Hoegeng sudah dikenal masyarakat Indonesia sebagai seorang polisi jujur. Pria yang pernah
menjadi Kepala Kepolisian Indonesia pada 1968 sampai 1971 ini tidak mempan disogok dan
sangat menjunjung tinggi kejujuran.
Hoegeng sering sekali menerima banyak godaan suap saat menangani berbagai kasus. Salah
satunya, ia pernah dirayu pengusaha cantik keturunan Makassar-Tionghoa yang terlibat dalam
perkara penyelundupan.
B. Baharuddin Lopa
Indonesia mempunyai ikon antikorupsi bernama Baharuddin Lopa. Melansir laman Ditjen
Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI, Baharuddin adalah seorang Jaksa Agung yang tidak
pernah pandang bulu dalam menegakkan hukum di Indonesia. Ia menjabat sebagai Jaksa Agung
Indonesia pada 6 Juni 2001 sampai ia mengembuskan napas terakhir di tanggal 3 Juli 2001.
Semasa hidupnya, Baharuddin Lopa dikenal tidak sedikit pun mempunyai rasa takut akan
kasus-kasus yang ditanganinya dalam memberantas korupsi. Meskipun tak lama menjabat
sebagai Jaksa Agung, namun Lopa berhasil mendorong Kejaksaan Agung untuk segera
menuntaskan perkara korupsi dan mencatat pengusaha-pengusaha berat yang terlibat dalam
KKN.
C. Mar’ie Muhammad
Mar’ie adalah mantan Menteri Keuangan pada masa Kabinet Pembangunan IV. Ia diangkat
sebagai menteri pada 17 Maret 1993 oleh Presiden Soeharto. Pria asal Surabaya yang lahir pada
3 April 1939 ini dijuluki Mr. Clean lantaran mampu mempertahankan prinsipnya yang
antikorupsi.
Melansir laman resmi Kementerian Keuangan, Mar’ie menolak adanya dana taktis dan
anggaran perjalanan dinas yang dinilainya terlalu besar. Ada beberapa kebijakan yang dilakukan
Mar’ie selama menjabat dan dipandang sangat menyehatkan sektor perbankan.
Contohnya adalah meningkatkan kolektibilitas kredit yang disalurkan dan setiap kredit yang
diberikan wajib diawasi betul penggunaannya (tanpa mencampuri urusan internal si pemegang
kredit). Ia juga menekankan bahwa pemberian kredit wajib diterapkan sesuai kaidah perbankan
yang sesuai dan sehat.
D. Mohammad Hatta
Proklamator dan Wakil Presiden pertama Indonesia, Bung Hatta, juga layak dijadikan teladan
dengan semangat antikorupsi tinggi. Hatta disebut memiliki kepribadian yang sangat sederhana,
jujur, dan bijaksana.
Ia pernah disodorkan uang yang merupakan sisa dana nonbujeter guna keperluan
operasionalnya selama menjabat sebagai wapres. Namun, Hatta menolak hal tersebut dan lebih
memilih mengembalikannya kepada negara. Hatta menyadari bahwa dana itu bukanlah hak
dirinya sehinga ia tidak menerimanya.
“Penghargaan Kalpataru merupakan amanah bagi penerimanya, untuk tetap menjaga dan
meningkatkan kepeloporan, serta upaya-upaya pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan
hidup dan kehutanan,”
Perintis Lingkungan:
- Purwo Harsono, S.P. (Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta/DIY), pengelola kawasan hutan
pinus di Kalurahan Mangunan, Kapanewon Dlingo, Bantul, DI Yogyakarta.
- Damianus Nadu (Bengkayang, Kalimantan Barat), menjaga kelestarian hutan adat Gunung
Pikul Pengajid, desa Sahan, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang.
Pengabdi Lingkungan:
- Suswaningsih, S.TP (Gunung Kidul, DIY).
Penyelamat Lingkungan:
- Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Pasar Rawa Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
- Forum Pemuda Peduli Karst Citatah (FP2KC) Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
Pembina Lingkungan:
- H. Zarkasyi Hasbi, Lc. (Banjar, Kalimantan Selatan), pendiri ec0-pesantren atau pesantren
berwawasan lingkungan Darul Hijrah Cindai Alus, Martapura.
- Suhadak (Lampung Timur, Lampung), mengubah konflik gajah di kawasan penyangga Taman
Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung, menjadi ekowisata.
2. Frans Kaisiepo
Pahlawan berikutnya berasal dari Irian. Namanya diabadikan menjadi nama Bandar Udara
Frans Kaisiepo di Biak, di salah satu kapal yaitu KRI Frans Kaisiepo, dan wajahnya pun tertera
dalam mata uang Rp 10.000.
Frans Kaisiepo lahir di Wardo, Biak, Papua, 10 Oktober 1921. Pada usia 24 tahun, ia mengikuti
kursus Pamong Praja di Jayapura yang salah satu pengajarnya adalah Soegoro Atmoprasodjo,
yang merupakan mantan guru Taman Siswa.
Sejak bertemu dengan beliau, jiwa kebangsaan Frans Kaisiepo semakin tumbuh dan kian
bersemangat untuk mempersatukan wilayah Irian ke dalam NKRI.
Frans Kaisiepo wafat tanggal 10 April 1979. Atas jasa dan perjuangannya selama
mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia, Pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan
Nasional.
3. K. H. Hasyim Asy'ari
Ternyata, tokoh yang mempertahankan kemerdekaan tidak hanya datang dari kalangan sipil
dan tentara saja, lho. Tapi ada juga tokoh ulama yang berjuang mempertahankan kemerdekaan
RI, yaitu K.H. Hasyim Asy’ari. Beliau merupakan salah satu ulama yang mendirikan Pondok
Pesantren Tebuireng.
K.H. Hasyim Asy’ari lahir di Jombang, Jawa Timur tanggal 14 Februari 1871. Pondok Pesantren
Tebuireng didirikan pada tahun 1899 serta memelopori pendirian organisasi massa Islam
Nahdhatul Ulama (NU) tanggal 31 Januari 1926.
K.H. Hasyim Asy’ari wafat tanggal 25 Juli 1947. Wafatnya beliau terjadi ketika utusan Bung
Tomo serta pemimpin Hizbullah Surabaya Kyai Gufron bertamu ke pesantren Tebuireng.
Kedatangan dua tamu tersebut berupaya memberitahu K.H. Hasyim Asy’ari bahwa pasukan
Belanda melakukan Agresi Militer I dan menduduki kota Malang yang sebelumnya dikuasai
pasukan Hizbullah.
Berita itu mengejutkan K.H. Hasyim Asy’ari dan membuat beliau jatuh pingsan di atas
kursinya. Dokter segera didatangkan namun sayangnya ia sudah wafat akibat pendarahan otak.
Jenderal TNI (Purn.) Gatot Soebroto lahir di Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah, 10 Oktober
1907. Jenderal Gatot Subroto dikenal sebagai tentara yang aktif di tiga zaman.
Beliau pernah menjadi Tentara Hindia Belanda (KNIL), pada masa pendudukan Jepang, dan
pasca Indonesia merdeka beliau berperan dalam menumpas pemberontakan PKI.
Pada tanggal 11 Juni 1962, Gatot Soebroto wafat pada usia 54 tahun akibat serangan jantung.
Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Letnan Jenderal. Atas jasa-jasa dan perjuangannya,
ia dianugerahi gelar Tokoh Nasional atau Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Gatot Soebroto adalah tentara asli Indonesia, darma baktinya kepada nusa dan bangsa ia
tunjukkan dengan prestasi yang luar biasa. Semua pemberontakan di tanah air mulai dari PKI
Madiun 1948, DI/TII, dan PRRI Permesta berhasil ditumpas oleh beliau.
Selama hidupnya sosok Gatot Soebroto merupakan sosok yang dianggap gila karena
ucapannya yang terkadang kasar, namun karena sikapnya tersebut ia sangat dekat dengan para
bawahannya di militer.
Laksamana Madya TNI Yos Sudarso lahir di Salatiga, Jawa Tengah, pada 24 November 1925.
Laksamana Madya TNI Yos Sudarso bertugas di angkatan laut pada dua zaman. Ia bertugas sejak
masa Pendudukan Jepang dan masa kemerdekaan.
Laksamana Madya TNI Yos Sudarso wafat dalam pertempuran di Laut Aru tanggal 15 Januari
1962. Ia meninggal ketika melaksanakan operasi rahasia untuk menyusupkan sukarelawan ke
Irian menggunakan KRI Macan Tutul.
Para penerima adalah KH Syahruddin (Yayasan Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan, Banten),
Pendeta Muda Loa Irawan Stefanus (Yayasan Penuai Indonesia Cianjur, dan Muhammad
Trihardana (Yayasan Pondok Rehabilitasi Tetirah Dzikir Yogyakarta).
Peringatan bertema “Global Action For Healthy Communities Without Drugs” atau “Aksi
Global untuk Mewujudkan Masyarakat Sehat Tanpa Narkoba” dihadiri Ketua DPR RI Marzuki
Alie, Kepala BNN Komisaris Jenderal Polisi Anang Iskandar, jajaran menteri Kabinet Indonesia
Bersatu II, dan para penggiat antinarkoba.
Pada kesempatan itu, Kepala Negara secara khusus memberikan apresiasi atas kerja keras
Badan Narkotika Nasional (BNN) dan para penerima penghargaan dalam usahanya
memberantas narkoba di Tanah Air.
“Bahaya narkoba tetap besar, baik di tingkat dunia maupun nasional. Banyak kerja sama
kawasan dan global, tetapi ancaman tetap nyata. Cegah dan berantas penggunaan narkoba,”
kata Presiden.
2. Amir Syamsuddin adalah Menteri Hukum dan HAM Indonesia pada Kabinet Indonesia
Bersatu II menggantikan Patrialis Akbar. Pria asal Makassar inikemudian pindah ke Jakarta pada
1965. Karena ketertarikannya pada mesin dia bekerja di satu bengkel, lalu membuka bengkel
sendiri. Sambil bekerja Amir lalu mendaftarkan diri di Fakultas Hukum UI pada 1978. Dia
mengawali karir kepangacaraannya dengan menjadi staf magang di Kantor Pengacara O. C.
Kaligis pada tahun 1979. Sambil kuliah sore hari di Universitas Indonesia, Amir terus menempa
diri di kantor hukum yang menjadi seperti ‘universitas’ para pengacara papan atas tersebut.
3. Adnan Buyung Nasution adalah pria kelahiran Jakarta, 20 Juli 1934, yang dikenal sebagai
seorang advokat handal, pendiri Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, dan juga pernah menjabat
sebagai anggota DPR/MPR. Tidak banyak yang tahu bahwa nama tengah Buyung sebenarnya
adalah Bahrum. Pada akta kelahirannya, namanya tercatat sebagai Adnan Bahrum Nasution.
Namun, Buyung menamai dirinya sebagau Adnan B. Nasution. Nama "Buyung" dia dapatkan
karena dia sering dipanggil demikian oleh teman-teman dan kerabatnya.
Inspektur Jenderal (Purn.) Drs. Ansyaad Mbai (lahir di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, 2
Juni 1948; umur 71 tahun) adalah Mantan Kepala Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan di Indonesia
Komjen. Pol. (Purn.) Drs. H. Saud Usman Nasution, S.H., M.H., M.M. (lahir di Mandailing Natal,
Sumatra Utara, 25 Februari 1958; umur 61 tahun) adalah seorang purnawirawan perwira tinggi
Polri
Komisaris Jenderal Polisi Drs. Suhardi Alius, M.H. (lahir di Jakarta, 10 Mei 1962; umur 57
tahun) adalah tokoh Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Pada 20 Juli 2016, ia ditunjuk dan
dilantik oleh Presiden Jokowi sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT), menggantikan Jenderal Polisi Tito Karnavian yang dipromosikan menjadi Kapolri.
Komisaris Jenderal Polisi Dr. Drs. Boy Rafli Amar, M.H. (lahir di Jakarta, 25 Maret 1965; umur
55 tahun) adalah perwira tinggi Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Pada 1 Mei 2020, ia
dilantik oleh Presiden Jokowi sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT), menggantikan Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius.