Anda di halaman 1dari 11

FRAKTUR HIDUNG

PENGERTIAN
Fraktur hidung adalah rusak atau terganggunya kesatuan dari tulang-tulang hidung.

ETIOLOGI
Fraktur nasal pada dewasa dapat disebabkan oleh karena perkelahian, cedera akibat olahraga, terjatuh, dan kecelakaan lalu lintas. Sedangkan pada anak-anak disebabkan karena bermain dan olahraga

FISIOLOGI HIDUNG
Fungsi hidung ialah untuk 1) jalan napas, 2) alat pengatur kondisi udara (air conditioning), 3) penyaring udara, 4) sebagai indera penghidu, 5) untuk resonansi udara, 6) turut membantu proses bicara.

Tanda dan gejala


a. Bentuk hidung berubah b. Epiktasis/keluar darah dari hidung c. Krepitasi yaitu teraba tulang yang pecah d. Hidung serta daerah sekitarnya bengkak

DIAGNOSIS
Anamnesa: epistaksis, deformitas hidung, obstruksi hidung dan anosmia Pemeriksaan fisik : pastikan jalan napas pasien aman dan ventilasi terbuka dengan sewajarnya. Fraktur nasal sering dihubungkan dengan trauma pada kepala dan leher yang bisa mempengaruhi patennya trakea palpasi ditemukan krepitasi akibat emfisema sukutan, teraba lekukan tulang hidung dan tulang menjadi irregular

Pemeriksaan radiologis
Diindikasikan jika ditemukan keraguan dalam mendiagnosa. Radiografi tidak mampu untuk mengidentifikasi kelainan pada kartilago dan ahli klinis sering salah dalam mengintrepretasikan sutura normal sebagai fraktur yang disertai dengan pemindahan posisi. Bagaimanapun, ketika ditemukan gejala klinis seperti rhinorrhea cerebrospinalis, gangguan pergerakan ekstraokular atau maloklusi dapat mengindikasikan adanya fraktur nasal.

Pengobatan
Penatalaksanaan trauma hidung dibagi dalam 3 tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan fungsi hidung dan mencegah komplikasi, serta untuk tujuan etis. Sebagai tindakan penyelamatan, terutama dengan membebaskan jalan nafas dari semua sumbatan baik darah yang sedang mengalir maupun bekuan darah. Untuk mempertahankan fungsi hidung dan mencegah komplikasi dilakukan reposisi (pembetulan posisi).

Konservatif
Pasien dengan perdarahan hebat, biasanya dikontrol dengan pemberian vasokonstriktor topikal. Jika tidak berhasil bebat kasa tipis, kateterisasi balon, atau prosedur lain dibutuhkan tetapi ligasi pembuluh darah jarang dilakukan. Bebat kasa tipis merupakan prosedur untuk mengontrol perdarahan setelah vasokonstriktor topikal. Biasanya diletakkan dihidung selama 2-5 hari sampai perdarahan berhenti. Pada kasus akut, pasien harus diberi es pada hidungnya dan kepala sedikit ditinggikan untuk mengurangi pembengkakan. Antibiotik diberikan untuk mengurangi resiko infeksi, komplikasi dan kematian. Analgetik berperan simptomatis untuk mengurangi nyeri dan memberikan rasa nyaman pada pasien.

B. Operatif Untuk fraktur nasal yang tidak disertai dengan perpindahan fragmen tulang, penanganan bedah tidak dibutuhkan karena akan sembuh dengan spontan. Deformitas akibat fraktur nasal sering dijumpai dan membutuhkan reduksi dengan fiksasi adekuat untuk memperbaiki posisi hidung.

Cara perawatan di rumah:


a. Dianjurkan untuk diet lunak terlebih dahulu b. Meningkatkan masukan cairan c. Dianjurkan untuk istirahat yang cukup d. Kontrol sesuai dengan waktu yang ditentukan e. Minum obat sesuai dengan yang diresepkan dan segera periksa jika terdapat keluhan, seperti perdarahan, nyeri yang hebat f. Hindari tindakan yang dapat menambah trauma pada hidung, seperti memencet hidung terlalu keras, bersin, membuang ingus terlalu keras g. Aktivitas sedang untuk mencegah kelelahan karena jika kelelahan akan mengalami kesulitan bernafas h. Bilas mulut dapat digunakan untuk membantu melembabkan selaput lendir dan untuk mengurangi bau.

Anda mungkin juga menyukai