Anda di halaman 1dari 6

TRANSISTOR SAMBUNGAN DWIKUTUB (E6) – 5001211003 – MYRA RIZKY ARDELIA 1

Transistor Sambungan Dwikutub (E6)


Myra Rizky Ardelia, Raditya Cakra Yudha, dan Bachtera Indarto
Departemen Fisika, Fakultas Sains Dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: myra.rizkykiki@gmail.com

Abstrak—Praktikum dengan judul Transistor Sambungan tertentu. Satuan untuk arus listrik adalah Ampere (A).
Dwikutub dengan tujuan untuk mengetahui prinsip kerja Berdasarkan arah aliran listriknya arus dibagi menjadi 2,
transistor sambungan dwikutub, melakukan karakterisasi yaitu arus searah (DC) dan arus bolak balik (AC). Arus
masukan transistor sambungan dwikutub melalui paramter
arus dan tegangan dan untuk mengetahui cara kerja transistor searah atau Directional Current (DC) adalah arus listrik
sambungan dwikutub sebagai saklar pengendali arus. Prinsip yang bergerak pada satu arah, positif atau negatif saja.
yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tegangan, Sedangkan, arus bolak balik atau Alternating Current (AC)
arus, resistansi, semikonduktor (dioda), bipolar juction adalah arus yang dapat mengalir pada arah positif dan
transistor (NPN dan PNP), BJT circuit configuration, P-N negatif (bolak balik). Berdasarkan jenisnya, arus listrik
junction dan daerah operasi BJT, serta kurva karakteristik
dibagi menjadi 2 juga. Yang pertama arus konvensional,
BJT input dan output. Di praktikum ini hanya dilakukan satu
jenis pengambilan data. Ada 2 variasi V CE, yaitu 1 V dan 2 V. yaitu arus yang bergerak dari potensial tinggi ke rendah.
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu Arus konvensional disebabkan oleh hole yang bergerak dari
prinsip kerja transistor sambungan dwikutub adalah arus positif ke negatif. Kemudian, hambatan listrik adalah besar
kecil pada basis akan berubah menjadi lebih besar di kolektor, kemampuan dari suatu objek untuk menghambat aliran arus
karenak ada nilai hFE atau indikator penguat. Di mana setiap listrik. Satuan internasional dari hambatan adalah Ohm (Ω)
transistor mempunyai nilai hFE yang berbeda. Karakteristik
[1].
masukan pada konfigurasi basis bersama adalah hubungan
antara VBE dengan IB. Untuk karakterisasi transfer berupa plot Semikonduktor merupakan bahan yang memiliki sifat
IC terhadap IB untuk suatu harga VCE tertentu. Selain dengan isolator atau konduktor di kondisi tertentu. Elektron
multimeter, nilai IC dan IB dapat digunakan untuk menentukan berpindah dari satu atom ke atom lainnya dengan kondisi
hFE. Transistor dwikutub dapat berfungsi sebagai saklar dan perlakuan tertentu seperti pada besar tegangan, suhu
pengendali arus dengan diberi pemicu agar dapat mengalirkan semikonduktor, dan lainnya. Semikonduktor bersifat
arus. Ketika basis dialiri arus, maka kaki emitor kolektor bisa
demikian karena ia memiliki gap (energi untuk
mengalirkan arus dan lampu dapat menyala. Faktor error
yang terjadi berasal dari suhu ruang yang mempengaruhi memindahkan elektron dari pita valensi ke pita konduktansi)
kinerja komponen dalam rangkaian, seperti hambatan dan yang lebih kecil dari isolator, tetapi lebih besar dari pada
transistor yang nilainya juga bisa berubah bergantung pada konduktor. Karena hal tersebut, elektron dari bahan
suhu. semikonduktor masih memiliki kemungkinan untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dalam
Kata Kunci— P-N Junction, Semikonduktor, Transistor NPN. kondisi tertentu. Komponen utama semikonduktor adalah
silikon yang ditambahi dengan bahan dopping.
I. PENDAHULUAN Semikonduktor tersebut akan diberi dopping berupa atom

D alam alat elektronik saat ini terdapat sebuah sistem dengan valensi tiga atau lima. Berdasarkan bahan
penerangan atau lampu yang dilengkapi dengan penyusunnya, semikonduktor terbagi menjadi dua macam.
transistor. Fungsinya adalah sebagai saklar untuk LED. Semikonduktor intrinsik yang komposisinya memiliki ikatan
Ketika LED dalam jumlah banyak dirangkai secara paralel, kovalen. Seperti atom Si, Ge, C, dan sebagainya. Untuk
dan LED dinyalakan secara langsung melalui kaki semikonduktor ekstrinsik komponennya terbentuk dari
controller, maka LED tidak akan menyala. Untuk itu perlu semikonduktor murni yang ditambahi atom dopping.
di buat rangkaian Transistor sebagai saklar atau sebagai Semikonduktor ekstrinsik terdiri atas dua tipe, yaitu Tipe-N
penguat tegangan dan arus. Sebagai contohnya seperti (yang bersifat lebih negatif) dan Tipe-P (yang bersifat lebih
lampu yang dapat diatur tingkat terang cahayanya. positif [2].
Konsepnya ialah ketika arus dan tegangan dinaikkan, maka Dioda merupakan komponen elektronika yang bersifat
lampu akan semakin terang. Sebaliknya ketika arus dan semikonduktor. Ia merupakan gabungan dari Tipe-N dan
tegangan tidak dialirkan maka lampu akan mati. Dengan Tipe-P Serta berfungsi sebagai penyearah arus. Struktur
transistor, arus atau tegangan yang melintasi lampu dapat utama dioda adalah dua buah kutub dengan semikonduktor
diperkuat maupun diputus. silikon Tipe P dan silikon Tipe N. Pertemuan antara Sisi P
Komponen elektronika yang paling sering disebut dan Sisi N (P-N Junction) akan membentuk suatu pembatas
adalah tegangan, arus dan resistansi. Tegangan listrik adalah yang biasa disebut depletion layer. Ketika diberi bias positif
tegangan yang terukur pada komponen elektronika dari satu (Forward Bias) maka kutub positif sumber listrik akan
titik ke titik lain. Tegangan listrik dapat menyebabkan dihubungkan pada sisi P, sehingga tegangan di sisi P akan
muatan negatif dalam suatu rangkaian listrik bergerak. lebih tinggi daripada di sisi N. Maka elektron dari sisi N
Satuan Internasional tegangan adalah Volt (V). Lalu terdapat akan bergerak untuk mengisi kekosongan di area P. Setelah
komponen arus listrik, arus listrik adalah banyaknya muatan mengisi bagian P, di bagian N akan terdapat kekosongan.
negatif yang melewati sebuah titik dalam selang waktu Hal ini disebut aliran hole atau arus dari sisi ke P ke sisi N.
Begitu juga sebaliknya, ketika rangkaian diberi bias negatif
TRANSISTOR SAMBUNGAN DWIKUTUB (E6) – 5001211003 – MYRA RIZKY ARDELIA 2

Common Base menghasilkan penguatan tegangan tanpa


memperkuat Arus, sedangkan Common Collector dapat
melakukan penguatan arus namun tidak bisa menguatkan
tegangan. Pada konfigurasi Common Collector, input
diberikan pada Basis sedangkan output-nya didapatkan dari
Emitor sedangkan Kolektor di-ground-kan dan digunakan
bersama untuk input maupun output. Konfigurasi Kolektor
bersama (Common Collector) ini disebut juga dengan
Pengikut Emitor (Emitter Follower) karena tegangan sinyal
Gambar 1. Skema alat untuk rangkaian pertama transistor sambungan output pada Emitor hampir sama dengan tegangan output
dwikutub. basis. Terakhir ada konfigurasi Common Emitter (CE) atau
(Reverse Bias) atau kutub positif dihubungkan ke kutub Emitor Bersama merupakan konfigurasi transistor yang
negatif sumber listrik, maka sisi N akan mendapat potensial paling sering digunakan, terutama pada proses penguatan
yang lebih tinggi daripada sisi P. Sehingga arus akan yang membutuhkan penguatan tegangan dan arus secara
mengalir dari sisi N ke sisi P, dan arus dari sumber listrik di bersamaan. Hal ini dikarenakan konfigurasi transistor pada
rangkaian tidak akan bisa melalui semikonduktor [3]. Common Emitter ini dapat menghasilkan penguatan
Transistor sambungan dwikutub (Bipolar Junction tegangan dan arus antara sinyal input dan sinyal output.
Transistor) adalah salah satu jenis dari transistor. Common Emitter adalah konfigurasi transistor dimana kaki
Komponen ini merupakan peralatan dengan tiga jalur aliran Emitor di-ground-kan dan dipergunakan bersama untuk
listrik yang tersusun dari bahan semikonduktor dan dopping input dan output. Pada konfigurasi Common Emitter ini,
nya. Dijuluki dwikutub karena dalam cara kerjanya yang sinyal input dialirkan ke Basis dan sinyal output diperoleh
menggumnakan arus elektron dan arus dari hole. Berbeda dari kaki Kolektor [4].
dengan transistor satu kutub seperti FET yang hanya Daerah kerja transistor, normalnya ada pada daerah aktif,
menggunakan salah satu arus. Hampir semua arus pada yaitu ketika arus IC konstan terhadap berapapun nilai VCE.
transistor merupakan pembawa minoritas, karenanya BJT Daerah kerjanya biasa juga disebut daerah linear (linear
diklasifikasikan untuk komponen pembawa minoritas. NPN region). Daerah saturasi adalah mulai dari V CE =0 Volt
merupakan satu dari dua tipe BJT, huruf N dan P Sampai kira-kira 0.7 Volt (untuk transistor silikon). Ini
menunjukkan makna untuk pembawa muatan mayoritas diakibatkan oleh efek P-N junction kolektor-basis yang
pada daerah yang ada di dalam transistor. N untuk elektron membutuhkan tegangan dengan besar tertentu agar mampu
dan P untuk hole. Hampir seluruh BJT di pasaran saat ini mengalirkan elektron seperti pada dioda. Untuk Cut-off,
adalah NPN. Penyebabnya adalah pergerakan elektron transistor menjadi “fully-off” dan I C =0 . Daerah dengan
dalam semikonduktor jauh lebih tinggi dari pada pergerakan
hole, hal ini memungkinkan pengaliran arus yang lebih tegangan VCE cukup kecil sehingga arus I C =0 atau I B=0.
efektif dan berkecepatan tinggi. Transistor NPN terdiri dari Untuk transistor dalam kondisi off adalah daerah
semikonduktor tipe P yang di himpit dengan dua lapisan tipe breakdown. Dari kurva kolektor (pada datasheet), terlihat
N. Arus kecil yang memasuki basis pada kaki emitor jika tegangan VCE lebih dari 40 V, arus IC akan meningkat
diteguhkan pada keluaran kolektor. Simple-nya, transistor dengan cepat. Transistor pada daerah ini akan berada pada
NPN mulai aktif ketika tegangan basis bertambah tinggi dari daerah breakdown. Seharusnya transistor tidak boleh bekerja
pada di emitor. Tanda panah pada simbol kaki emitor pada daerah ini, karena dapat merusak transistor. Untuk
menunjukkan keluar (arah arus konvensional ketika kondisi berbagai jenis transistor, nilai tegangan VCE maksimal yang
bias maju). Selain NPN ada juga tipe transistor PNP. diperboleh sebelum breakdown cukup bervariasi [5].
Transistor PNP terdiri dari sebuah semikonduktor tipe N Kurva karakteristik input untuk konfigurasi basis bersama
yang dihimpit oleh dua semikonduktor tipe P. Arus kecil (CB), menjelaskan hubungan antara arus input IE dengan
yang mengalir dari basis pada moda tunggal emitor, tegangan input VBE untuk tegangan output VCB yang
diteguhkan pada keluaran pada kolektor. Sederhananya, bervariasi. Tegangan VCB dapat dijadikan sebagai parameter.
transistor PNP akan aktif ketika arus pada basis lebih rendah Bentuk kurvanya hampir sama dengan kurva dioda ketika
dari arus di emitor. Terdapat tanda panah pada simbol diberi bias maju. Yang terjadi pada transistor juga sama, hal
emitor dan mengarah kedalam [3]. ini dikarenakan sambungan emitor-basis transistor diberi
Yang dimaksud dengan Konfigurasi Common Base (CB) bias maju. Pada saat tegangan VBE berada di sekitar 0,7 Volt
atau Basis Bersama adalah konfigurasi dimana kaki Basis- (tegangan cut-in) arus IE akan meningkat dengan cepat.
nya di-ground-kan dan digunakan bersama untuk input Untuk kurva output-nya sendiri menggambarkan hubungan
maupun output. Pada Konfigurasi Common Base, sinyal antara arus output IC dengan tegangan output VCB untuk
input diarahkan ke Emitor dan sinyal output didapatkan dari berbagai variasi arus input IE. Dalam hal ini arus IE berperan
Kolektor, sedangkan kaki Basisnya di-ground-kan. Oleh sebagai parameter. Selanjutnya ada kurva untuk
karena itu Common Base juga disebut dengan “Grounded karakteristik input pada konfigurasi emitor bersama (CE)
Base”. Konfigurasi Common Base dapat menghasilkan untuk transistor NPN bahan silikon. Kurvanya
penguatan tegangan sinyal input dan sinyal output, namun mengimplementasikan hubungan antara arus input IB dengan
tidak dapat melakukan penguatan pada arus. Selanjutnya ada tegangan input VBE dengan beberapa variasi tegangan output
konfigurasi Common Collector (CC) atau Kolektor VCE. Di sini VCE berperan sebagai parameter. Bentuk
Bersama, konfigurasi ini memiliki sifat dan fungsi yang kurvanya ini mirip dengan kurva input pada CB. Untuk
berkebalikan dengan Common Base (Basis Bersama). Pada kurva output-nya, menunjukkan hubungan antara arus
TRANSISTOR SAMBUNGAN DWIKUTUB (E6) – 5001211003 – MYRA RIZKY ARDELIA 3

sambungan untuk rangkaian satu pada Gambar 2 dan


output IC dengan tegangan output VCE dengan variasi besar rangkaian 2 pada Gambar 3 di atas.
arus IB. Terakhir, ada kurva untuk emitor bersama di mana C. Langkah Kerja
ia menggambarkan hubungan antara arus output IC dengan
Pada praktikum ini ada beberapa langkah kerja yang perlu
tegangan input VBE. Transistor silikon akan mati (cut-off)
dilakukan. Pertama alat dan bahan yang akan dirangkai
apabila tegangan V BE=0 Volt (basis dalam kondisi disiapkan, transistor dan komponen-komponen yang lain
hubungan singkat dengan emitor). Dalam keadaan ini aka dikelompokkan supaya tidak tertukar. Pada praktikum ini
nada arus bocor yang mengalir di kolektor sebesar I CES. Jika hanya dilakukan percobaan karakterisasi masukan transistor
basis terbuka atau I B=0 dan V BE=0,06 Volt, maka arus sambungan dwikutub. Berikutnya alat dan bahan dirangkai
bocor yang mengalir pada kolektor adalah sebesar I CEO. sesuai skema alat. Untuk karakterisasi masukan, tegangan
Besar arus di kolektor ketika VBE belum mencapai tegangan VCE ditetapkan dengan mengatur VCC ke konfigurasi tertentu
cut-in sangat kecil. Setelah VBE mencapai tegangan cut-in (nilai VCE diambil 1V, nilai VCE selalu diperhatikan dengan
transistor masuk ke daerah aktif di mana arus I C mulai naik multimeter). Lalu, nilai VBB diubah dari 0 hingga 10V,
dengan cepat. Tegangan VBE lebih besar dari 0,8 Volt dengan selisih tiap kenaikan sebesar 1V. Apabila nilai
menyebabkan transistor masuk daerah jenuh (saturasi)[5]. tegangan VCE berubah, atur kembali VCC agar nilai VCE
konstan. Langkah berikutnya dalam waktu yang bersamaan,
tegangan yang muncul pada kaki-kaki resistor R B dan
II. METODOLOGI tegangan VBE diukur. Di ukur pula besarnya I B, atau bisa
A. Alat dan Bahan didapatkan dengan hukum ohm (membagi tegangan pada
Terdapat beberapa alat dan bahan yang digunakan pada kaki-kaki resistor RB dengan resistansinya). Terakhir,
praktikum ini. Pertama multimeter digital sebanyak tiga langkah-langkah diulangi untuk tegangan VCE sebesar 2V.
buah yang digunakan untuk mengukur arus dan tegangan. Untuk menemukan nilai hFE, multimeter di hubungkan
Kedua, sebuah project board sebagai tempat merangkai untuk mengukur besarnya IB, lalu IB disesuaikan dengan
rangkaian listrik. Ketiga kabel jumper secukupnya dengan datasheet multimeter. Untuk menemukan nilai hFE dapat
spesifikasi male-to-male berfungsi sebagai penghubung dilakukan dengan mengatur VBB. Pada percobaan transistor
natar komponen dalam rangkaian. Keempat, dua buah DC sambungan dwikutub sebagai saklar, langkah yang perlu
generator sebagai sumber listrik searah. Kelima resistor dilakukan adalah alat dan bahan dirangkai sesuai skema
dengan hambatan sebesar 220, 1K, dan 100K Ω sebanyak rangkaian. Lalu, VBB diatur pada 5V. Kemudian, VBB
enam buah untuk menghambat arus. Keenam dua buah LED diturunkan secara perlahan hingga LED menyala. Pada saat
sebagai indikator uji transistor dan komponen yang akan LED tepat menyala, VBB berhenti diturunkan dan tegangan
diamati. Ketujuh Transistor NPN spesifikasi BC547 antara kaki basis dan kaki kolektor pada transistor dicatat.
sebanyak dua buah sebagai switching dan stabilisasi Selanjutnya, VBB kembali diputar dengan prosedur yang
tegangan pada rangkaian. sama. Terakhir, hasil percobaan didiskusikan dengan
asisten.
B. Skema Rangkaian
Skema rangkaian untuk praktikum ini ada dua macam,
TRANSISTOR SAMBUNGAN DWIKUTUB (E6) – 5001211003 – MYRA RIZKY ARDELIA 4

Tabel 3. Nilai hFE dari perhitungan dengan nilai I C dan I B yang terukur
0.3
pada multimeter dengan tegangan V CE sebesar 1V
0.25
Kenaikan
Tegangan I B (mA) I C m(A) hFE ( β ) 0.2

Ic (mA)
(VBB)
1 0,01 0,056 5,60 0.15
2 0,02 0,073 3,65 0.1
3 0,03 0,089 2,97
4 0,04 0,112 2,80 0.05
5 0,05 0,129 2,58
6 0,06 0,148 2,47
-4.16333634234434E-17
0.95 1.45 1.95 2.45 2.95
7 0,07 0,169 2,41
8 0,08 0,188 2,35 Vce (V)
9 0,09 0,212 2,36
10 0,10 0,232 2,32
Gambar 4. Grafik hubungan antara IC dan VCE = 1V pada praktikum
Tabel 4. Nilai hFE dari perhitungan dengan nilai I C dan I B yang terukur hFE menggunakan data di tabel pertama ketika VBB bernilai
3V.
pada multimeter dengan tegangan V CE sebesar 2V
Diketahui: IC = 0,089 mA
Kenaikan IB = 0,03 mA
Tegangan I B (mA) I C (mA) hFE ( β )
(VBB) Ditanya: β ?
1 0,01 0,059 5,90 Jawab:
2 0,03 0,077 2,57
3 0,05 0,096 1,92
IC
4 0,06 0,116 1,93
β=
5 0,07 0,135 1,93
IB
6 0,08 0,179 2,24 0,089 mA
7 0,09 0,180 2,00 β=
8 0,09 0,200 2,22 0,03 mA
D.
9
Flowchart
0,10 0,220 2,20 β=2,97
Dengan cara perhitungan yang sama, dapat dihitung nilai
Dari langkah kerja yang ada di atas dapat dibuat sebuah
hFE transistor dari data-data yang lain. Cara perhitungan
flowchart atau diagram alir sederhana yang dapat dilihat di
untuk memperoleh hasilnya sama dengan contoh
bagian lampiran pada Lampiran 1.
perhitungan pada bagian perhitungan. Hasil perhitungan ini
E. Persamaan nantinya akan dibandingkan dengan hasil pengukuran
Persamaan yang digunakan dalam praktikum ini adalah menggunakan multimeter. Pada pengukuran dengan
persamaan untuk menentukan nilai hFE atau dari transistor multimeter didapatkan nilai hFE sebesar 3. Hasil dari
dwikutub di rangkaian pertama. Nilai hFE dapat dicari perhitungan hFE dapat dilihat dalam Tabel 3 dan Tabel 4.
dengan membagi nilai IC dan IB. Berikut ini adalah C. Grafik
persamaannya.
Dari data yang telah diperoleh pada saat praktikum
IC Transistor Sambungan Dwikutub, dapat dibuat sebuah grafik
β= (1)
IB sebagai pengimplementasian data-data yang telah diperoleh.
Di mana β adalah nilai hFE, IC adalah arus pada kolektor, Grafik antara IC dan VCE dapat dilihat pada Gambar 4 dan
dan IB adalah arus pada basis. Dari persamaan ini dapat Gambar 5. Ketika ditarik garis dari titik dasar ke titik-titik
dilakukan perhitungan untuk menentukan besarnya nilai tersebut, akan didapatkan grafik yang menyerupai Gambar
hFE yang nantinya akan dibandingkan dengan nilai hFE dari 1, bagian kanan.
pengukuran dengan multimeter. D. Pembahasan
Telah dilakukan praktikum dengan judlul Transistor
III. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Sambungan Dwikutub, dengan tujuan untuk mengetahui
prinsip kerja transistor sambungan dwikutub, melakukan
A. Analisis Data
karakterisasi masukan dan keluaran transistor sambungan
Setelah dilakukan praktikum dengan Transistor dwikutub melalui parameter arus dan tegangan (I-V),
Dwikutub, didapatkan data dari IC dan IB dengan kenaikan mengetahui karakteristik transfer transistor sambungan
VBB yang telah ditentukan. Alat ukur yang digunakan dalam dwikutub melalui parameter arus dan tegangan (I-V), dan
praktikum ini adalah multimeter. Terdapat dua variasi nilai untuk mengetahui cara kerja transistor sambungan dwikutub
VBB yang digunakan dalam praktikum ini. Sehingga sebagai saklar terkendali arus (current driven switch).
didapatkan dua macam data seperti yang ada pada Tabel 1 Prinsip kerja yang digunakan disini adalah, tegangan, arus,
dan Tabel 2. resistansi, dioda atau bahan semikonduktor, bipolar juction
B. Perhitungan transistor (NPN dan PNP), BJT circuit configuration, P-N
Pada perhitungan kali ini digunakan persamaan (1) yang junction dan daerah operasi BJT, serta kurva karakteristik
menghitung nilai hFE atau nilai penguat arus. Nilai ini dapat BJT untuk input dan output.
ditentukan dengan membagi nilai IC dan nilai IB. Dibawah Pada praktikum kali ini terdapat satu macam karakteristik
ini adalah satu contoh perhitungan untuk menentukan nilai transistor yang diamati, yaitu karakteristik masukan
transistor sambungan dwikutub. Karakteristik masukan
TRANSISTOR SAMBUNGAN DWIKUTUB (E6) – 5001211003 – MYRA RIZKY ARDELIA 5

adalah hubungan antara arus dan tegangan yang bentuknya akan berpengaruh pada nilai β .
dapat digambarkan dengan data dari karakteristik transfer.
Pada rangkaian ini, komponen yang diukur adalah IC, IB,
dengan mengubah nilai VBE dari 0 sampai 10V, dengan IV. KESIMPULAN
kenaikan tegangan 1v. sedangkan nilai V CE dibuat konstan Dari percobaan transistor sambungan dwikutub yang telah
dengan 2 variasi. Yaitu 1V dan 2V. Berdasarkan data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
diperoleh pada Tabel 1 dan 2, saat V CE bernilai 1V dan VBB  Prinsip kerja transistor sambungan dwikutub yaitu arus
dinaikkan, maka IC dan IB yang terukur pada multimeter juga bernilai kecil pada basis akan menjadi lebih besar pada
akan naik. Begitu pula pada variasi VCE dengan nilai 2V. kolektor. Penyebabnya, di transistor terdapat indikator
Setelah didapatkan data IC dan IB yang terukur, maka dapat hFE dan setiap transistor memiliki nilai hFE yang
dilakukan analisa perhitungan untuk menentukan hFE atau berbeda.
β.  Untuk karakterisasi masukan transistor sambungan
Karakteristik masukan pada transistor konfigurasi basis dwikutub adalah hubungan antara VBE dengan IB. Arus
bersama, menjelaskan hubungan antara VBE dengan IE. Pada yang masuk ke transistor akan selalu lebih kecil dari
konfigurasi emitor bersama, didapatkan hubungan antara arus yang keluar.
VBE dengan IE. Karena sambungan emitor basis seperti dioda  Untuk karakterisasi transfer berupa plot IC terhadap IB
dalam kondisi forward bias, maka tegangan kolektor basis untuk suatu nilai VCE tertentu. Nilai dari β didapatkan
pada karakteristik masukan rangkaian ini terlihat cukup dari I C =β I B .
kecil. Untuk konfigurasi emitor bersama digunakan sebagai
 Transistor sambungan dwikutub bisa digunakan sebagai
penguat arus. Transistor dapat beroperasi sebagai sakelar
saklar pengendali arus dan memerlukan sebuah pemicu
apabila terdapat tegangan pada terminal Basis. Ketika
agar dapat mengalirkan arus. Pemicu tersebut adalah
tegangan yang (VMasuk > 0,7V) diberikan antara kaki basis
arus pada basis. Saat basis dialiri arus minimal (sesuai
dan emitor dengan tegangan kolektor ke emitor mendekati 0
datasheet) maka kaki emitor kolektor akan menjadi
V. Oleh karena itu, Transistor bertindak sebagai
saklar tertutup dan dapat mengalirkan arus. Saat itulah
penghubung (saklar tertutup). Arus kolektor akan mengalir
lampu LED dapat menyala.
melalui Transistor. Ketika tidak ada tegangan pada input,
Transistor akan beroperasi di area cut-off dan bersifat seperti
rangkaian terbuka. Dengan koneksi switching, LED LAMPIRAN
diposisikan terhubung ke output switching. Sehingga ketika
transistor dinyalakan, arus akan mengalir dari sumber
tegangan menuju ke ground melalui resistor.
Prinsipnya cara kerja transistor PNP dan NPN ialah
dengan pemanfaatan gerakan hole dan elektron. Keduanya
di kondisikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menghasilkan transistor jenis tertentu. Ditinjau dari
fungsinya, transistor PNP dan NPN tidak ada bedanya.
Keduanya sama-sama berfungsi sebagai penguat arus dan
memiliki kemampuan switching. Pada transistor PNP,
pembawa muatan mayoritas adalah hole. Sementara pada
transistor NPN pembawa muatan mayoritas adalah elektron.
Apabila transistor NPN diberi bias maju, arus konvensional
mengalir dari kutub positif sumber menuju ke basis (P) dan
keluar di emitor (N) serta kolektor (N). Sedangkan untuk
elektron, ia akan bergerak dari kutub negatif sumber menuju
ke emitor (N) dan kolektor (N). Setelah menumpuk di kedua
sisi tersebut, elektron-elektron akan bergerak untuk mengisi
hole pada sisi basis (P). setelah itu elektron akan bergerak
meninggalkan basis menuju ke kutub positif baterai.
Pada percobaan kali ini didapatkan nilai β dari
Lampiran 1. Flowchart / Diagram Alir Transistor Sambungan Dwikutub
pengukuran dengan multimeter sebesar 3. Sedangkan nilai β
yang didapatkan dari perhitungan IC dan IB berbeda dengan
data yang didapatkan dari pengukuran dengan multimeter. UCAPAN TERIMA KASIH
Hal ini dapat terjadi karena adanya error. Faktor error yang Dalam penulisan laporan praktikum ini, penulis M. A.
terjadi pada praktikum transistor sambungan dwikutub ini mengucapkan terima kasih kepada Tuhan YME karena-Nya
berasal dari suhu ruang yang mempengaruhi kinerja laporan praktikum ini dapat terselesaikan dengan tepat
komponen dalam rangkaian. Seperti hambatan yang nilai waktu. Kemudian kepada Bapak Bachtera Indarto selaku
resistansinya akan berubah seiring dengan perubahan suhu. Dosen Elektronika A dan Mas Raditya Cakra Yudha selaku
Sama dengan resistor, transistor yang merupakan bahan Asisten Laboratorium pada Praktikum Elektronika I ini yang
semikonduktor juga terpengaruhi dengan suhu. Ketika telah membantu dan memfasilitasi serta membimbing
semikonduktor semakin meningkat, maka kemampuan selama pelaksanaan praktikum ini.
untuk menghantarkan listriknya. Pada transistor, temperatur
TRANSISTOR SAMBUNGAN DWIKUTUB (E6) – 5001211003 – MYRA RIZKY ARDELIA 6

DAFTAR PUSTAKA
[1] J. D. Cutnell and K. W. Johnson, PHYSICS 8TH EDITION, 8th
ed. United States of America: JOHN WILEY & SONS, INC.,
2009.
[2] Sutikno, Pengantar Fisika dan Teknologi Semikonduktor.
Yogyakarta: Penerbit Cerdas Ulet Kreatif, 2010.
[3] C. K. Alexander and M. N. O. Sadiku, Fundamentals of Electric
Circuits Fifth Edition, vol. 51, no. 2. 2013.
[4] G. Rizzoni, Principle and Applications of Electrical Engineering.
United State of America: McGraw-Hill Companies Inc, 2000.
[5] H. D. Surjono, Elektronika : Teori dan Penerapan, no.
Elektronika. Jember: Penerbit Cerdas Ulet Kreatif, 2007.

Anda mungkin juga menyukai