Anda di halaman 1dari 56

DINAS PENANAMAN MODAL DAN

PELAYANAN TERPADU SATU PINTU


2023

NASKAH AKADEMIK PERWAL INSENTIF


DAN KEMUDAHAN INVESTASI
PEMBAHASAN AKHIR
PT MAJARI MITRA KONSULTAN
SISTEMATIKA
BAB 1. BAB 4.

PENDAHULUAN LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS,


DAN YURIDIS

BAB 2. BAB 5.

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN


EMPIRIS RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
UNDANG-UNDANG

BAB 3. BAB 6.

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PENUTUP


PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

LAMPIRAN

DRAF RANCANGAN PERATURAN WALIKOTA


2
SISTEMATIKA PENYAJIAN
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
i. uraian secara umum mengenai permasalahan yang dihadapi terkait substansi Naskah Akademik;
ii. uraian secara umum urgensi pembentukan Peraturan Daerah; dan
iii. pernyataan perlunya solusi secara hukum untuk menyelesaikan permasalahan tersebut melalui
pembentukan Perda.
Mengenai urgensi pembentukan Peraturan Daerah diuraikan dalam latar belakang sebagai konsekuensi dari
permasalahan yang dihadapi saat ini.
2. Identifikasi Masalah
i. Kebutuhan akan Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemberian Insentif dan/atau Pemberian Kemudahan
Investasi.
ii. Perlunya Perda yang mengikat pelaksanaan Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemberian Insentif dan/atau
Pemberian Kemudahan Investasi
iii. Penyusunan Naskah Akademik Perwal Insentif Dan Kemudahan Investasi sebagai wujud filosofi, sosiologis
dan yuridis penyelenggaraan Pemerintah Daerah
iv. Memberikan arahan Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemberian Insentif dan/atau Pemberian Kemudahan
Investasi.
3. Tujuan dan kegunaan Penyusunan Naskah Akademik Perwal Insentif Dan Kemudahan Investasi.
4. Metode Penyusunan
Penyusunan dilakukan dengan metode pengumpulan data dan analisis data. Data yang diperlukan berupa
data sekunder, Wawancara dan Observasi lapangan.
Instrumen Analisis menyertakan ROCCIPI (Rule, Opportunity, Capacity, Communication, Interest, Process,
dan Ideology), RIA (Regulatory Impact Asessment), dan CBA (Cost and Benefit Analysis).
5. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian Penyusunan Naskah Akademik Perwal Insentif Dan Kemudahan Investasi pada
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
BAB II. KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
6. Kajian Teoritis
7. Kajian terhadap Asas/Prinsip yang Berkaitan dengan Penyusunan Norma
8. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta permasalahan yang dihadapi masyarakat.
9. Kajian terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang akan Diatur dalam Undang-Undang terhadap Aspek
Kehidupan Masyarakat dan Dampaknya terhadap Aspek Beban Keuangan 3
SISTEMATIKA PENYAJIAN
BAB. III. EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
Evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait merupakan bagian yang akan menentukan
argumentasi yuridis pembentukan suatu Peraturan Walikota. Evaluasi dan analisis dilakukan dengan mencari isu
penting dan menjelaskan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Setiap evaluasi dan
analisis harus ada kesimpulan (closing statement) mengenai keterkaitannya tersebut.
Hasil dari evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait akan berkontribusi bagi perumusan
landasan filosofis dan yuridis pembentukan rancangan Perwal dalam Bab IV Naskah Akademik
BAB IV. LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
1. Landasan Filosofis
Gagasan landasan filosofis adalah perpaduan dari substansi Bab II dan Bab III terutama landasan filosofis
terkait dengan ketentuan dalam UUD NRI Tahun 1945. Landasan filosofis akan menjadi dasar dalam menyusun
salah satu konsiderans menimbang (unsur filosofis) dalam Perkada yang dibentuk.
2. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis bersumber dari substansi yang telah diuraikan dalam Bab II. Landasan sosiologis akan
menjadi dasar dalam menyusun salah satu konsiderans menimbang (unsur sosiologis) dalam UU yang dibentuk.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk
untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan
yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat.
BAB V. JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG
4. Jangkauan dan Arah Pengaturan
sasaran yang akan diwujudkan, arah, dan jangkauan pengaturan yang akan menjadi norma dalam tujuan dan
ruang lingkup dari Perwal yang dibentuk.
2. Ruang Lingkup Materi Muatan
Sejalan dengan arah pengaturan, rancangan Perkada memuat materi muatan yang didasarkan pada hal-hal yang
telah diuraikan Uraian substansi dituangkan secara jelas dan lengkap dalam bentuk narasi sehingga dapat
mempermudah dalam perumusan norma sesuai dengan teknik perancangan Peraturan. Uraian juga diperkuat
dengan alasan dan argumentasi dari setiap materi muatan yang akan diatur dalam rancangan Perwal 4
SISTEMATIKA PENYAJIAN

BAB VI PENUTUP
Penutup terdiri atas:
1. Kesimpulan
Kesimpulan memuat rangkuman jawaban atas identifikasi masalah dalam Bab I dituangkan dalam
bentuk tabulasi
2. Saran
Saran memuat antara lain;
i. Perlunya pemilahan substansi Naskah Akademik
ii. Rekomendasi tentang skala prioritas penyusunan rancangan Propemperda
iii.Kegiatan lain yang diperlukan untuk mendukung penyempurnaan Rancangan Perkada
LAMPIRAN
DRAF RANCANGAN PERATURAN WALIKOTA

5
PENDAHULUAN

6
EKONOMI INDONESIA DAN OTONOMI DAERAH

Perekonomian Indonesia
UUD. 45
Pasal 33
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar
atas demokrasi ekonomi dengan prinsip Otonomi Daerah
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
Ayat (4)Pemerintahseluas­
luasnya, kecuali urusan Pasal 18
daerah menjalankan otonomi

ditentukan sebagai urusan Pemerintah Ayat (5)


kesatuan ekonomi nasional pemerintahan yang oleh undang­undang

Pusat.

Kepentingan Hak Asasi


Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya
dalam memperjuangkan haknya secara kolektif Pasal 28C
untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negaranya. Ayat (4)
Otonomi daerah adalah upaya menuju kemandirian daerah dalam merencanakan,
melaksanakan, mengendalikan dan membiayai pembangunan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Pembagian kewenangan urusan pengembangan iklim penamanam modal pada
Kabupaten/Kota antara lain :
1. Penetapan pemberian fasilitas/insentif di bidang penanaman modal yang
menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota
2. Pembuatan peta potensi investasi kabupaten/kota
7
DESENTRALISASI DAN PENINGKATAN
EKONOMI DAERAH

Dalam pelaksanaan Desentralisasi dilakukan penataan Daerah. Penataan daerah


tersebut ditujukan untuk antara lain:
1. mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
2. mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat;
3. mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik;
4. meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan;
5. meningkatkan daya saing nasional dan daya saing Daerah; dan
6. memelihara keunikan adat istiadat, tradisi, dan budaya Daerah.

upaya Peningkatan ekonomi daerah dengan salah satunya adalah peningkatan daya
tarik investasi di daerah melalui insentif dan kemudahan investasi, kepastian
pembiayaan secara berkelanjutan dan berkesinambungan sehingga optimal dan
memberikan manfaat bagi masyarakat dan dunia usaha serta meningkatkan daya saing
daerah.
8
KONDISI EKONOMI KOTA TANGERANG

perkembangan ekonomi Kota Tangerang ditopang oleh tiga besar lapangan Usaha
antara lain (PDRB Tahun 2022):
1. Industri Pengolahan merupakan lapangan usaha dengan kontribusi ekonomi
tebesar sebesar 29,32%
2. Transportasi Pergudangan merupakan lapangan usaha dengan kontribusi ekonomi
tebesar kedua sebesar 26,78%
3. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor merupakan
lapangan usaha dengan kontribusi ekonomi tebesar ketiga sebesar 11,06%

Tujuan RTRW Kota Tangerang: Mewujudkan Ruang Kota Berkarakter Aerotropolis


yang merupakan bagian dari Kawasan Strategi Nasional Jabodetabekpunjur

(Ps.13 Permen 64/2012)


Pemberian Kemudahan bentuk penyediaan data dan informasi peluang penanaman
modal:
a. Peta Potensi Ekonomi Daerah
b. RTRW
c. Renstra dan Skala Prioritas Daerah

9
UPAYA PENINGKATAN INVESTASI

Upaya peningkatan Investasi di Kota Tangerang dapat dilakukan dengan beberapa


cara antara lain:
1. Daya tarik Iklim Investasi .
Kepastian akan keamanan dan diciptakannya kondisi dan situasi perekonomian
yang baik
2. Prosedur yang sederhana
kemudahan didalam mengakses dan menanamkan modalnya.
3. Pelayanan yang baik
Profesionalisme pelayanan merupakan salah satu daya tarik Investasi
4. kepastian berusaha dan keamanan investasi.
Regulasi yang memberikan kepastian dan keamanan investasi
5. Pemberian Insentif
Dukungan kebijakan fiskal bersifat insentif pajakn dan retribusi sebagai daya tarik
investasi di Kota.
6. Pemberian Kemudahan Investasi
Pemberikan kemudahan dengan penyediaan fasilitas nonfiskal untuk
meningkatkan investasi.
Tangerang telah menerbitkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 3 Tahun 2023
Tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi.
UUD 45 PS. 18 Ayat (6)
Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan 10
LATAR BELAKANG KEBUTUHAN PENERAPAN

DINAMIKA
POTENSI EKONOMI
PERKEMBANGA
KOTA TANGERANG
N EKONOMI

KEBUTUHAN
PENINGKATAN
INVESTASI

RENCANA SPASIAL DAN


PEMBANGUNAN SEKTORAL

RENCANA
KEBUTUHAN PENERAPAN
UMUM
INSENTIF DAN KEMUDAHAN
PENANAMAN
INVESTASI
MODAL

11
KETENTUAN PENYUSUNAN RANCANGAN
PERATURAN

Ketentuan Umum
Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil
penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam
rancangan Undang-Undang, perda provinsi atau perda kabupaten/kota sebagai
solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.
Ketentuan Lain-lain
Selain Perancang Peraturan perundangan, tahapan perkada dapat mengikutsertakan
peneliti dan tenaga ahli

Penyusunan Rancangan Perwal


Kepala Daerah menetapkan Perkada berdasarkan atas perintah peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.
(ps.42 ayat (1) Permendagri 120/2018)/kebutuhan dalam pelaksanaan Tugas Pokok
Dan Fungsi (Perwal No. 90/2018 Ps. 20)

12
IDENTIFIKASI MASALAH

Kebutuhan akan Peraturan Pelaksanaan Insentif dan Kemudahan Investasi


peraturan perundang-undangan yang bersifat pengaturan yang ditetapkan Walikota
untuk menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau
dalam menyelenggarakan kewenangan Pemerintah Kota Tangerang.

Peraturan Walikota yang Dapat Mengikat Penerapan Pelaksanaan Insentif dan


Kemudahan Investasi di Kota Tangerang
Dijadikannya peraturan pelaksanaan Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi
sebagai kebijakan yang dapat mengikat pelaksanaan pemberian Insetif dan
Kemudahan Investasi.
Ketentuan lebih lanjut wujud Filosofi, Sosiologis dan Yuridis penyelenggaraan
Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi
mencerminkan tuntutan kebutuhan masyarakat sendiri akan norma hukum yang
sesuai dengan realitas kesadaran hukum masyarakat akan kebutuhan peningkatan
Investasi

13
MAKSUD

Rumusan dan uraian kedalam Naskah Akademik Perwal pemberian insentif dan
kemudahan investasi antara lain:
1. Perlunya pelaksanaan pemberian insentif dan kemudahan Investasi kepada
Masyarakat dan/atau Investor.
2. Perlunya Peraturan Walikota yang dapat mengikat ketentuan pelaksanaan pemberian
insentif dan pemberian kemudahan Investasi.
3. Peraturan Wali Kota yang mengatur Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemberian
Insentif dan/atau Pemberian Kemudahan Investasi wujud Filosofi, Sosiologis dan
Yuridis penyelenggaraan Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi

Penyusunan Naskah Akademik ini dimaksudkan untuk diperolehnya landasan ilmiah


yang berisi kajian hukum dan hasil penelitian terkait upaya Ketentuan lebih lanjut
mengenai Pemberian Insentif dan/atau Pemberian Kemudahan Investasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah bagi penyusunan suatu rancangan peraturan
walikota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat di
Kota Tangerang, yang memberikan arah, dan menetapkan peraturan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

14
TUJUAN TEKNIS

naskah akademik ini adalah memberikan landasan, argumen yang kokoh perlunya
rancangan perwal terkait Pelaksanan Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi Kota
Tangerang
Tujuan teknis dari penyusunan Naskah Akademik antara lain:
1. Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam Pelaksanan Pemberian Insentif dan
Kemudahan Investasi;
2. Melaksanakan amanat Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2023 Tentang Pemberian
Insentif dan Kemudahan Investasi;
3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis
pembentukan Raperwal Insentif Dan Kemudahan Investasi;
4. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan
dan arah pengaturan dalam Raperwal;
5. Memberikan acuan operasional pelaksanaan pemberian insentif dan kemudahan
ivestasi;
6. Memberikan arahan pelaksanaan insentif dan kemudahan investasi yang terintegrasi
antar sektor, implementatif dan sesuai dengan kebutuhan Kota Tangerang; dan
7. Meningkatkan kerja sama dan sinergi antara pemerintah, masyarakat dan dunia
usaha dalam Pelaksanan Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi.

15
TUJUAN STRATEGIS

Tujuan strategis dari penyusunan Naskah Akademik antara lain:


1. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Kota Tangerang
dalam rangka Pelaksanaan Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi di Kota
Tangerang.
2. Untuk menemukan hal-hal penting yang mendasari perlunya penyusunan
Rancangan Peraturan Walikota Tangerang Pelaksanaan Pemberian Insentif dan
Kemudahan Investasi di Kota Tangerang sebagai dasar pemecahan masalah.
3. Untuk mengetahui landasan filosofis, sosiologis dan yuridis atas pembentukan
Rancangan Peraturan Daerah Kota Tangerang Pelaksanaan Pemberian Insentif dan
Kemudahan Investasi di Kota Tangerang.
4. Untuk merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan dan arah pengaturan dari Rancangan Peraturan Daerah Kota Tangerang
Pelaksanaan Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi di Kota Tangerang.
16
SASARAN

Sasaran dari pelaksanaan Penyusunan Naskah Akademik Perwal Insentif Dan


Kemudahan Investasi adalah:
1. Pengumpulan dokumen rencana dan hasil penilitan yang dijadikan landasan
pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Naskah Akademik Perwal Insentif Dan
Kemudahan Investasi.
2. Terumuskannya permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Ketentuan lebih
lanjut mengenai Pemberian Insentif dan/atau Pemberian Kemudahan Investasi.
3. Pelaksanaan amanat Perda Nomor 3 tahun 2023 tentang Pemberian Insentif dan
Kemudahan Investasi dan Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemberian Insentif
dan/atau Pemberian Kemudahan Investasi Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor
3 Tahun 2023 Tentang pemberian insentif dan kemudahan investasi.
4. Terumuskannya sasaran pekerjaan yang diwujudkan dalam ruang lingkup
pengaturan, jangkauan dan arah pengaturan dalam Raperkada;
5. Terumuskannya sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan dan arah pengaturan dalam Raperkada;
6. Terlaksananya pembahasan sebagai upaya penyepakatan materi Naskah Akademik
dan Rancangan Peraturan Walikota

17
KEGUNAAN PENYUSUNAN

Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik antara lain:


1. Diperolehnya naskah hasil penelitian hukum dan penelitian lainnya terhadap
masalah pemberian insentif dan kemudahan di Kota Tangerang yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut.
2. Diperolehnya Rancangan Peraturan Walikota sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum terkait Pelaksanaan Pemberian Insentif dan
Kemudahan Investasi di Kota Tangerang.

Perwal Pelaksanaan Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi di Kota Tangerang


berfungsi sebagai:
1. kendali Penyelenggaraan Pelaksanaan Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi;
2. acuan bagi penyelenggaraan Pelaksanaan Pemberian Insentif dan Kemudahan
Investasi di Kota Tangerang; dan
3. Pemetaan Pelaksanaan Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi

Perwal bermanfaat sebagai:


1. Ketentuan pelaksanaan Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi di Kota
Tangerang;
2. Pedoman dan acuan yang diberikan pada Raperwal pelaksanaan pemberian
insentif dan kemudahan investasi di Kota Tangerang;

18
METODOLOGI

19
KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN

20
ANALISIS KEBIJAKAN

Tujuan dari analisis kebijakan ini antara lain :


1. Sejauh mana kebijakan-kebijakan pusat yang ada.
2. Untuk melihat kebijakan yang akan dibuat apakah sesuai dengan petunjuk teknis
dan pelaksanaan yang telah ditentukan.
3. Melihat pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan Penyusunan Naskah Akademis

kombinasi metode yang digunakan pada analisis kebijakan antara lain adalah :
1. Deskriptif,
Merupakan metode yang bersifat monitoring yang menghasilkan informasi sebab
dan akibat kebijakan yang telah dirasakan
2. Prediktif
Merupakan metode yang bersifat forecasting yang meramalkan akibat suatu
kebijakan dimasa mendatang
3. Evaluatif
Merupakan metode yang bersifat evaluation yang memberikan informasi tentang
manfaat suatu kebijakan
4. Preskriptif
Merupakan metode yang bersifat rekommendation dan pertanyaan advokatif yang
memberikan informasi tentang kemungkinan bahwa serangkaian tindakan yang
akan datang akan mendatangkan manfaat yang bernilai
5. Perumusan masalah
Perumusan masalah menjadi dasar dalam melakukan pengkajian-pengkajian
21
ROCCIPI
Rules (peraturan), Opportunity (kesempatan), Capacity (kemampuan), Communication
(komunikasi), Interest (kepentingan), Process, and Ideology

1. Rule (Peraturan) berhubungan dengan hukum, aturan, atau norma.


2. Opportunity (Kesempatan), berhubungan dengan kondisi, keadaan, kesempatan, dan
kemungkinan yang mengakibatkan stakeholder terlibat dalam permasalahan sosial
lalu tunduk atau melanggar peraturan.
3. Capacity (Kemampuan) berhubungan dengan kemampuan/ ketidakmampuan atau
kesanggupan yang mengakibatkan stakeholder terlibat dalam permasalahan sosial
untuk kemudian tunduk atau melanggar peraturan.
4. Communication (Komunikasi) berhubungan dengan efektivitas peraturan dalam
kegiatan stake holder, ketika stakeholder tidak mengetahui adanya suatu peraturan,
bagaimana mereka akan bertindak sesuai aturan
5. Interest (Kepentingan) berhubungan dengan motivasi stakeholder yang
menyebakannya terlibat dalam suatu permasalahan.
6. Process (Proses) berhubungan dengan kriteria atau prosedur dalam pengambilan
keputusan oleh stakeholder yang mengakibatkan dirinya terlibat dalam suatu
permasalahan.
7. Ideology (Ideologi) berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip dan tingkah laku
yang membentuk seseorang melihat dunia dan mengambil keputusan 22
REGULATORY IMPACT ASSESMENT (RIA)

Tahapan Analisis RIA:


1. Perumusan masalah
2. Perumusan tujuan
3. Perumusan alternatif tindakan
4. Pelaksanaan analisis biaya dan manfaat
5. Strategi implementasi
6. Konsultasi publik dengan stakeholders dilakukan pada setiap tahapan
7. Penulisan laporan RIA
Metode RIA memberikan kepastian bahwa suatu regulasi dan kebijakan telah
tersusun melalui proses yang terintegrasi, mencakup tahapan perumusan masalah,
perumusan alternatif, analisis manfaat dan biaya, dan konsultasi stakeholders
sampai dengan strategi implementasi.
Prosedur Cost and Benefit Regulatory Analysis harus memperhatikan:
1. Penetapan Urgensi atau tujuan dikeluarkannya suatu peraturan atau kebijakan;
2. Mengkaji seluruh akibat dan keterkaitannya terhadap biaya dan manfaat yang ditimbulkan
atas suatu kebijakan atau peraturan serta melakukan penetapan perspektif yang dipergunakan
(identifikasi pemangku kepentingan yang terlibat);
3. Mengidentifikasi biaya dan manfaat dibuatnya suatu peraturan dalam nominal uang;
4. Mengkaji, menghitung, mengestimasi, mengkuantifikasi dan mengukur kebutuhan suatu
peraturan dalam masyarakat dari sisi ekonomi;
5. Memperhitungkan jangka waktu (discount factor) atas biaya dan manfaat yang ditimbulkan
dari suatu peraturan di masa depan yang kemudian dituangkan kedalam suatu formulasi yang
tepat; dan 23
6. Menghitung, mengestimasi, menskalakan dan mengkuantifikasi biaya dan manfaat
PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN
PEMANTAPAN KONSEPSI MATERI MUATAN

1. dengan Pancasila
Pancasila mengandung kaidah-kaidah dasar yang bersifat esensial, umum dan
abstrak serta menyeluruh mengenai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang secara deduktif perlu dijabarkan
2. dengan UUD NRI Tahun 1945
UUD NRI Tahun 1945 yang memuat hukum dasar negara merupakan sumber
hukum bagi pembentukan peraturan perundang- undangan
3. secara vertikal
pengharmonisasian peraturan perundang-undangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi kedudukannya dalam hierarkhi peraturan perundang-
undangan.
4. secara Horizontal
tidak ada pertentangan atau tumpang tindih antara materi muatan peraturan
perundang-undangan yang setingkat
5. dengan Yurisprudensi
Yurisprudensi yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan terus menerus
diikuti oleh hakim-hakim kemudian dalam memutus perkara yang sama patut
dipertimbangkan dalam penyusunan Perda

24
KERANGKA KONSEP PERATURAN

1. Asas Lex Superiori Derogat Legi Inferiori


( Peraturan tinggi mengesampingkan rendah)
2. Asas Lex Spesialis Derogat Legi Generalis
( Peraturan khusus mengesamingkan umum)
ASAS HUKUM UMUM 3. Asas Lex Posteriori Derogat Legi Priori
(Peraturan Terkini mengesampingkan Peraturan yg
terdahulu)
4. Asas Non Retroaktif
(tdk boleh berlaku surut kecuali (lihat UU 12/14))
5. Asas Rasionalitas
(argumentasi yang jelas tertuang dalam Naskah Akademik)

1. kejelasan tujuan;
2. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
3. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi
ASAS PEMBENTUKAN
PERATURAN
muatan;
PERUNDANG-UNDANGAN 4. dapat dilaksanakan;
(Pasal 5 UU No.12 Tahun 2011)
5. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
6. kejelasan rumusan; dan
7. keterbukaan.

25
TEORITIS DAN PERATURAN

26
STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

1. Strategi Pengembangan Fisik/Lokalitas (Locality or Physical Development


Strategy),
2. Strategi Pengembangan Dunia Usaha (Business Development Strategy),
3. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia (Human Resource Development
Strategy), dan
4. Strategi Pengembangan Masyarakat (Community-based Development Strategy).

sektor prioritas,
1. sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang
cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek
permintaan tersebut;
2. karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi
produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas;
3. harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasilhasil produksi sektor yang
menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah;
4. sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh terhadap
sektor-sektor lainnya.

27
PRINSIP PENERAPAN INSENTIF DAN
KEMUDAHAN INVESTASI

• Penerapan insentif dan kemudahan investasi dimungkinkan untuk dilakukan, tetapi tidak bersifat
wajib, melainkan tergantung kebutuhannya (berdasarkan kasus).
• Penerapan insentif dan kemudahan investasi merupakan pendukung/pelengkap (bukan
perangkat/strategi utama).
• Perlu ditetapkan kegiatan/usaha apa saja yang layak diberi insentif dan kemudahan.
• Dalam merancang insentif dan kemudahan, perlu dipahami juga faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas penerapan insentif dan kemudahan terutama untuk investasi (investment incentives).
Dua faktor yang dapat disebut antara lain adalah waktu dan jenis sektor tertentu dari investasi.
• Dalam menerapkan insentif dan kemudahan perlu diperhatikan bahwa harus terdapat rasional yang
jelas mengapa insentif dan kemudahan tersebut perlu diterapkan.
• Penerapan insentif dan kemudahan harus sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan dan kerangka hukum yang jelas.
• Substansi ketentuan untuk insentif dan kemudahan investasi harus memperhatikan:
• Alasan dan tujuan penerapan
• Kriteria pemberian Insentif dan Kemudahan
• Bentuk dasar
• Objek dan Subjek
• Dasar Penilaian
• Perangkat
• Prosedur Penerapan
28
PENANAMAN MODAL

• bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional


• sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
menciptakan lapangan kerja, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan.
• Penanaman modal (investasi) mempunyai peranan yang sangat penting untuk
menggerakkan dan memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah.
• penanaman modal adalah driving force (penggerak) setiap proses pembangunan
ekonomi,
• kemampuannya dapat menggerakkan aspek-aspek pembangunan lainnya
seperti sumber modal, sumber teknologi, memperluas kesempatan kerja dan
lain-lain.

29
EVALUASI PERUNDANGAN
Amanat Pembentukan Peraturan
Daerah

Pasal 18 ayat (6)


UUD 1945 Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan
otonomi dan tugas pembantuan.
UU No.12/2011
Pasal 1 – (8) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.
UU No.23/2014
Pasal 236 (1) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan, Daerah membentuk Perda.
(2) Perda tersebut dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala Daerah.

Dasar Yuridis Naskah Akademik


UU No.12/2011
Pasal 33 – (3) Materi yang diatur telah melalui pengkajian dan penyelarasan dituangkan dalam Naskah Akademik

UU No.12/2011 Rancangan Peraturan Daerah Provinsi disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah Akademik.
Pasal 56 – (2)

UU No.12/2011 (1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah
Pasal 57 Akademik.(kab. Kota Mutatis Mutadis)
(2) Ketentuan Teknik Penyusunan Naskah Akademik tercantum dalam Lampiran I

Dasar Yuridis Pemindahan PUSPEMKAB SERANG

Permendagri
No.64 / 2012 (Ps1,angka 8) Pemberian Insentif adalah dukungan dari pemerintah daerah kepada penanam modal dalam
rangka mendorong peningkatan penanaman modal di daerah.
(angka 9) Pemberian Kemudahan adalah penyediaan fasilitas dari pemerintah daerah kepada penanam modal
untuk mempermudah setiap kegiatan penanaman modal dalam rangka mendorong peningkatan penanaman
modal di daerah.
30
FILOSOFIS

Pancasila sebagai Staatsfundamental-norm dan sebagai cita hukum


(rechtsidee),

mencapai ide-ide dalam Pancasila.

1. Perwal yang disusun harus dapat menjadi sarana untuk mempercepat


terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, dengan konsekuensi urusan
yang ditangani sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mampu
mengungkit pertumbuhan ekonomi daerah dan masyarakat.
2. Perwal disusun dalam rangka peningkatan penyelenggaraan
Pemerintahanan Daerah yang efektif, efisien dalam percepatan investasi
serta dapat menjadi sarana untuk meningkatkan daya saing daerah dalam
mewujudkan pembangunan daerah yang handal maka diperlukan
Pelaksanaan Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi.

31
SOSIOLOGIS

melalui imperialisme, kapitalisme


kapitalisme hanya menghasilkan
menyebar ke seluruh dunia dan
dua jenis negara, yaitu negara
mengakibatkan seluruh negara di dunia
maju dan negara terbelakang
menjadi negara kapitalis yang maju

keputusan-keputusan utama yang memengaruhi kemajuan ekonomi di


negara berkembang, seperti keputusan mengenai harga komoditas, pola
investasi, hubungan moneter, dibuat oleh individu atau institusi di luar
negara yang bersangkutan

percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan Investasi,


Insentif dan Kemudahan Investasi Kota Tangerang merupakan kebutuhan
prioritas dan sangat strategis dalam rangka menjalankan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan dan mempercepat akselerasi pembangunan
Kota Tangerang

32
LANDASAN YURIDIS

1. Pasal 33, ayat (4) Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 67, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4724);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2023 No. 41,
Tambahan Lembaran Negara No. 6841);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5233) sebagaimana
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 143);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2023 No. 41, Tambahan Lembaran Negara No. 6841);
9. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 No.4, Tambahan Lembaran Negara No. 6757);
10. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2023 No. 41,
Tambahan Lembaran Negara No. 6841);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2019 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi di Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6330). 33
LANDASAN YURIDIS

13. Indonesia Nomor 6330);


14. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6617);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Di Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6618);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6619);
17. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 221);
18. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-
2024;
19. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 61) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2021 tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 128);
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Insentif dan Pemberian
Kemudahan dalam Penanaman Modal di Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 930);
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 64) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
120 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 138 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1965);
23. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2021 tentang Pedoman dan
Tata Cara Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 273);
24. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota
Tangerang Tahun 2005-2025.
25. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 3 Tahun 2023 Tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi
(Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2023 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Nomor 3);
26. Peraturan Walikota Tangerang Nomor 90 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pembentukan Produk Hukum Daerah
sebagaimana diubah dengan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 65 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Walikota Tangerang Nomor 90 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pembentukan Produk Hukum Daerah.
34
JANGKAUAN, ARAH
PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUP MATERI

35
MENIMBANG

a. bahwa upaya peningkatan investasi dengan pemberian insentif dan kemudahan


investasi sebagai daya tarik investasi di Kota Tangerang telah diatur dengan
Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 3 Tahun 2023 Tentang Pemberian
Insentif dan Kemudahan Investasi;
b. bahwa untuk penerapan pemberian insentif dan kemudahan investasi perlu diatur
dengan Peraturan Walikota;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b perlu menetapkan Peraturan Walikota Tangerang Tentang Penerapan
Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi

36
KETENTUAN UMUM

1. Daerah adalah Kota Tangerang.


2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kota Tangerang.
3. Walikota adalah WaliKota Tangerang.
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Wali Kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
5. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu selanjutnya disingkat DPMPTSP adalah perangkat
daerah Kota Tangerang yang bertanggung jawab dibidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu.
6. Investor adalah penanaman modal perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat
berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing
7. Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh Investor yang mempunyai
nilai ekonomis.
8. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
9. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa akan pemberian ijin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan perseorangan atau badan.
10. Insentif adalah kebijakan fiskal dari Pemerintah Daerah kepada Masyarakat dan/atau Investor untuk meningkatkan
investasi di Daerah.
11. Izin adalah persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan kegiatan usaha yang wajib
dipenuhi oleh pelaku usaha sebelum melaksanakan kegiatan usahanya.
12. Pemberian lnsentif adalah dukungan dari pemerintah daerah kepada penanam modal dalam rangka mendorong
peningkatan penanaman modal di daerah.
13. Pemberian Kemudahan adalah penyediaan fasilitas nonfiskal dari Pemerintah Daerah kepada masyarakat dan/atau
Investor untuk mempermudah setiap kegiatan investasi dan untuk meningkatkan investasi di Daerah.
14. Investasi adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam
modal asing untuk melakukan usaha di Kota Tangerang.
15. Penanaman modal dalam negeri yang selanjutnya disingkat PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di Daerah yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam
negeri.
37
KETENTUAN UMUM

16. Penanaman modal asing yang selanjutnya disingkat PMA adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha
di Daerah yang dilakukan oleh penanam modal asmg, baik yang menggunakan modal asmg sepenuhnya maupun
yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
17. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria usaha mikro.
18. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar yang memenuhi kriteria usaha
kecil.
19. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar.
20. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktifyang dilakukan oleh badan usaha dengan jumfah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta,
usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
21. Industri Pioner adalah industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang
tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional.
22. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan
pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan
kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.
23. Sumber Daya Lokal adalah setiap bentuk faktor produksi yang terdiri dari sumber daya alam, tenaga kerja, modal
dan teknologi, dan keahlian atau kewirausahaan.
24. Tenaga Kerja Lokal adalah tenaga kerja yang berstatus sebagai penduduk daerah, berusia 15 (lima belas) Tahun yang
dibuktikan dengan kartu tanda penduduk dan memenuhi persyaratan tertentu.
25. Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan non perizinan yang mendapat
pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non
perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang
dilakukan dalam satu tempat.
26. Tim Verifikasi dan Penilaian Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi selanjutnya disebut Tim, yang ditetapkan
oleh Walikota untuk melakukan verifikasi, penilaian, memberikan rekomendasi, dan melakukan pemantauan dan
evaluasi terhadap pemberian Insentif dan kemudahan penanam modal. 38
MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud Peraturan Walikota ini adalah mengatur ketentuan operasional


penerapan pelaksanaan pemberian insentif dan pemberian kemudahan Investasi.

Tujuan Peraturan Walikota ini adalah:


1. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan pemberian Insentif dan/atau
Pemberian Kemudahan Investasi;
2. Memberikan acuan dan arahan operasional pemberian insentif dan
Kemudahan investasi di Kota Tangerang; dan
3. Meningkatkan sinergi antara pemerintah, masyarakat dan investor dalam
pembangunan ekonomi Kota Tangerang.

39
RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Penerapan Pemberian Insentif dan kemudahan meliputi:


a. bentuk dasar;
Menjelaskan bentuk insentif dan kemudahan
b. objek dan Subjek;
Objek (sektor ekonomi) dan subjek (jenis usaha) investasi yang diberikan
insentif dan kemudahan
c. kriteria penerapan;
Kriteria-kriteria yang dapat diberikan insentif dan kemudahan
d. Dasar Penilaian;
Rumusan penilaian yang memudahkan untuk menilai dapat diberikannya
insentif dan kemudahan
e. perangkat;
Perangkat yang berperan dalam pelaksanaan operasional penerapan pembarian
insentif dan kemudahan
f. prosedur penerapan;
Kewenanangan, Tata-cara pemberian, hak dan tanggungjawab, pelaporan dan
evaluasi dan sanksi 40
BENTUK DASAR

1. Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif dan Kemudahan Investasi sesuai dengan kewenangannya.
2. Pemberian Insentif dikenakan pada:
a. Investor baru yang akan membuka usaha di Daerah;
b. Investor lama yang akan melakukan perluasan usaha di Daerah.
3. Penetapan Pemberian Insentif dan kemudahan bagi masing-masing Investor ditetapkan dengan Keputusan
Wali Kota.

Bentuk Insentif yang diberikan dalam bentuk fiskal sebagai berikut:


1. pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak Daerah meliputi:
a. pajak hotel;
b. Pajak restoran;
c. pajak penerangan jalan;
d. pajak reklame;
e. bea perolehan hak atas tanah dan bangunan;
f. pajak air tanah; dan/atau
g. pajak bumi dan bangunan (PBB)
2. pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi Daerah berupa retribusi pemakaian kekayaan
daerah
3. pemberian bantuan modal kepada usaha mikro, kecil, dan/atau Koperasi di Daerah;
4. bantuan modal kepada Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi;
5. bantuan untuk riset dan pengembangan untuk usaha mikro, kecil, dan/atau Koperasi di Daerah; dan/
atau
6. bantuan fasilitas pelatihan vokasi usaha mikro, kecil, dan/atau Koperasi di Daerah.

41
BENTUK KEMUDAHAN

Pemberian Kemudahan dapat berbentuk:


1. penyediaan data dan informasi peluang Investasi;
a. potensi ekonomi Daerah;
b. rencana detil tata ruang wilayah; dan
c. rencana strategis dan skala prioritas Daerah
2. penyediaan sarana dan prasarana;
a. jaringan listrik;
b. jalan;
c. transportasi;
d. jaringan telekomunikasi;
e. jaringan air bersih.
3. pemberian bantuan teknis;
a. bimbingan teknis
b. pelatihan, tenaga ahli
c. kajian, dan/atau studi kelayakan
4. penyederhanaan dan percepatan pemberian Perizinan melalui pelayanan terpadu satu pintu;
untuk mempercepat waktu, menghemat biaya dan mempersingkat prosedur melalui sarana dan prasarana
dalam jaringan (online).
5. kemudahan akses pemasaran hasil produksi;
membuka dan memperluas jaringan usaha dan pasar bagi produk usaha baik ditingkat nasional maupun
internasional.
6. kemudahan investasi langsung konstruksi;
dengan syarat investor melakukan usaha industri padat karya dengan nilai investasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Penanaman Modal.
7. kemudahan investasi di kawasan strategis yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang
berpotensi pada pembangunan Daerah;
8. pemberian kenyamanan dan keamanan berinvestasi di Daerah;
9. kemudahan proses sertifikasi dan standardisasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. kemudahan akses tenaga kerja siap pakai dan terampil;
11. kemudahan akses pasokan bahan baku; dan/ atau
12. fasilitasi promosi sesuai dengan kewenangan Daerah
a. pameran,
b. eksibisi dan 42
13.pertemuan bisnis
OBJEK DAN SUBJEK

Objek Pemberian Insentif dan Kemudahan Subjek Pemberian Insentif dan


Investasi adalah sektor ekonomi meliputi: Kemudahan Investasi adalah jenis usaha
1. sektor perdagangan, jasa dan industri; meliputi:
2. sektor industri kreatif; 1. usaha mikro, kecil, dan/atau Koperasi;
3. sektor industri ramah lingkungan; 2. usaha yang dipersyaratkan dengan
4. sektor pariwisata dan kebudayaan, kemitraan;
termasuk sektor pendukungnya; 3. usaha yang dipersyaratkan
5. sektor pendidikan;
kepemilikan modalnya;
6. sektor kesehatan (sarana dan
4. usaha yang dipersyaratkan dengan
prasarana pendukung pelayanan);
7. sektor pertanian;
lokasi tertentu;
8. sektor energi baru terbarukan; 5. usaha yang dipersyaratkan dengan
9. sektor persampahan; Perizinan khusus;
10.sektor penyediaan air bersih; 6. usaha yang terbuka dalam rangka
11.sektor energi dan sumber daya Penanaman Modal yang
mineral; memprioritaskan keunggulan Daerah;
12.sektor infrastruktur perumahan dan 7. usaha yang telah mendapatkan
pemukiman; dan fasilitas Penanaman Modal dari
13.sektor perhubungan, pos, Pemerintah Pusat; dan/atau
telekomunikasi, penyiaran serta usaha lainnya sesuai dengan ketentuan
system dan transaksi elektronik peraturan perundang-undangan
43
KRITERIA PENERAPAN

Jenis usaha yang diprioritaskan untuk memperoleh insentif dan kemudahan


meliputi:
1. usaha sektor unggulan yang berorientasi meningkatkan kemandirian Daerah;
2. usaha sektor unggulan yang berorientasi ekspor;
3. nilai investasi sampai dengan Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan;
4. jumlah tenaga lokal yang diserap minimal 25%;
a. dengan kepemilikan KTP berdomisili Kota Tangerang
b. NPWP KPP Kota Tangerang
5. usaha yang mendukung pengembangan fasilitas Pendidikan;
6. usaha yang mendukung ekspor;
7. usaha sektor energi baru dan terbarukan; dan/ atau
8. bidang usaha yang diprioritaskan sesuai dengan lingkup usaha yang terbuka
44
berdasarkan peraturan perundang-undangan
DASAR PENILAIAN

Walikota menetapkan masyarakat dan/atau Investor yang memperoleh insentif


dan/atau kemudahan Investasi berdasarkan penilaian yang dilaksanakan oleh tim
verifikasi dan penilai.

