Anda di halaman 1dari 35

EPILEPSI LOBUS

TEMPORAL
PENDAHULUAN
• Epilepsi lobus temporal (TLE) adalah bentuk epilepsi fokal
yang paling umum dan mewakili hampir 2/3 kasus epilepsy
• Aura kejang terjadi pada banyak pasien TLE dan sering
menunjukkan ciri-ciri yang relatif spesifik untuk TLE, tetapi
hanya sedikit yang memiliki nilai lateralisasi. Namun,
otomatisme sering kali memiliki signifikansi lateralisasi.
Studi semiologi kejang yang cermat tetap sangat berharga
dalam mencari zona onset kejang.
ANATOMY

Epilepsia, Volume: 51, Issue: s1, Pages: 59-62, First published: 19


January 2010, DOI: (10.1111/j.1528-1167.2009.02448.x)
EPIDEMIOLOGI

• Rata-rata insiden 10,4 per 100.000 penduduk dan


prevalensi 1.7 per 1000 penduduk
• TLE mewakili sekitar dua pertiga dari populasi kejang
yang tidak dapat disembuhkan yang membutuhkan
penatalaksanaan bedah
TYPE OF TLE

• Mesial temporal lobe epilepsy


• Lateral temporal lobe epilepsy atau neokortikal temporal
epilepsi
MESIAL TEMPORAL

• Bentuk epilepsi parsial yang paling umum pada remaja


dan orang dewasa
• Pasien-pasien ini biasanya memiliki faktor risiko yang
diketahui seperti cedera perinatal, infeksi SSP, trauma
kepala, Riwayat keluarga
BENTUK KEJANG MTE

• Aura yang khas adalah sensasi epigastrium yang meningkat,


sering digambarkan seperti melayang dan diikuti dengan
menatap, gangguan perilaku dan otomatisme oroalimentari
atau tangan, disertai dengan fenomena otonom seperti dilatasi
pupil, hiperventilasi, piloereksi, dan takikardia
• Postur distonik kontaralateral dengan otomatisme ipsilateral
selama kejang adalah tanda lateralisasi yang dapat diandalkan
LATERAL TEMPORAL LOBE
EPILEPSY/ NEOCORTICAL

• NTE memiliki profil klinis yang berbeda dari epilepsi


mesial
• Riwayat riwayat keluarga, infeksi CNC, komplikasi
perinatal atau cedera kepala lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan pasien MTS
• Kejang pada pasien dengan NTE muncul lima atau
sepuluh tahun kemudian dibandingkan dengan MTS
• Sekitar 60% kejang diawali dengan aura, seperti
fenomena pendengaran, pengalaman psikis atau dejavu
dan jamais vu, distorsi visual, dan gejala yang berliku-
liku
• Menatap tanpa bergerak dan tidak responsif adalah tanda
klinis objektif pertama, yang sering diikuti oleh gerakan
klonik kontralateral awal dan generalisasi sekunder
MTE VS LTE
PADA EEG

Rekaman elektroensefalografi kedalaman (EEG) dari kejang lobus mesiotemporal. Keterlibatan awal beberapa
struktur lobus mesiotemporal (A, amigdala; Hi, hipokampus; EC, korteks entorhinal; TPi, kutub temporal internal),
dan keterlibatan yang tertunda dari sektor neokorteks temporal (aMTG, bagian anterior dari girus temporal
kedua; pMTG, bagian posterior dari girus temporal kedua; STG, girus temporal superior).
LAPORAN KASUS NEUROLOGI

Nama : Tn. T
No. MR : 0017-90-10
Jenis Kelamin : Pria
Usia : 36 tahun
Agama : Islam
Kewargenaraan : WNI
Pekerjaan : Karyawan
Status Pernikahan : Menikah
Status Sosial : Baik
Status Ekonomi : Menengah
Alamat : Cipayung, Jakarta timur
Tanggal Pemeriksaan : 4 Oktober 2023
Riwayat Penyakit Keluarga

• Tidak ada riwayat kejang pada keluarga.


• Kedua orang tua pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi
• Tidak ada riwayat keganasan pada anggota keluarga

Riwayat Kebiasaan

• Pasien merupakan chef di suatu restoran, sehari-hari beraktivitas


sedang hingga berat.
• Tidak ada riwayat merokok, konsumsi obat narkoba minum atau
suntik, konsumsi alkohol.
PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Baik
Keadaan Gizi : Baik
Tekanan darah : 130/80 mmHg // 130/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 20x/ menit
Suhu : 36 derajat C
Saturasi O­­2 : 98%
Kepala : Normosefali tanpa tanda trauma
Mata : Pupil bulat isokor 3mm/3mm, rcl +/+, rtcl +/+
Telinga : Bentuk normal, tidak ada luka, perdarahan, ataupun cairan
Hidung : Bentuk normal, septum nasi di tengah, tidak ada luka dan
perdarahan
Mulut : Tidak diperiksa
Leher : Tidak terdapat luka maupun pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks :
•Inspeksi Dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak terdapat retraksi atau penggunaan
otot pernapasan tambahan.
•Palpasi dan perkusi  tidak dilakukan
•Auskultasi  tidak dilakukan
Abdomen :
•Inspeksi  Dinding abdomen simetris, tidak terlihat adanya massa atau luka.
Punggung : Tidak diperiksa
Ekstremitas Atas : Normal, tidak ada deformitas..
Ekstremitas Bawah : Normal, tidak ada deformitas.
STATUS NEUROLOGIS

GCS : 15 (E4 M6 V5)

Tanda Rangsang Meningeal


Tidak dilakukan pemeriksaan

HASIL PEMERIKSAAN

•N I:Tidak dilakukan pemeriksaan


•N II
o Lapang pandang: sesuai dengan pemeriksa
o Pemeriksaan buta warna: tidak dilakukan
o Pupil bulat, isokor, ukuran 3 mm / 3 mm.
o Refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
•N III, IV, VI: Gerakan bola mata ke segala arah baik
•N V:Reflek kornea +/+
N VII
Inspeksi: Wajah pasien kanan dan kiri simetris.
Celah palpebra kanan dan kiri simetris.
Plika nasolabialis kanan dan kiri simetris.

N VIII
Tes pendengaran dengan berbisik : normal
Tes Rinne, Weber, dan Schwabach tidak dilakukan.

N IX & X
Tidak dilakukan pemeriksaan

N XI
Menoleh kanan-kiri dan menggerakkan bahu: baik, kiri dan kanan

N XII
Tidak dilakukan pemeriksaan
Sensorik
Eksteroseptif : sentuhan dan nyeri  baik, simetris
Proprioseptif : tidak diperiksa

Motorik
Inspeksi : Posisi lengan dan tungkai simetris kanan dan kiri. Tidak terdapat
atrofi ataupun fasikulasi.

Kekuatan Kanan Kiri

Lengan atas 5 5

Lengan bawah 5 5

Tangan 5 5

Jari tangan 5 5

Tungkai atas 5 5

Tungkai bawah 5 5

Kaki 5 5

Jari kaki 5 5
Refleks Fisiologis

Refleks Fisiologis Kanan Kiri


Refleks Tendon Biseps + +
Refleks Tendon Triseps + +
Refleks Tendon Lutut + +
Refleks Tendon Achilles + +

Refleks Patologis
Refleks Babinsky : – / –

Koordinasi
Tes Tunjuk Hidung : tidak diperiksa
Tes Tumit-Lutut : tidak diperiksa

Otonom
Miksi, defekasi dan sekresi keringat dalam batas normal.
HASIL EEG

• Frequent fokal polymorphic slow activities over the left


temporal region
• Abundant focal polymorphic interictal epileptiform
dischard ( F7>T1/T3/T5-Fp1/F3) over the left tempral
regions, sleep activated.
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Kehilangan Kesadaran yang rekurens
Diagnosis Topis : Lobus Temporal Mesial
Diagnosis Etiologi : Idiopatik
Diagnosis Patologis: Gangguan Sistem Listrik

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Banding : Frontal Lobe Epilepsy, Absant, Narkolepsi, Syncope

DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Kerja : Complex Partial Epilepsy (Type : Temporal Lobe
Epilepsy)

PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad sanationam : malam
TATA LAKSANA

MEDIKAMENTOSA
- Asam valproate ER 1x500 mg
- Topamax 2x50 mg

NON MEDIKAMENTOSA
• Pasien disarankan untuk tidak melakukan aktifitas yang dapat membahayakan
apabila episode kejang terjadi.
(contoh : mengemudikan kendaraan)

• Keluarga pasien diminta untuk mengawasi pasien saat episode kejang terjadi,
khususnya agar pasien tidak melakukan hal hal yang dapat mebahayakan dirinya
dan orang lain di sekitarnya.

• Pasien diminta untuk meminum obatnya dengan teratur

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Disarankan untuk dilakuakn MRI brain
DISKUSI KASUS

Epilepsi Lobus Temporalis

DEFINISI

Kejang berulang tanpa provokasi yang berasal dari medial atau lateral lobus temporalis,
biasanya berupa kejang parsial sederhana tanpa gangguan kesadaran, dengan atau tanpa aura,
dan dapat berupa kejang parsial kompleks dengan gangguan kesadaran.

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan fisiologik, neuron melepaskan muatan listriknya akibat perbedaan


potensial listrik pada membran pre dan post synapsnya. Potensial listrik tersebut kemudian
diteruskan ke dendrit, dan disalurkan melalui akson yang bersinaps dengan dendrit neuron
lain dan seterusnya. Pada epilepsi, terdapat gangguan dalam aliran listrik ini, di mana sering
kali terjadi perbedaan-perbedaan potensial listrik yang menyebabkan dilepaskannya muatan
listrik patologis yang menyebabkan kejang, gangguan modalitas emosi dan sebagainya. Pada
suatu penelitian dikatakan bahwa pelepasan muatan listrik pada neuron berhubungan dengan
jumlah asetilkolin tertentu, sehingga pada epilepsi, diperkirakan berhubungan dengan
pelepasan dan penimbunan asetilkolin yang tidak normal. Episode kejang terjadi secara
berkala, di mana jumlah asetilkolin setempat harus mencapai jumlah tertentu agar dapat
memicu neuron untuk melepaskan muatan listriknya.
Pada epilepsi lobus temporalis juga sering didapatkan sklerosis pada daerah
hipokampus. Sklerosis ini akan menyebabkan kematian sel daerah hipokampus pada
regio CA1, CA3 dan hilus dentatus

Penyebab yang sering dikaitkan dengan epilepsi lobus temporalis ini adalah:

• Post infeksi SSP (ensefalitis herpes simpleks dan meningitis bakteri)


• Trauma kepala yang menimbulkan ensefalomalasia dan sikatrik korteks
• Glioma
• AVM
• Hamatoma
• Genetik
• Kejang demam komplikata
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

•Anamnesis:

Aura dijumpai pada 80% penderita ELT. Aura yang timbul dapat berupa gejala
penciuman, ilusi, rasa pusing, halusinasi penglihatan dan halusinasi
pendengaran.Kadang ditemukan adanya distorsi menilai ukuran benda dan
jarak penderita dengan obyek. Pnenomena psikis yang dapat timbul adalah
dejavu, depersonalisasi dan derealisasi. Juga dapat disertai dengan perasaan
cemas dan takut. Adanya kehilangan kesadaran selama fase epileptik ini
berlangsung, di mana terjadi suatu kejadian yang disebut fenomena iktal.
Fenomena iktal dapat berupa serangan automatisme, di mana penderita
melakukan gerakan yang nampaknya bertujuan, tetapi dilakukan dalam
keadaan tak sadar. Adanya gerakan tangan yang meraba-raba, nafas yang
menjadi cepat, gerakan memindahkan barang, dan sebagainya yang semuanya
dilakukan dengan tidak sadar. Mioklonia kadang ditemukan, kadang tidak.
Selain itu juga dapat ditemukan perangai emosional afektif antara lain penderita
dapat menangis, tertawa, marah dan sebagainya secara tidak sadar selama
episode ini berlangsung.

Episode ini biasanya berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit.


•Pemeriksaan fisik:
Penderita menjadi diam
Mata melebar, pupil dilatasi
Otomatisasi gerak bibir, gerakan mengecap, mengunyah atau menelan
berulang
Postur distonik unilateral tungkai
•Pemeriksaan radiologi:
MRI: dijumpai atropi hipokampus pada 87% penderita

DIAGNOSIS BANDING
•Epilepsi lobus frontalis
•Narkolepsi
•Syncope
EEG
MESIAL TEMPORAL LOBE
EPILEPSY
PENATALAKSANAAN

2. Bila tidak ada respon dapat dilakukan lobektomi temporal anterior

PROGNOSIS

Penderita ELT memiliki kecenderungan mengalami kematian mendadak 50x


lebih tinggi daripada populasi normal.
Jika setelah 2 tahun tidak mengalami kejang kembali dapat dikatakan
memiliki prognosis yang baik.
Penderita dapat mengalami gangguan bicara dan defisit fungsi memori.

Anda mungkin juga menyukai