Anda di halaman 1dari 38

PRINSIP DASAR EEG

PRINSIP DASAR EEG

EEG adalah
-Merupakan teknik yang dapat menghitung distribusi voltase kelistrikan
pada kulit kepala.
-Sumber listrik tersebut berasal dari jumlah potensial eksitatori dan
inhibitori post sinaptik yang fluktuatif.
-Dapat memberikan informasi secara langsung tentang aktivitas (normal
atau terjadi gangguan) di otak.
indikasi
3
• Diagnostik dan menentukan klasifikasi epilepsi.
• Evaluasi terapetik pada pasien epilepsi.
• Diagnostik lokasi kelainan intracerebral (tumor, infeksi, perdarahan, etc.)

Presentation Title Here


Gelombang yang muncul

Beta Delta

Theta Alfa
Beta

• Sifat : Fast activity = Low


voltage (low amplitude)
• Frekuensi : >15 Hz
• Amplitudo : <20 uV
• Lokasi : frontal atau
presentral
• Dapat muncul secara general
pada pengaruh obat
Benzodiazepine dan
Barbiturat.
Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
Theta

• Sifat : low activity


• Frekuensi : 4 – <8 Hz
• Lokasi : multiple (>
oksipital)
• Normal pada anak-anak
dan dewasa dalam
kondisi drowsy, tetapi
abnormal bila pasien
dewasa dalam kondisi
terjaga.
Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
Delta

• Sifat : low activity


• Frekuensi : 0 - <4 Hz
• Lokasi : oksipital
• Normal pada dewasa
dengan kondisi tidur,
tetapi abnormal bila
pasien terjaga.

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
Alfa

• Frekuensi : 8 – 15 Hz
• Lokasi : parioto-
oksipital
• Normal pada pasien
terjaga dan tampak
jelas saat pasien
menutup mata.

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
Mu rhythm

• Mu rhythm merupakan varian


normal yang dapat muncul
pada area korteks motorik
(C3 atau C4).
• Gelombang tersebut dapat
ditekan dengan aktivitas
motorik (misalnya
“mengepalkan tangan”).

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
Montage
Kumpulan beberapa sadapan (channel elektroda) yang mengikuti korteks yang memberikan gambaran distribusi spasial 10
Referensial Bipolar
-Menggunakan 1 elektroda sebagai -Menghubungkan elektroda input 1

reference. Elektroda reference dengan elektroda input 2 yang


adalah elektroda yang berbeda. Misalnya: C3-Cz, Cz-C4,
dihubungkan dengan semua C4-F4
elektroda input yang lain. -Montage ini mengukur perbedaan 2
Misalnya F3-Cz, F4-Cz, P3-Cz
muatan yang berbeda
-Eletroda reference yang dapat
-Montage bipolar : Longitudinal dan
digunakan antara lain elektroda
bipolar
auricular (A1-A2), Vertex (Cz)
dan average

Presentation Title Here


montase merupakan “electrical map” berdasarkan dari susunan peletakan elektroda.

Macam-macam montase :

Monopolar/
Referential

Bipolar

Penempatan elektroda menggunakan sistem 10–20

Tatum, W.O. (ed.) (2021) Handbook of EEG Interpretation. 3rd edn. New York, NY: Springer Publishing Company, pp. 978-0-8261-4709–7. Available at:
https://doi.org/10.1891/9780826147097.
12
POLARITAS EEG

Potensial Aksi
Excitatory Post-Synaptic Potential (EPSP) – voltase matriks ekstraseluler lebih negatif
Inhibitory Post-Synaptic Potential (IPSP) - voltase matriks ekstraseluler lebih positif

Menghasilkan potensial listrik didalam dan disekitar neuron yang


akan terekam oleh elektroda EEG

EEG : mengukur perubahan voltase pada matriks ekstraselular.


POTENTIAL FIELD

Penjumlahan IPSP dan EPSP dalam jaringan


saraf menciptakan arus listrik yang mengalir di
dalam dan sekitar sel neuron.

Membentuk potential fields


AMPLIFICATION

Ground : elektroda yang tidak dipengaruhi oleh potensial aksi dari otak.

Terdapat 2 tipe:

Single amplification Differential amplification

• membandingkan • membandingkan
potensial dari sinyal dari kedua
elektroda aktif dan elektroda aktif,
ground sehingga mengukur
perbedaan potensial
dari kedua sinyal
tersebut.
BIPOLAR RECORDING

Voltase pada suatu elektroda dibandingkan dengan


tegangan dari elektroda yang berdekatan (beda
potensial).

Rule :
- Jika input I menjadi negative terhadap input II,
maka terjadi defleksi ke atas (upward deflection).
- Jika input II menjadi negative terhadap input I,
maka terjadi defleksi ke bawah (downward
deflection)

Channel 1: F8–T8 = –20 μV– (–100 μV) = 80 μV (downward deflection)


Channel 2: T8–P8 = (–100 μV) – (–20 μV) = –80 μV (upward deflection)
MONOPOLAR
RECORDING

Voltase pada suatu elektroda dibandingkan dengan


tegangan dari elektroda yang tidak dipengaruhi oleh
potensial aksi.

Channel 1: Fp2–A1 = (–50 μV) – (–20 μV) = –30 μV (small upward deflection)
Channel 2: F8–A1 = (–100 μV) – (–20 μV)= –80 μV (big upward deflection)
Channel 3: T8–A1 = (–50 μV) – (–20 μV) = –30 μV (small upward deflection)
Channel 4: P8–A1 = (–20 μV) – (–20 μV) = 0 μV (no deflection)
Phase reversal in longitudinal bipolar montage. Phase reversal in referential montage.
Channel 1: Fp2–F8 = –50 μV – (–50 μV) = 50 μV (downward Channel 1: Fp2–A = –50 μV – (–20 μV) = –30 μV
deflection) Channel 2: F8–A = (–100 μV) – (–20 μV) = –80 μV
Channel 2: F8–T8 = (–100 μV) – (–50 μV) = –50 μV (upward Channel 3:T8-A = –50 Μv – (–20 μV) = –30 μV
deflection)
Channel 3:T8-P8 = –50 Μv – (–20 μV) = –30 μV (upward
deflection)
Filter
Suatu tool untuk menghilangkan atau mengurangi frekuensi gelombang yang tidak diinginkan. 19
Low Frequensi Filter High Frequensi Filter Notch
- Menyaring atau menghambat aktifitas - Menyaring atau menghambat aktifitas - Menghambat aktivitas sekitar
EEG dengan frekuensi dibawah 0.5 Hz EEG dengan frekuensi diatas 70 Hz interferensi frekuensi listrik, yaitu 50-
60 Hz
- Kegunaannya menghambat artefak - Kegunaannya menghambat artefak
gelombang lambat seperti gerakan mata frekuensi tinggi, misalnya artefak otot - Pada lingkungan dengan artefak listrik
horizontal dan memperjelas gelombang dan memperjelas gelombang spike dan yang minimal sebaiknya notch filter
delta poly spikes dalam keadaan off

Presentation Title Here


Gelombang latarbelakang

Pada pemeriksaan EEG rutin, analisis pasien perlu diperhatikan berdasarkan kondisi bangun dan tidurnya.

Gambaran EEG yang ditemukan pada kondisi bangun dan tidur serta transisinya :

wakefulness drowsiness sleep

Posterior rhythm Posterior rhythm NON REM


slows and drops out Stage I
Anteroposterior Stage II
gradient Theta activities seen Stage III

REM

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
Posterior Rhythm

Irama posterior, paling baik terlihat di daerah kepala posterior, penyebaran iramanya bervariasi pada setiap pasien
(biasanya berkaitan dengan usia).

Terdapat dua hal penting yang dapat menentukan irama posterior yaitu:

Rhythm of wakefulness Predominantly eyes closed

• Posterior rhythm merupakan • Sebagian besar terlihat saat


ciri khas EEG wakefulness mata tertutup atau saat atensi
visual berkurang, oleh
karena itu akan berkurang
secara dramatis ketika mata
terbuka.

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
Posterior Rhythm

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
Posterior Rhythm

Jenis gelombang Jumlah gelombang Simetrikal

Jumlah Simetris dalam


Alpha (8-13 Hz)
gelombang yang jumlah dan
muncul normlnya besarnya
10 amplitudo.
Anak <8 tahun :
gelombang <8 Hz
= normal. Dapat berbeda
pada kedua
Dipengaruhi oleh
Dewasa <8 Hz = hemisfer, tetapi
usia
kemungkinan tidak boleh lebih
lokasi suatu lesi dari 20%.