Tim Verifikasi dalam melaksanakan penilaian Pemberian Insentif dan kemudahan


kepada Penanam Modal ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah kriteria yang
dipenuhi. Penilaian menentukan bentuk dan besaran Insentif dan kemudahan yang
akan diberikan kepada Penanam Modal.

Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi harus mempertimbangkan:


a. kemampuan Daerah untuk memberikan insentif dan kemudahan;
b. kinerja keuangan Penanam Modal;
c. kinerja manajemen Penanam Modal;
d. prospek usaha dari Penanam Modal yang mengajukan permohonan insentif dan
Kemudahan Investasi

Dasar penilaian pemberian insentif dan kemudahan menggunakan variabel dan skala
prioritas daerah.

45
PERHITUNGAN PEMBERIAN INSENTIF DAN
KEMUDAHAN
NO KRITERIA VARIABEL INDIKATOR PARAMETER NILAI
1 Kontribusi Dampak terhadap Kegiatan Investasi a Tingkat rata-rata pendapatan karyawan perbulannya 0
terhadap pendapatan rata-rata memberikan dampak dibawah Upah Minimum Kota (UMK)
peningkatan masyarakat terhadap peningkatan b Tingkat rata-rata pendapatan karyawan perbulannya sama 2
pendapatan pendapatan rata-rata dengan UMK
masyarakat masyarakat disekitar c Tingkat rata-rata pendapatan karyawan perbulannya diatas 4
lokasi usaha Upah Minimum Kota (UMK)
2 Penyerapan Penggunaan Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja lokal a tenaga kerja lokal kurang dari 10% 0
Tenaga Kerja Lokal Lokal sebagai tenaga kerja yang dipekerjakan dalam b Tenaga kerja lokal antara 10%-24% 2
produksi maupun usaha c 4
manajerial Tenaga kerja lokal sama atau diatas 25%
3 Konstribusi Kontribusi dalam bentuk Investor melaksanakan a Belum ada konstribusi dana CSR 0
Terhadap program tangung jawab pernyaluran dana dari b Konstribusi dana CSR kurang dari 5% pertahun dari laba 2
Peningkatan sosial (CSR) program tanggung jawab bersih
Pelayanan Publik sosial (CSR) secara rutin c Konstribusi dana CSR diatas 5% pertahun dari laba bersih 4
4 Kontribusi Total Produksi pertahun Peningkatan total a Nilai total produksi meningkat kurang dari 5% pertahun. 0
terhadap Ekonomi produksi Penanaman b Nilai total produksi meningkat antara 5%-10% 1
Daerah Modal baik berupa c Nilai total produksi meningkat diatas 10% 2
perkiraan maupun
realisasinya
5 Berwawasan Investor yang menerapkan Pelaksanaan penerapan a Investor tidak memiliki dokumen Pengelolaan Lingkungan 0
Lingkungan dan prinsip-prinsip prinsip lingkungan Hidup b Investor memiliki dokumen Pengelolaan Lingkungan namun 2
berkelanjutan keseimbangan dan dan Tata Ruang tidak melakukan daur ulang limbahnya
keadilan, serta c Investor memiliki dokumen Pengelolaan Lingkungan dan 4
pemanfaatan sumber daya melakukan daur ulang limbahnya
alam dan taat pada
rencana tata ruang yang
telah ditetapkan
6 Pembangunan mendukung Pemerintah Investor yang mendukung a Investor yang dalam usahanya memenuhi pembangunan 0
Infrastruktur daerah dalam penyediaan Pemerintah Daerah dalam fasum dan
infrastruktur penyediaan sarana dan fasos kurang dari 30% dari luasan yang dipersyaratkan
prasarana yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
dibutuhkan oleh b Investor yang dalam usahanya memenuhi pembangunan 1
masyarakat fasum dan fasos antara 30%-50%.
c Investor yang dalam usahanya memenuhi pembangunan 2
fasum dan fasos diatas 50%
7 Melakukan Alih Investor yang memberikan Transfer teknologi kepada a Transfer teknologi kepada pemerintah daerah maupun 0
Teknologi kesempatan kepada pemerintah daerah masyarakat belum dilakukan
Pemerintah Daerah maupun masyarakat b Transfer teknologi kepada pemerintah daerah maupun 1
meningkatkan masyarakat dilakukan dengan dukungan dana APBD
pengetahuan dan c Transfer teknologi kepada pemerintah daerah maupun 2
penerapan teknologiyang masyarakat dilakukan dengan dukungan pembiayaan penuh
digunakan oleh Investor Investor 46
PERHITUNGAN PEMBERIAN INSENTIF DAN
KEMUDAHAN
NO KRITERIA VARIABEL INDIKATOR PARAMETER NILAI
8 Merupakan Investor yang membuka Keterkaitan yang a Usaha Penanaman Modal bukan merupakan jenis usaha baru dan tidak 0
Industri Pionir jenis usaha baru yang luas dan memiliki keterkaitan kegiatan usaha yang luas (keterkaitan kedepan dan
memiliki keterkaitan mendukung produk kebelakang) dan tidak mendukung pengembangan produk unggulan
kegiatan usaha yang luas, unggulan daerah daerah
memberi nilai tambah dan b Usaha Investor merupakan jenis usaha baru yang memiliki keterkaitan 1
memperhitungkan kegiatan usaha yang luas (keterkaitan kedepan dan kebelakang) tapi
eksternalitas yang terjadi, tidak mendukung pengembangan produk unggulan daerah
memperkenalkan teknologi c Usaha Investor merupakan jenis usaha baru yang memiliki keterkaitan 2
baru, serta memiliki nilai kegiatan usaha yang luas keterkaitan kedepan dan kebelakang dan
strategis dalam mendukung mendukung pengembangan produk unggulan daerah
pengembangan produk
unggulan daerah
9 Melaksanakan Kegiatan usahanya bergerak Kegiatan litbang a Tidak ada kegiatan Litbang dan / atau, inovasi dalam peningkatan nilai 0
Penelitian, di bidang penelitian dan dan inovasi tambah produk unggulan daerah
Pengembangan pengembangan, inovasi b Ada kegiatan Litbang dan / atau inovasi namun tidak terkait dengan 1
dan Inovasi teknologi dalam mengelola pengembangan produk unggulan daerah
potensi daerah c Ada kegiatan Litbang dan/ atau inovasi yang terkait dengan 2
pengembangan produk unggulan daerah
10 Kemitraan Pelaksanaan kemitraan kemitraan dengan a Investor belum melakukan kemitraan dengan UMKM dan / atau 0
dengan UMKM dengan pengusaha UMKM pengusaha UMKM Koperasi secara fungsional
dan / atau dan / atau koperasi dan / atau koperasi b Investor melakukan kemitraan dengan UMKM dan / atau Koperasi 1
Koperasi secara fungsional dalam bidang produksi saja atau bidang pemasaran
saja
c Investor melakukan kemitraan dengan UMKM dan / atau Koperasi 2
secara fungsional dalam bidang produksi dan pemasaran hasil
11 Penggunaan Penggunaan Barang Modal, Tingkat penggunaan a Investor tidak menggunakan barang modal, mesin atau peralatan yang 0
Produksi Dalam Mesin atau Peralatan yang produksi dalam diproduksi di dalam negeri
Negeri di produksi di dalam negeri negeri b Investor menggunakan barang modal, mesin atau peralatan yang 1
diproduksi di dalam negeri kurang dan 50%.
c Investor menggunakan barang modal, mesin atau peralatan produksi 2
yang diproduksi di dalam negeri lebih dari 50%.
12 Kegiatan usaha Penanaman Modal yang Kesesuaian dengan a Kegiatan usaha yang dijalankan tidak sesuai dengan dalam dokumen 0
sesuai dengan kegiatan usahanya berada program prioritas perencanaan Daerah dan tidak berlokasi di kawasan strategis cepat
program prioritas dan / atau sesuai dengan : nasional/daerah tumbuh.
nasional dan / rencana tata ruang daerah; b Kegiatan usaha yang dijalankan sesuai dengan dokumen perencanaan 1
atau daerah RPJPD; RPJMD; dan Daerah namun tidak berlokasi di kawasan strategis cepat tumbuh.
kawasan strategis cepat c Kegiatan usaha yang dijalankan sesuai dengan dokumen perencanaan 2
tumbuh Daerah dan berlokasi di kawasan strategis cepat tumbuh.
13 Berorientasi Investor yang usahanya rasio eksport barang a Investor mengekspor barang hasil produksi kurang dari 10% dari total 0
Eksport memproduksi barang- hasil produksi nilai produksinya.
barang produk lokal yang b Investor mengekspor barang hasil produksi antara 10%-30% dari total 2
memiliki nilai ekspor tinggi nilai produksinya.
c Investor mengekspor barang hasil produksi diatas 30% dari total nilai
47
4
produksinya.
NILAI SKOR, BENTUK INSENTIF DAN BENTUK
KEMUDAHAN
No. Nilai Skor Bentuk Insentif Bentuk Kemudahan
1 0-9 Tidak Mendapatkan Tidak Mendapatkan
2 10-18 Pengurangan atau pembebasan pajak dan / atau retribusi diberikan paling tinggi 1. Penyediaan data dan informasi terkait peluang
(Rendah) sebesar 10 % (sepuluh persen) dari total perkiraan pembayaran pajak dan retribusi penanaman modal
dari investor 2. Penyediaan sarana dan prasarana
Pemberian bantuan barang modal untuk usaha mikro, kecil dan koperasi diberikan 3. Pemberian bantuan teknis
maksimum sebesar 20 % (dua puluh persen) dari perkiraan barang modal yang 4. Percepatan pemberian
dimiliki perizinan melalui PTSP
Pemberian bantuan untuk riset dan pengembangan untuk usaha mikro, kecil dan 5. Pemberian keamanan dan kenyamanan penanaman
koperasi maksimum 10% (sepuluh persen) dari total perkiraan biaya yang modal di daerah.
dibutuhkan untuk pengembangan dan riset
Bantuan fasilitas pelatihan vokasi untuk usaha mikro kecil dan koperasi
maksimum sebesar 10 % (sepuluh persen) dari perkiraan biaya yang dibutuhkan
untuk pelatihan vokasi
3 19-27 Pengurangan atau pembebasan pajak dan /atau retribusi untuk setiap penanam 1. Penyediaan data dan informasi terkait peluang
(Sedang) modal maksimum 20 % (dua puluh Persen) dari total perkiraan pembayaran pajak penanaman modal
dan retribusi dari penanam modal 2. Penyediaan sarana dan prasarana
Pemberian bantuan barang modal untuk usaha mikro, kecil dan koperasi diberikan 3. Pemberian bantuan teknis
maksimum sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari perkiraan barang modal yang 4. Percepatan pemberian perizinan melalui PTSP
dimiliki 5. Pemberian keamanan dan kenyamanan penanaman
Pemberian bantuan untuk riset dan pengembangan untukusaha mikro, kecil dan modal di daerah.
koperasi maksimum 20% (dua puluh persen) dari total perkiraan biaya yang 6. Kemudahan akses pemasaran hasil produksi
dibutuhkan untuk pengembangan dan riset 7. Kemudahan akses tenaga kerja siap pakai dan
Bantuan fasilitas pelatihan vokasi untuk usaha mikro kecil dan koperasi terampil
maksimum sebesar 20 % (dua puluh persen) dari perkiraan biaya yang dibutuhkan 8. Kemudahan promosi usaha
untuk pelatihan vokasi
3 28-36 Pengurangan atau pembebasan pajak dan /atau retribusi untuk setiap penanam 1. Penyediaan data dan informasi terkait peluan
(Tinggi) modal maksimum sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari total perkiraan realisasi penanaman modal
pembayaran pajak dan retribusi dari penanam modal dan /atau pembebasan pajak 2. Penyediaan sarana dan prasarana
dan / atau retribusi daerah 3. Pemberianbantuan teknis
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan 4. Percepatan pemberian perizinan melalui PTSP
Pemberian bantuan barang modal untuk usaha mikro, kecil dan koperasi diberikan 5. Pemberian keamanan dan kenyamanan penanaman
maksimum sebesar 50 % (lima puluh persen) dari perkiraan barang modal yang modal di daerah.
dimiliki 6. Kemudahan akses pemasaran hasil produksi
Pemberian bantuan untuk riset dan pengembangan untuk usaha mikro, kecil dan 7. Kemudahan akses tenaga kerja siap pakai dan
koperasi maksimum 30% ( tiga puluh persen) dari total perkiraan biaya yang terampil
dibutuhkan untuk pengembangan dan riset 8. Kemudahan promosi usaha
Bantuan fasilitas pelatihan vokasi untuk usaha mikro kecil dan koperasi 9. Kemudahan Investasi langsung kontruksi
maksimum sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari perkiraan biaya yang dibutuhkan 10. Kemudahan Investasi dikawasan strategis yang
untuk pelatihan vokasi ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan
pembangunan di daerah
11.
48
Kemudahan proses sertifikasi dan standarisasi
12. Kemudahan akses pasokan bahan baku
SYARAT-SYARAT PEMBEBASAN PEMBAYARAN
RETRIBUSI

Suatu usaha akan diberikan pembebasan pembayaran retribusi sampai masa


berlakunya izin berakhir, jika:
a. Usahanya mengalami pailit yang dinyatakan dengan putusan pengadilan;
b. Usahanya terkena bencana alam yang menyebabkan kerugian lebih dari 50% (lima
puluh persen) dari total modal
c. usaha tidak termasuk tanah;
d. Usahanya terkena bencana alam yang menyebabkan tidak dapat menjalankan
usahanya selama 12 (dua belas) bulan mulai saat bencana alam terjadi; dan
e. Usahanya mengalami relokasi yang disebabkan terkena kegiatan pembangunan
untuk kepentingan umum (fasos atau fasum), dengan mempertahankan karyawan
sebelumnya, serta jenis usaha tidak mengalami perubahan.

49
JANGKA WAKTU DAN FREKUENSI

Jangka Waktu dan


Jangka Waktu dan Frekuensi
Penanam Modal Frekuensi
Insentif Investasi
Kemudahan Investasi
Bagi Investor Baru Diberikan Maksimum 2 (dua) kali Diberikan Maksimum 2 (dua)
dalam jangka waktu 5 (lima) kali dalam jangka waktu 5
tahun sejak beroperasi usahanya (lima) tahun sejak beroperasi
usahanya
Bagi Investor Lama yang Diberikan Maksimum 2 (dua) kali Diberikan Maksimum 2 (dua)
akan melakukan perluasan saat penanam modal akan kali per 5 (lima) tahun
usaha melakukan perluasan usaha setelah 3 (tiga)
tahun beroperasi

50
PERANGKAT

Tim verifikasi dan Penilaian


1. Walikota sebagai perangkat yang 1. ketua : Sekretaris Daerah
menetapkan pemberian insentif dan 2. sekretaris : Kepala DPMPTSP
kemudahan investasi melalui 3. anggota :
Keputusan Walikota. a. Perangkat daerah; Daerah yang membidangi
2. DPMPTSP sebagai perangkat yang urusan Pajak dan Retribusi
menjalankan proses pelaksanaan b. Perangkat Daerah yang membidangi urusan
Hukum;
pemberian insentif dan kemudahan
c. Perangkat Daerah yang membidangi urusan
investasi.
Lingkungan Hidup;
3. Tim Verifikasi dan Penilaian d. perangkat Daerah yang membidangi urusan
merupakan perangkat yang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang;
memberikan verifikasi dan penilaian e. Perangkat Daerah yang membidangi urusan
terhadap pemberian Insentif dan UMKM dan ketenagakerjaan;
Kemudahan Investasi. f. Perangkat Daerah yang membidangi urusan
pariwisata;
g. Perangkat Daerah yang membidangi urusan
Wali Kota membentuk tim verifikasi kesehatan;
dan Penilaian. h. Perangkat Daerah yang membidangi urusan
perumahan dan kawasan permukiman;
Tim verifikasi dan Penilaian i. Perangkat Daerah yang mendukung kegiatan
melaksanakan penilaian Pemberian pemberian insentif dan Kemudahan Investasi.
Insentif dan Kemudahan Investasi 4. sekretariat : unsur Perangkat Daerah yang
membidangi/ mendukung kegiatan Pemberian
Insentif dan Kemudahan Investasi. 51
TIM VERIFIKASI DAN PENILAIAN

Tim Verifikasi dan Penilaian mempunyai tugas sebagai berikut:


1. mensosialisasikan ketentuan pemberian insentif dan Kemudahan Investasi;
2. melakukan verifikasi usulan dan pengecekan kelengkapan persyaratan yang
harus dipenuhi;
3. melakukan penilaian Pemberian Insentif dan /atau kemudahan menggunakan
variable penilaian;
4. melakukan penilaian untuk menentukan bentuk dan besaran Pemberian Insentif
dan Pemberian Kemudahan Investasi;
5. menetapkan urutan Penanam Modal yang akan menerima Pemberian Insentif
dan Pemberian Kemudahan Investasi;
6. menyampaikan rekomendasi kepada Wali Kota untuk ditetapkan sebagai
penerima insentif dan Kemudahan Investasi; dan
7. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
Penanaman Modal yang telah memperoleh insentif dan/atau Kemudahan
Investasi.

Tim Verifikasi bertanggungjawab terhadap kebenaran persyaratan administrasi dan


penilaian dalam rangka Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi.
Pembentukan dan susunan keanggotaan Tim, ditetapkan dengan Keputusan Wali
Kota.
52
HAK DAN TANGGUNGJAWAB
Penerima Insentif dan kemudahan mempunyai hak:
a. mendapatkan informasi pelayanan Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi;
b. mendapatkan insentif dan Kemudahan Investasi sesuai mekanisme yang telah
ditetapkan;
c. mendapatkan layanan terkait proses pemberian, pelaksanaan, pengawasan dan
pembinaan terhadap Penanam Modal di Daerah; dan
d. mendapatkan informasi hasil evaluasi terhadap perkembangan penerimaan
insentif dan Kemudahan Investasi.
Penerima insentif dan kemudahan mempunyai kewajiban:
e. menerapkan prinsip tata Kelola perusahaan yang baik;
f. melaksanakan tanggungjawab sosial masyarakat;
g. menyampaikan laporan kegiatan Penanaman Modal sesuai ketentuan yang
berlaku; dan
h. mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan
Penerima insentif dan kemudahan mempunyai tanggungjawab:
i. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
j. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika Penanam
Modal menghentikan, meninggalkan dan menelantarkan kegiatan usahanya secara
sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
k. menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan persaingan usaha yang sehat,
mencegah praktek monopoli dan hal lain yang merugikan negara atau Daerah;
53
l. menjaga kelestarian lingkungan hidup; dan menciptakan keselamatan, Kesehatan,
kenyamanan dan kesejahteraan pekerja.
TATA CARA PERMOHONAN
Permohonan insentif dan/atau kemudahan Investasi diajukan oleh pimpinan perusahaan atau kuasanya
kepada Wali Kota c.q Kepala DPMPTSP Kota Tangerang

bagi Penanam Modal baru, pemohon bagi Penanam Modal yang akan melakukan perluasan usaha,
pemohon mengajukan surat permohonan tertulis dalam Bahasa
mengajukan surat permohonan tertulis Indonesia, dilampiri :
dalam Bahasa Indonesia, di lampiri : a. fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti identitas diri
a. fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau yang sah dan masih berlaku dari pemohon;
b. profil perusahaan yang paling sedikit berisi:
bukti identitas diri yang sah dan masih 1) visi;
berlaku dari pemohon; 2) misi;
b. profil perusahaan yang paling sedikit 3) lingkup usaha;
4) susunan direksi;
berisi: 5) manajemen perusahaan; dan
1) visi; 6) fotocopy dokumen legalitas perusahaan
c. neraca perusahaan 2 (dua) tahun terakhir dan perhitungan
2) misi; rugi laba perusahaan 2 (dua) tahun terakhir;
3) lingkup usaha; d. perkembangan usaha yang berisi kapasitas usaha dan
4) susunan direksi; pemasaran produk per tahun untuk waktu 2 (dua) tahun
terakhir;
5) manajemen perusahaan; dan e. lingkup usaha yang berisi jenis dan kapasitas usaha sekarang
6) fotocopy dokumen legalitas perusahaan dan yang akan diperluas;
c. bentuk insentif dan/atau Kemudahan f. laporan Kegiatan Penanaman Modal periode tahun sebelumnya
dan/atau periode tahun berjalan bagi investor UMK dan
Investasi yang diinginkan; investor non UMK sesuai peraturan perundang-undangan;
d. surat kuasa bermaterai cukup jika g. bentuk insentif dan/atau Kemudahan Investasi yang
permohonan diwakilkan; dan diinginkan;
h. surat kuasa bermaterai cukup jika permohonan diwakilkan;
e. fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan
atau bukti identitas diri yang sah dan i. fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti identitas diri
yang sah dan masih berlaku dari penerima kuasa jika
masih berlaku dari penerima kuasa jika permohonan diwakilkan
permohonan diwakilkan.
Pengajuan permohonan yang telah diverifikasi, jika masih terdapat kekurangan persyaratan, Tim Verifikasi
memberitahukan kepada pemohon dalam waktu 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak ditetapkannya hasil 54
pemeriksaan permohonan untuk segera dilengkapi.
EVALUASI DAN PELAPORAN

Wali Kota melalui Tim Verifikasi melakukan evaluasi terhadap efektifitas


pelaksanaan insentif dan kemudahan yang telah diberikan kepada Penanam Modal.
Evaluasi dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.

Investor yang menerima insentif dan kemudahan Investasi menyampaikan laporan


kepada Wali Kota melalui melalui Sekretaris Daerah secara berkala paling sedikit 1
(satu) tahun sekali. Laporan sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat:
a. laporan penggunaan insentif dan/atau kemudahan;
b. pengelolaan usaha;
c. Rencana kegiatan usaha.

Berdasar hasil evaluasi, Pemberian Insentif dan kemudahan Investasi:


d. dapat dihentikan sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan;
e. tidak diperpanjang apabila melanggar ketentuan
55
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

56

Anda mungkin juga menyukai