DOSEN PEMBIMBING
Abdul Salam, M. Pd
ASISTEN PRAKTIKUM
Melisa
OLEH
Asyafaah
1910121120011
Kelas A
Kelompok 3
Judul Praktikum
Tujuan dari percobaan pengukuran daya listrik adalah untuk menentukan daya
listrik dengan metode voltmeter-amperemeter DC dan menentukan daya listrik
dengan metode 3 voltmeter-3 amperemeter AC. Metode yang digunakan yaitu
pada kegiatan 1 dengan memanipulasi tegangan sumber dan pada kegiatan 2
memanipulasi hambatan dan data yang di peroleh yaitu tegangan, kuat arus dan
daya pada rangkaian tersebut. Data yang diperoleh pada percobaan telah sesuai
dengan hipotesis dan teori yang telah dibuat.
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang diatas, maka daat ditarik rumusan masalah yaitu
“bagaimana menentukan daya listrik dengan metode voltmeter-amperemeter DC
dan bagaimana menentukan daya listrik dengan metode 3 voltmeter-3
amperemeter AC?”
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan daya listrik dengan
metode voltmeter-amperemeter DC dan menentukan daya listrik dengan metode 3
voltmeter-3 amperemeter AC.
Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam sebuah
rangkaian listrik yang dihasilkan oleh arus yang mengalir pada rangkaian yang
menyebabkan terjadinya penambahan energi kinetik pada saat mencapai ujung
kedua muatan dari hambatan semakin besar sehingga arus pada ujung kedua
muatan akan semakin besar pula. Dengan kata lain, semakin besar hambatan maka
semakin besar pula kuat arus yang mengalir. Secara sistematis persamaan daya
dapat ditulis:
∆Q
P=
∆t
P=I .V
V =I . R
2
P=I R
(Abdullah, 2017)
Pada saat percobaan sebuah lampu akan menyala lebih redu jika tegangan yang
dipasang lebih kecil. Hal ini karena arus pada rangkaian yang mengalir dalam
lampu lebih kecil sehingga daya pada lampu juga menurun, sedangkan hambatan
pada lampu tetap. Misalnya pada sebuah lampu dengan V 1 volt / P1 watt dipasang
pada tegangan V 1, dalam hal ini V 2 lebih kecil dari V 1dan nilai P1dan P2 sama.
Maka daya pada lampu P2 menjadi :
2 2
V2 V1
=
P 2 P1
( )
2
V2
P 2= P1
V1
Lampu akan lebih terang ketika diberi tegangan yang lebih besar daripada
spesifikasi tegangan. Hal ini karena pada lampu mengalir arus yang lebih besar,
sehingga daya disipasi pada lampu juga lebih besar dari spesifikasi dayanya. Jika
daya disipasi lampu melebihi kapasitasnya, maka filamen pada lampu akan
terputus.
(Kanginan, 2004)
Tegangan listrik atau yang lebih dikenal sebagai beda potensial listrik adalah
perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik. Tegangan
listrik merupakan ukuran beda potensial yang mampu membangkitkan medan
listrik sehingga menyebabkan timbulnya arus listrik dalam sebuak konduktor
listrik.
V a −V b=∫ E−dL
Vb = potensial di titik b
E = medan listrik,
I = arus listrik.
P=V . I
dimana V = tegangan
P = daya
I = arus.
Seperti yang diketahui bahwa Hukum Ohm bukanlah merupakan sebuah
hukum fundamental dari keelektromagnetan karena hukum tersebut bergantung
pada sifat-sifat medium pengantarnya. Bentuk hukum tersebut sangat sederhana,
dan adalah merupakan hal yang aneh bahwa banyak penghantar yang menuruti
hukum tersebut dengan baik, sedangkan penghantar lainnya tidak menuruti hukum
tersebut sama sekali, seperti bunyi pernyataan hukum ohm diatas “untuk suatu
konduktor logam pada suhu konstan.
Rangkaian seri adalah Rangkaian seri adalah salah satu rangkaian listrik
yang disusunsecara sejajar (seri). Baterai dalam senter umumnya disusun
dalam rangkaian seri. Banyaknya muatan lisrik yang mengalir tiap satuan
waktu adalah sama di sepanjang rangkaian. Jumlah muatan yang mengalir
tiap satuan waktu adalah besaran kuat arus, sehingga kita mendapati sifat
yang khas dari rangkaian seri, yaitu : “kuat arus di sepanjang rangkaian
adalah sama.”
Bila kuat arus pada hambatan R1, R2, dan R3 berturut-turut I1, I2,I3,
sedangkan arus rotal pada rangkaina disebut I, maka : I1= I2=I3=I. Beda
potensial pada masing-masing hambatan dapat dihitung dengan persamaan
hukum Ohm, V=IR, yang berarti bila harga masing-masing resistor adalah
V1 : V2 : V3 =IR1 : IR2 : IR3
Rangkaian parallel adalah rangakain listrik paralel adalah suatu rangkaian
listrik, di mana semua input komponen berasal dari sumber yang sama.
Sifat khas dari rangkaian paralel adalah “beda potensial pada masing-
masing cabang adalah sama.” Bila V1 adalah tegangan pada resistor R1 ,
V2 adalah pada resistor R2 dan V3 adalah tegangan pada resistor R3 maka
berlaku : V1 =V2 = V3. jika rangkaian seri berlaku sebagai pembagi
tegangan, maka rangkaian paralel berlaku sebagai pembagi arus. Hal ini
karena sesuai hukum Kirchoff, bahwa arus total pada rangkaian akan
dibagi-bagi ke masing-masing cabang melalui rasio I1 : I2 : I3 = I/R1 :
I/R2 : I/R3 Gabungan antara rangkaian seri dan rangkaian paralel disebut
rangkaian seri-paralel (kadang disebut sebagai rangkaian campuran).
(Daniel, 1998)
(Darryanto, 2000)
Livewire
B. Rumusan Hipotesis
Kegiatan 1
Jika tegangan sumber yang diberikan semakin besar, maka daya
listrik yang dihasilkan akan semakin besar pula
Kegiatan 2
Jika resistansi resistor pada rangkaian semakian besar, maka daya
yang dihasilkan akan semakin kecil dan nyala lampu yang dihasilkan
akan semakin redup pada voltmeter, sedangkan pada amperemeter jika
resistansi resistor semakin besar maka daya yang dihasilkan akan
semakin besar dan nyala lampu akan semakin terang.
C. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
1. Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
Variabel Manipulasi : Tegangan Sumber (V S )
Variabel Respon : Tegangan (V ), Kuat Arus (I ) dan
Nyala Lampu
Variabel Kontrol : Spesifikasi Bohlam
Kegiatan 2
Variabel Manipulasi : Resistansi Resistor (R)
Variabel Respon : Tegangan (V ), Kuat Arus (I ) dan
Nyala Lampu
Variabel Kontrol : Spesifikasi Bohlam dan Tegangan
Sumber (V S )
2. Definisi Operasional Variabel
Kegiatan 1
Variabel Manipulasi
- Tegangan sumber (V S ) didefinisikan sebagai beda potensial
yang dibangkitkan oleh sumber tegangan yang berupa power
supply dan dinyatakan dalam satuan Volt (V). Pada kegiatan
ini tegangan sumber dimanipulasi sebanyak 3 kali yaitu
sebesar 3V, 6V dan 9V.
Variabel Respon
Variabel Kontrol
Variabel Respon
Variabel Kontrol
D. Langkah Kerja
Kegiatan 1
Pertama merangkai alat dan bahan seperti pada gambar . Kedua
menghubungkan dengan sumber tegangan sambil memperhatikan
nyala lampu (bohlam). Ketiga memulai dengan nyala lampu yang
redup hingga maksimal. Keempat membaca penunjukan voltmeter dan
amperemeter, kemudian mencatat hasilnya pada tabel dan terakhir
menganalisis hasil dan menarik kesimpulan.
Kegiatan 2
Pertama merangkai alat dan bahan seperti pada gambar . Kedua
menghubungkan dengan sumber tegangan sambil memperhatikan
nyala lampu (bohlam). Ketiga memulai dengan nyala lampu yang
redup hingga maksimal dengan mengatur potensiometer. Keempat
membaca penunjukan voltmeter dan amperemeter, kemudian mencatat
hasilnya pada tabel dan terakhir menganalisis hasil dan menarik
kesimpulan.
E. Rancangan Percobaan
B. Pembahasan
P=I .V
1 2 2
P= (V 3 −V 2−V 1 ²)
2R
Sedangkan pada rangkaian 2 di kegiatan 2 data yang diperoleh yaitu ketika
hambatan di perbesar maka nilai tegangan dan kuat arus yang terukur juga
semakin besar dan nyala lampu nya semakin redup karena hambatannya besar.
Adapun nilai daya listrik yang di dapat ada kegiatan 2 yaitu sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil pengamatan daya pada kegiatan 2
Nilai daya pada kegiatan kedua akan semakin besar ketika hambatan diperbesar,
begitupun sebaliknya.Pada kegiatan 1 dan 2 telah sesuai dengan hipotesis yang
dibuat dan telah sesuai dengan teori yang telah dibuat.
V. KESIMPULAN
Halliday, D., & Robert, R. (1984). FISIKA edisi ke3 jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Perhitungan data
P = V.I
3. Metode Amperemeter AC
resistor 157,5 Ω
I₁ = 3,67 V
I₂ =1,01 V
I₃ = 3,27 V
1 2 2
P= (V 3 −V 2−V 1 ²)
2R
1
= (3 , 27²−1 ,01²−3 , 67²)
2× 157 ,5
1
= (10,6929−1,0201−13,4689)
315
= (0,0031)(-3,7961)
= -0,0117 Watt
1 2 2
P= (V 3 −V 2−V 1 ²)
2R
1
= (9 ,7 ²−3 , 85 ²−5 , 86 ²)
2× 315
1
= (94 , 09−14,8225−34,3396)
630
= (0,0015)(44,9279)
= 0,0673 Watt
Resistansi resistor 450 Ω
I₁ = 9,63 V
I₂ =9,18 V
I₃ = 18,67 V
1 2 2
P= (V −V 2−V 1 ²)
2R 3
1
= (18 , 67 ²−9 , 18 ²−9 , 63 ²)
2× 450
1
= (348,5689−84,2724−92,7369)
900
= (0,0011)(171,5596)
= 0,1887 Watt
4. Rangkaian Amperemeter AC
Resistansi Resistor 157,5Ω
I 1=33 , 29 mA=0 , 03 A
I 2=101 , 45 mA=0 ,1 A
I 3=134 , 74 mA =0 , 14 A
R 2 2 2
P= ( I −I 2 −I 1 )
2 3
157 , 5 Ω 2 2 2
P= (0 ,14 −0 , 1 −0 ,03 ) A
2
157 , 5 Ω
P= (0 , 02−0 , 01−0,0009) A
2
P=(78 , 75 Ω)(0,0091 A)
P=0 ,72 Watt
R 2 2 2
P= ( I −I 2 −I 1 )
2 3
450 Ω 2 2 2
P= (0,073 −0,038 −0,035 ) A
2
450 Ω
P= (0,005−0,0014−0,0012) A
2
P=(225 Ω)(0,0024 A)
P=0 ,54 Watt
LAMPIRAN II
Dokumentasi
Gambar praktikum via google meet dengan aplikasi livewere