevalensi
• Prevalensi PCOS dapat dipengaruhi oleh faktor
ras/etnik dan kondisi negara
• Di Eropa, sebesar 26% wanita menderita PCOS
pada usia 18-24 tahun
• Prevalensi tertinggi sebesar 52% adalah pada
warga imigran dari Asia yang menetap di Inggris
• Obesitas didapatkan pada 35% - 50% wanita
dengan SOPK
Etiologi
• Faktor Genetik

• Faktor Endokrine (kenaikan LH/FSH ratio,


hiperandrogenisme)

• Faktor Metabolik ( Resistensi insulin)


Manifestasi Klinis
• Gejala SPOK :
- Jarang atau tidak pernah mendapat haid
(oligomenore, Amenore)
- Rambut kepala rontok dan rambut tubuh tumbuh
secara berlebihan
- Pertumbuhan jerawat
- Hiperinsulinemia dan resistensi insulin
- Obesitas
Hirsutism
Acne

Bulu dada Chin hair


Patofisiologi

LH ↑ Sel-sel Androgen
Produksi
Teka pada Androgen ↑ berdifusi ke
Ovarium dlm Sel
Granulosa

Aktivitas
Aromatase ↓ Penuru
n
Andro an Konversi -Produksi
gen→E
strogen Androgen ↑ ↑ ↑
-Produksi
Estrogen ↓
FSH ↓
Folikel tidak Anovulasi
matang ↑

Hirsutisme
Folikel
Atresia ↑
Patofisiologi
Obesitas Kadar Resistensi
Glukosa dalam Insulin
darah ↑

hiperandrogenisme
Hiperinsulinemia
ovarium melalui
peningkatan LH

hiperandrogenisme
adrenal DM tipe 2
Pemeriksaan Diagnostik

Untuk menegakkan diagnosa PCOS


diperlukan sejumlah pemeriksaan antara lain
anamnesa yang cermat, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
ultrasonografi.
Konsensus Diagnostik menurut konferensi National Institute of
Health  and Human Development (NIH-NICHD) di Amerika Serikat:

• Kriteria Mayor :  Kriteria Minor :


- Anovulasi - Resistensi Insulin
- Hiperandrogenisme - Hirsutisme
- Obesitas
- Rasio LH/FSH lebih dari 2,5
- Gambaran Polikistik Ovarium
pada USG
Diagnosis SOPK ditegakkan jika memenuhi SATU kriteria mayor
dan sekurangnya DUA kriteria minor, dengan menyingkirkan
penyebab lain hiperandrogenemia
American Society for Reproductive Medicine (ASRM) dan European
Society of Human Reproduction and Embryology (ESHRE) tahun
2003

1. Hiperandrogen
2. Gangguan siklus Menstruasi
3. Harus didapatkan gambaran ovarium
polikistik dengan USG

Diagnosis ditegakkan minimal memiliki 2 dari


3 gejala diatas.
Kriteria Laboratorium
1. β-hCG untuk menyingkirkan kemungkinan
kehamilan
2. Pemeriksaan kadar Prolaktin
3. Pemeriksaan TSH (Thyroid Stimulating
Hormon)
4. Pemeriksaan hormon adrenal, DHEA-S
(Dehiydroepiandrosteron Sulfat) atau 17-
hydroxyprogesteron
5. Pemeriksaan kadar hormon androgen, insulin,
dan LH/FSH (Luteinizing Hormone/Follicle-
Stimulating Hormone)
Kriteria Ultrasonografis (USG)
Terapi
• Gaya hidup
• Kontrasepsi oral
• Obat pemicu ovulasi
• Obat antidiabetik oral
• Gonadotropin
• Diuretik
• Pembedahan (surgery)
Gaya Hidup
• Olahraga teratur
• Konsumsi makanan sehat
• Menghentikan kebiasaan merokok
• Mengendalikan BB
Kontrasepsi Oral
• Kontrasepsi oral kombinasi menurunkan produksi adrenal
dan androgen, dan mengurangi pertumbuhan rambut dalam
2/3 pasien hirsutisme. Terapi dengan kontrasepsi oral
memiliki beberapa manfaat, antara lain :
1. Komponen progestin menekan LH, mengakibatkan
penurunan produksi androgen ovarium
2. Estrogen meningkatkan produksi hepatik SHBG,
menghasilkan penurunan testosteron bebas.
3. Mengurangi kadar androgen sirkulasi.
4. Estrogen mengurangi konversi testosteron menjadi
dehidrotestosteron pada kulit dengan menghambat 5α-
reduktase.
Obat Pemicu Ovulasi :
Clomiphene Citrate (CC)

• Terapi pilihan utama induksi ovulasi pada SOPK


• Anti Estrogen menyebabkan FSH ↑
• 50-100mg per hari, hari ke 2-6 siklus haid
• Dapat ditingkatan 50mg tiap siklus
• Dosis maksimal 200mg
• Efektifitas induksi ovulasi menurun, akibat:
– Berat badan bertambah (obesitas)
– Testosteron bebas meningkat (“free androgen index”)
– Resistensi insulin
• Angka kehamilan rendah, akibat efek anti-estrogen
terhadap :
– Lendir serviks
– Endometrium
Obat antidiabetik oral
(Insulin sensitizers)
 Golongan biguanida (Metformin) (Glucophage®)

– Meningkatkan “intake” glukosa di jaringan


– Menurunkan “output” glukosa di hati
– meningkatkan sensitifitas insulin di jaringan perifer
– Menurunkan hiperinsulinemia
– Memperbaiki ovulasi
– Dapat kombinasi dengan klomifen sitrat
– Meningkatkan kehamilan
Dosis Metformin

- Dosis Inisial 500 mg, diberikan menjelang tidur setiap malam


selama 1 minggu untuk mengurangi efek samping pada
gastrointestinal

- Dosis selanjutnya dinaikkan 500 mg tiap minggu hingga


mencapai dosis total 1500 mg per hari dalam dosis terbagi

- Kadar insulin, glukosa, dan androgen diperiksa setelah 8


minggu

- Jika tidak ada perbaikkan, dosis dinaikkan hingga 2550 mg


Agonis Gonadotropin releasing Hormone (Gn-
rH)

• GnRH agonis dapat diberikan :


– Dosis tunggal 3 mg pada hari ke 8 siklus haid, atau
– Dosis ganda setiap hari 0,25 mg mulai hari ke 7
siklus haid
Diuretik :
 Spironolaktone
• Spironolacton merupakan diuretik hemat
kalium yang menginhibisi pertumbuhan
rambut dengan menghambat aktivitas 5α-
reduktase dan mengikat secara kompetitif
terhadap reseptor intraseluler dari DHT
• Dosis yang lebih besar mengganggu aktivitas
sitokrom P-450, yang mengurangi jumlah total
androgen sintesis dan sekresi.
Terapi Bedah :
“Laparoscopic Ovarian Drilling” (LOD)
&
“Wedge Resection”

• Terapi alternatif pada SOPK setelah kegagalan terapi


CC

• Keberhasilan: 80% ovulasi dan 50-60% kehamilan

• Reseksi “wedge” tidak dianjurkan

Anda mungkin juga menyukai