Anda di halaman 1dari 2

Resensi Buku Melintas Cakrawala Julius Tahija Penerbit: Yayasan Tahija Banyak buku yang beredar dengan pendekatan

etika bisnis, sama banyaknya dengan buku biografi tokoh. Namun buku yang menggabungkan kedua hal tersebut, dipadu dengan filsafat hidup agak langka ditemukan. Sehingga membaca buku Melintas Cakrawala yang merupakan otobiografi dan mengisahkan filsafat hidup serta etika bisnis Julius Tahija, menjadi koleksi yang tak bisa diabaikan. Julius Tahija adalah orang Indonesia pertama yang menduduki jabatan tertinggi di PT Caltex Pacific Indonesia yakni sebagai Ketua Dewan Direksi. Jabatan itu dia raih pada tahun 1966, setelah mengawali karier di bidang perusahaan minyak dan gas tersebut pada tahun 1951 sebagai Assistant to the Managing Director. Selain itu Julius merupakan salah satu pendiri PT Freeport Indonesia pada 1970. Posisi lain yang disandangnya adalah Presiden Komisaris Caltex sampai 1994, dan Presiden Komisaris Emeritus hingga beliau wafat pada 30 Juli 2002. Yang menarik tentu saja latar belakang Julius yang pernah menjadi prajurit tamtama yang kariernya menanjak sampai memiliki pangkat terakhir letnan kolonel. Namun dalam menjalankan bisnisnya Julius selalu mengutamakan hati nurani dan tidak semata-mata mencari keuntungan bisnis dengan membabi buta. Tercatat prestasinya sebagai anak bangsa, Julius memperoleh Bintang Mahaputra Nararya dari Pemerintah Indonesia dan Honorary Officer in the Order of Australia yang diserahkan Perdana Menteri Australia John Winston Howard pada Februari 2002. Buku ini merupakan terjemahan dari buku berjudul Horizon Beyond yang diterbitkan Time Edition Pte Ltd, Austrlia, tahun 1995.

Indonesian Chinese Peranakan, A Cultural Journey Lily Wibisono Penerbit: Indonesian Cross-Cultural Society and PT Intisari Mediatama Indonesian Chinese Peranakan, A Cultural Journey, merupakan edisi kedua yang diperluas dari buku berjudul Peranakan Tionghoa Indonesia, Sebuah Perjalanan Budaya. Buku yang masuk dalam kategori coffee table book ini menjadi sangat mudah dinikmati di waktu senggang, sekaligus menambah wawasan tentang tentang sejarah pembauran kelompok etnik Tionghoa dengan pelbagai etnik di Indonesia. Foto-foto dengan berbagai detil arsitektur, perabot rumah tangga, furnitur, pakaian, sulaman, masakan, dan pernak pernik lainnya menjadikan buku ini membawa pembacanya ke loronglorong masa silam namun dengan penuh keceriaan meski buku ini setebal 496 halaman. Membuka halaman demi halamannya juga mengajak pembaca pada peninggalan sastra, musik dan pers dari kaum peranakan, yang tidak bisa dipisahkan dari budaya Indonesia. Buku yang setiap halamannya selalu disertai image full color ini digagas oleh Komunitas Lintas Budaya dan berusaha mengenalkan warisan budaya peranakan Tionghoa Indonesia, serta untuk meningkatkan kohesi serta komunikasi sosial pada pertemuan budaya dan etnik yang ada di negeri tercinta ini.

Anda mungkin juga menyukai