Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS FRAKTUR


(Keperawatan Medikal Bedah III)
Nama : Sanditya Putra Pratama Yoga
NIM : 2011020116
Kelas : PSIK 5C
PENGERTIAN
• Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Sjamsuhidayat, 2005).
• Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
ETIOLOGI
A. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan,
pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
B. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
C. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ ada resiko
terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.
D. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan,
penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
TANDA DAN GEJALA
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst)
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:
• Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang).
• Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
• Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
• Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
• Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
TANDA DAN GEJALA
4. Berdasarkan posisi fragmen :
• Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
• Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
• Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih
(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
- Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
- Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
- Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.
- Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma kompartement.
TANDA DAN GEJALA
B. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
- Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
- Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
- Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :
• Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau
langsung.
• Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat
trauma angulasijuga.
• Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.
• Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
• Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang..
TANDA DAN GEJALA
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya : tidak adanya dislokasi. adanya dislokasi, at axim : membentuk
sudut. at lotus : fragmen tulang berjauhan. at longitudinal : berjauhan memanjang, dan at lotus cum
contractiosnum : berjauhan dan memendek.
8. Berdasarkan posisi frakur
• Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
• 1/3 proksimal
• 1/3 medial
• 1/3 distal
9. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
10. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan
tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi
plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar
dari proses penyembuhan tulang nantinya Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
PATOFISIOLOGI
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar,
waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan
kepadatan atau kekerasan tulang.
PATHWAY
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
MASALAH UTAMA
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi
pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
A. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mampu melakukan pergerakan dan perpindahan,
mempertahankan mobilitas optimal yang dapat ditoleransi dengan karakteristik
B. Kriteria hasil : klien mampu melakukan pergerakan dan perpindahan, mempertahankan mobilitas optimal yang
dapat ditoleransi dengan karakteristik :
- 0 = mandiri penuh
- 1 = memerlukan alat bantu
- 2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan pengawasan dan pengajaran.
- 3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat bantu
- 4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
MASALAH UTAMA
C. Intervensi
1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan : Rasional:
mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas : Rasional: mempengaruhi penilaian
terhadap kemampuan aktifitas apakah karena ketidakmampuan atau ketidakmauan.
3. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu : Rasional: menilai batasan
kemampuan aktivitas optimal.
4. Ajarkan dan dukkung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif : Rasional: melatih rentang gerak
5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi : Rasional: sebagai suatu sumber untuk
mengembangkan perencanaan dan mempertahankan atau meningkatkan mobilitas pasien.
EBN
Patah tulang adalah retakan pada tulang yang disebabkan oleh trauma, atau tenaga fisik lainnya sehingga pasien patah
tulang secara medis akan mengalami mulai dari nyeri ringan sampai dengan tingkat nyeri yang berat. Menurut data
RSI Siti Khadijah Palembang, jumlah pasien patah tulang cenderung meningkat pada tahun 2016 sebanyak 423 orang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya teknik relaksasi nafas dalam meredakan nyeri pada
pasien fraktur. Penelitian ini menggunakan desain pre-experimental design yang melibatkan kelompok subjek, dengan
proyek One group Pretest-Posttest. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling dengan
jumlah responden sebanyak 30 responden. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Juni-14 Juli 2017 di RSI Siti
Khadijah Palembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dari 30
responden 10 responden mengalami nyeri skala 4 sebesar (35,7%), baik mengalami penurunan setelah dilakukan
teknik relaksasi nafas. pada skala 2 dan 3 masing-masing 8 responden atau setara (28,6%). Hasil uji statistik yaitu
dengan menggunakan pemeriksaan Wilcoxon (p-value=0,001) diperoleh < (0,05) yang berarti ada pengaruh teknik
relaksasi nafas menurut pengungkapan nyeri pasien fraktur medis di RSI Siti Khadijah Palembang tahun 2017.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan petugas kesehatan dapat menerapkan teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri pada pasien fraktur.
DAFTAR PUSTAKA
• http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1401460013/14._BAB_II_.pdf
• https://scholar.google.co.id/scholar?q=etiologi+fraktur&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart
• http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1360/4/4%20CHAPTER%202.pdf
• http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7856/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
• www.serpihanilmuku.blogspot.com
• https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/jk/article/view/905
• SDKI
• SIKI
• SLKI
PEPATAH SAID :
MALU BERTANYA, SESAT DIJALAN. KARENA
SEKARANG TIDAK DIJALAN MOHON JANGAN
BERTANYA.
ILY3K
WARNING
JIKA HARI HARI MU
BERAT DAN SULIT,
MAKA INGATLAH
YANG SULIT ITU
LUPAKAN REHAN, APA
LAGI REHAN BAIK
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

WASSALAMUALAIKUM WR. WB.

Anda mungkin juga menyukai