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
Anteroposterior
Gradient

Pada pasien awake :

gradual decrease of
fast activity going
from front to back
head regions

gradual increase in
• Aktivitas beta terlihat paling banyak di bagian
amplitude going
anterior dan berkurang di bagian posterior.
from front to back
• Amplitudo lebih rendah di bagian anterior dan
head regions
meningkat di bagian posterior.

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
07 SLEEP
Drowsiness

Posterior rhythm changes (Theta activity)

Theta activity = hallmarks of the onset drowsiness (abnormal in wakefulness).

Terdapat 2 hal yang dapat mengubah aktivitas posterior rhythm :


1. Membuka mata : gelombang menjadi flat (nondescript tracing)
2. Mengantuk : perubahan aktivitas menjadi theta

theta activity muncul


secara bersamaan alpha activity
Penurunan frekuensi
dengan alpha activity menghilang, hanya ada
dari posterior rhythm
yang frekuensinya theta activity
mulai menurun

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
Posterior rhythm, terlihat pada channel P4-O2, secara bertahap menghilang oleh aktivitas theta saat pasien beralih dari awake
ke drowsy. Gelombang theta juga terlihat di channel lain.

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
Drowsiness

Slowing Roving Eye Movements of Drowsiness

Setelah pasien mengantuk, terdapat


gerakan mata ke arah lateral yang
lambat, dapat diketahui
berdasarkan artefak yang
dihasilkannya di sadapan anterior
EEG.

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
NREM

Stadium I

Munculnya Vertex
Alpha drop-out
sharp waves

• Vertex sharp wave, hallmark of deep drowsiness.


• Morfologinya biasanya multifasik; polaritas
positif yang mendahului gelombang negatif besar
(yang lebih menonjol).
• Maksimum voltase pada elektroda sentral : Cz,
C3, dan C4.

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
NREM

Stadium II

Sleep spindle

• Sleep Spindel (juga disebut aktivitas sigma atau


gelombang sigma) frekuensi bervariasi antara 12-
14Hz.
• Lokasi : di vertex dan central area bilateral (Cz, C3,
dan C4).
• Sifat : simetris dalam jumlah dan amplitude.
Simetris mulai dari usia >20 bulan.

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
NREM

Stadium II

K-complexes

• K complexes : bentuk gelombang yang dihasilkan


stimulus suara selama tidur.
• Morfologinya : kompleks, polimorfik. (gabungan antara
sleep spindle dan vertex wave).
• Lokasi : area temporal

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
NREM

Stadium III

Deep slow wave


sleep

• Delta activity 20 - >50 %.


• Terkadang muncul sleep spinle.

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
REM

• Sleep onset pada newborn hingga usia 2.5 bulan,


kemudian NREM onset
• Intermixed delta/theta, saw tooth appearance

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
POSTS

• Posterior Occipital Sharp Transient of Sleep muncul


pada light sleep atau tidur pada siang hari.
• Morfologi : low-voltage pada area occipital
berbentuk triangular atau V-shaped. Muncul secara
bilateral dan sinkron, tetapi asimetris amplitude.
• Lebih umum muncul pada remaja dan dewasa muda.

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
08 AKTIVASI FOTIK
Dilakukan dalam ruangan redup, strobe light
diarahkan didepan pasien dengan jarak 30cm
dari mata pasien.
Frekuensi Cahaya : 1 – 35 Hz, selama 5
sampai 10 detik tiap frekuensi dan dijeda
dengan durasi yang sama.
Analisa hasil dari respon terhadap Cahaya
yaitu :

Photic Driving Response


• Frekuensi yang muncul > 3 Hz
• Lokasi : regio posterior
• Muncul sesuai dengan frekuensi
stimulus
• Asimetrisitas tidak berhubungan
dengan penyakit struktural otak jika
tidak ada kelainan lain

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
09 AKTIVASI
HIPERVENTILASI
Durasi dilakukan selama 3 menit.

Respon normal: terbentuknya


aktivitas delta tegangan tinggi
yang menyebar dan sinkron.

Lebih menonjol di bagian


posterior dengan “dramatis” pada
usia <8 tahun.

Libenson, M.H. (2010) Practical approach to electroencephalography. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai