Anda di halaman 1dari 16

Pengertian Akte kelahiran: Adalah bukti sah mengenai status anak yang dikeluarkan oleh catatan sipil.

Manfaat Akte Kelahiran:


Identitas anak Administrasi kependudukan : KTP , KK, Untuk keperluan sekolah Untuk Pendaftaran pernikahan di KUA Mendaftar pekerjaan Persyaratan pembuatan paspor Untuk mengurus hak ahli waris Mengurus asuransi Mengurus tunjangan keluarga Mengurus hak dana pensiun Untuk melaksanakan ibadah haji

Syarat-Syarat:

Fotokopi Akte Pernikahan (bagi orangtua yang sudah bercerai dengan menggunakan akta cerai). Catatan: jika tidak bisa memberikan surat akta nikah atau itsbath nikah maka anak merupakan anak ibu. Untuk anak tidak diketahui asal usulnya persyaratan pembuatan akta harus dilengkapi dengan surat keterangan dari kepolisian (menjelaskan asal usul anak) dan dokter (menjelaskan perkiraan usia anak). Photo Copy Kartu Keluarga Photo Copy KTP Ibu dan Ayah, jika usia di atas 17 tahun menggunakan KTP sendiri Photo Copy KTP Saksi pencatatan pelapor kelahiran Surat Keterangan Lahir dari Desa /Kelurahan, dokter, bidan, rumah sakit yang disahkan di desa/kelurahan Mengisi formulir pelaporan permohonan kelahiran

Langkah-Langkah dalam Melengkapi Persyaratan: Akta pernikahan

Bagi yang telah mempunyai akta pernikahan cukup dengan memfotokopi. Bagi yang belum punya akta pernikahan mengajukan permohonan itsbath nikah ke Pengadilan Agama (Muslim) dan ke Pengadilan Negeri (non muslim)

Bagi anak yang lahir dari perkawinan yang tidak diakui oleh hukum (tidak memiliki akta nikah/itsbath nikah), maka di dalam akta kelahiran hanya tercantum nama ibu dari anak tersebut. Bagi anak temuan yang tidak diketahui orangtuanya maka nama orang tua tidak dicantumkan.

Kartu Keluarga/KTP

Bagi yang sudah mempunyai KK/KTP difotokopi, bagi yang belum mempunyai mengurus KK/KTP ke desa/Kelurahan, kemudian disahkan Kecamatan dan diajukan ke Kabupaten. Surat Keterangan Lahir Surat keterangan lahir asli (bukan fotokopi) Formulir Pelaporan Permohonan Kelahiran Formulir didapat di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, kemudian diisi

Proses Pembuatan Akte Kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil: Jika syarat-syarat dipenuhi dengan lengkap dapat segera mengurus pembuatan akta kelahiran dan mendaftar ke Loket. Selanjutnya petugas dari Dinas Catatan Sipil melakukan langkah-langkah sbb:

Penelitian Berkas Memasukkan data dalam komputer Pengecekan data dan di paraf oleh pemeriksa data Penandatanganan oleh kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Di stempel atau di cap Penyerahan Akta Kelahiran pada Pemohon.

Jika tidak ada permasalahan dan persyaratan lengkap serta data sesuai, pengurusan dapat selesai dalam jangka waktu 2 hari. Pembiayaan: Biaya Pembuatan Akta Kelahiran secara resmi gratis, kecuali bagi yang terlambat pengurusan di atas 60 hari dikenakan denda maksimal satu juta rupiah atau sesuai dengan ketentuan Daerah masing-masing. Pengertian Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit Suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu Tujuan

Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan mneghilangkan penyakit tertentu dari dunia Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian Melindungi seseorang terhadap penyakit tertentu (intermediate goal) Respon imun Respon imun primer ialah respon imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan antigen Respon imun sekunder ialah respon imun yang diharapkan akan memberi respon adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa. Diberikannya vaksinasi berulang beberapa kali adalah agar mendapat titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai nilai protektif. Jenis kekebalan Dilihat dari cara timbulnya

Kekebalan pasif Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh , bukan dibuat dari individu itu sendiri.

Kekebalan pasif alamiah, kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu dan tidak berlangsung lama(difteri,morbili, tetanus) Kekebalan pasif buatan, kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan zat penolak (imunoglobulin). Kekebalan aktif Kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya prosesnya lambat tapi dapat berlangsung lama, akibat adanya memori imunologik. Kekebalan aktif terbagi menjadi dua jenis, yaitu : Kekebalan aktif alamiah, kekebalan yang diperoleh setelah mengalami atau sembuh dari suatu penyakit. Contoh : anak yang pernah menderita campak maka tidak akan terserang campak lagi Kekebalan aktif buatan, kekebalan yang dibuat oleh tubuh setelah mendapat vaksin atau imunisasi. Contoh : BCG, DPT, polio dll. Status imun penjamu Antibodi maternal spesifik terhadap virus campak pada fetus ASI (IgA sekretori) terhadap virus polio Maturitas imunologik, pada neonatus fungsi makrofag dan pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang Yang sedang mendapat imunosupresan Gizi buruk, dapat menurunkan fungsi sel sistem imun sehingga imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik dan respon terhadap vaksin berkurang Faktor genetik penjamu

Interaksi antara sel-sel sistem imun, secara genetik respon imun manusia dibagi atas responden baik, cukup dan rendah terhadap antigen tertentu, sehingga ditemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%. Kualitas dan kuantitas vaksin Vaksin adalah mikroorganisme yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenesitas Faktor kualitas dan kuantitas yang dapat menentukan kkeberhasilan vaksinasi Cara pemberian Dosis Frekuensi dan jarak pemberian Jenis vaksin Jenis vaksin Live Attenuated yaitu bakteri atau virus hidup yang dilemahkan Virus : campak, gondongan, rubella, Polio sabin, demam kuning

Bakteri : kuman TBC (BCG) dan demam tifoid oral Inactivated yaitu bakteri atau virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif atau dimatikan Virus : influenza, Polio salk, rabies, hepatitis A Bakteri : pertusis (DPT), typoid, kolera Racun kuman seperti toksoid : dipteri toksoid (DPT), tetanus (TT) Polisakarida murni : pneumokokkus, meningokokus dan haemophylus influenza Vaksin yang dibuat dari protein : hepatitis B Rantai vaksin Adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang telah ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin sampai pada saat pemberinanya pada sasaran Sifat vaksin Vaksin yang sensitif terhadap beku Yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar dengan suhu dingin atau suhu pembekuan. Contoh : hepatitis B, DPT-HB, DPT, DT, dan TT Vaksin Hep B, DPT-HB DPT, DT, TT DPT, DPT-HB, DT Pada suhu Dapat bertahan selama -0,5 C Max jam -0,5C sd -10C Mak 1,5-2 jam Beberapa C diatas suhu 14 hari udara luar (ambient temperatur <34C) Beberapa C diatas suhu udara 30 hari

Hep B dan TT

luar (ambient temperatur <34C) Vaksin yang sensitif terhadap panas Yaitu golongan yang akan rusak bila terpapar dengan suhu panas yang berlebihan. Contoh : polio, BCG dan campak Vaksin Polio Pada suhu Dapat bertahan selama Beberapa C diatas suhu udara 14 hari luar (ambient temperatur <34C) Beberapa C diatas suhu udara 30 hari luar (ambient temperatur <34C)

Campak dan BCG

Penanganan vaksin sisa Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan di posyandu tidak boleh dipergunakan lagi Sedang pelayanan imunisasi statis (di puskesmas, poliklinik), sisa vaksin dapat dipergunakan lagi dengan ketentuan sebagai berikut : o Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa o Tetap disimpan dalam suhu +2C sd 8C o Kemasan vaksin tidak pernah tercampur/terendam dengan air o VVM tidak menunjukan indikasi paparan panas yang merusak o Pada label agar ditulis tanggal pada saat vial pertama kali dipakai/dibuka o Vaksin DPT, DT, TT, hepatitis B dan DPT-HB dapat digunakan kembali hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka o Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial dibuka o Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan. Sedangkan vaksin BCG hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan Tata cara pemberian imunisasi Memberitahukan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko apabila tidak divaksinasi Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan Baca tentang teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan, jangan lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan diberikan Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan, periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukan adanya kerusakan Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk imunisasi tertinggal bila diperlukan

Berikan vaksin dengan teknik yang benar yaitu mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan dan posisi penerima vaksin Setelah pemberian vaksin Berilah petunjuk kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan bila diperlukan Dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pengaturan secara rinci bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti diatas dan berpegang pada prinsipprinsip higienis, surat persetujuan yang valid dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan Pengenceran Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan dalam periode tertentu

Pemberian vaksin pada bayi Vaksin BCG BCG, DPT-Hep B, Hep B Tempat suntikan Lengan kanan atas luar Paha tengah luar Cara Intracutan Intramuscular/subcutan dalam penyuntikan Dosis 0,05 cc 0,5 ml Ukuran jarum 10 mm, ukuran 26 25 mm, ukuran 23 jenis Bubuk+pelarut Siap pakai Vaksin Campak Polio Tempat suntikan Lengan kiri atas Mulut Cara Subcutan Diteteskan di mulut penyuntikan Dosis 0,5 ml 2 tetes Ukuran jarum 25 mm, ukuran 23 Jenis Siap pakai Botol dengan alat tetes mulut Teknik dasar dan petunjuk keamanan pemberian vaksin Bagian tengah tutup botol metal dibuka sehingga kelihatan karet (tutup karet di desinfeksi) Tiap suntikan harus digunakan semprit dan jarum baru sekali pakai dan steril Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin yang multidosis Kulit yang akan disuntik dibersihkan Semprit dan jarum harus dibuang dalam tempat tertutup dan diberi label tidak mudah robek dan bocor Tempat pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan dari jangkauan anakanak JADWAL IMUNISASI WAJIB (PPI) VAKSIN PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI (PPI) Vaksin BCG Vaksin Hepatitis B Vaksin Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT) Vaksin Polio

Vaksin Campak VAKSIN BCG (Bacille Calmette Guerin) BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan secara berulang selama 13 tahun (basil tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas) Indikasi yaitu untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC) dimana vaksin BCG tidak mencegah infeksi TBC tetapi mengurangi resiko TBC berat seperti meningitis, TBC tulang Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Cara pemberian dan dosis vaksin Yaitu vaksin dilarutkan dulu dengan 4 cc pelarut, vaksin yang dilarutkan harus dibuang dalam 3 jam, dosis pada bayi < 1 tahun 0,05 ml sedangkan pada anak > 1 tahun 0,10 ml. Vaksin ini disuntikan secara intracutan pada daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus)
Penyimpanan vaksin Vaksin disimpan pada suhu 2-8C, tidak boleh beku dan tidak boleh terkena sinar matahari Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat dari 3 jam Jadwal pemberian Diberikan pada bayi 0-12 bulan tapi sebaiknya diberikan pada umur 2 bulan Apabila diberikan >3 bulan harus terlebih dahulu dilakukan uji tuberkulin (mantoux) Vaksinasi ulang, yaitu 5-7 tahun dan 12-15 tahun (jika uji tuberkulin negatif) Khasiat BCG selama 3 tahun dan lama kekebalan selama 9 tahun Efek samping Tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum Pada tempat penyuntikan terjadi ulkus lokal yang timbul 2-3 minggu setelah penyuntikan dan meninggalkan luka parut dengan diameter 4-8 mm Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di axila (ketiak) atau leher. Tergantung pada umur dan dosis yang dipakai, biasanya akan sembuh sendiri Indikasi kontra Reaksi uji tuberkulin > 5 mm Sedang menderita HIV atau resiko tinggi infeksi HIV, imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid (leukimia), mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe Anak menderita gizi buruk Menderita demam tinggi Menderita infeksi kulit yang luas Pernah/masih menderita TBC Kehamilan Proteksi Mulai 8-12 minggu pasca vaksinasi Daya lindung hanya 42% (WHO 50-78%) Mencegah TB berat 60-80% VAKSIN HEPATITIS B Untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B Rekombinan DNA sel ragi tidak infeksius Pencegahan dapat diberikan dengan imunisasi pasif ataupun imunisasi aktif Imunisasi pasif

Dilakukan dengan pemberian imunoglobulin IG/ISG (Immune Serum Globulin)

HBIG (Hepatitis B Immune Globulin) Diberikan baik sebelum terjadinya paparan (preexposure) maupun setelah terjadinya paparan (postexposure) Indikasi utama pemberian imunisasi pasif o Paparan dengan darah yang mengandung HbsAg, baik melalui kulit maupun mukosa o Paparan seksual dengan pengidap HbsAg (+) o Paparan perinatal ibu dengan HbsAg (+) Pemberian vaksin Pada kecelakaan jarum suntik Dosis : 0,06 ml/kg maks 5 ml harus diberikan dalam waktu 24 jam, diulangi 1 bulan kemudian Paparan seksual Dosis tunggal 0,06 ml/kg, dosis maks 5 ml harus diberikan dalam jangka waktu 2 minggu

Paparan perinatal Dosis : 0,5 ml harus diberikan sebelum 48 jam

Imunisasi aktif Dilakukan dengan pemberian partikel HbsAg yang tidak infeksius Ada 3 jenis vaksin hepatitis B Vaksin yang berasal dari plasma Vaksin yang dibuat dengan teknik rekayasa genetika Vaksin polipeptida Vaksin yang beredar di Indonesia Hevac-B (dosis ; dewasa 5 ug, anak 2,5 ug, pada ibu HbsAg (+) dosis 2x lipat) Hepaccine (dosis : dewasa 2 ug, anak 1,5 ug) B-Hepavac II (dosis ; dewasa 10 ug, anak 5 ug) Hepa-B (dosis : dewasa 20 ug) Engerix-B (dosis : anak 10 ug) Penyuntikan dilakukan secara intramuscular, didaerah deltoid atau paha anterior (jangan dilakukan didaerah bokong) Efek samping yang terjadi umumnya ringan, seperti nyeri, bengkak, panas, mual, nyeri sendi maupun otot Jadwal pemberian Imunisasi Hb diberikan sedini mungkin setelah lahir Pemberian imunisasi Hb harus berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan Bayi lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya Vaksin rekombinan (Hb Vax-II 5 ug at Engerix-B10ug) atau vaksin plasma derived 10 ug (dalam waktu 12 jam), dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan

Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (+) Diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan secara bersamaan di sisi tubuh yang berbeda dalam waktu 12 jam, dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (-) Diberikan vaksin rekombinan atau vaksin plasma derived pada umur 2-6 bulan, dosis kedua pada 1-2 bulan kemudian, dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi kesatu Idealnya dilakukan Px anti HbsAg (paling cepat 1 bulan) Imunisasi ulang Hb (pada umur 10-12 tahun) Kejadian ikutan pasca imunisasi Reaksi lokal kemerahan, nyeri, bengkak, demam ringan 2 hari Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi Indikasi kontra Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontra indikasi absolut terhadap pemberian imunisasi hb terkecuali pada ibu hamil, laergi pada komponen vaksin, demam tinggi.

VAKSIN DPT Tujuan pemberian vaksin ini adalah untuk memberikan kekebalan aktif yang bersamaan terhadap penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus Difteri dan tetanus : toksoid yang dimurnikan Pertusis : bakteri mati, terabsorbsi dalam alumunium fosfat Tiap 1 ml terdiri dari 40Lf toksoid difteria, 24 OU pertusis, 15 Lf toksoid tetanus, alumunium fosfat 3 mg, thimerosal 0,1 mg Toksoid Difteria Untuk imunisasi primer terhadap difteri digunakan toksoid difteri (alum precipitated formol toxoid) yang digabung dengan tetanus toxoid dan vaksin pertusis Imunisasi rutin pada anak, diberikan dengan 5 dosis yaitu pada usia 2, 4, 6 bulan yang diberikan bersamaan dengan polio. Dosis ulangan pada 15-18 bulan dan saat masuk sekolah harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah dosis ketiga Kombinasi toxoid difteri dan tetanus (DT) Vaksin pertusis Untuk imunisasi yang dipakai adalah vaksin pertusis whole-cell (alum precipitated vaccine) yaitu vaksin yang merupakan suspensi kuman B pertusis mati Umumnya diberikan kombinasi bersama toxoid difteri dan tetanus Toksoid tetanus Vaksin tetanus dikenal 2 macam vaksin yaitu : Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif adalah toxoid tetanus yang telah dilemahkan Kemasan tunggal (TT) Kemasan dengan vaksin difteri (DT) Kemasan dengan vaksin difteri dan pertusis (DPT) Kuman yang telah dimatikan yang digunakan untuk imunisasi pasif (ATS) Jadwal pemberian Upaya depkes dan kesos melaksanakan program eliminasi tetanus neonatorum (ETN) DPT I, DT atau TT dilaksanakan berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan sebagai berikut :

Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun. Dengan 3 dosis toxoid tetannus pada bayi, dihitung setara dengan 2 dosis toxoid pad anak besar atau dewasa Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun. Dengan 4 dosis toxoid tetanus pada bayi dan anak dihitung setara dengan 3 dosis pada dewasa Toxoid tetanus kelima (DPT 5) diberikan pada usia sekolah, akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi sampai umur 17-18 tahun. Dengan 5 toxoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 4 dosis toxoid dewasa Tetanus toxoid tambahan yang diberikan pada tahun berikutnya di sekolah (DT 6 atau DT) akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi. Dengan 6 dosis toxoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 5 dosis toxoid pada dewasa Jadi PPI merekomendasikan tetanus toxoid (DPT, DT, TT) 5x untuk memberikan perlindungan seumur hidup sehingga wanita usia subur (WUS) mendapat perlindungan terhadap bayi yang dilahirkan terhadap tetanus neonatorum. Imunisasi Spacing Masa perlindungan Tujuan T1 Mengembangkan kekebalan tubuh pada infeksi T2 4 pekan setelah T1 3 tahun Menyempurnakan kekebalan T3 6 bulan setelah T2 5 tahun Menguatkan kekebalan T4 1 tahun setelah T3 10 tahun Menguatkan kekebalan T5 1 tahun setelah T4 25 tahun Mendapatkan kekebalan penuh Indikasi kontra Riwayat anafilaksis Ensefalopati pasca DPT sebelumnya KIPI Lokal : bengkak, kemerahan, nyeri pada tempat suntikan Demam, gelisah, menangis terus menerus Reaksi anafilaktik, ensefalopati 1/50.000 dosis VAKSIN POLIO Ada 2 macam jenis vaksin polio

Vaksin virus polio oral (OPV) Vaksin polio inactivated (IPV) Vaksin virus polio oral (OPV) OPV berisi virus polio tipe 1, 2 dan 3 adalah strain/suku sabin yang masih hidup tapi sudah dilemahkan (attenuated), vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera yang distabilkan dengan sukrosa Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral. Virus vaksin ini kemudian menempatkan diri di usus san memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun pada epitelium usus, yang menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus polio liar yang datang masuk kemudian Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu 2-8C. OPV dapat disimpan beku pada temperatur 20C. Vaksin yang beku dapat cepat dicairkan dengan cara ditempatkan antara kedua telapak tangan dan digulir-gulirkan, dijaga agar warna tidak berubah yaitu merah muda sampai orange muda (sebagai indikator

pH). Bila keadaan tersebut dapat terpenuhi, maka sisa vaksin yang telah terpakai dapat dibekukan lagi, kemudian dipakai lagi sampai warna berubah dengan catatan tanggal kadaluarsa harus selalu diperhatikan. Vaksin polio inactivated (IPV) atau vaksin polio injeksi IPV berisi tipe 1, 2 dan 3 dibiakan pada sel-sel fero ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formaldehid IPV harus disimpan pada suhu 2-8C dan tidak boleh dibekukan Pemberian dengan dosis 0,5 ml, SC 3x berturut-turut dengan jarak masingmasing dosis 2 bulan Imunitas mukosa yang ditimbulkan IPV lebih rendah dibandingkan dengan yang ditimbulkan OPV OPV diberikan pada BBL sebagai dosis awal, sesuai dengan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) dan Program Eradiksi Polio (ERAPO) tahun 2000 Kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan yang diberikan 3 dosis terpisah berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu Satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 ml) diberikan per oral pada umur 2-3 bulan dapat diberikan bersama-sama waktunya dengan suntikan vaksin DPT dan hepatitis B Imunisasi penguat (booster) Dosis penguat OPV harus diberikan sebelum masuk sekolah, yaitu bersamaan pada saat diberikan dosis DPT sebagai penguat Dosis OPV berikutnya harus diberikan pada umur 15-19 tahun atau sebelum meninggalkan sekolah Orang dewasa yang telah mendapatkan imunisasi sebelumnya, tidak diperlukan vaksinasi penguat, kecuali mereka yang dalam resiko khusus, Imunisasi untuk orang dewasa

Untuk orang dewasa sebagai imunisasi primer (dasar) dianjurkan diberikan 3 dosis berturut-turut OPV 2 tetes dengan jarak 4-8 minggu Interval minimal antara 2 dosis vaksinasi dapat diperpanjang dan dapat menyelesaikan vaksinasinya tanpa mengulang lagi Demua orang dewasa seharusnya divaksinasi terhadap poliomielinitis dan tidak boleh ada yang tertinggal KIPI

Setelah vakisnasi, sebagian kecil resipien dapat mengalami gejala Pusing-pusing Diare ringan Sakit pada otot Kontrai indikasi pemberian OPV Penyakit akut atau demam (suhu >38,5 C) Muntah atau diare Sedang dalam proses pengobatan kortikosteroid atau imuno supresif oral maupun suntikan, juga pengobatan radiasi umum Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan sistem retikuloendotelial seperti limfoma, leukimia, dan anak dengan mekanisme imunologik yang terganggu, misal pada hipo-gamaglobulinemia Menderita infeksi HIV/anggota keluarga sebagai kontak

VAKSIN CAMPAK Tahun 1963 dibuat dua jenis vaksin campak Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan, jangan terkena sinar matahari Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam alumunium) Tiap 0,5 ml mengandung 1000 u virus strain CAM 70, 100 mcg kanamisin, 30 mg eritromisin Dosis dan cara pemberian Dosis minimal untuk vaksin yang dilemahkan adalah 0,5 ml secara subcutan atau intra muscular Jadwal pemberian campak pada bayi umur 9-11 bulan Imunisasi ulangan diberikan pada saat anak masuk sekolah usia 6-7 tahun dalam program BIAS Reaksi KIPI Demam >39,5 C, biasanya setelah hari ke 5-6 dan berlangsung selama 2 hari Ruam, timbul pada hari ke 7-10 dan berlangsung selama 2-4 hari Kontra indikasi Demam tinggi Sedang memperoleh pengobatan imunosupresi Hamil Mempunyai riwayat alergi JADWAL IMUNISASI ANJURAN (NON PPI) Vaksin Haemophilus Influenza B (Hib) Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR) Vaksin Demam Thypoid Vaksin Hepatitis A Vaksin Varicella Vaksin Haemophilus Influenza type B Yaitu Polisakarida H. Influenza tipe b dikonjugasikan pada toksoid tetanus, trometamol, sukrosa dan NaCl Suspensi berkabut keputihan Kombinasi dengan DTaP/DTwP Lokasi penyuntikan umur <2 tahun di paha mid anterolateral dan usia > 2 tahun di deltoid Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR) Virus campak Schwarz hidup yang dilemahkan dalam embrio ayam Virus gondong Urabe dibiak dalam telur ayam Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia Penyuntikan dilakukan secara subcutan atau intramuscular Direkomendasikan pada usia 12-18 bulan Serokonversi pada >95% kasus Kontraindikasi : imunodepresi, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah (tunda 6-12 minggu). Tetap diberikan pada anak yang pernah campak, gondongan ataupun rubella Tidak ada bukti sahih berkaitan dengan autisme Vaksin Demam Thypoid Komposisi terdiri dari polisakarida kapsul VI Salmonella typhi, Fenol, Nacl, NaHPO3H

Diberikan secara intramuscular, pada usia > 2 tahun Imunitas 2-3 minggu pasca vaksinasi Imunogenitas rendah pada umur < 2 tahun Perlindungan 3 tahun Tidak melindungi terhadap Salmonella paratyphi A dan B Vaksin Hepatitis A Virus inaktif dalam formaldehid Indikasi : anak usia > 2 tahun, endemis, sering transfusi (hemofilia), tinggal di panti asuhan Indikasi kontra : demam, infeksi akut, hipersensitif terhadap komponen vaksin Diberikan secara intramuscular Protektif pada 95-100% Vaksin Varisela Virus hidup dilemahkan, strain Oka Diberikan secara subcutan Kontra indikasi : demam, sakit akut Jangan diberikan bersama vaksin hidup lain Jangan hamil dalam 2 bulan Tidak efektif bila transfusi gamma globulin Diberikan pada anak usia 1-13 tahun Rekomendasi IDAI muali usia 5 tahun Serokonversi : 94% (2 minggu setelah vaksinasi), 100% (6 minggu setelah vaksinasi) Aman, efektif dan ekonomis Vaksin Influenza-1 Virus tidak aktif dalam prefilled syringe (PFS) Bahan lain : telur, neomisin, formaldehid Penyimpanan pada suhu 2-8C , jangan terkena sinar matahari maupun beku Tiap tahun starin dapat berbeda berdasarkan rekomendasi WHO : selatan dan utara Strain 2004 untuk daerah selatan o H1N1 (new Caledonia/20/99) o H3N2 (Fujian/411/2002) o Hongkong/330/2001 o Penyuntikan dilakukan secara intramuscular atau subcutan 6-35 bulan dosis 0,25 ml, >36 bulan dosis 0,5 ml, <8 tahun perlu booster 4 minggu kemudian

Vaksinasi diulang tiap tahun Vaksin kombinasi (tetract-Hib dan Infantrix-Hib) Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib DPwT/DpaT dalam vial, Hib dalam PFS (prefilled syringe)

Sebelum disuntikan, dicampur dengan menyedot DPwT/DpaT ke dalam PFS Hib Kontra indikasi Sama dengan komponen masing-masing vaksin

Vaksin Pneumokokkus (Prevenar) Terdiri dari 7 sakarida yang berbeda (serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, 23F)

Konjugasi dengan 20 ug dari masing-masing 6 serotipe Bebas pengawet dan bebas thimerosal Dosis 0,5 ml diberikan secara intramuscular Manfaat : mengurangi resiko invasive pneumococcal disease (IPD), radang paru (pneumonia), radang telinga tengah dan pengobatannya, pembawa kuman (nashoparyngeal carriage), Occult becteremia, dan mungkin efektif pada anak yang tak responsif dengan vaksin pneumokokkus polisakarida (PPV)

PERKEMBANGAN kognitif (intelektual) sebenarnya merupakan perkembangan pikiran. Pikiran anak Anda adalah bagian dari otaknya yang bertanggung jawab terhadap bahasa, pembentukan mental, pemahaman, penyelesaian masalah, pandangan, penilaian, pemahaman sebab akibat, serta ingatan. Ingatlah, begitu bayi Anda lahir ke dunia, saat itu pula pikirannya memulai proses belajarnya. Bayi Anda belajar melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Dia menggunakan panca inderanya untuk mempelajari dunia di sekelilingnya. Jangan meremehkan tingkat kewaspadaannya terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Walaupun ia belum bisa mengutarakan sifat keras-lunak, pahit-manis dengan kata-kata, namun ia sebenarnya bisa memahami berbagai sifat ini melalui kelima panca inderanya. Bayi Anda juga akan sangat senang jika Anda selalu memperkenalkan benda-benda baru serta sifat-sifatnya. Teruslah berulangkali menjelaskan kepadanya nama-nama benda tersebut, berikut sifatnya (hijau, halus, dingin), maka lama kelamaan ia akan menguasai dan memahaminya. Pada 1 tahun pertama, berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan:

Teruslah berbicara kepadanya, walaupun saat itu ia belum mengerti Bermainlah dengannya Ajak ia ber-eksplorasi dan mengamati lingkungan sekitarnya Bacakan cerita kepadanya Sediakan berbagai mainan untuk merangsang berbagai inderanya serta memancingnya untuk berkonsentrasi

Setelah ia berusia lebih dari 1 tahun, berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan:

Rangsang ia untuk berbicara, lontarkan berbagai pertanyaan yang bisa ia jawab. Berhentilah jika ia sudah lelah Biarkan ia bermain dengan berbagai mainan dan permainan yang mendidik Perkenalkan ia kepada anak-anak lain dan biarkan mereka bermain bersama

(Sumber: TipsBayi.COM, Ilustrasi:Huffingtonpost.COM) Perkembangan Bahasa pada Anak Bahasa (language) merupakan suatu bentuk komunikasi, baik lisan, tertulis, maupun isyarat yang didasarkan pada sebuah sistem simbol. Bahasa terdiri atas kata kata yang digunakan oleh masyarakat (perbendaharaan kata) dan aturan aturan untuk memvariasikan dan mengombinasikan kata kata tersebut (tata bahasa dan sintaksis). Semua bahasa manusia mempunyai sejumlah karakteristik yang umum (Waxman & Lidz, 2006). Karakteristik

tersebut meliputi generativitas yang tidak terbatas dan aturan aturan organisasional. Generativitas yang tidak terbatas (infinite generativity) adalah kemampuan untuk menghasilkan kalimat bermakna yang tidak terbatas jumlahnya dengan menggunakan serangkaian kata kata dan aturan yang tidak terbatas. Bahasa melibatkan lima sistem aturan yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, semantikdan pragmatik. Fonologi (phonology) adalah sistem bunyi dari sebuah bahasa, termasuk bunyi yang digunakan dan bagaimana bunyi bunyi tersebut dapat dikombinasikan (Menn & Stoel-Gammon, 2005). Fonem adalah satuan dasar dari bunyi dalam sebuah bahasa, fonem adalah satuan terkecil dari bunyi yang mempengaruhi makna. Morfologi (morphology)merujuk pada satuan makna yang terlibat dalam pembentukan kata. Morfem adalah satuan minimal dari makna, morfem adalah sebuah kata atau bagian dari sebuah kata yang tidak dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang mempunyai makna. Sintaksis (syntax)melibatkan cara mengombinasikan kata kata untuk menyusun frase dan kalimat yang dapat diterima. Semantik (semantics) merujuk pada makna kata dan kalimat. Setiap kata mempunyai seperangkat ciri ciri semantik atau atribut atribut yang dibutuhkan terkait dengan makna. Pragmatik (pragmatics) merupakan sistem dari penggunaan percakapan dan pengetahuan yang sesuai, mengenai bagaimana menggunakan bahasa secara efektif dalam konteks. Terkait dengan pengaruh Biologis dan Lingkungan, seorang ahli bahasa terkenal, Noam Chomsky (1957) menyatakan bahwa manusia mempunyai susunan syaraf dan otak untuk belajar bahasa pada waktu tertentu dan dalam cara tertentu. Beberapa ahli bahasa melihat adanya kemiripan yang luar biasa dalam cara anak anak menyerap bahasa diseluruh dunia, meskipun ada variasi yang sangat luas dalam input bahasa yang diterima, sebagai bukti kuat bahwa bahasa mempunyai dasar biologis. Anak anak juga bervariasi dalam akuisisi bahasa mereka dengan cara yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor lingkungan saja. Roger Brown (1973), seorang pelopor peneliti bahasa, mencari bukti bahwa orang tua mendorong anak anak mereka untuk berbicara dengan tata bahasa yang benar. Ia menemukan bahwa pada orang tua kadang tersenyum dan memuji anak anak mereka karena mengucapkan kalimat kalimat yang gramatikal, tetapi mereka juga menguatkan kalimat kalimat yang tidak gramatikal. Brown menyimpulkan bahwa proses proses yang terjadi di dalam seorang anak lebih penting daripada penguatan faktor lingkungan. Perkembangan bahasa dapat dipelajari dalam kejadian pada masa bayi, masa kanak kanak awal, pertengahan dan akhir masa anak anak, serta masa remaja. Masa Bayi, pengenalan bahasa mengalami kemajuan melalui sejumlah kejadian dalam masa bayi (Edwards, 2004; Waxman & Lidz, 2006). Celotehan dimulai pada usia 3-6 bulan. Bayi biasanya mengutarakan kata pertama mereka pada usia 10-13 bulan. Pada usia 18-24 bulan, bayi biasanya telah mulai merangkai dua kata bersama sama. Masa Kanak kanak Awal, seiring anak anak meninggalkan tahapan dua kata, mereka bergerak lebih cepat ke dalam kombinasi tiga, empat, dan lima kata. Transisi dari kalimat sederhana untuk mengekspresikan proposi tunggal menjadi kalimat kompleks, dimulai antara umur 2-3 tahun dan berlanjut ke tahun tahun sekolah dasar (Bloom, 1998). Perubahan substansial dalam pragmatik terjadi selama masa kanak kanak awal. Sekitar umur 3 tahun, anak anak meningkatkan kemampuan mereka untuk berbicara mengenai hal hal yang tidak hadir secara fisik. Artinya, mereka mengalami kemajuan dalam penguasaan atas karakteristik - karakteristik bahasa yang dikenal sebagai pemindahan (displacement). Masa Kanak kanak Pertengahan dan Akhir, perkembangan perbendaharaan kata terus berlanjut pada tingkat yang mengagumkan, bagi sebagian besar anak pada usia usia sekolah dasar. Anak anak

menjadi semakin mampu untuk memahami dan menggunakan tata bahasa yang kompleks. Kesadaran metalinguistik (metalinguistic awareness) juga meningkat selama tahun tahun sekolah dasar. Kesadaran metalinguistik merujuk pada pengetahuan mengenai bahasa, yang memungkinkan anak anak untuk berpikir mengenai bahasa mereka, mamahami apakah kata itu, dan bahkan mendefinisikannya (Berko Gleason, 2005, hal. 4). Anak anak juga membuat kemajuan dalam memahami bagaimana cara menggunakan bahasa dalam cara yang sesuai cultural pragmatic. Masa Remaja, perkembangan bahasa selama masa remaja meliputi peningkatan kompleksitas dalam penggunaan kata kata. Seiring dengan berkembangnya pemikiran abstrak, remaja menjadi jauh lebih baik dibandingkan anak anak dalam menganalisis fungsi yang dimainkan sebuah kata dalam sebuah kalimat. Remaja juga mengembangkan kemampuan yang lebih cerdik dalam menggunakan kata kata. Pada masa remaja, perubahan bahasa meliputi penggunaan kata yang lebih efektif, peningkatan dalam kemampuan untuk memahami metafora, sindiran, dan karya sastra orang dewasa, serta menulis.

Anda mungkin juga menyukai

  • AUDIT PUSKESMAS
    AUDIT PUSKESMAS
    Dokumen4 halaman
    AUDIT PUSKESMAS
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Flowchart
    Flowchart
    Dokumen1 halaman
    Flowchart
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • P12345
    P12345
    Dokumen1 halaman
    P12345
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Kak Audit
    Kak Audit
    Dokumen3 halaman
    Kak Audit
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • SPO Puskesmas
    SPO Puskesmas
    Dokumen6 halaman
    SPO Puskesmas
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Spo Rujukan Masalah
    Spo Rujukan Masalah
    Dokumen4 halaman
    Spo Rujukan Masalah
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen1 halaman
    Dokumen
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Aspirin
    Aspirin
    Dokumen1 halaman
    Aspirin
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Esai HIV
    Esai HIV
    Dokumen7 halaman
    Esai HIV
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Dibalik Kisah Seorang Papa
    Dibalik Kisah Seorang Papa
    Dokumen3 halaman
    Dibalik Kisah Seorang Papa
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Checklist Station 1
    Checklist Station 1
    Dokumen1 halaman
    Checklist Station 1
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Femur
    Femur
    Dokumen3 halaman
    Femur
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Biodata Radio
    Biodata Radio
    Dokumen1 halaman
    Biodata Radio
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Kehadiranv
    Kehadiranv
    Dokumen3 halaman
    Kehadiranv
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • VB
    VB
    Dokumen1 halaman
    VB
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Biodata Radio
    Biodata Radio
    Dokumen1 halaman
    Biodata Radio
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Esai HIV
    Esai HIV
    Dokumen7 halaman
    Esai HIV
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Esai HIV
    Esai HIV
    Dokumen7 halaman
    Esai HIV
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Anamnesis Sirkum
    Anamnesis Sirkum
    Dokumen1 halaman
    Anamnesis Sirkum
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Biodata Obgyn
    Biodata Obgyn
    Dokumen1 halaman
    Biodata Obgyn
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Agama
    Agama
    Dokumen8 halaman
    Agama
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Dwarfisme
    Dwarfisme
    Dokumen1 halaman
    Dwarfisme
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Abstract
    Abstract
    Dokumen1 halaman
    Abstract
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Filiaris
    Filiaris
    Dokumen2 halaman
    Filiaris
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Bentuki Sediaan Obat (Tambahan Buat Farmako)
    Bentuki Sediaan Obat (Tambahan Buat Farmako)
    Dokumen26 halaman
    Bentuki Sediaan Obat (Tambahan Buat Farmako)
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • OtotWajahPengunyahLidah
    OtotWajahPengunyahLidah
    Dokumen2 halaman
    OtotWajahPengunyahLidah
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Tugas Farmako
    Tugas Farmako
    Dokumen3 halaman
    Tugas Farmako
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat