Anda di halaman 1dari 7

1.

Tokoh pejabat/penggiat anti korupsi


A. Hoegeng Imam Santoso

Hoegeng sudah dikenal masyarakat Indonesia sebagai seorang polisi jujur. Pria yang pernah
menjadi Kepala Kepolisian Indonesia pada 1968 sampai 1971 ini tidak mempan disogok dan
sangat menjunjung tinggi kejujuran.

Hoegeng sering sekali menerima banyak godaan suap saat menangani berbagai kasus. Salah
satunya, ia pernah dirayu pengusaha cantik keturunan Makassar-Tionghoa yang terlibat dalam
perkara penyelundupan.

Alih-alih mengajak berdamai, pengusaha tersebut justru memberikan Hoegeng berbagai


barang dan hadiah mewah. Sudah dapat dipastikan, Hoegeng menolak mentah-mentah
pemberian itu dan tetap memproses kasus tersebut. Di sisi lain, sikap antisuap dan
antikorupsinya itulah yang membuat Hoegeng memiliki karier cemerlang di Indonesia, hingga
dipercaya Soeharto sebagai Kapolri.

B. Baharuddin Lopa

Indonesia mempunyai ikon antikorupsi bernama Baharuddin Lopa. Melansir laman Ditjen
Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI, Baharuddin adalah seorang Jaksa Agung yang tidak
pernah pandang bulu dalam menegakkan hukum di Indonesia. Ia menjabat sebagai Jaksa Agung
Indonesia pada 6 Juni 2001 sampai ia mengembuskan napas terakhir di tanggal 3 Juli 2001.

Semasa hidupnya, Baharuddin Lopa dikenal tidak sedikit pun mempunyai rasa takut akan
kasus-kasus yang ditanganinya dalam memberantas korupsi. Meskipun tak lama menjabat
sebagai Jaksa Agung, namun Lopa berhasil mendorong Kejaksaan Agung untuk segera
menuntaskan perkara korupsi dan mencatat pengusaha-pengusaha berat yang terlibat dalam
KKN.

C. Mar’ie Muhammad

Mar’ie adalah mantan Menteri Keuangan pada masa Kabinet Pembangunan IV. Ia diangkat
sebagai menteri pada 17 Maret 1993 oleh Presiden Soeharto. Pria asal Surabaya yang lahir pada
3 April 1939 ini dijuluki Mr. Clean lantaran mampu mempertahankan prinsipnya yang
antikorupsi.

Melansir laman resmi Kementerian Keuangan, Mar’ie menolak adanya dana taktis dan
anggaran perjalanan dinas yang dinilainya terlalu besar. Ada beberapa kebijakan yang dilakukan
Mar’ie selama menjabat dan dipandang sangat menyehatkan sektor perbankan.

Contohnya adalah meningkatkan kolektibilitas kredit yang disalurkan dan setiap kredit yang
diberikan wajib diawasi betul penggunaannya (tanpa mencampuri urusan internal si pemegang
kredit). Ia juga menekankan bahwa pemberian kredit wajib diterapkan sesuai kaidah perbankan
yang sesuai dan sehat.
D. Mohammad Hatta

Proklamator dan Wakil Presiden pertama Indonesia, Bung Hatta, juga layak dijadikan teladan
dengan semangat antikorupsi tinggi. Hatta disebut memiliki kepribadian yang sangat sederhana,
jujur, dan bijaksana.

Ia pernah disodorkan uang yang merupakan sisa dana nonbujeter guna keperluan
operasionalnya selama menjabat sebagai wapres. Namun, Hatta menolak hal tersebut dan lebih
memilih mengembalikannya kepada negara. Hatta menyadari bahwa dana itu bukanlah hak
dirinya sehinga ia tidak menerimanya.

2. tokoh pecinta lingkungan


Sebanyak 10 orang/kelompok menerima penghargaan Kalpataru tahun 2021 atas
kepeloporannya memelihara dan melestarikan lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia.
Ini merupakan penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup dan kehutanan yang telah
diberikan sejak 1980.

Pemberian Penghargaan Kalpataru bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, membuka


peluang berkembangnya inovasi, kreativitas, dan prakarsa masyarakat, serta sebagai bentuk
apresiasi dan motivasi kepada individu maupun kelompok yang telah berpartisipasi aktif dalam
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan hutan.

“Penghargaan Kalpataru merupakan amanah bagi penerimanya, untuk tetap menjaga dan
meningkatkan kepeloporan, serta upaya-upaya pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan
hidup dan kehutanan,”

Dia menjelaskan bahwa pemberian Penghargaan Kalpataru kepada 10 orang/kelompok


berdasarkan 4 kategori, yaitu Perintis Lingkungan, Pengabdi Lingkungan, Penyelamat
Lingkungan, dan Pembina Lingkungan. Berikut daftar pemenang dan kontribusinya terhadap
lingkungan:

Perintis Lingkungan:

- Purwo Harsono, S.P. (Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta/DIY), pengelola kawasan hutan
pinus di Kalurahan Mangunan, Kapanewon Dlingo, Bantul, DI Yogyakarta.

- Damianus Nadu (Bengkayang, Kalimantan Barat), menjaga kelestarian hutan adat Gunung
Pikul Pengajid, desa Sahan, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang.

- Darmawan Denassa (Gowa, Sulawesi Selatan), pendiri rumah hijau Denassa.

- Yusri (Mandar, Sulawesi Barat), melestarikan penyu.

Pengabdi Lingkungan:
- Suswaningsih, S.TP (Gunung Kidul, DIY).

Penyelamat Lingkungan:

- Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Pasar Rawa Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

- Forum Pemuda Peduli Karst Citatah (FP2KC) Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

- Sombori Dive Conservation Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah

Pembina Lingkungan:

- H. Zarkasyi Hasbi, Lc. (Banjar, Kalimantan Selatan), pendiri ec0-pesantren atau pesantren
berwawasan lingkungan Darul Hijrah Cindai Alus, Martapura.

- Suhadak (Lampung Timur, Lampung), mengubah konflik gajah di kawasan penyangga Taman
Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung, menjadi ekowisata.

3. Tokoh pejuang intergrasi bangsa


1. Sultan Hamengkubowono IX

Sultan Hamengkubuwono IX lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 12 April 1912, dengan nama


asli Gusti Raden Mas Dorodjatun. Ia adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan
permaisuri Kangjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegara.

Pada tanggal 2 Oktober 1988, Sultan Hamengkubuwono IX meninggal dunia di George


Washington University Medical Centre, Amerika Serikat. Atas jasa dan berbagai perannya bagi
bangsa dan negara Indonesia, Pemerintah RI menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional.

2. Frans Kaisiepo

Pahlawan berikutnya berasal dari Irian. Namanya diabadikan menjadi nama Bandar Udara
Frans Kaisiepo di Biak, di salah satu kapal yaitu KRI Frans Kaisiepo, dan wajahnya pun tertera
dalam mata uang Rp 10.000.

Frans Kaisiepo lahir di Wardo, Biak, Papua, 10 Oktober 1921. Pada usia 24 tahun, ia mengikuti
kursus Pamong Praja di Jayapura yang salah satu pengajarnya adalah Soegoro Atmoprasodjo,
yang merupakan mantan guru Taman Siswa.

Sejak bertemu dengan beliau, jiwa kebangsaan Frans Kaisiepo semakin tumbuh dan kian
bersemangat untuk mempersatukan wilayah Irian ke dalam NKRI.
Frans Kaisiepo wafat tanggal 10 April 1979. Atas jasa dan perjuangannya selama
mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia, Pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan
Nasional.

3. K. H. Hasyim Asy'ari

Ternyata, tokoh yang mempertahankan kemerdekaan tidak hanya datang dari kalangan sipil
dan tentara saja, lho. Tapi ada juga tokoh ulama yang berjuang mempertahankan kemerdekaan
RI, yaitu K.H. Hasyim Asy’ari. Beliau merupakan salah satu ulama yang mendirikan Pondok
Pesantren Tebuireng.

K.H. Hasyim Asy’ari lahir di Jombang, Jawa Timur tanggal 14 Februari 1871. Pondok Pesantren
Tebuireng didirikan pada tahun 1899 serta memelopori pendirian organisasi massa Islam
Nahdhatul Ulama (NU) tanggal 31 Januari 1926.

K.H. Hasyim Asy’ari wafat tanggal 25 Juli 1947. Wafatnya beliau terjadi ketika utusan Bung
Tomo serta pemimpin Hizbullah Surabaya Kyai Gufron bertamu ke pesantren Tebuireng.

Kedatangan dua tamu tersebut berupaya memberitahu K.H. Hasyim Asy’ari bahwa pasukan
Belanda melakukan Agresi Militer I dan menduduki kota Malang yang sebelumnya dikuasai
pasukan Hizbullah.

Berita itu mengejutkan K.H. Hasyim Asy’ari dan membuat beliau jatuh pingsan di atas
kursinya. Dokter segera didatangkan namun sayangnya ia sudah wafat akibat pendarahan otak.

Pemerintah RI lantas menghargai jasa-jasanya dan pengabdiannya dengan mengeluarkan


Surat Keputusan Presiden RI No. 294 Tahun 1964 tanggal 17 November 1964, yang menyatakan
bahwa Pemerintah RI menganugerahi K.H. Hasyim Asy’ari gelar Pahlawan Kemerdekaan
Nasional.

4. Jenderal TNI Gatot Soebroto

Jenderal TNI (Purn.) Gatot Soebroto lahir di Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah, 10 Oktober
1907. Jenderal Gatot Subroto dikenal sebagai tentara yang aktif di tiga zaman.

Beliau pernah menjadi Tentara Hindia Belanda (KNIL), pada masa pendudukan Jepang, dan
pasca Indonesia merdeka beliau berperan dalam menumpas pemberontakan PKI.

Pada tanggal 11 Juni 1962, Gatot Soebroto wafat pada usia 54 tahun akibat serangan jantung.
Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Letnan Jenderal. Atas jasa-jasa dan perjuangannya,
ia dianugerahi gelar Tokoh Nasional atau Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Gatot Soebroto adalah tentara asli Indonesia, darma baktinya kepada nusa dan bangsa ia
tunjukkan dengan prestasi yang luar biasa. Semua pemberontakan di tanah air mulai dari PKI
Madiun 1948, DI/TII, dan PRRI Permesta berhasil ditumpas oleh beliau.
Selama hidupnya sosok Gatot Soebroto merupakan sosok yang dianggap gila karena
ucapannya yang terkadang kasar, namun karena sikapnya tersebut ia sangat dekat dengan para
bawahannya di militer.

5. Laksamana Madya TNI Yos Sudarso

Laksamana Madya TNI Yos Sudarso lahir di Salatiga, Jawa Tengah, pada 24 November 1925.
Laksamana Madya TNI Yos Sudarso bertugas di angkatan laut pada dua zaman. Ia bertugas sejak
masa Pendudukan Jepang dan masa kemerdekaan.

Laksamana Madya TNI Yos Sudarso wafat dalam pertempuran di Laut Aru tanggal 15 Januari
1962. Ia meninggal ketika melaksanakan operasi rahasia untuk menyusupkan sukarelawan ke
Irian menggunakan KRI Macan Tutul.

4. Tokoh penggiat anti narkoba


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan penghargaan Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) kepada tiga penggiat
antinarkotika nasional pada puncak peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2013 di
Istana Negara, Jakarta.

Para penerima adalah KH Syahruddin (Yayasan Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan, Banten),
Pendeta Muda Loa Irawan Stefanus (Yayasan Penuai Indonesia Cianjur, dan Muhammad
Trihardana (Yayasan Pondok Rehabilitasi Tetirah Dzikir Yogyakarta).

“Teruslah mengabdi dan memeberikan contoh dan teladan. Teruslah menyelamatkan


kehidupan saudara-saudara kita,” kata Kepala Negara.

Peringatan bertema “Global Action For Healthy Communities Without Drugs” atau “Aksi
Global untuk Mewujudkan Masyarakat Sehat Tanpa Narkoba” dihadiri Ketua DPR RI Marzuki
Alie, Kepala BNN Komisaris Jenderal Polisi Anang Iskandar, jajaran menteri Kabinet Indonesia
Bersatu II, dan para penggiat antinarkoba.

Pada kesempatan itu, Kepala Negara secara khusus memberikan apresiasi atas kerja keras
Badan Narkotika Nasional (BNN) dan para penerima penghargaan dalam usahanya
memberantas narkoba di Tanah Air.

“Bahaya narkoba tetap besar, baik di tingkat dunia maupun nasional. Banyak kerja sama
kawasan dan global, tetapi ancaman tetap nyata. Cegah dan berantas penggunaan narkoba,”
kata Presiden.

5. Tokoh penegak hukum yg adil


1. Dr.Albert Hasibuan, S.H. (lahir diBandung,Jawa Barat,25 Maret1939; umur 77 tahun)
adalah seorangadvokat senior, praktisi hukum dan dosen dari Indonesia. Ia pernah dipilih oleh
PresidenSusilo Bambang Yudhoyonosebagai anggotaDewan Pertimbangan
Presiden(Wantimpres) bidang Hukum dan Ketatanegaraan untuk periode10 Januari2012-19
Januari2015. Ia terpilih sebagai anggota Wantimpres, setelah menggantikanJimly
Asshiddiqieyang mengundurkan diri[1]. Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Pemimpin
Umum Harian UmumSuara Pembaruandan anggotaKomnas HAMperiode (1993 – 2002)

2. Amir Syamsuddin adalah Menteri Hukum dan HAM Indonesia pada Kabinet Indonesia
Bersatu II menggantikan Patrialis Akbar. Pria asal Makassar inikemudian pindah ke Jakarta pada
1965. Karena ketertarikannya pada mesin dia bekerja di satu bengkel, lalu membuka bengkel
sendiri. Sambil bekerja Amir lalu mendaftarkan diri di Fakultas Hukum UI pada 1978. Dia
mengawali karir kepangacaraannya dengan menjadi staf magang di Kantor Pengacara O. C.
Kaligis pada tahun 1979. Sambil kuliah sore hari di Universitas Indonesia, Amir terus menempa
diri di kantor hukum yang menjadi seperti ‘universitas’ para pengacara papan atas tersebut.

3. Adnan Buyung Nasution adalah pria kelahiran Jakarta, 20 Juli 1934, yang dikenal sebagai
seorang advokat handal, pendiri Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, dan juga pernah menjabat
sebagai anggota DPR/MPR. Tidak banyak yang tahu bahwa nama tengah Buyung sebenarnya
adalah Bahrum. Pada akta kelahirannya, namanya tercatat sebagai Adnan Bahrum Nasution.
Namun, Buyung menamai dirinya sebagau Adnan B. Nasution. Nama "Buyung" dia dapatkan
karena dia sering dipanggil demikian oleh teman-teman dan kerabatnya.

6. Tokoh anti terorisme


- IRJEN. POL. DRS. ANSYAAD MBAI

PERIODE : 2010 - 2014

Inspektur Jenderal (Purn.) Drs. Ansyaad Mbai (lahir di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, 2
Juni 1948; umur 71 tahun) adalah Mantan Kepala Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan di Indonesia

- KOMJEN. POL. SAUD USMAN NASUTION

PERIODE : 2014 - 2016

Komjen. Pol. (Purn.) Drs. H. Saud Usman Nasution, S.H., M.H., M.M. (lahir di Mandailing Natal,
Sumatra Utara, 25 Februari 1958; umur 61 tahun) adalah seorang purnawirawan perwira tinggi
Polri

- KOMJEN. POL. TITO KARNAVIAN

PERIODE : 2016 - 2016


Jenderal Polisi Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D. (lahir di Palembang,
Sumatra Selatan, 26 Oktober 1964; umur 54 tahun), adalah seorang perwira tinggi polisi yang
saat ini menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

- KOMJEN. POL. SUHARDI ALIUS

PERIODE : 2016 - 2020

Komisaris Jenderal Polisi Drs. Suhardi Alius, M.H. (lahir di Jakarta, 10 Mei 1962; umur 57
tahun) adalah tokoh Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Pada 20 Juli 2016, ia ditunjuk dan
dilantik oleh Presiden Jokowi sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT), menggantikan Jenderal Polisi Tito Karnavian yang dipromosikan menjadi Kapolri.

- KOMJEN. POL. BOY RAFLI AMAR

PERIODE : 2020 - SEKARANG

Komisaris Jenderal Polisi Dr. Drs. Boy Rafli Amar, M.H. (lahir di Jakarta, 25 Maret 1965; umur
55 tahun) adalah perwira tinggi Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Pada 1 Mei 2020, ia
dilantik oleh Presiden Jokowi sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT), menggantikan Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius.

Anda mungkin juga menyukai