Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

PRAKTIKUM ALAT-ALAT UKUR


(ABKC 4305)

PENGUKURAN DAYA LISTRIK


(P2)

DOSEN PEMBIMBING
Abdul Salam, M. Pd

ASISTEN PRAKTIKUM
Melisa

OLEH
Asyafaah
1910121120011
Kelas A
Kelompok 3

PROGRAM STUDI PENDIDKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
Nama : Asyafaah Kode Percobaan : P2
NIM : 1910121120011 Tanggal Percobaan : 8 januari 2021
Program Studi : Pendidikan Fisika Kelompok : 2A

Judul Praktikum

PENGUKURAN DAYA LISTRIK


ABSTRAK

Tujuan dari percobaan pengukuran daya listrik adalah untuk menentukan daya
listrik dengan metode voltmeter-amperemeter DC dan menentukan daya listrik
dengan metode 3 voltmeter-3 amperemeter AC. Metode yang digunakan yaitu
pada kegiatan 1 dengan memanipulasi tegangan sumber dan pada kegiatan 2
memanipulasi hambatan dan data yang di peroleh yaitu tegangan, kuat arus dan
daya pada rangkaian tersebut. Data yang diperoleh pada percobaan telah sesuai
dengan hipotesis dan teori yang telah dibuat.
I. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, listrik merupakan salah satu komponen penting


dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Salah satu contoh alat yang menggunakan
listrik yaitu TV, kipas angin, lampu, kulkas dan banyak lainnya. Dalam alat
resebut terdapat energi yang diserap melalu tegangan sumber pln yang disebut
dengan daya listrik. Daya llistrik merupakan jumlah energi atau muatan yang
diserap dan dihasilkan dari sebuah rangkaian listrik. Sumber tegangan listrik akan
menghasilkan daya listrik yang nanti nya akan dialirkan ke alat elektronik dengan
banyak energi yang berbeda beda pula. Contoh nya adalah pada penggunaan
lampu, ketika lampu digunakan maka lampu tersebut akan menyerap energi listrik
dan mengubahnya menjadi cahaya dengan daya listrik lebih rendah daripada
kapasitas daya dari sumbernya. Semakin tinggi watt dalam alat elektronik maka
semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsi.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka daat ditarik rumusan masalah yaitu
“bagaimana menentukan daya listrik dengan metode voltmeter-amperemeter DC
dan bagaimana menentukan daya listrik dengan metode 3 voltmeter-3
amperemeter AC?”

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan daya listrik dengan
metode voltmeter-amperemeter DC dan menentukan daya listrik dengan metode 3
voltmeter-3 amperemeter AC.

II. KAJIAN TEORI

Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam sebuah
rangkaian listrik yang dihasilkan oleh arus yang mengalir pada rangkaian yang
menyebabkan terjadinya penambahan energi kinetik pada saat mencapai ujung
kedua muatan dari hambatan semakin besar sehingga arus pada ujung kedua
muatan akan semakin besar pula. Dengan kata lain, semakin besar hambatan maka
semakin besar pula kuat arus yang mengalir. Secara sistematis persamaan daya
dapat ditulis:
∆Q
P=
∆t

P=I .V

Kemudian dihubungkan dengan persamaan hukum ohm yaitu

V =I . R

Sehingga persamaan daya listrik nya menjadi :

2
P=I R

(Abdullah, 2017)

Pada saat percobaan sebuah lampu akan menyala lebih redu jika tegangan yang
dipasang lebih kecil. Hal ini karena arus pada rangkaian yang mengalir dalam
lampu lebih kecil sehingga daya pada lampu juga menurun, sedangkan hambatan
pada lampu tetap. Misalnya pada sebuah lampu dengan V 1 volt / P1 watt dipasang
pada tegangan V 1, dalam hal ini V 2 lebih kecil dari V 1dan nilai P1dan P2 sama.
Maka daya pada lampu P2 menjadi :

2 2
V2 V1
=
P 2 P1

( )
2
V2
P 2= P1
V1

Lampu akan lebih terang ketika diberi tegangan yang lebih besar daripada
spesifikasi tegangan. Hal ini karena pada lampu mengalir arus yang lebih besar,
sehingga daya disipasi pada lampu juga lebih besar dari spesifikasi dayanya. Jika
daya disipasi lampu melebihi kapasitasnya, maka filamen pada lampu akan
terputus.

(Kanginan, 2004)

Tegangan listrik atau yang lebih dikenal sebagai beda potensial listrik adalah
perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik. Tegangan
listrik merupakan ukuran beda potensial yang mampu membangkitkan medan
listrik sehingga menyebabkan timbulnya arus listrik dalam sebuak konduktor
listrik.

Berdasarkan ukuran perbedaan potensialnya, tegangan listrik memiliki empat


tingkatan:

1. Tegangan ekstra rendah (extra low Voltage)

2. Tegangan rendah (low Voltage)

3. Tegangan tinggi (high Voltage)

4. Tegangan ekstra tinggi (extra high Voltage)

Sesuai dengan definisi di atas, bahwa tegangan merupakan perbedaanpotensial


antara dua titik, yang bisa didefinisikan sebagai jumlah kerja yang diperlukan
untuk memindahkan arus dari satu titik ke titik lainnya, maka rumus dasar
tegangan antara 2 titik adalah:

V a −V b=∫ E−dL

Dimana : Va = potensial di titik a

Vb = potensial di titik b

E = medan listrik,

I = arus listrik.

Berdasarkan penerapannya, beda potensial ada pada arus listrik searah


(DC) dan arus listrik bolak- balik (AC). Pada arus searah:

P=V . I

dimana V = tegangan

P = daya

I = arus.
Seperti yang diketahui bahwa Hukum Ohm bukanlah merupakan sebuah
hukum fundamental dari keelektromagnetan karena hukum tersebut bergantung
pada sifat-sifat medium pengantarnya. Bentuk hukum tersebut sangat sederhana,
dan adalah merupakan hal yang aneh bahwa banyak penghantar yang menuruti
hukum tersebut dengan baik, sedangkan penghantar lainnya tidak menuruti hukum
tersebut sama sekali, seperti bunyi pernyataan hukum ohm diatas “untuk suatu
konduktor logam pada suhu konstan.

(Halliday & Robert, 1984)

Rangkaian listrik tertutup adalah rangkaian listrik yang saling


berhubungan yang di dalamnya terdapat hambatan (R) dan sumber arus listrik
(elemen, E atau ɛ) sehingga pada rangkaian tersebut mengalir arus listrik. Pada
dasarnya ada dua jenis rangkaian istrik, yaitu : rangkaian seri dan parallel.

 Rangkaian seri adalah Rangkaian seri adalah salah satu rangkaian listrik
yang disusunsecara sejajar (seri). Baterai dalam senter umumnya disusun
dalam rangkaian seri. Banyaknya muatan lisrik yang mengalir tiap satuan
waktu adalah sama di sepanjang rangkaian. Jumlah muatan yang mengalir
tiap satuan waktu adalah besaran kuat arus, sehingga kita mendapati sifat
yang khas dari rangkaian seri, yaitu : “kuat arus di sepanjang rangkaian
adalah sama.”
 Bila kuat arus pada hambatan R1, R2, dan R3 berturut-turut I1, I2,I3,
sedangkan arus rotal pada rangkaina disebut I, maka : I1= I2=I3=I. Beda
potensial pada masing-masing hambatan dapat dihitung dengan persamaan
hukum Ohm, V=IR, yang berarti bila harga masing-masing resistor adalah
V1 : V2 : V3 =IR1 : IR2 : IR3
 Rangkaian parallel adalah rangakain listrik paralel adalah suatu rangkaian
listrik, di mana semua input komponen berasal dari sumber yang sama.
Sifat khas dari rangkaian paralel adalah “beda potensial pada masing-
masing cabang adalah sama.” Bila V1 adalah tegangan pada resistor R1 ,
V2 adalah pada resistor R2 dan V3 adalah tegangan pada resistor R3 maka
berlaku : V1 =V2 = V3. jika rangkaian seri berlaku sebagai pembagi
tegangan, maka rangkaian paralel berlaku sebagai pembagi arus. Hal ini
karena sesuai hukum Kirchoff, bahwa arus total pada rangkaian akan
dibagi-bagi ke masing-masing cabang melalui rasio I1 : I2 : I3 = I/R1 :
I/R2 : I/R3 Gabungan antara rangkaian seri dan rangkaian paralel disebut
rangkaian seri-paralel (kadang disebut sebagai rangkaian campuran).

(Daniel, 1998)

Dalam banyak pemakain, dijumpai sumber tegangan dan beberapa buah


resistor yang dihubungkan dengan cara tertentu. Rangkaian seri adalah rangkaian
dimana resistor disusun secara berderet sehingga arus yang melalui.

tiap-tiap komponen adalah sama. Rangkaian paralel adalah rangkaian dimana


resistor disusun secara sejajar, sehingga tegangan atau beda potensial tiap-tiap
komponen adalah sama.

Banyak rangkaian mengandung lebih dari satu hambatan (tahanan). Tahanan-


tahanan tersebut dapat dihubungkan dengan cara:

 seri (dua penahan dihubungkan deret).


 paralel (sejajar) atau tiga tahanan dihubungkan sejajar.
 gabungan antara seri dan paralel.

Dalam hubungan seri, arus yang melalui tahanan-tahanan mempunyai kuat


arus yang sama. Jumlah tegangan antara tahanan jumlah dari tegangan masing-
masing. Sedangkan dalam hubungan paralel, tegangan tegangan pada tiap-tiap
tahanan sama besarnya dan jumlah arus yang diberikan oleh sumber tenaga sama
dengan jumlah arus melalui tahanan masing-masing.

Arus listrik didefinisikan sebagai jumlah muatan listrik (elektron) yang


mengalir melalui konduktor dalam tiap satuan waktu. Daya listrik adalah besar
energi listrik yang ditransfer oleh suatu rangkaian listrik tertutup. Daya listrik
sebagai bentuk energi listrik yang mampu diubah oleh alat-alat pengubah energi
menjadi berbagai bentuk energi lain, misalnya energi gerak, energi panas, energi
suara, dan energi cahaya. Selain itu, daya listrik ini juga mampu disimpan dalam
bentuk energi kimia. Baik itu dalam bentuk kering (baterai) maupun dalam bentuk
basah (aki).

(Darryanto, 2000)

III. METODE PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan

Livewire
B. Rumusan Hipotesis
 Kegiatan 1
Jika tegangan sumber yang diberikan semakin besar, maka daya
listrik yang dihasilkan akan semakin besar pula
 Kegiatan 2
Jika resistansi resistor pada rangkaian semakian besar, maka daya
yang dihasilkan akan semakin kecil dan nyala lampu yang dihasilkan
akan semakin redup pada voltmeter, sedangkan pada amperemeter jika
resistansi resistor semakin besar maka daya yang dihasilkan akan
semakin besar dan nyala lampu akan semakin terang.
C. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
1. Identifikasi Variabel
 Kegiatan 1
 Variabel Manipulasi : Tegangan Sumber (V S )
 Variabel Respon : Tegangan (V ), Kuat Arus (I ) dan
Nyala Lampu
 Variabel Kontrol : Spesifikasi Bohlam
 Kegiatan 2
 Variabel Manipulasi : Resistansi Resistor (R)
 Variabel Respon : Tegangan (V ), Kuat Arus (I ) dan
Nyala Lampu
 Variabel Kontrol : Spesifikasi Bohlam dan Tegangan
Sumber (V S )
2. Definisi Operasional Variabel
 Kegiatan 1
Variabel Manipulasi
- Tegangan sumber (V S ) didefinisikan sebagai beda potensial
yang dibangkitkan oleh sumber tegangan yang berupa power
supply dan dinyatakan dalam satuan Volt (V). Pada kegiatan
ini tegangan sumber dimanipulasi sebanyak 3 kali yaitu
sebesar 3V, 6V dan 9V.

Variabel Respon

- Tegangan (V ) didefiniskan sebagai beda potensial pada dua


titik yang diukur menggunakan Voltmeter dan dinyatakan
dalam satuan Volt (V).
- Kuat Arus (I ) didefiniskan sebagai banyaknya muatan listrik
yang mengalir pada rangkaian yang diukur menggunakan
Amperemeter dan dinyatakan dalam satuan Amper (A).
- Nyala Lampu didefiniskan sebagai terang redup nya cahaya
lampu yang dihasilkan diakibatkan berubahnya resistansi
resistor yang diukur secara kualitatif.

Variabel Kontrol

- Spesifikasi Bohlam didefiniskan sebagai besar hambatan


bohlam yang digunakan pada rangkaian sebesar 12V/100 mA
dan dijaga tetap selama percobaan.
 Kegiatan 2
Variabel Manipiulasi
- Resistansi resistor didefinisikan sebagai kemampuan suatu
resistor untuk menghambat aliran listrik yang dinyatakan
dalam satuan ohm. Pada kegiatan ini resistansi resistor
dimanipulasi sebanyak 3 kali yaitu sebesar 105Ω, 210Ω dan
300Ω.

Variabel Respon

- Tegangan (V ) didefiniskan sebagai beda potensial pada dua


titik yaitu tegangan pada titik 1 (V 1), tegangan pada titik 2 ¿)
dan tegangan pada titik 3 ¿) yang diukur menggunakan
Voltmeter dan dinyatakan dalam satuan Volt (V).
- Kuat Arus (I ) didefiniskan sebagai banyaknya muatan listrik
yang mengalir pada rangkaian yaitu kuat arus pada titik 1 ( I 1),
kuat arus pada titik 2 ¿) dan kuat arus pada titik 3 ¿) yang
diukur menggunakan Amperemeter dan dinyatakan dalam
satuan Amper (A).
- Nyala Lampu didefiniskan sebagai terang redup nya cahaya
lampu yang dihasilkan diakibatkan berubahnya resistansi
resistor yang diukur secara kualitatif.

Variabel Kontrol

- Spesifikasi Bohlam didefiniskan sebagai besar hambatan


bohlam yang digunakan pada rangkaian sebesar 12V/100 mA
dan dijaga tetap selama percobaan.
- Tegangan sumber (V S ) didefinisikan sebagai beda potensial
yang dibangkitkan oleh sumber tegangan yang berupa power
supply dan dinyatakan dalam satuan Volt (V). Pada kegiatan
ini tegangan sumber yang dikontrol sebesar 10V dan dijaga
tetap selama percobaan.

D. Langkah Kerja
 Kegiatan 1
Pertama merangkai alat dan bahan seperti pada gambar . Kedua
menghubungkan dengan sumber tegangan sambil memperhatikan
nyala lampu (bohlam). Ketiga memulai dengan nyala lampu yang
redup hingga maksimal. Keempat membaca penunjukan voltmeter dan
amperemeter, kemudian mencatat hasilnya pada tabel dan terakhir
menganalisis hasil dan menarik kesimpulan.
 Kegiatan 2
Pertama merangkai alat dan bahan seperti pada gambar . Kedua
menghubungkan dengan sumber tegangan sambil memperhatikan
nyala lampu (bohlam). Ketiga memulai dengan nyala lampu yang
redup hingga maksimal dengan mengatur potensiometer. Keempat
membaca penunjukan voltmeter dan amperemeter, kemudian mencatat
hasilnya pada tabel dan terakhir menganalisis hasil dan menarik
kesimpulan.
E. Rancangan Percobaan

Gambar . Rangkaian Pengukuran Daya Listrik dengan Metode Voltmeter-


Amperemeter DC
Gambar . Rangkaian Pengukuran Daya Listrik dengan Metode 3 Voltmeter -
3 Amperemeter AC

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan rangkaian 3 voltmeter dan 3 amperemeter DC
kegiatan 1 a

Spesifikasi Bohlam =12volt/mA

No. Vs (volt) Nyala lampu Tegangan (V) Arus (A)


1. 3 Redup 2,93 -24,39
2. 6 Terang 5,71 -47,62
3. 9 Sangat Terang 8,37 -69,77

Tabel 2. Hasil pengamatan rangkaian 3 voltmeter dan 3 amperemeter DC


kegiatan 1 b
Spesifikasi Bohlam =12volt/mA

No. Vs (volt) Nyala lampu Tegangan (V) Arus (A)


1. 3 Redup 2,93 -24,39
2. 6 Terang 5,71 -47,62
3. 9 Sangat Terang 8,37 -69,77

Tabel 3. Hasil pengamatan rangkaian amperemeter AC kegiatan 2 a


Spesifikasi Bohlam =12volt/mA

No Nyala Lampu R (Ω) V₁ (V) V₂ (V) V₃ (V)


1 Lebih terang 157,5 3,67 1,01 3,27
2 Redup 315 5,86 3,85 9,7
3 Lebih redup 450 9,63 9,18 18,67

Tabel 4. Hasil Pengamatan rangkaian amperemeter AC kegiatan 2 b


V s =15 V
f =1 Hz
spesifikasibohlam=24 V /50 mA
No R(Ω) Nyala Lampu I 1 (A ) I 2 (A ) I 3 (A )
1 157,5 Terang 0 , 03 0,1 0 , 14
2 315 Lebih Terang 0 , 03 0 , 05 0 , 08
3 450 Redup 0,035 0,038 0,073

B. Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan daya listrik dengan metode


voltmeter-amperemeter DC dan menentukan daya listrik dengan metode 3
voltmeter-3 amperemeter AC. Dengan memanipulasi tegangan sumber pada
kegiatan 1 dan memanipulasi resistansi resistor pada kegiatan 2. Pada metode
voltemeter-ampermeter dilakukan 2 buah pengukuran pada rangkaian . dari hasil
tabel 1 dan tabel 2 dapat dianalisis bahwa nilai kuat arus dan tegangan yang
dihasilkan sama besarnya. Ini berarti nilai arus yang mengalir dari suber tegangan
sama dengan nilai arus yang keluar pada bohlam. Hal ini sesuai dengan teori
hukum I kirchoff pada buku fisika 1 telekomonikasi oleh (Daniel, 1998) yaitu
I masuk =I Keluar . kemudian ketika dimanipulasi dengan tegangan sumber diperbesar,
tegangan yang terukur pada bohlam juga semakin besar dan nyala lampunya pun
juga semakin terang hal ini sesuai dengan teori dalam buku fisika sma 2 oleh
(Kanginan, 2004). Pada kegiatan 1 digunakan persamaan untuk mengukur daya
listrik yang didapat yaitu :

P=I .V

Dengan P merupakan daya listrik, I merupakan kuat arus dan V merupakan


tegangan. Persamaan tersebut sesuai teori hukum ohm dari buku fisika dasar 2
oleh (Kanginan, 2004) yang menjelaskan tentang hukum ohm. Adapun hasil dari
perhitungan daya pada kegiatan 1 yaitu

Tabel 5. Hasil pengamatan daya pada kegiatan 1


No. VS Rangkaian 1 Rangkaian 2
1. 3 -0,0714627 watt -0,0714627 Watt
2. 6 -0,278577 Watt -0,278577 Watt
3. 9 -0,6125806 Watt -0,6125806 Watt

Pada kegiatan 2 yaitu metode 3 voltmeter- 3 amperemeter AC dilakukan pada dua


buah rangkaian yang menggunakan 3 buah voltmeter dan 3 buah amperemeter.
Pada rangkaian 1 didapat data yang menunjukan bahwa ketika variabel manipulasi
diperbesar maka nilai tegangan dan kuat arus yang terukur juga semakin besar.
Begitupun nyala lampu yang dihasilkan semakin terang ketika hambatannya di
perbesar. Daya pada kegiatan 2 di hitung menggunakan persamaan:

1 2 2
P= (V 3 −V 2−V 1 ²)
2R
Sedangkan pada rangkaian 2 di kegiatan 2 data yang diperoleh yaitu ketika
hambatan di perbesar maka nilai tegangan dan kuat arus yang terukur juga
semakin besar dan nyala lampu nya semakin redup karena hambatannya besar.
Adapun nilai daya listrik yang di dapat ada kegiatan 2 yaitu sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil pengamatan daya pada kegiatan 2

No. R(Ω) Rangkaian 1 Rangkaian 2


1. 157,5 -0,0117 Watt 0 , 72Watt
2. 315 0,0673 Watt 0 , 47 Watt
3. 450 0,1887 Watt 0 , 54 Watt

Nilai daya pada kegiatan kedua akan semakin besar ketika hambatan diperbesar,
begitupun sebaliknya.Pada kegiatan 1 dan 2 telah sesuai dengan hipotesis yang
dibuat dan telah sesuai dengan teori yang telah dibuat.

V. KESIMPULAN

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan daya listrik dengan metode


voltmeter-amperemeter DC dan menentukan daya listrik dengan metode 3
voltmeter-3 amperemeter AC. Dengan memanipulasi tegangan sumber pada
kegiatan 1 dan memanipulasi resistansi resistor pada kegiatan 2. Pada metode
voltemeter-ampermeter dilakukan 2 buah pengukuran pada rangkaian. Data yang
didapat pada hasil pengukuran telah sesuai dengan hipotesis dan teori yang dibuat
serta telah menjawab tujuan dari percobaan.
Daftar Pustaka

Abdullah, M. (2017). FISIKA DASAR 2. Bandung: ITB.

Daniel, M. (1998). Fisika 1 Telekomunikasi PEDC. Bandung: Erlangga.

Darryanto. (2000). Teknik Elektronika. Jakarta: Bumi Aksara.

Halliday, D., & Robert, R. (1984). FISIKA edisi ke3 jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Kanginan, M. (2004). Fisika SMA 2. Jakarta: Erlangga.


LAMPIRAN I

Perhitungan data

1. Metode voltmeter dan Amperemeter DC


 Tegangan sumber 3 volt rangkaian 1
V = 2,93 V I = -24,39 mA= -24,39 x 10−3 A
P = V.I
P = 2,93 V.-24,39 x 10−3 A = -0,0714627 Watt
 Tegangan smber 6 volt
V = 5,71 V I = -47,62 mA= -47,62 x 10−3 A

P = V.I

P = 5,85 V. -47,62 x 10−3 A= -0,278577 Watt

 Tegangan sumber 9 volt


V = 8,37 V I = -69,77 mA= -69,77 x 10−3 A
P = V.I
P = 8,78 V. -69,77 x 10−3 A= -0,6125806 Watt

2.Metode voltmeter dan Amperemeter DC rangkaian 2

 Tegangan sumber 3 volt


V = 2,93 V I = -24,39 mA= -24,39 x 10−3 A
P = V.I
P = 2,93 V.-24,39 x 10−3 A = -0,0714627 Watt

 Tegangan sumber 6 volt


V = 5,71 V I = -47,62 mA= -47,62 x 10−3 A
P = V.I
P = 5,85 V. -47,62 x 10−3 A= -0,278577 Watt

 Tegangan sumber 9 volt


V = 8,37 V I = -69,77 mA= -69,77 x 10−3 A
P = V.I
P = 8,78 V. -69,77 x 10−3 A= -0,6125806 Watt

3. Metode Amperemeter AC
 resistor 157,5 Ω
I₁ = 3,67 V
I₂ =1,01 V
I₃ = 3,27 V

1 2 2
P= (V 3 −V 2−V 1 ²)
2R
1
= (3 , 27²−1 ,01²−3 , 67²)
2× 157 ,5
1
= (10,6929−1,0201−13,4689)
315
= (0,0031)(-3,7961)
= -0,0117 Watt

 Resistansi resistor 315 Ω


I₁ = 5,86 V
I₂ = 3,85 V
I₃ = 9,7 V

1 2 2
P= (V 3 −V 2−V 1 ²)
2R
1
= (9 ,7 ²−3 , 85 ²−5 , 86 ²)
2× 315
1
= (94 , 09−14,8225−34,3396)
630
= (0,0015)(44,9279)
= 0,0673 Watt
 Resistansi resistor 450 Ω
I₁ = 9,63 V
I₂ =9,18 V
I₃ = 18,67 V

1 2 2
P= (V −V 2−V 1 ²)
2R 3
1
= (18 , 67 ²−9 , 18 ²−9 , 63 ²)
2× 450
1
= (348,5689−84,2724−92,7369)
900
= (0,0011)(171,5596)
= 0,1887 Watt
4. Rangkaian Amperemeter AC
 Resistansi Resistor 157,5Ω
I 1=33 , 29 mA=0 , 03 A
I 2=101 , 45 mA=0 ,1 A
I 3=134 , 74 mA =0 , 14 A

R 2 2 2
P= ( I −I 2 −I 1 )
2 3
157 , 5 Ω 2 2 2
P= (0 ,14 −0 , 1 −0 ,03 ) A
2
157 , 5 Ω
P= (0 , 02−0 , 01−0,0009) A
2
P=(78 , 75 Ω)(0,0091 A)
P=0 ,72 Watt

 Resistansi Resistor 315Ω


I 1=33 , 66 mA=0 ,03 A
I 2=51 ,29 mA =0 , 05 A
I 3=84 ,95 mA =0 , 08 A
R 2 2 2
P= ( I −I 2 −I 1 )
2 3
315 Ω 2 2 2
P= (0 , 08 −0 ,05 −0 , 03 ) A
2
157 , 5 Ω
P= (0,0064−0,025−0,0009) A
2
P=(157 , 5 Ω)(0,003 A )
P=0 , 47 Watt

 Resistansi Resistor 450Ω


I 1=35 , 32mA =0,035 A
I 2=37 , 67 mA=0,038 A
I 3=72 , 99 mA=0,073 A

R 2 2 2
P= ( I −I 2 −I 1 )
2 3
450 Ω 2 2 2
P= (0,073 −0,038 −0,035 ) A
2
450 Ω
P= (0,005−0,0014−0,0012) A
2
P=(225 Ω)(0,0024 A)
P=0 ,54 Watt

LAMPIRAN II
Dokumentasi
Gambar praktikum via google meet dengan aplikasi livewere

Gambar rangkaian percobaan dengan aplikasi livewere

Anda mungkin juga menyukai