Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S USIA 75 TAHUN
DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
BERHUBUNGAN DENGAN HIPERSEKRESI JALAN NAFAS
DI RUANG HAJI RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA

SELLY AFRIA EKAFIANI_2111020111_KEL 30


REVIEW KASUS
Pada hari Senin, 25 Desember 2023 pasien datang ke RSI Banjarnegara diantar oleh keluarganya
dengan keluhan batuk berdahak sudah 4 hari dan sesak nafas dengan RR 28x/menit. Sesak tidak
menjalar kebagian tubuh lain namun sewaktu-waktu mengeluarkan keringat dingin. Pasien
mengatakan perokok aktif sejak usia 16 tahun dan habis 1 bungkus rokok/hari. Kebiasaan merokok
ini mungkin menjadi faktor risiko terjadinya penyakit paru obstruksi kronis. Asap rokok yang masuk
kedalam tubuh menjadikan peradangan kronis yang menyebabkan penyempitan saluran nafas dan
penurunan rekoil paru.

Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah penyakit yang terjadi karena adanya keterbatasan
aliran udara, hal ini disebabkan oleh kelainan saluran udara dan/atau terjadinya kerusakan pada
alveoli, kelainan atau kerusakan yang terjadi disebabkan oleh paparan partikel atau gas berbahaya
secara signifikan, tidak hanya karena paparan, PPOK juga dipengaruhi oleh kelainan paru-paru.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Gambar tersebut adalah perbedaan antara
alveoli normal dan alveoli penderita PPOK.
Terlihat perbedaan pada penderita PPOK
ditandai dengan pelebaran jalan udara bagian
distal dan bronkiolus dan disertai dengan
kerusakan pada dinding alveoli.
PATOFISIOLOGIS
Gambaran patofisiologi utama PPOK adalah keterbatasan aliran udara yang
disebabkan oleh penyempitan dan/atau obstruksi saluran napas, hilangnya
elastisitas, atau keduanya.

Penyempitan dan obstruksi saluran napas disebabkan oleh hipersekresi


mukus yang diperantarai inflamasi, penyumbatan mukus, edema mukosa,
bronkospasme, fibrosis peribronkial, dan remodeling saluran napas kecil
atau kombinasi dari mekanisme tersebut. Septa alveolar dihancurkan,
sehingga mengurangi perlekatan parenkim pada saluran napas dan dengan
demikian memudahkan penutupan saluran napas selama ekspirasi.
PATOFISIOLOGIS
Ruang alveolar yang membesar terkadang berkonsolidasi menjadi bula, yang
didefinisikan sebagai ruang udara dengan diameter ≥ 1 cm. Bula mungkin kosong
seluruhnya atau terdapat untaian jaringan paru-paru yang melintasinya di area
emfisema lokal yang parah; mereka kadang-kadang menempati seluruh hemithorax.
Perubahan ini menyebabkan hilangnya elastisitas paru dan hiperinflasi paru.

Meningkatnya resistensi saluran napas meningkatkan kerja pernapasan. Hiperinflasi


paru, meskipun menurunkan resistensi saluran napas, juga meningkatkan kerja
pernapasan. Peningkatan kerja pernapasan dapat menyebabkan hipoventilasi
alveolar disertai hipoksia dan hiperkapnia, meskipun hipoksia dan hiperkarbia juga
dapat disebabkan oleh ketidaksesuaian ventilasi/perfusi (V/Q).
TANDA DAN GEJALA
1. Batuk yang menghasilkan banyak lendir
2. Sesak nafas akibat penyumbatan saluran nafas
3. Sesak dada
4. Otot tambahan digunakan untuk bernafas, seiring
dengan meningkatnya upaya pernafasan diperlukan otot
tambahan untuk membantu
DIAGNOSA 1
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas

DS :
• Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak
• Keluarga pasien mengatakan saat batuk mengeluarkan dahak dan sudah sebanyak
setengah gelas aqua yang ditambah dengan tisu

DO :
• Pasien terlihat tidak teratur dalam mengambil nafas
• Pernafasan cepat sewaktu-waktu
• Pasien menggunakan cuping hidung tambahan (nebulizer)
• Frekuensi pernafasan : 28x/menit
• Suara nafas : ronkhi
• Irama : tidak teratur
• Thorax (I-P-P-A)
• Inspeksi : terlihat tarikan dinding dada, pergerakan dada saat inspirasi lebih panjang
dibandingkan saat ekspirasi
• Palpasi : tidak ada nyeri tekan
• Perkusi : hipersonor
• Auskultasi : terdengar suara nafas tambahan ronkhi
DIAGNOSA 2

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen

DS :
• Pasien mengatakan lelah jika terlalu sering beraktivitas
• Pasien mengatakan merasa lemah saat beraktivitas
• Pasien juga mengatakan sesak sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

DO :
• Pasien tampak lelah dan sesak jika terlalu sering beraktivitas
• RR : 28x/menit
DIAGNOSA 3
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur

DS :
• Pasien mengeluh sulit tidur karena sesak nafas dan batuk
• Pasien mengeluh tidak puas tidur
• Pasien mengeluh istirahat tidak cukup
• Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering terjaga

DO :
• Pasien terlihat lemas
• Pasien terlihat mengantuk dan mata sayu
• TD : 140/95 mmHg N : 75x/menit
MANAJEMEN/PENATALAKSANAAN

Implementasi Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan


dengan hipersekresi jalan nafas

• Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)


• Memonitor bunyi nafas tambahan
• Memposisikan semi fowler
EBN : Ni Made Dwi Yunica Astriani, Putu Wahyu Sri Juniantari Sandy, Made Mahaguna Putra,
Mochamad Heri (2021)
“Pemberian Posisi Semi Fowler Meningkatkan Saturasi Oksigen Pasien PPOK”
MANAJEMEN/PENATALAKSANAAN

• Mengajarkan teknik batuk efektif


EBN : Rachma Kailasari dan Dwi Novitasari (2024)
“Pengaruh Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif terhadap Pasien Bersihan Jalan Napas Tidak
Efektif dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)”
• Melakukan kolaborasi nebulizer
EBN : Eking Rumampuk, Abdul Hermansyah Thalib (2021)
“Efektifitas Terapi Nebulizer Terhadap Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Pada Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK)”
MANAJEMEN/PENATALAKSANAAN

Implementasi Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan


antara suplai dan kebutuhan oksigen

• Menyediakan lingkungan nyaman


EBN : Jean-Louis Corhay (2013)
Rehabilitasi paru dan PPOK: menyediakan lingkungan yang baik bagi pasien untuk
mengoptimalkan terapi
• Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
EBN : Mengtong Chen (2023)
Analisis Bibliometrik Latihan dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis
• Mengobservasi pola dan jam tidur
MANAJEMEN/PENATALAKSANAAN

• Memonitor kelelahan fisik


EBN : Yvonne M. J. Goërtz (2019)
Kelelahan sangat umum terjadi pada pasien PPOK dan berkorelasi buruk dengan derajat
keterbatasan aliran udara
MANAJEMEN/PENATALAKSANAAN

Implementasi Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol


tidur

• Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur


EBN : Rohit Budhiraja (2015)
Gangguan Tidur pada Penyakit Paru Obstruktif Kronis: Etiologi, Dampak, dan Penatalaksanaannya
• Mengidentifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
• Memodifikasi lingkungan (suhu)
• Membatasi waktu tidur siang
KOMPLIKASI
• Hipoksia
kondisi dimana kadar oksigen didalam jaringan tubuh menurun

• Kanker paru-paru
Merokok dan paparan jangka panjang terhadap zat berbahaya dalam udara dapat
meningkatkan risiko penderita PPOK untuk mengembangkan kanker paru-paru. Kanker
paru-paru seringkali berkembang secara bertahap dalam penderita PPOK

• Kegagalan pernafasan
Pada tahap lanjut PPOK, paru-paru mengalami kerusakan yang signifikan dan dapat
menyebabkan kegagalan pernapasan kronis. Penderita mungkin memerlukan dukungan
pernapasan, seperti oksigen terapi, untuk membantu mengatasi kesulitan bernapas.
PROGNOSIS
Pada kasus PPOK kemungkinan untuk kambuh bisa terjadi kembali karena disebabkan
oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan faktor usia menyebabkan
imunitas menurun. Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) pada Tn. S bersihan jalan
nafas meningkat. Pada hari pertama pasien mengatakan sesak nafas dan batuk
berdahak -Frekuensi : 28x/menit , Suara nafas : ronkhi Irama : tidak teratur. Pada hari
kedua ,pasien mengatakan masih sesak nafas berkurang dan batuk
berdahak ,Frekuensi : 25x/menit, Suara nafas : ronkhi, Irama : mulai teratur. Pada hari
ketiga pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas dan batuk berdahak , -Frekuensi :
20x/menit, Suara nafas : vesikuler ,Irama : teratur

Fauget Doctors
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai