Anda di halaman 1dari 19

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

KELOMPOK KERJA AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (POKJA AMPL) bekerjasama dengan DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

1
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

I. Pendahuluan Air minum merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Oleh karena itu, setiap manusia pada dasarnya memiliki hak untuk mendapatkan akses yang cukup terhadap air minum. Pentingnya akses terhadap air minum ini diperkuat dengan program Millenium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh seluruh pemimpin dunia pada Johannesburg Summit September 2000. MDGs merupakan suatu kesepakatan untuk mengurangi kemiskinan dunia yang terdiri dari 8 tujuan dan 18 target yang harus dapat tercapai pada tahun 2015. Adapun yang terkait langsung dengan air minum adalah Tujuan ke-7, yaitu pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan salah satu targetnya yaitu Target ke-10, berupa mengurangi separuh dari proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi dasar. Hasil penelitian menyatakan bahwa kekurangan air minum akan berdampak kepada empat dimensi kehidupan, yakni kesehatan, pendidikan, jender, dan pendapatan (konsumsi). Kekurangan air minum akan memunculkan penyakit yang terkait dengan air, malnutrisi karena diare, berkurangnya usia harapan hidup, berkurangnya tingkat kehadiran di sekolah karena sakit atau antri air, tingginya proporsi pengeluaran untuk air, berkurangnya potensi pendapatan karena sakit, dan berkurangnya kesempatan kerja yang memerlukan ketersediaan air. Bagaimana kondisi ketersediaan air minum di Indonesia? Dan bagaimana perhatian pemerintah terhadap masalah ketersediaan air minum ini? Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 57,45 persen dari total penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2004 masih belum dapat mengakses air bersih, dimana yang paling mengkhawatirkan adalah Papua (92,14 persen), Kalimantan Barat (87,42 persen), dan Riau (85,49 persen). Sedangkan untuk penduduk tidak miskin, terdapat 40,76 persen dari total penduduk tidak miskin Indonesia yang belum mendapatkan akses terhadap air bersih, dimana yang paling mengkhawatirkan adalah Kalimantan Barat (82,82 persen), Bengkulu (65,97 persen), dan Riau (65,84 persen). Apabila kondisi ini tidak segera diatasi maka Indonesia sulit mencapai Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 karena di dalam MDGs perbaikan air minum dan mengurangi beban kesehatan merupakan sasaran utama dalam mengurangi tingkat kemiskinan.

1
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

Investasi air minum di Indonesia secara keseluruhan dapat dibagi menjadi dua, yakni investasi yang dilakukan oleh perusahaan, baik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) maupun swasta dan non-perusahaan, baik masyarakat, pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Salah satu contoh investasi non-perusahaan adalah investasi yang dikucurkan oleh pemerintah melalui program-program pengadaan fasilitas air minum publik, salah satu contohnya adalah Proyek Air Bersih dan Sanitasi Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah Tahap II (Second Water and Sanitation for Low Income Communities = WSLIC-2). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa air minum merupakan komoditi yang sangat penting baik untuk kesehatan maupun perekonomian. Apabila investasi air minum dilakukan maka dapat memberikan dampak positif baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan dan perekonomian. Kenyataannya, pentingnya ketersediaan air minum belum menjadi perhatian utama pemerintah baik di tingkat pusat, propinsi, kabupaten maupun kota. Melalui penelitian ini akan ditunjukkan bagaimana dampak investasi air minum1 terhadap perekonomian khususnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan antar berbagai kelompok rumah tangga. Adapun permasalahan-permasalahan yang selanjutnya timbul dan terkait dengan peningkatan investasi air minum adalah: 1. Investasi air minum belum menunjukkan peningkatan yang berarti karena belum disadarinya pentingnya investasi air minum terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Investasi air minum belum dipergunakan sebagai salah satu alat penanggulangan kemiskinan. Sementara itu, tujuan yang diharapkan dari Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian di Indonesia dengan menggunakan pendekatan Ekonometrika dan Sistem Neraca Sosial Ekonomi adalah untuk mengetahui dampak dari adanya investasi air minum terhadap perekonomian Indonesia khususnya terhadap pertumbuhan ekonomi dan pendapatan antar berbagai kelompok rumah tangga. Selain itu, juga akan dilihat distribusi faktorial dan distribusi sektoral akibat adanya investasi air minum.

Investasi air minum yang dimaksud dalam penelitian ini pada dasarnya adalah investasi air bersih

2
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

Berdasarkan permasalahan dan metodologi yang digunakan, maka hasil studi ini diharapkan mampu memberikan manfaat yakni : 1. Menghasilkan sebuah model ekonomi tentang dampak investasi air minum terhadap perekonomian khususnya pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan antar berbagai kelompok rumah tangga. 2. Menghasilkan suatu persamaan simulasi yang dapat digunakan untuk memprediksi dampak dari perubahan investasi air minum terhadap perekonomian. 3. Menjadi salah satu masukan bagi pengambilan keputusan terhadap investasi air minum. II. Metodologi Metodologi yang dipilih untuk digunakan dalam studi ini adalah: (1) Model Ekonometrika; dan (2) Sistem Neraca Sosial Ekonomi yang difokuskan pada Analisis Matriks Pengganda. Kedua alat analisis tersebut digunakan karena satu sama lain saling melengkapi untuk menjawab kedua permasalahan yang ada dalam studi ini. Berikut akan dijelaskan tentang penggunaan kedua alat analisis ini dalam studi yang akan dilakukan. Model ekonometrika digunakan untuk melihat arah dan besaran pengaruh adanya investasi air minum terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam model ini pertumbuhan ekonomi bertindak sebagai variabel tak bebas dan investasi air minum bertindak sebagai variabel bebas, bersama dengan variabel-variabel lain yang berdasarkan literatur mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dalam model ini direpresentasikan dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dalam bentuk logaritma natural. Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
log( PDB) 0 1Log ( PDB(1)) 2 IAM 3TOT 4 log( POP) 5 NE 6 NTM 7 Dkrisis t

Dimana : PDB IAM TOT POP NE NTM Dkrisis

: : : : : : :

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia rasio investasi air minum terhadap total investasi rasio total investasi terhadap PDB. populasi rasio net ekspor terhadap PDB. rasio nilai tambah migas terhadap PDB dummy krisis 3
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

Estimasi model ini dilakukan dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan asumsi bahwa semua data dari variabel yang digunakan adalah stasioner. Adapun yang dimaksud dengan stasioner adalah bahwa data time series tidak mengandung unsur tren. Apabila data yang digunakan tidak stasioner maka dampaknya adalah hasil regresi yang didapatkan bersifat spurious regresion (regresi lancung). Setelah dilakukan proses estimasi parameter-parameter yang ada dalam model di atas, maka perlu dilakukan evaluasi dan validasi model. Pada umumnya ada tiga kriteria evaluasi yang digunakan yaitu: 1) Kriteria ekonomi (tanda dan besaran); 2) Kriteria statistik (uji t, F dan R2); dan 3) Kriteria ekonometrika (multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas). Untuk menjawab permasalahan lainnya, selanjutnya digunakan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Metodologi yang akan digunakan dalam alat analisis ini hanya meliputi Analisis Matriks Pengganda yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran keterkaitan antar berbagai pelaku ekonomi di dalam perekonomian dan melakukan analisis ekonomi mengenai dampak investasi air minum terhadap perekonomian, khususnya terhadap pendapatan antar berbagai kelompok rumah tangga. III. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Estimasi Model Ekonometrika Bagian ini akan memberikan penjelasan mengenai penggunaan model regresi linier berganda dengan metode estimasi Ordinary Least Square (OLS), sehingga didapatkan arah dan besaran dari pengaruh investasi air minum terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam model ini, semua variabel bebas signifikan pada taraf nyata 5 persen dan memiliki tanda yang sesuai dengan teori ekonomi. Hasil estimasi menunjukkan bahwa populasi (POP) merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap PDB Indonesia dibandingkan dengan variabelvariabel lainnya. Hal tersebut dapat dimengerti mengingat pertambahan populasi akan mendorong kenaikan tingkat konsumsi masyarakat, dimana konsumsi merupakan variabel yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan PDB Indonesia. Nilai koefisien variabel POP sebesar 1,62211 mengartikan bahwa jika terjadi peningkatan populasi sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan PDB sebesar 1,62211 persen. 4
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

Variabel C LOG(PDB(-1))** IAM3** TOT* LOG(POP)** NE** NTM** Dkrisis**

Tabel 1 Hasil Estimasi Persamaan PDB2 Coefficient Std. Error -2,47063 0,50938 0,00428 0,00535 1,62211 0,00290 0,00273 -0,20765 0,44066 0,09067 0,00111 0,00192 0,27851 0,00055 0,00087 0,03135

t-Statistic -5,60662 5,61776 3,84990 2,77748 5,82432 5,22887 3,13309 -6,62366

Prob. 0,00000 0,00000 0,00070 0,01000 0,00000 0,00000 0,00430 0,00000


1,73309 0,00000

R-squared 0,99940 Adjusted R-squared 0,99923 Sumber : Hasil pengolahan model


* nyata pada taraf 5 persen ** nyata pada taraf 1 persen

Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

Selain variabel populasi, hanya variabel initial income yang memiliki pengaruh cukup besar yakni, 0,50938 yang artinya peningkatan PDB sebesar 1 persen pada periode lalu akan meningkatkan PDB sebesar 0,50938 persen. Sementara itu, variabel lainnya seperti rasio investasi air minum terhadap total investasi, rasio total investasi terhadap PDB, net eksport terhadap PDB dan rasio nilai tambah migas terhadap PDB hanya akan meningkatkan PDB berkisar 0,002 persen - 0,005 persen jika variabel tersebut meningkat 1 persen. Rasio investasi air minum terhadap total investasi memiliki tanda positif, yang menunjukkan bahwa peningkatan investasi air minum akan meningkatkan PDB walaupun dengan peningkatan yang tidak terlalu besar. Nilai koefisien IAM mengartikan bahwa peningkatan rasio investasi air minum terhadap total investasi sebesar 10 persen hanya akan meningkatkan PDB sebesar 0,0428 persen.

Persamaan ini merupakan hasil terbaik yang didapatkan setelah sebelumnya juga digunakan beberapa variabel bebas lain yakni pajak, nilai tambah pertanian, nilai tambah non pertanian, upah minimum, jumlah tenaga kerja, perbandingan antara jumlah siswa SMU dengan jumlah penduduk usia sekolah dan rasio investasi lainnya terhadap PDB. Kelemahan persamaan ini adalah tidak bisa menangkap permasalahan swap (peralihan) investasi lainnya untuk investasi air minum. Persamaan yang dapat menjelaskan permasalahan ini tidak dapat digunakan karena memiliki masalah multikolinieritas. 3 Dikarenakan adanya keterbatasan data, maka data yang digunakan pada variabel ini adalah data investasi air bersih, yang mana investasi air minum termasuk di dalamnya.

5
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

Krisis ekonomi pada model ini direpresentasikan dengan variabel dummy krisis (Dkrisis). Tanda negatif pada variabel ini mengartikan bahwa untuk semua variabel bebas (kecuali variabel dummy itu sendiri) yang sama, secara rata-rata nilai PDB pada periode setelah krisis akan lebih rendah apabila dibandingkan dengan kondisi sebelum krisis.
500000 450000 400000 350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0

PDB PDBF

Sumber : Hasil pengolahan model

Nilai Theils Inequality Coefficient dari persamaan PDB didapatkan sebesar 0,00663. Model tersebut sangat baik untuk digunakan dalam proyeksi dan simulasi karena nilai Theils lebih kecil dari 0,1. Perbandingan antara data PDB Indonesia dengan PDB Indonesia hasil estimasi ditunjukkan pada gambar di atas. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa hasil estimasi model yang ditunjukkan oleh garis putus-putus mampu mendekati data aslinya yang ditunjukkan oleh garis penuh. Simulasi ini terbagi menjadi 3 (tiga) asumsi, yaitu asumsi pesimis, moderat dan optimis. Asumsi-asumsi besar variabel-variabel bebas yang digunakan beserta hasilnya ditunjukkan pada Tabel 2. Hasil simulasi menunjukkan suatu peramalan (forecasting) yang rasional. Hal tersebut terlihat dari kesinergian antara asumsi yang diberikan dengan hasil yang diperoleh. Tabel 2 menunjukkan bahwa dalam asumsi pesimis menghasilkan nilai pertumbuhan PDB yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai pertumbuhan pada asumsi moderat dan asumsi optimis. Hasil simulasi pada asumsi moderat juga memperlihatkan bahwa nilai pertumbuhan lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai pertumbuhan pada asumsi optimis. 6
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

19 70 19 73 19 76 19 79 19 82 19 85 19 88 19 91 19 94 19 97 20 00 20 03

Gambar 2 Hasil Estimasi PDB Dibandingkan Dengan Data Aslinya

Variabel TOT (%) (2005) (2006) NE (%) (2005) (2006) NTM (%) (2005) (2006) POP (milyar) (2005) (2006) IAM (%) (2005) (2006) HASIL Growth PDB 2006

Tabel 2 Asumsi Asumsi dan Hasil Simulasi Simulasi Pesimis Moderat 29,62 30,32 29,72 30,50 9,89 10,68 10,28 10,88 39,56 40,16 39,76 40,36 0,23 0,23 0,23 0,23 13,90 14,10 14,00 14,30 5,63 6,12

Optimis 30,62 31,02 11,08 11,23 40,46 41,11 0,23 0,23 14,30 14,55 6,62

Sumber : Hasil pengolahan model

Dengan membandingkan nilai pertumbuhan dari ketiga simulasi dengan asumsi asumsi tersebut, alternatif yang paling cocok atau mendekati dengan kenyataan adalah simulasi moderat. Hal tersebut dimungkinkan karena asumsi yang diberikan sesuai dengan apa yang selama ini terjadi dalam perekonomian Indonesia. Simulasi yang selanjutnya dilakukan adalah melihat dampak adanya tambahan investasi air minum baru sebesar 10 (sepuluh) trilyun rupiah. Hal ini dimaksudkan untuk melihat dampak murni akibat peningkatan investasi air minum. Aliran investasi baru akan meningkatkan rasio air minum terhadap total investasi (IAM) dan rasio total investasi terhadap PDB (TOT). Variabel TOT ikut meningkat dikarenakan total investasi didefinisikan sebagai penjumlahan dari investasi air minum dan investasi lainnya. Variabel NE dan NTM akan mengalami penurunan dikarenakan faktor pembaginya, yakni PDB mengalami peningkatan. Sementara itu, variabel POP diasumsikan konstan. Sebagai pembanding digunakan nilai PDB pada tahun 2004 yang kemudian disebut dengan skenario dasar. Tabel 3 Simulasi Kenaikan Investasi Air Minum sebesar 10 Trilyun Rupiah
TOT Skenario dasar Kenaikan IAM 10 T NE_PDB NTM_PDB POP IAM PDBF

28,02 29,52

8,68 8,50

37,16 36,39

0,22 0,22

13,70 19,79

463738,90 467552,50 7

Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

Tabel 3 menunjukkan bahwa aliran investasi baru pada air minum sebesar 10 (sepuluh) trilyun rupiah akan meningkatkan rasio air minum terhadap total investasi menjadi 19,79 persen (meningkat sebesar 6,09 persen dibandingkan skenario dasar) dan rasio total investasi terhadap PDB menjadi 29,52 persen (meningkat sebesar 1,51 persen dibandingkan skenario dasar). Hasil akhir dari skenario ini menunjukkan bahwa nilai PDB lebih besar 0,82 persen atau 3,81 trilyun dibandingkan dengan skenario dasar. Simulasi lain yang dilakukan adalah menggabungkan dua kondisi simulasi sebelumnya. Awalnya nilai variabel-variabel penjelas sama dengan asumsi simulasi pertama, namun terjadi tambahan investasi air minum baru sebesar 10 trilyun ke dalam perekonomian pada tahun 2006. Hal ini tentu akan mempengaruhi nilai variabel-variabel penjelas itu pada tahun 2006. Asumsi nilai variabel ditunjukkan oleh Tabel 4 berikut. Tabel 4 Simulasi Kenaikan Investasi Air Minum sebesar 10 Trilyun Rupiah pada Tiga Asumsi Simulasi (dalam pesen) Variabel Pesimis Moderat Optimis TOT (%) (2005) 29,62 30,32 30,62 (2006) 31,04 31,79 32,29 NE (%) (2005) 9,88 10,68 11,08 (2006) 10,09 10,68 11,03 NTM (%) (2005) 39,56 40,16 40,46 (2006) 39,01 39,61 40,35 POP (milyar) (2005) 0,23 0,23 0,23 (2006) 0,23 0,23 0,23 IAM (%) (2005) 13,90 14,10 14,30 (2006) 19,30 19,32 19,44 HASIL PDBF* 2006 520146,00 527123,10 531994,20 PDBFX**2006 534231,90 540816,50 545421,10 Perbedaan*** 14085,92 13693,39 13426,95 Persentase 2,71 2,60 2,52 Perbedaan
Sumber : Hasil pengolahan model
* estimasi nilai PDB berdasarkan asumsi simulasi pada bagian 3.3 ** estimasi nilai PDB setelah adanya investasi air minum baru ***nilai perubahan PDB yang merupakan selisih dari PDBF* 2006 dan PDBFX** 2006

Berdasarkan asumsi pesimis, moderat dan optimis, didapatkan hasil bahwa dengan tambahan investasi air minum sebesar 10 trilyun ke dalam perekonomian pada tahun 2006, maka nilai PDB Indonesia akan lebih besar dibandingkan dengan sebelum 8
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

adanya investasi baru. Perbedaan nilai PDB sebelum dan sesudah adanya tambahan investasi air minum pada ketiga kondisi (pesimis, moderat dan optimis) berturut-turut sebesar 14,09 trilyun; 13,69 trilyun; dan 13,43 trilyun.

3.2 Hasil Analisa SNSE Bagian ini akan menjelaskan hasil simulasi dengan menggunakan analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Simulasi difokuskan pada dampak investasi air minum terhadap pendapatan berbagai kelompok rumah tangga, distribusi faktorial dan distribusi sektoral. Dalam studi ini dilakukan 5 (lima) macam skenario kebijakan investasi yang akan dibandingkan dengan kondisi awal atau kondisi sebelum adanya kebijakan investasi. Diasumsikan pemerintah memiliki dana sebesar 10 trilyun rupiah dan memiliki lima pilihan skenario untuk penempatan dana tersebut. Adapun kelima skenario tersebut dapat diperinci sebagai berikut: 1. Investasi dilakukan di sektor air minum, dimana 25 persen digunakan untuk jobcreation dan 75 persen lainnya digunakan untuk investasi air minum. 2. Investasi dilakukan di sektor air minum, dimana 100 persen digunakan untuk investasi air minum. 3. Investasi dilakukan di sektor lainnya (sektor bukan air minum), dimana 50 persen digunakan untuk sektor pendidikan dan kesehatan dan 50 persen lainnya digunakan untuk sektor konstruksi. 4. Investasi dilakukan di sektor air minum yang disertai dengan job-creation sebesar 50 persen dan untuk sektor lainnya (sektor pendidikan dan kesehatan, sektor konstruksi) sebesar 50 persen. 5. Investasi dilakukan di sektor air minum yang disertai dengan job-creation sebesar 75 persen dan untuk sektor lainnya (sektor pendidikan dan kesehatan) sebesar 25 persen. Kerangka berpikir dari semua skenario di atas secara lebih terperinci ditunjukkan oleh Gambar 3 berikut.

9
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

Kegiatan investasi nonair minum

Permintaan output dari sektor-sektor terkait kegiatan investasi non-air minum

Pendapatan faktor produksi meningkat

Pendapatan rumah tangga meningkat

Investasi baru

Kegiatan job creation

Pendapatan faktor produksi tenaga kerja untuk orang miskin meningkat

Pendapatan rumah tangga orang miskin meningkat

Belanja orang miskin untuk barang dan jasa meningkat

Kegiatan investasi air minum

Permintaan output dari sektor-sektor terkait kegiatan investasi air minum meningkat

Pendapatan faktor produksi meningkat

Pendapatan rumah tangga meningkat

Akses dan ketersediaan air minum meningkat

Mendorong pertumbuhan sektorsektor lain Menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan

Gambar 3. Kerangka Pikir Simulasi Keterangan: ruang lingkup skenario

10
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

Berdasarkan Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa ketika pemerintah ingin melakukan investasi, maka pemerintah akan dihadapkan pada pilihan-pilihan, yakni berinvestasi pada sektor air minum dengan atau tanpa disertai job creation, atau berinvestasi pada sektor non-air minum. Apabila investasi dilakukan pada sektorsektor selain air minum, contohnya pendidikan, kesehatan dan konstruksi maka permintaan output dari sektor-sektor terkait akan meningkatkan. Kemudian, peningkatan permintaan ini akan meningkatkan pendapatan faktor produksi yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang menjadi faktor produksi pada sektor yang bersangkutan. Alternatif lainnya adalah berinvestasi pada sektor air minum. Investasi baru ini akan meningkatkan permintaan output dari sektor-sektor yang terkait dengan air minum seperti Industri Kayu, Industri Percetakan, Alat Angkutan dan Barang dari Logam, Industri Kimia, Listrik, Gas, Air Minum, Konstruksi, Perdagangan, Jasa Penunjang Angkutan, dan Sektor Pemerintahan. Peningkatan permintaan output ini akan meningkatkan pendapatan faktor produksi sebagai pembayaran upah yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan rumah tangga. Apabila investasi ini disertai dengan job creation maka pendapatan faktor produksi tenaga kerja untuk orang miskin akan meningkat khususnya pendapatan rumah tangga kelompok Formal Pertanian, Informal Pertanian, Formal Operator, Informal Operator, Formal Administrasi dan Informal Administrasi. Peningkatan pendapatan kelompok rumah tangga ini akan meningkatkan pendapatan rumah tangga orang miskin yang selanjutnya akan meningkatkan pengeluaran belanja mereka untuk barang dan jasa. Di sisi lain, peningkatan investasi air minum akan meningkatkan akses dan ketersediaan air minum. Ketika akses dan ketersediaan terhadap air minum meningkat maka sektor-sektor yang menggunakan air minum, seperti sektor perhotelan juga akan mengalami peningkatan output. Penggunaan air minum yang semakin meningkat tersebut, selanjutnya dapat pula mengakibatkan dampak negatif terhadap ketersediaan air minum itu sendiri. Dampak dari investasi air minum inilah yang tidak dapat ditangkap oleh model.

11
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

Hasil dari kelima skenario secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 5. Secara umum skenario kelima menyebabkan kenaikan total perekonomian terbesar dibandingkan dengan keempat skenario lainnya. Secara lebih spesifik, nilai tambah faktor produksi dan pendapatan rumah tangga akan mengalami peningkatan output terbesar apabila pemerintah menerapkan skenario kelima. Sementara itu, pendapatan neraca sektor produksi akan mengalami peningkatan terbesar apabila skenario yang diterapkan adalah skenario ketiga. Tabel 5 Hasil Kelima Skenario
Peningkatan yang dialami oleh Nilai tambah faktor produksi Pendapatan rumah tangga & perusahaan Pendapatan neraca sektor produksi TOTAL Skenario 1 Nilai dan Persentase 15669,99 (1,14) 15387,54 (1,08) 29112,52 (0,99) 60170,05 (1,05) Skenario 2 Nilai dan Persentase 13335,81 (0,97) 12869,07 (0,90) 29706,45 (1,01) 55911,33 (0,97) Skenario 3 Nilai dan Persentase 14922,44 (1,08) 14625,14 (1,02) 31770,77 (1,08) 61318,35 (1,07) Skenario 4 Nilai dan Persentase 15296,06 (1,11) 15006,41 (1,05) 30435,68 (1,04) 60538,15 (1,05) Skenario 5 Nilai dan Persentase 15992,02 (1,16) 15742,2 (1,10) 30266,53 (1,03) 62000,75 (1,08)

Sumber : hasil estimasi model

Tabel 6 menunjukkan bahwa kombinasi antara investasi air minum yang disertai dengan job creation dan investasi di sektor pendidikan dan kesehatan (skenario 5) memberikan kenaikan nilai tambah faktor produksi terbesar dibandingkan dengan keempat skenario lainnya. Semua faktor produksi kecuali Modal Lainnya menerima pertumbuhan ekonomi lebih dari 1 persen dan Modal Air Minum merupakan faktor produksi yang menerima kenaikan terbesar. Sebaliknya, kenaikan nilai tambah faktor produksi terkecil akan terjadi jika investasi seluruhnya dilakukan pada sektor air minum yang tanpa disertai dengan job creation (skenario 2).

12
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

Tabel 6 Dampak Investasi Terhadap Nilai Tambah Faktor Produksi


Faktor Produksi Formal Pertanian Informal Pertanian Formal Operator Informal Operator Formal Administrasi Informal Administrasi Formal Profesional Informal Profesional Modal Tanah Modal Lainnya Modal Air Minum TOTAL Skenario 1 Nilai dan Persentase 861,25 (1,78) 1739,44 (1,79) 1948,10 (1,37) 764,62 (1,87) 1685,12 (1,23) 1341,40 (1,35) 637,15 (0,90) 75,55 (1,15) 401,93 (1,02) 6203,10 (0,89) 12,33 (4,49) 15669,99 (1,14) Skenario 2 Nilai dan Persentase 393,88 (0,81) 774,44 (0,80) 1786,40 (1,26) 485,13 (1,18) 1285,53 (0,94) 1038,70 (1,04) 631,34 (0,90) 80,87 (1,23) 339,09 (0,86) 6506,96 (0,93) 13,48 (4,90) 13335,81 (0,97) Skenario 3 Nilai dan Persentase 476,63 (0,98) 980,45 (1,01) 1569,74 (1,11) 448,77 (1,10) 1959,99 (1,43) 756,89 (0,76) 2146,88 (3,04) 100,61 (1,53) 385,39 (0,98) 6094,15 (0,87) 2,92 (1,06) 14922,44 (1,08) Skenario 4 Nilai dan Persentase 668,88 (1,38) 1359,84 (1,40) 1758,53 (1,24) 606,59 (1,48) 1822,31 (1,33) 1048,94 (1,05) 1391,89 (1,97) 88,06 (1,34) 393,61 (1,00) 6147,29 (0,88) 10,12 (3,68) 15296,06 (1,11) Skenario 5 Nilai dan Persentase 787,59 (1,63) 1606,58 (1,65) 1699,86 (1,20) 656,33 (1,60) 1972,21 (1,44) 1214,83 (1,22) 1408,48 (2,00) 83,80 (1,28) 408,18 (1,04) 6142,79 (0,88) 11,38 (4,14) 15992,02 (1,16)

Sumber : Hasil pengolahan model

Investasi yang dilakukan baik melalui sektor air minum ataupun sektor lainnya akan mempengaruhi pendapatan rumah tangga dan perusahaan. Berdasarkan kelima skenario yang dilakukan, kombinasi antara investasi air minum yang disertai dengan job creation dan investasi di sektor pendidikan dan kesehatan (skenario 5) akan memberikan kenaikan pendapatan rumah tangga dan perusahaan terbesar. Semua rumah tangga kecuali Buruh Tani mengalami kenaikan pendapatan lebih besar dari 1 persen, dimana kenaikan pendapatan terbesar akan dirasakan oleh kelompok Pendapatan Tinggi di Perkotaan. Pada skenario ini kenaikan pendapatan rumah tangga terendah akan dialami oleh kelompok Buruh Tani, yaitu 708,31 milyar (0,99 persen). Sementara itu, apabila pemerintah menerapkan skenario kedua maka pendapatan rumah tangga dan perusahaan akan mengalami kenaikan terkecil relatif dibandingkan dengan empat skenario lainnya.

13
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

Tabel 7 Dampak Investasi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga dan Perusahaan


Institusi Buruh Tani Petani Skala Kecil Petani Skala Menengah Petani Skala Besar Pendapatan Rendah di Pedesaan Bukan Tenaga Kerja di Pedesaan Pendapatan Tinggi di Pedesaan Pendapatan Rendah di Perkotaan Bukan Tenaga Kerja di Perkotaan Pendapatan Tinggi di Perkotaan Perusahaan TOTAL Skenario 1 Nilai dan Persentase 723,27 (1,01) 1307,51 (1,28) 686,22 (1,33) 699,72 (1,28) 1274,27 (1,12) 614,28 (1,20) 1225,08 (1,18) 2148,51 (1,19) 819,89 (1,13) 2065,53 (1,11) 3823,25 (0,86) 15387,54 (1,08) Skenario 2 Nilai dan Persentase 470,75 (0,66) 794,11 (0,78) 437,66 (0,85) 476,44 (0,87) 1061,91 (0,94) 447,50 (0,87) 941,59 (0,91) 1831,54 (1,01) 690,87 (0,95) 1757,99 (0,94) 3958,70 (0,89) 12869,07 (0,90) Skenario 3 Nilai dan Persentase 565,44 (0,79) 926,44 (0,91) 553,26 (1,07) 580,78 (1,06) 1036,71 (0,91) 535,94 (1,05) 1251,76 (1,21) 1950,49 (1,08) 836,23 (1,15) 2645,47 (1,42) 3742,63 (0,85) 14625,14 (1,02) Skenario 4 Nilai dan Persentase 644,30 (0,90) 1116,87 (1,10) 619,69 (1,20) 640,21 (1,17) 1155,34 (1,02) 575,06 (1,12) 1238,31 (1,19) 2049,18 (1,13) 827,97 (1,14) 2355,30 (1,26) 3784,17 (0,85) 15006,41 (1,05) Skenario 5 Nilai dan Persentase 708,31 (0,99) 1247,14 (1,22) 681,89 (1,32) 699,83 (1,28) 1210,44 (1,07) 614,71 (1,20) 1324,85 (1,28) 2109,28 (1,17) 866,24 (1,20) 2487,67 (1,33) 3791,84 (0,86) 15742,2 (1,10)

Sumber : Hasil pengolahan model

Selain mempengaruhi pendapatan rumah tangga dan perusahaan, kebijakan ini juga akan mempengaruhi neraca sektor produksi. Investasi di sektor Pendidikan dan Kesehatan dan sektor Konstruksi akan mengakibatkan kenaikan pendapatan neraca sektor produksi terbesar dibandingkan dengan keempat skenario lainnya. Investasi ini akan menaikkan pendapatan neraca sektor produksi sebesar 1,08 persen. Sektor produksi yang paling besar menerima kenaikan adalah sektor Pendidikan dan Kesehatan sebesar 4,31 persen dan diikuti oleh sektor Konstruksi sebesar 2,28 persen. Sementara itu, investasi di sektor air minum yang diikuti dengan job creation memberikan kenaikan pendapatan terendah pada sektor-sektor produksi, yakni lebih rendah 0,09 persen dibandingkan dengan skenario ketiga.

14
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

Tabel 8 Dampak Investasi Terhadap Pendapatan Neraca Sektor Produksi


Sektor Produksi Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan & HasilHasilnya Kehutanan & Perburuan Perikanan Pertambangan Batubara Pertambangan Lainnya Industri Makanan, Minuman & Tembakau Industri Tekstil, Pakaian & Kulit Industri Kayu & Barang dari Kayu Industri Percetakan & Barang dari Logam Industri Kimia Listrik dan Gas Air Minum Konstruksi Perdagangan & Jasa Penunjang Angkutan Restoran Perhotelan Angkutan Darat Angkutan Udara & Air, Komunikasi Bank & Asuransi Real Estate & Jasa Perusahaan Pendidikan & Kesehatan Jasa Perorangan, Rumah Tangga & Lainnya TOTAL Skenario 1 Nilai dan Persentase 1557,84 (1,05) 461,60 (0,84) 942,42 (1,07) 249,57 (1,06) 666,68 (1,04) 918,34 (0,50) 347,14 (1,87) 3516,17 (0,99) 474,46 (0,31) 526,55 (0,75) 2855,23 (0,92) 3206,24 (0,94) 305,01 (1,09) 63,82 (2,67) 4663,95 (2,05) 2638,28 (1,03) 831,73 (1,05) 66,22 (0,41) 429,21 (0,94) 689,40 (0,92) 796,83 (0,95) 853,40 (1,10) 1239,76 (0,80) 812,67 (1,05) 29112,52 (0,99) Skenario 2 Nilai dan Persentase 1187,15 (0,80) 395,56 (0,72) 739,56 (0,84) 301,67 (1,28) 518,21 (0,81) 1020,73 (0,56) 454,17 (2,45) 2715,28 (0,76) 379,67 (0,25) 657,40 (0,93) 3226,81 (1,04) 3649,28 (1,07) 304,22 (1,08) 73,78 (3,08) 6168,20 (2,71) 2717,87 (1,06) 691,75 (0,87) 55,54 (0,34) 407,53 (0,89) 632,93 (0,84) 762,10 (0,91) 826,40 (1,07) 1117,71 (0,72) 702,94 (0,91) 29706,45 (1,01) Skenario 3 Nilai dan Persentase 1561,36 (1,05) 434,50 (0,79) 952,18 (1,08) 216,34 (0,92) 637,89 (1,00) 714,22 (0,39) 388,96 (2,10) 3484,71 (0,98) 447,22 (0,29) 322,20 (0,46) 1762,63 (0,57) 2490,63 (0,73) 239,76 (0,85) 25,38 (1,06) 5190,27 (2,280 1749,85 (0,68) 838,30 (1,06) 65,14 (0,40) 362,11 (0,79) 633,08 (0,84) 759,87 (0,90) 803,55 (1,04) 6719,80 (4,31) 970,84 (1,26) 31770,77 (1,08) Skenario 4 Nilai dan Persentase 1559,44 (1,05) 447,98 (0,82) 947,20 (1,07) 232,88 (0,99) 652,21 (1,02) 816,06 (0,45) 367,94 (1,99) 3500,07 (0,98) 460,79 (0,30) 424,22 (0,60) 2308,22 (0,74) 2847,62 (0,83) 272,33 (0,97) 44,59 (1,86) 4925,57 (2,16) 2193,51 (0,86) 834,91 (1,05) 65,67 (0,40) 395,59 (0,86) 661,13 (0,88) 778,21 (0,93) 828,32 (1,07) 3979,58 (2,56) 891,65 (1,16) 30435,68 (1,04) Skenario 5 Nilai dan Persentase 1661,21 (1,11) 470,08 (0,86) 1003,72 (1,14) 204,28 (0,87) 693,65 (1,08) 832,12 (0,46) 272,80 (1,47) 3721,27 (1,04) 489,41 (0,32) 420,15 (0,60) 2581,71 (0,83) 2852,11 (0,83) 298,10 (1,06) 55,56 (2,32) 3553,08 (1,56) 2444,28 (0,95) 872,93 (1,10) 69,38 (0,43) 413,76 (0,90) 694,74 (0,92) 787,25 (0,94) 839,76 (1,09) 4100,45 (2,63) 934,73 (1,21) 30266,53 (1,03)

Sumber : Hasil pengolahan model

15
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

IV. Keterbatasan Studi, Diskusi dan Kesimpulan Bagian ini akan menguraikan tentang keterbatasan studi, diskusi dan kesimpulan yang terkait dengan semua hasil penelitian dalam studi ini. 4.1 Keterbatasan Studi Adapun keterbatasan studi dalam penelitian ini dibagi menjadi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu: Pertama, penggunaan metode ekonometrika untuk analisis ekonomi dalam penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu: (i) model yang digunakan tidak mampu menangkap fenomena swap investasi, yakni peralihan investasi dari sektor non air minum ke sektor air minum; (ii) variabel IAM yang digunakan mencakup semua investasi yang dilakukan oleh perusahaan dan non-perusahaan, sehingga tidak dapat diukur investasi air minum yang mana yang secara signifikan mempengaruhi PDB Indonesia; dan (iii) ketika dilakukan perhitungan rasio variabel-variabel yang digunakan terhadap PDB pada simulasi, diasumsikan PDB Indonesia hanya dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tertangkap dalam model, sedangkan variabelvariabel lain di luar model dianggap konstan. Kedua, penggunaan metode SNSE untuk analisis ekonomi dalam penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu: (i) metode yang digunakan relatif sederhana dan diasumsikan tidak terjadi perubahan harga; (ii) model keseimbangan umum SNSE dalam tulisan ini bersifat statik, sehingga memiliki keterbatasan untuk peramalan jangka panjang; (iii) model keseimbangan umum SNSE memiliki asumsi adanya fixed Leontief technology, yang berarti dalam kurun waktu saat model dibentuk sampai dengan jangka waktu tertentu (umumnya lima tahun) teknologi dianggap tetap. Jumlah permintaan dan penawaran secara total selalu seimbang, pengaruh harga terhadap input tidak ada dan semua komoditi dalam model adalah demand driven, yang berarti tidak ada kendala dalam pemenuhan penawaran. Pada dasarnya, semua asumsi yang melekat pada model keseimbangan umum InputOutput juga melekat pada model keseimbangan umum SNSE; (iv) hasil simulasi amat tergantung pada keakuratan data yang digunakan. Dalam hal ini, data yang digunakan adalah data SNSE Indonesia tahun 2000 yang merupakan data terbaru yang tersedia dengan modifikasi sektor air minum khususnya pada modifikasi modal air minum dan sektor air minum; dan (v) model ini tidak memperhitungkan dampak lanjutan dari adanya investasi air minum. 16
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

4.2 Diskusi dan Kesimpulan Adapun hasil analisis yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut: Hasil estimasi model menunjukkan bahwa populasi merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap PDB Indonesia, kemudian diikuti oleh variabel initial income. Variabel rasio investasi air minum terhadap total investasi, rasio total investasi terhadap PDB, net export terhadap PDB dan rasio nilai tambah migas terhadap PDB hanya akan meningkatkan PDB berkisar 0,0027 persen - 0,0054 persen apabila variabel tersebut meningkat 1 persen. Secara khusus, variabel rasio investasi air minum terhadap total investasi memberikan pengaruh positif terhadap PDB Indonesia walaupun dengan peningkatan yang tidak terlalu besar, dimana rasio investasi air minum terhadap total investasi sebesar 10 persen hanya akan meningkatkan PDB sebesar 0,0428 persen. Tambahan investasi air minum sebesar 10 trilyun mampu meningkatkan PDB Indonesia, walaupun dengan nilai yang tidak terlalu besar, yakni 3,814 trilyun (0,82 persen) lebih besar dibandingkan dengan kondisi tanpa adanya tambahan investasi baru. Perlu diingat bahwa hasil di atas hanya disebabkan oleh perubahan investasi air minum sedangkan variabel lain dianggap tetap. Jika tambahan investasi air minum sebesar 10 trilyun ini diterapkan pada ketiga asumsi (pesimis, moderat dan optimis), hasil estimasi model memperlihatkan bahwa asumsi pesimis akan menghasilkan PDB yang 14,086 trilyun (2,71 persen) lebih besar dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya tambahan investasi. Sedangkan untuk asumsi moderat dan optimis masing-masing akan menghasilkan PDB yang 13,693 trilyun (2,60 persen) dan 13,427 trilyun (2,52 persen) lebih besar dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya tambahan investasi. kombinasi antara investasi air minum yang disertai dengan job creation dan investasi di sektor pendidikan dan kesehatan akan memberikan dampak kenaikan yang paling besar pada pendapatan berbagai kelompok rumah tangga dan nilai tambah faktor produksi relatif dibandingkan dengan empat skenario lainnya. Dampak peningkatan pendapatan rumah tangga terbesar akan diterima oleh

kelompok Pendapatan Tinggi di Perkotaan, sedangkan kenaikan nilai tambah faktor produksi terbesar akan diterima oleh Modal Air Minum. 17
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

Investasi air minum tanpa disertai dengan job creation ternyata memberikan dampak peningkatan yang besar hanya pada Sektor Air Minum dan Modal Air Minum relatif dibandingkan dengan empat skenario lainnya, dimana kenaikan neraca Sektor Air Minum sebesar 73,78 milyar (3,08 persen) dan kenaikan nilai tambah faktor produksi Modal Air Minum sebesar 13,48 milyar (4,90 persen). Investasi pada sektor bukan air minum akan memberikan dampak kenaikan terbesar pada neraca sektor produksi relatif dibandingkan dengan empat skenario lainnya, dimana kenaikan neraca sektor produksi terbesar akan dinikmati oleh sektor Pendidikan dan Kesehatan sebesar 6,72 trilyun (4,31 persen). Sementara itu, pendapatan berbagai kelompok rumah tangga dan nilai tambah faktor produksi akan mengalami kenaikan dengan besaran yang lebih kecil dari skenario investasi air minum yang disertai dengan job creation, namun masih lebih besar daripada skenario investasi air minum tanpa disertai dengan job creation. Secara umum, kombinasi investasi yang lebih difokuskan kepada investasi air minum yang diikuti dengan job creation menyebabkan kenaikan output nasional relatif lebih besar dibandingkan dengan empat skenario lainnya. Apabila pemerintah ingin memperhatikan masalah pendapatan rumah tangga khususnya kelompok rumah tangga miskin sebaiknya investasi difokuskan pada investasi air minum yang diikuti dengan job creation, sedangkan apabila pemerintah ingin lebih mendorong pertumbuhan output sektoral maka sebaiknya investasi dilakukan pada sektor bukan air minum khususnya yang memiliki pengganda output terbesar.

18
Executive Summary Kajian Ekonomi Dampak Investasi Air Minum Terhadap Perekonomian Indonesia

Anda mungkin juga menyukai