Anda di halaman 1dari 24

KONSEP DASAR IMUNISASI

Fitri HIjri Khana


Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, imunisasi
merupakan salah satu upaya untuk
mencegah terjadinya penyakit menular yang
merupakan salah satu kegiatan prioritas
Kementerian Kesehatan sebagai salah satu
bentuk nyata komitmen pemerintah untuk
mencapai Millennium Development Goals
(MDGs) khususnya untuk menurunkan
angka kematian pada anak.
Tujuan Imunisasi Nasional:

 Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat


Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I
 Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi
di seluruh desa/kelurahan pada tahun 2014.,
 Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden
di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada
tahun 2013,
 Global eradikasi polio pada tahun 2018,
 Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian
penyakit rubella 2020,
 Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta
pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste
disposal management).
• Imunisasi adalah proses menginduksi
imunitas secara buatan baik dengan
Pen vaksinasi (imunisasi aktif) maupun
gert dengan pemberian antibodi (imunisasi
pasif).
ian

• Adapun keuntungan yang didapat dari


vaksinasi, yaitu : pertahanan tubuh yang
terbentuk oleh beberapa vaksin akan dibawa
seumur hidup, cost-effective karena murah dan
efektif, dan tidak berbahaya (reaksi serius
Man sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang
faat daripada komplikasi yang timbul apabila
terserang penyakit tersebut secara alami).
Jenis-jenis Imunisasi

pilihan
Dasar

Apa saja?????
Imunisasi Dasar

Umur Jenis

0 bulan Hepatitis B0

1 bulan BCG, Polio 1(OPV dan IPV)

2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2

3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3

4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4

9 bulan Campak
Imunisasi
Khusus

Imunisasi Imunisasi Yellow


Meningitis Fever (Demam Imunisasi Rabies
Meningokokus Kuning)
Imunisasi pilihan

Vaksin Tifoid
Di berikan pada
Vaksin Measles, Mumps, Haemophilllus usia 5 tahun
Rubella influenzae tipe b (Hib)
Diberikan pada usia 12– diberikan sejak umur 2 Vaksin hepatisi A
18 bulan Pada populasi bulan, diberikan Anak usia ≥ 2
dengan insidens sebanyak 3 kali dengan tahun
penyakit campak dini jarak waktu 2 bulan.
yang tinggi, imunisasi Dosis ulangan
MMR dapat diberikan umumnya diberikan 1
pada usia 9 (sembilan) tahun setelah suntikan
bulan. terakhir.
. Penyimpanan Vaksin
masa penyimpanan vaksin sisa
Jenis Vaksin Masa Pemakaian Keterangan

POLIO 2 Minggu
Cantumkan tanggal pertama
kali vaksin digunakan
TT 4 Minggu

DT 4 Minggu

Td 4 Minggu
DPT-HB-Hib 4 Minggu

BCG 3 Jam Cantumkan waktu vaksin


dilarutkan

Campak 6 Jam
Imunisasi Pentavalen

• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencanangkan program


imunisasi baru dengan pemberian vaksin pentavalent untuk balita
mulai usia dua bulan. Dengan vaksin pentavalen ini, maka dalam
sekali pemberian vaksin, setiap balita dapat tercegah dari lima
penyakit sekaligus yaitu penyakit Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk
rejan), Hepatitis B dan penyakit akibat infeksi oleh Haemophylus
influenza tipe B (HiB). Penggabungan lima antigen ini dimungkinkan
karena jadwal pemberian kelima antigen itu sama, yaitu pada saat
bayi berusia dua bulan, tiga bulan dan empat bulan.
• Dosis Pentavalen 0,5 ml yang mengandung zat aktif : Toksoid Difteri
murni 20 Lf (k. 30 IU), Toksoid Tetanus murni 5 Lf 60 IU), B. pertussis
inaktif 12 OU (k 4 IU), HBsAg 10 mcg; Konjugat Hib 10 mcg dan Zat
tambahan berupa : aluminium fosfat 0,33 mg, serta Thimerosal
0,025 mg. Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap difter-
i, tetanus, pertusis, hepatitis B, dan Haemophilus influenza tipe b.
Dosis dan Cara Pemberian Imunisasi
Jenis Vaksin Dosis Cara Pemberian Tempat
Hepatitis B 0,5 ml Intra muskuler Paha
BCG 0,05 ml Intra kutan Lengan kanan atas
Polio 2 tetes Oral Mulut
DPT-HB-Hib 0,5 ml Intra Muskuler Paha untuk bayi,
lengan kanan untuk
balita
Campak 0,5 ml Sub kutan Lengan kiri atas
DT 0,5 ml Intra muskuler Lengan kiri atas
Td 0,5 ml Intra muskuler Lengan kiri atas
TT 0,5 ml Intra muskuler Lengan kiri atas

Sumber: (Permenkes No 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi)


a. Alat pembawa vaksin
1) Cold box adalah suatu alat untuk menyimpan sementara dan membawa
vaksin. Pada umumnya memiliki volume kotor 40 liter dan 70 liter. Kotak
dingin (cold box) ada 2 macam yaitu terbuat dari plastic atau kardus dengan
insulasi poliuretan.
2) Vaccine carrier adalah alat untuk mengirim/membawa vaksin dari
puskesmas ke posyandu atau tempat pelayanan imunisasi lainnya yang
dapat mempertahankan suhu +2 °C s/d +8 °C.
KIPI
• Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau adverse
events following immunization adalah semua kejadian
sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan
setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama
pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (arthritis
kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari
(infeksi virus campak vaccine-strain pada pasien
imunodefisiensi pasca vaksinasi campak, dan polio
paralitik serta infeksi virus polio vaccine-strain pada
resipien non imunodefisiensi atau resipien
imunodefisiensi pasca vaksinasi polio).
Klasifikasi
etiologi KIPI lapangan

Faktor kebetulan

Reaksi suntikan
Klasifikasi
kausalitas
Kesalahan
prosedur/teknik
pelaksanaan
Reaksi KIPI Gejala KIPI

Lokal Abses pada tempat suntikan


Limfadenitis
Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-itis

SSP Kelumpuhan akut


Ensefalopati
Ensefalitis
Meningitis
Kejang

Lain-lain Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema


Reaksi anafilaksis
Syok anafilaksis
Artralgia
Demam tinggi >38,5°C
Episode hipotensif-hiporesponsif
Osteomielitis
Menangis menjerit yang terus menerus (3jam)
Sindrom syok septik
Penanganan masalah KIPI
N KIPI Gejala Tindakan Keterangan
o

1 Vaksin
Reaksi lokal a. Nyeri, eritema, a. Kompres hangat a. Pengobatan
ringan bengkak di daerah b. Jika nyeri mengganggu dapat dilakukan
bekas suntikan < 1 dapat diberikan oleh guru UKS
cm. parasetamol 10 mg atau orang tua
b. Timbul < 48 jam /kgBB/kali pemberian. b. Berikan
setelah imunisasi < 6 bln : 60 mg/kali pengertian
pemberian kepada
6 – 12 bl:90 mg/kali ibu/keluarga
pemberian bahwa hal ini
1 – 3 th : 120 mg/kali dapat sembuh
pemberian sendiri
walaupun tanpa
obat

Reaksi lokal a. Eritema/indurasi > a. Kompres hangat Jika tidak ada


berat (jarang 8 cm b. Parasetamol perubahan hubungi
terjadi) b. Nyeri, bengkak dan Puskesmas terdekat.
manifestasi
sistemik
Reaksi a. Nyeri, bengkak, a. Kompres hangat
Arthus indurasi dan b. Parasetamol
edema c. Dirujuk dan dirawat
b. Terjadi akibat di RS
reimunisasi pada
pasien dengan
kadar antibodi
yang masih
tinggi
c. Timbul beberapa
jam dengan
puncaknya 12-36
jam setelah
imunisasi

Reaksi Demam, lesu, a. Berikan minum


umum nyeri otot, nyeri hangat dan selimut
(sistemik) kepala, dan b. Parasetamol
menggigil
Kolaps/ a. Episode a. Rangsang dengan
keadaan hipotonik- wangian atau
seperti syok hiporesponsif bauan yang
b. Anak tetap merangsang.
sadar tetapi b. Bila belum dapat
tidak bereaksi diatasi dalam
terhadap waktu 30 menit
rangsangan. segera rujuk ke
c. Pada Puskesmas
pemeriksaan terdekat
frekuensi,
amplitudo nadi
serta tekanan
darah tetap
dalam batas
normal.
a. Nyeri dalam terus a. Parasetamol
Neuritis brakialis menerus pada daerah b. Bila gejala menetap rujuk
(Neuropati bahu dan lengan atas ke RS untuk fisioterapi.
pleksus brakialis) b. Terjadi 7 jam sd 3
minggu setelah
imunisasi

a. Terjadi mendadak a. Suntikan adrenalin 1:1.000, Setiap petugas yang


Syok anafilaktik b. Gejala klasik: dosis 0,1 - 0.3 ml, sk/im. berangkat ke lapangan
kemerahan merata, b. Jika pasien membaik dan harus membawa
edem stabil dilanjutkan dengan emergency kit yang
c. Urtikaria, sembab suntikan deksametason (1 berisi: epinephrine,
pada kelopak mata, ampul) secara intravena/ dexamethasone dan
sesak, nafas berbunyi intramuskular antihistamine
d. Jantung berdebar c. Segera pasang infus NaCl
kencang 0,9% 12 tetes/menit
e. Tekanan darah d. Rujuk ke RS terdekat
menurun
f. Anak pingsan/tidak
sadar
g. Dapat pula terjadi
langsung berupa
tekanan darah
menurun dan pingsan
tanpa didahului oleh
gejala lain
• Jurnal terkait imunisasi
• 2.3.1 “Effect of introduction of pentavalent vaccine as replacementfor Diphtheria–Tetanus–Pertussis and
Hepatitis B vaccineson vaccination uptake in a health facility in Nigeria” (Pengaruh pengenalan vaksin
pentavalent sebagai pengganti vaksinasi Difteri Tetanus--Pertussis dan Hepatitis B. Pengambilan
vaksinasi di fasilitas kesehatan di Nigeria).
- Sebanyak 1.110 anak dalam penelitian, fase pengenalan vaksin pentavalent masing-masing
yang dimulai pada pra (190 anak), peri (410 anak) dan pasca (510 anak). Penyerapan vaksin
secara signifikan lebih tinggi untuk semua vaksin dalam fase pasca pengenalan dibandingkan
dengan pra dan peri fase pengenalan (p <0,001).
- Kelengkapan jadwal imunisasi oleh 60,2% dari anak-anak yang memulai vaksinasi dalam fase
pasca pengenalan lebih tinggi dari 31,6% dan 41,7% masing-masing untuk tahap pengenalan pra
dan peri fase pengenalan (p <0,001).
- Secara signifikan lebih banyak kunjungan yang diperlukan untuk menyelesaikan jadwal di fase
pengenalan peri dibandingkan dengan fase pra dan pasca pengenalan p <0,001.
- Keterlambatan penerimaan tiga dosis DPT / PENTA secara signifikan lebih lama dalam tahap
pengenalan peri dibandingkan dengan pra dan pasca fase pengenalan.
Immunogenicity and safety of an indigenously manufactured reconstituted pentavalent (DTwP-HBV+Hib)
vaccine in comparison with a foreign competitor following primary and booster immunization in Indian
children

• Vaksin DTwP-HBV + Hib dari sIIL ditemukan


aman dan imunogenik. Vaksin India ini baik
dibandingkan dengan vaksin berlisensi dan
merupakan alternatif yang hemat biaya untuk
menggabungkan ke dalam jadwal imunisasi
dari berbagai negara begitu pula untuk
mengontrol Hepatitis B dan Hib infeksi di
seluruh dunia.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai