Anda di halaman 1dari 7

Penyebaran Vertikal Virus HIV/AIDS pada Anak

Indonesia
Raditya Bagus Evanda
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah suatu mikro-organisme
yang mempengaruhi sistim kekebalan tubuh manusia yang menjadi penyebab
AIDS. HIV menginfeksi sel-sel darah yang berperan dalam sistim kekebalan
tubuh sehingga sel-sel tersebut tidak berfungsi lagi. Akibatnya, daya tahan tubuh
semakin lama semakin menurun dan tubuh menjadi rentan terhadap penyakitpenyakit dan infeksi-infeksi yang lain. Menurunnya sistim kekebalan, diikuti
dengan kerusakan sel-sel yang berperan melawan infeksi, mengakibatkan
berkembangnya beberapa jenis infeksi oportunistik dan kanker tertentu
AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah sekumpulan
gejala, infeksi, dan kondisi yang diakibatkan oleh infeksi HIV pada tubuh. AIDS
muncul sebagai akibat dari rusaknya sistim kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
HIV. Dengan tidak adanya sistim kekebalan yang bagus, infeksi dan penyakit akan
mudah masuk dan menyebabkan kematian. Sedangkan orang yang mempunyai
sistim kekebalan yang lengkap akan mampu mengatasi berbagai infeksi dan
penyakit oportunistik yang menyerang tubuh mereka. Beberapa jenis penyakit
oportunistik yang sering dijumpai pada penderita AIDS, antara lain: pneumonia
Pneumonia Carinii (PPC), TB, retinitis virus sitomegalo, kandisiasis, sarkoma
Kaposi, limfoma malignum, toksoplasmosis, kriptosporidiasis.Penyalahgunaan
narkoba adalah menggunakan narkoba diluar keperluan medis, tanpa pengawasn
dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum
HIV

(Human

immunodeficiency

virus)

dan

AIDS

(Acquired

Immunodeficiency Syndrome) adalah masalah yang tiada habisnya dari tahun ketahun, adanya peningkatan, Di indonesia sendiri merupakan negara yang di setiap
daerahnya terdapat penderita HIV. hampir semua provinsi dan kabupaten di
Indonesia melaporkan adanya kasus AIDS di daerahnya masing-masing.
Peningkatan prevalensi pada penjaja seks terjadi di kota-kota besar dan kecil
bahkan di pedesaan, terutama di Papua dan Irian Jawa Barat. Di kedua provinsi

ini, epidemi sudah menyerang populasi umum dengan ditemukannya kasus pada
ibu rumah tangga baik di kota atau desa. Pada akhir September 2007 jumlah
kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 10.384 dan kasus HIV sebanyak
5.904. Secara berurutan jumlah penderita paling banyak adalah di Jawa Barat,
Jawa Timur, DKI Jakarta, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera
Utara, Riau, dan Kepulauan Riau. Rate kumulatif kasus AIDS sampai dengan
September adalah adalah 8,15 per 100.000 penduduk. Itu bila dihitung
berdasarkan data BPS 2006 yang menyatakan jumlah penduduk Indonesia
227.132.350 jiwa. Penderita tertinggi terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun
(49,57 persen), disusul kelompok umur 30-39 tahun (29,84 persen) dan kelompok
umur 40-49 tahun (8,71 persen). Menurut Tjandra dalam detiknews.
HIV/AIDS sekarang merupakan kasus tertinggi ke empat pada wanita usia 25-44
tahun dan penyebab utama kematian pada wanita kulit hitam pada kelompok umur
ini . Pada wanita usia ini merupakan usia subur dan akan mengalami kehamilan
yang membutuhkan progam khusus dan perhatian dalam transmisi perinatal.
Transmisi vertikal HIV dari ibu ke anak dapat timbul dari intra uterin, selama
persalinan atau postpartum. Sehingga dapat meningkatkan angka kematian bayi
karena sebagian besar penyebaran HIV/ AIDS melalui transmisi vertikal, apabila
lahir dengan selamat kemungkinan bayi tidak terinfeksi kecil dan biasanya terkena
pada usia dibawah 5 tahun. Transmisi vertikal timbul mendekati 25-30% dari bayi
yang lahir dari ibu yang tidak mendapat pengobatan anti virus selama kehamilan,
sedangkan waktu terjadinya infeksi vertikal dari HIV belum dapat ditentukan
dengan baik.
Penelitian di beberapa tempat di Riau pada tahun 1998-1999
menunjukkan 0,35% ibu hamil terinfeksi HIV. Penelitian yang sama di Papua
menunjukkan hasil 0,25%. Konseling dan testing sukarela pada ibu hamil yang
berisiko tertular HIV di Jakarta Utara menunjukkan 1,5% ibu hamil terinfeksi
HIV pada tahun 2000 dan 2,7% pada tahun 2001. Laporan pasif antara 1996-2000
menunjukkan ada 26 ibu hamil yang positif HIV di Jakarta, Papua, Jawa Barat,
Jawa Timur dan Riau. Dilaporkan juga ada 13 bayi yang terlahir dengan infeksi
HIV. Diperkirakan tiap tahun ada sekitar 9.000 ibu hamil positif HIV yang
melahirkan di Indonesia. Jika tidak ada intervensi, setiap tahun bisa lahir 3.000

bayi positif HIV di Indonesia. Jumlah bayi lahir dari ibu HIV positif tiap tahun
terus meningkat. Dari satu kasus pada 1999 menjadi 17 kasus pada 2003, 44 kasus
pada 2004 dan 74 kasus pada 2005. Jumlah keseluruhan kasus bayi dilahirkan dari
ibu HIV positif periode 1999-2005 adalah 143 kasus, sebanyak 81 bayi positif
HIV. Pada tahun 2006 persentase kasus AIDS pada anak 5 tahun ke bawah
mencapai 1%.8 Diperkirakan sebanyak 4.360 anak tertular dari ibu HIV positif
dan separuhnya telah meninggal.
Transmisi intrapartum virus mendukung kenyataan bahwa 50-70% anak
terinfeksi memiliki tes virologi negatif pada saat lahir, menjadi positif pada saat
usia 3 bulan. Ditunjukkan bahwa anak yang lahir pertama dari kembar dua berada
pada risiko lebih tinggi mengalami infeksi dibanding yang lahir kedua, karena
lebih lamanya paparan terhadap sekresi mukosa servikovaginal. Peningkatan
risiko transmisi telah digambarkan selama persalinan yang memanjang, pecah
ketuban yang lama, perdarahan plasenta dan adanya cairan amnion yang
mengandung darah. Bagaimana tidak meningkatkan kematian ibu dan anak kalau
banyaknya bayi yang meninggal akibat transmisi vertikal dan faktor lain yang
tanpa adanya penyelesaian.
Kebanyakan episode dari infeksi kongenital HIV ini timbul selama
periode intrapartum, dimungkinkan berhubungan dengan terpaparnya bayi
terhadap darah ibu yang terinfeksi dan sekret serviks atau vagina, sebagaimana
mikrotransfusi darah ibu-anak muncul selama kontraksi uterus. Bayi yang lahir
tanpa infeksi juga bisa terkena HIV positif karena terpapar oleh ASI (air susu ibu)
yang positif HIV. Sebenarnya sangat ironi akan tranmisi vertikal kareana bayi
yang dilahirkan menanggung resiko dari orangtuanya kareana perbuatan mereka,
juga merusak masa depan anak jika dapat tumbuh kembang dewasa kelak serta
anak yang akan dilahirkan kemungkinan tertular 80% sehingga terjadi terus
menerus generasi penderita HIV/AIDS.
Prediksi terburuk virus ini adanya ancaman epidemi HIV, tampak dari
terus meningkatnya infeksi HIV khususnya pada kelompok berisiko tinggi di
sejumlah wilayah tanah air. Sejak 2002 Indonesia digolongkan dalam epidemi

terkonsentrasi dengan tingkat penularan HIV yang rendah pada populasi umum,
tetapi tinggi pada populasi-populasi tertentu. Pada akhir 2015 diperkirakan akan
terjadi penularan HIV secara kumulatif pada lebih dari 38.500 anak yang
dilahirkan dari ibu HIV positif. Kurangnya perhatian lembaga dan organisasi yang
peduli akan penderita HIV pada anak menyebabkan terus berkembangnya virus
ini karena kurangnya pengetahuan dan belum bisa menerima keadaannya yang
seringkali dikucilkan.
Pada masa lalu, banyak pasien yang tidak dapat bertahan hidup lebih dari
1-2 tahun setelah terdiagnosis AIDS. Namun, sejak ditemukan antiretroviral dan
profilaksis terhadap patogen oportunistik, angka kematian menurun secara
signifikan. Pengetahuan tentang HIV terus berkembang, pengukuran secara
kuantitatif viral load dan tes resistensi makin meningkat. Barangkali
perkembangan yang paling dramatis adalah terapi antiretroviral pada kehamilan
yang telah berhasil mengurangi transmisi HIV dari ibu ke anak. Namun demikian,
ternyata pandemi HIV/AIDS tengah mengancam penduduk dunia saat ini. Oleh
karena itu, karakteristik berupa ancaman nyata dari HIV/AIDS, kondisi yang baik
bagi penyebaran HIV/AIDS dan fenomena gunung es dari penyakit harus dicatat
para petugas pada sektor kesehatan masyarakat atau swasta. Peraturan, pendidikan
kesehatan dan pelajaran agama harus ditekankan dalam setiap aspek kehidupan.
Pendidikan sangat diperlukan mengingat perilaku berisiko seperti perilaku seks
bebas dan penggunaan NAPZA sudah dimulai sejak usia remaja. Beberapa
panduan ke arah kesehatan reproduksi remaja berkualitas adalah sayangi diri
sendiri, tingkatkan pengetahuan mengenai fungsi reproduksi, hindarkan dari
membuat keputusan-keputusan yang merugikan dan berikan keutamaan yang
benar pada semua aspek kehidupan.
Ada berbagai cara untuk mencegahan transmisi vertical infeksi HIV yaitu
dengan dilakukan antepartum, peripartum dan asuhan pediatric dari ibu terinfeksi
dan bayi dengan menghindari paparan terhadap darah dan cairan tubuh. Upaya
preventif secara agresif harus terus ditingkatkan khususnya di antara pengguna
NAPZA suntik dan kelompok perilaku seksual berisiko. Akses yang mudah untuk
perawatan dan terapi ODHA harus tersedia. Pengobatan anti retroviral harus bisa

diupayakan dan sistem perawatan medis harus ditingkatkan. Hal ini seiring
dengan tujuan kampanye AIDS dunia 2005-2010, yakni para pemimpin dan
pembuat kebijakan harus dapat memenuhi janjinya untuk mengurai benang kusut
seputar permasalahan penanggulangan HIV/AIDS, seperti penyediaan akses
universal layanan pengobatan, perawatan, dukungan dan pencegahan sampai
2010. Tragedi sub-Sahara, negeri dengan tingkat HIV/AIDS tertinggi dan masa
depan yang buruk, harus memberi pengalaman pahit sehingga kita berharap tidak
akan terjadi di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Avroy A F, Richard JM. Neonatal-perinatal medicine disesases of the fetus and
infant. 6th ed. St.Louis Baltimore:Mosby,1996:779-782
Chambliss LR. Obstetric Intensive Care: Human Immunodeficiency Virus
infection and pregnancy.WB Saunders Co, 1995:405-417
Fernandez AD, McNeeley DF. Management of the infant born to a mother
infected with human immunodeficiency virus type 1(HIV-1): Current concepts.
Am J of Perinatology 200;17:429-435
Komisi Penanggulangan AIDS. Statistik kasus s/d September 2007. Website:
http://www.aidsindonesia.or.id
Komisi Penanggulangan AIDS. Strategi nasional penanggulangan HIV/AIDS
2007-2010.

Website:

http://www.spiritia.or.id

M ansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, Kapita selekta kedokteran.


Jilid 2. Edisi ketiga. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2000. p.162-7
Mandelbrot L etal. Perinatal HIV-1 transmission. The Journal of the American
Medical Association 1998;280:55-60
Nopriyanti, Nugroho SA. Gambaran klinis dan pengobatan infeksi HIV/AIDS.
Berkala

Ilmu

Penyakit

Kulit

&

Kelamin

2005;

17:254-67

Penularan HIV/AIDS masuki area keluarga. Gemari 2007; 79:37


Rukmini NKP, Kurniati N, Suyoko D. Pendekatan diagnosis dan tata laksana
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) pada anak:. Sari Pediatri 2007;
9:101-11
Suharto. Clinical-epidemiological data on HIV/AIDS patients admitted to atop
referral hospital during 1997-2005. A database for action in the future, referring to
another developing countries. Folia Medica Indonesiana 2005; 41:149-58
Terdapat 4,3 juta infeksi baru, intervensi harus jangkau kelompok berisiko. 2006.
Website:

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)

Nama Lengkap
: Raditya Bagus Evanda
Nomor Induk Mahasiswa : 112010101037
Jurusan/Angkatan
: Kedokteran/2011
Tempa! Tanggal Lahir
: Sidoarjo, 3 Desember 1994
Alamat asal
: Jl Panglima Polim, Perumda E/10 Bojonegoro
Alamat sekarang
: Jl Mastrip 2 no 73
No. Telepon/Hp
: 085231641146
E-mail
: radityabagusevanda@yahoo.co.id
Prestasi
:Keputusan juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

Anda mungkin juga menyukai

  • AUDIT PUSKESMAS
    AUDIT PUSKESMAS
    Dokumen4 halaman
    AUDIT PUSKESMAS
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Flowchart
    Flowchart
    Dokumen1 halaman
    Flowchart
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • P12345
    P12345
    Dokumen1 halaman
    P12345
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Kak Audit
    Kak Audit
    Dokumen3 halaman
    Kak Audit
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • SPO Puskesmas
    SPO Puskesmas
    Dokumen6 halaman
    SPO Puskesmas
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Spo Rujukan Masalah
    Spo Rujukan Masalah
    Dokumen4 halaman
    Spo Rujukan Masalah
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen1 halaman
    Dokumen
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Aspirin
    Aspirin
    Dokumen1 halaman
    Aspirin
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Esai HIV
    Esai HIV
    Dokumen7 halaman
    Esai HIV
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Dibalik Kisah Seorang Papa
    Dibalik Kisah Seorang Papa
    Dokumen3 halaman
    Dibalik Kisah Seorang Papa
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Checklist Station 1
    Checklist Station 1
    Dokumen1 halaman
    Checklist Station 1
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Femur
    Femur
    Dokumen3 halaman
    Femur
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Biodata Radio
    Biodata Radio
    Dokumen1 halaman
    Biodata Radio
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Kehadiranv
    Kehadiranv
    Dokumen3 halaman
    Kehadiranv
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Anamnesis Sirkum
    Anamnesis Sirkum
    Dokumen1 halaman
    Anamnesis Sirkum
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Biodata Radio
    Biodata Radio
    Dokumen1 halaman
    Biodata Radio
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Esai HIV
    Esai HIV
    Dokumen7 halaman
    Esai HIV
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • VB
    VB
    Dokumen1 halaman
    VB
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Agama
    Agama
    Dokumen8 halaman
    Agama
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Biodata Obgyn
    Biodata Obgyn
    Dokumen1 halaman
    Biodata Obgyn
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Dwarfisme
    Dwarfisme
    Dokumen1 halaman
    Dwarfisme
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • OtotWajahPengunyahLidah
    OtotWajahPengunyahLidah
    Dokumen2 halaman
    OtotWajahPengunyahLidah
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Abstract
    Abstract
    Dokumen1 halaman
    Abstract
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Filiaris
    Filiaris
    Dokumen2 halaman
    Filiaris
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Bentuki Sediaan Obat (Tambahan Buat Farmako)
    Bentuki Sediaan Obat (Tambahan Buat Farmako)
    Dokumen26 halaman
    Bentuki Sediaan Obat (Tambahan Buat Farmako)
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Pen Gerti An
    Pen Gerti An
    Dokumen16 halaman
    Pen Gerti An
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat
  • Tugas Farmako
    Tugas Farmako
    Dokumen3 halaman
    Tugas Farmako
    R R Lidia Imaniar
    Belum ada peringkat