Anda di halaman 1dari 11

Oleh: Rudi Julianto

Langkah Awal Mengenal bonsai Kita semua sepakat bahwa bonsai adalah sebuah karya seni yang sangat rumit. Di dalam membuat bonsai yang baik, dibutuhkan 2 syarat yaitu: pengetahuan holtikultura dan pemahaman alam yang cukup memadai. Keduanya harus bisa dipadu dengan perasaan seni sang pembuat (seni rupa) . Bonsai juga merupakan sebuah karya seni yang tidak pernah berakhir, karena obyeknya adalah tumbuhan hidup yang memerlukan perawatan yang baik sebagai syarat bisa tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya. Sebelum bahan kita buat menjadi bonsai, sebaiknya kita merancang disainnya terlebih dahulu. Dalam membuat disain, harus diakui tidak mudah, karena disain itu sebenarnya adalah perwujudan rasa. Jadi akan sangat sulit bagi kita untuk bisa merumuskan apalagi diajarkan. Lantas bagaimana kita bisa memulai membuat bonsai? Banyak para ahli menyatakan pendapat-pendapat mereka tentang bagaimana cara membuat bonsai mulai dari tahap dasar sampai akhir. Sebaiknya kita tidak menjadikannya sebagai aturan-aturan baku yang harus dituruti, tetapi lebih baik apabila kita bisa secara bijak memahami dan menjadikannya sebagai dasar pemikiran dan acuan saja. Belajar membuat bonsai akan terasa lebih mudah apabila kita mau memahami secara mendasar beberapa aspek, yaitu: 1. Aspek tumbuh dan hidup. Disini kita harus mengerti betapa pentingnya perawatan yang baik dan memadai agar tumbuhan yang akan kita jadikan bonsai bisa tumbuh dengan sehat. Tanpa kesehatan yang baik kita tidak pernah bisa berbuat

apa-apa. Kita harus mengerti tentang kebiasaan tumbuhnya secara menyeluruh; akar, daun, batang, cabang dan ranting. Media tanam yang cocok, makanan (pupuk) dan air juga menjadi hal yang wajib kita ketahui. Hal terpenting lainnya adalah mengetahui dan memahami habitat aslinya, hal ini sehubungan dengan kecocokan dimana kita merawatnya (dataran tinggi atau rendah), seberapa banyak dia membutuhkan cahaya matahari dan angin . Bonsai dengan jenis dan cara perawatan yang sama akan tumbuh berbeda sesuai dengan tempat dia dirawat. Cuaca atau kondisi alam juga akan sangat mempengaruhi pertumbuhannya. 2. Aspek keindahan alam. Pada dasarnya membuat bonsai adalah menyajikan sebuah miniatur keindahan pohon di dalam sebuah wadah atau pot dengan dasar acuan pemahaman alam yang indah, unik dan artistik, fenomenal dan lain-lain. Untuk mengerti atau menciptakan keindahan tersebut di atas sangatlah tidak mudah, karena diperlukan pengamatan dan pemahaman yang mendalam, tidak hanya secara visual tetapi juga rasa. Sebagai contoh: Apabila kita sedang melihat photo sebuah pemandangan yang sangat indah di alam, maka selain enak dipandang tentu saja kita juga merasakan sesuatu yang lain, misalkan sejuk, gersang, romantis, dll. Keindahan yang terasa ini adalah akibat terciptanya sebuah komposisi alam yang menimbulkan sebuah drama atau nuansa alam yang begitu mempengaruhi perasaan orang yang melihat. Sama halnya dengan pada saat kita melihat bonsai, selain keindahan secara visual, jiwa atau aura dari bonsai tersebut sebaiknya juga harus bisa muncul atau tersirat sehingga bisa di rasakan oleh mata hati kita. 3. Aspek estetika seni. Tujuan utama pencapaian keindahan atau estetika seni adalah pembuatan komposisi yang baik dengan memperhatikan 4 faktor dasar yaitu keseimbangan, kesatuan, irama dan pusat perhatian, dengan memadukan elemen-elemen; garis, bidang, warna, dan tekstur. Di dalam aspek estetika seni rupa membuat bonsai, sangat berbeda dengan kita membuat sebuah karya seni rupa lainnya seperti lukisan, patung dll. Dalam membuat lukisan atau patung, sang seniman hanya mencurahkan perasaan seninya tanpa perlu memperhitungkan

respon dari obyeknya (kanvas, tanah liat dll). Pencapaian estetika seni yang indah di dalam sebuah bonsai adalah bagaimana pembuat bisa menuangkan perasaan seni yang diinginkannya dalam estetika seni rupa yang benar dan dapat direspon baik oleh pohon sesuai dengan kebiasaan hidupnya. Atau sebaliknya bagaimana seorang pembuat dapat merespon sebuah kelebihan, keunikan, fenomena atau bahkan kekurangan dari sebuah pohon untuk ditata dan ditanam dalam sebuah pot dan dijadikan sebuah bonsai yang indah dilihat dan enak dirasa.

4. Aspek kasih sayang. Ini adalah hal terpenting dalam pembuatan bonsai. Pada awalnya seorang mulai memilih dan menyatakan akan menjadikan sebuah pohon menjadi bonsai, maka pada tahap ini sudah harus ada komitmen pembuat untuk dengan segenap hati akan memperlakukan dan merawat pohonmya dengan baik. Tumbuhan adalah mahluk hidup, yang selalu merespon segala perlakuan kita terhadapnya, termasuk kasih sayang. Penguasaan terhadap 4 aspek tersebut bukanlah hal-hal yang hanya bisa kita dapatkan lewat teori-teori atau buku-buku yang tersedia. Pengalaman menjadi hal terpenting untuk menguasai 4 aspek itu. Komitmen tinggi untuk mencurahkan pikiran ke segala hal yang perlu dipahami dan menangani secara langsung akan menghasilkan pengalaman-pengalaman penting yang dapat kita jadikan referensi. Setiap orang yang telah menyatakan suka terhadap seni bonsai, maka orang tersebut harus mempunyai komitmen yang tinggi untuk mau mengetahui, memperlakukan dan merawat bonsainya dengan baik.

Langkah-langkah membuat bonsai Diperlukan beberapa tahapan proses membuat bonsai. Masing-masing tahapan mempunyai perbedaan cara. Diperlukan kemampuan yang baik untuk mencapai hasil maksimal. Langkah-langkah tersebut adalah;

1.Mengadakan bahan. Bahan bonsai bisa didapat dengan berbagai cara antara lain: mencangkok, stek, menanam dari biji atau mencari bahan di alam. Diperlukan kemampuan khusus untuk bisa mengetahui atau memprediksi bahan agar dapat dijadikan bonsai yang indah. Keterbatasan dalam hal kemampuan memprediksi bahan adalah sebuah hal yang fatal dan hanya akan menghasilkan sesuatu yang sia-sia atau bahkan cenderung merusak alam / lingkungan.

2. Merawat bahan. Seperti halnya seorang bayi yang baru lahir, diperlukan perawatan yang sangat khusus dan hati-hati. Demikian pula ketika kita merawat bahan bonsai. Dalam tahap ini kita hanya bisa membiarkan pohon tumbuh dengan bebas dan menjaga kesehatannya. 3. Membuat kerangka dasar. Pada tahap ini barangkali kita sudah harus memposisikan pohon sesuai dengan rencana desain secara keseluruhan. Banyak sekali hal-hal yang dilakukan, misalkan memprogram akar, membuat cabang dan ranting sampai mengubah alur batang utama. Pengetahuan tentang kebiasaan hidup masing-masing pohon akan sangat membantu pada tahap pembuatan kerangka dasar ini. 4. Menjadikan bonsai. Ini adalah tahap dimana sebuah bahan bonsai yang sudah mempunyai kerangka dasar, akan dijadikan bonsai sesuai dengan rencana desain yang sudah ditentukan. Proses yang terjadi di dalam tahap ini adalah proses-proses penggantian wadah tanam atau pot yang sesuai, pengarahan, pematangan, pengkerdilan dan penuaan. Pada tahap ini juga perlu mempertahankan kerangka dasar agar tidak tumbuh bertambah melebihi apa yang sudah direncanakan. Hal

yang tak kalah penting adalah membuat dan mangarahkan cabang, ranting, dan anak ranting sesuai rencana, memperkecil daun, membuat tekstur batang, cabang dan ranting agar terlihat tua, dll. 5 Mempertahankan bonsai. Pada tahap ini kita harus sudah mengenal betul kebiasaan-kebiasaan sebuah bonsai sehubungan dengan kesehatannya, pupuk apa dan kapan harus diberikan, perawatan dan penggantian media, gangguan hama, seberapa banyak membutuhkan cahaya matahari dan angin, dll. Apabila cara perawatan diterima baik oleh bonsai kita, maka respon yang ada dari bonsai tersebut akan sangat menakjubkan. Kesehatannya akan prima serta pertumbuhannya stabil dan signifikan. Seiring dengan waktu, proses tumbuh dan bertambah tua terus berjalan. Kita dituntut untuk terus berinteraksi dengan bonsai yang sedang kita rawat. Misal, bagaimana kita bisa mempertahankan bentuk yang sudah ada atau bahkan mengurangi dan menambah sesuatu untuk tujuan memaksimalkan keindahan. Pada tahap ini biasanya terjadi puncak dimana kita bisa menikmati keindahan sebuah bonsai secara menyeluruh, baik itu keindahan secara visual dan jiwa atau aura yang terpancar. Setelah kita mengetahui tahapan-tahapan pembuatan bonsai tersebut di atas, maka muncul pertanyaan. Sebagai pemula yang telah memutuskan untuk suka dan akan memulai berbonsai, tahapan mana yang harus ditempuh atau di geluti terlebih dulu? Kalau boleh saya menyarankan, mulailah dari tahapan yang ke-5 yaitu proses menikmati dan memahami bonsai-bonsai yang telah jadi. Mengetahui terlebih dahulu bagaimana sebuah bonsai bisa memancarkan sebuah nuansa keindahan yang sangat dalam dan bagaimana sebuah bonsai di sajikan untuk dinikmati. Semakin banyak bonsai yang kita amati dan pahami, semakin banyak pula referensi-referensi pemahaman yang kita dapat untuk kemudian bisa kita mengerti bagaimana dan apa tujuan kita berbonsai. Pengertian singkatnya adalah bagaimana kita bisa memulai sesuatu dengan baik tanpa kita mengetahui tujuan yang sebenarnya?

5 gaya dasar bonsai Berangkat dari pengertian gaya = posisi tumbuh, kita akan lebih mudah untuk menganalisa bagaimana kondisi pohon yang saharusnya pada masing-masing 5 gayadasar bonsai.

1. Gaya menggantung. Bonsai dalam klasifikasi ini di tampilkan menggantung ke bawah sampai ujung

ranting dan daun berada di bawah dasar pot. Pohon dengan posisi menggantung dapat kita gambarkan sebagai pohon yang hidup di puncak gunung. Karena menghindar dari terpaan alam (longsor, angin, hujan, salju dll) atau mencari kelembaban yang lebih ke bawah bahkan diterpa badai, sehingga pohon tersebut tumbuh atau rubuh menjuntai ke bawah. Dapat kita bayangkan bagaimana kondisi pohon dalam posisi tumbuh yang seperti ini. Akarnya akan terlihat mencuat menahan batang pohon sesuai dengan arah kemana pohon tersebut jatuh menggantung, atau bahkan karena kondisi akarnya lemah, maka pohon akan roboh oleh terpaan alam. Gerak dasar batangnya jelas akan tumbuh dari pangkal akar mengarah di bawah garis cakrawala (horisontal) tergantung seberapa drastis pohon tersebut menggantung atau roboh. Arah tumbuh dan penempatan cabang dan dedaunan (ranting dan daun) sangat tergantung pada drama apa yang bisa ditampilkan. Sebagai contoh ada pohon menggantung yang tumbuh ke bawah karena dia mencari kelembaban atau air di bawah pangkal akar. Pada perumpamaan kondisi yang seperti ini, maka akar bisa di tampilkan lemah atau bahkan hampir tidak terlihat. penonjolan kesan drama adalah pada arah cabang, dan dedaunan yang sebaiknya ditata seolah bergerak kejar mengejar ke bawah mencari kelembaban atau air. Pada kondisi ini, hindari membuat susunan kanopi yang mencuat ke atas. Kanopi sebaiknya terbentuk dari susunan cabang dan dedaunan, membentuk gumpalan-gumpalan seperti awan, yang berbeda ukuran dan mengarah ke bawah. Pada dasarnya pohon seperti ini mau dengan sendirinya secara alami tumbuh ke bawah. Dalam kondisi ini kesan subur akan menambah kekuatan karakter dari pohon tersebut. Contoh lain; ada pohon yang ingin kita gambarkan tadinya dia tumbuh subur dan kemudian roboh oleh karena terpaan alam maka sekarang tumbuhnya menggantung. Pada kondisi seperti ini kesan dramatis dapat kita tonjolkan dari keadaan akar yang mencuat dan arahnya berlawanan dengan arah tumbuh batang seolah berusaha menahan berat batang yang menggantung. Selain itu, kombinasi batang cabang atau ranting yang mati dan dibiarkan mengering akan menambah kekuatan karakter dari pohon tersebut. Penataan cabang, dedaunan dan kanopi sebaiknya dibuat mengarah ke atas sebagai penggambaran dari pohon tersebut tadinya tumbuh subur mengarah ke sinar matahari. Banyak sekali kesan drama yang bisa di tampilkan dalam posisi pohon menggantung ini. Hal terpenting adalah bagaimana kita bisa menganalisa dan menampilkan dengan jelas pesan atau kesan alam yang diinginkan , serta dipadukan dengan prinsip pencapaian estetika seni rupa yang baik. 2. Gaya setengah menggantung. Bonsai dengan posisi seperti ini ditampilkan tidak sepenuhnya menggantung, ujung ranting dan daun masih berada di atas dasar pot. Pohon dengan posisi tumbuh setengah menggaantung dapat kita

gambarkan sebagai pohon yang tumbuh di tebing-tebing yang curam. Meskipun ada pohon yang hidup di dataran, bisa juga dengan adanya terpaan alam maka pohon akan tumbuh dengan posisi setengah menggantung. Kemungkinan juga akibat ada tebing curam yang menghalangi tumbuhnya, maka kecenderungan tumbuhnya akan menghindar dari tebing dan karena curam maka dia akan tumbuh setengah menjuntai ke bawah. Kondisi fisik pohon dalam posisi ini hampir sama dengan pohon dalam gaya menggantung. 3. Gaya miring. Bonsai dalam posisi ini di tampilkan dengan gerak batang tumbuh miring dari garis horizontal. Arah dan sudut kemiringan sangat tergantung dari kondisi pohon. Gambaran posisi pohon miring di alam dapat kita bayangkan sebagai pohon yang hidup di tebing-tebing landai. Bisa juga pohon yang hidup di dataran tetapi salah satu sisi bagian akar tumbuhnya lemah atau terhalang sesuatu sehingga dia akan tumbuh miring ke arah akar yang lemah. Hal penting yang perlu di perhatikan terlebih dulu adalah mengetahui gejala alam apa yang menyebabkan pohon tersebut tumbuh miring. Berangkat dari sebuah tema yang telah ditentukan, kita akan menganalisa bagaimana kondisi fisik pohon sebaiknya di tampilkan. Sebagai contoh, kita akan membuat bonsai dengan posisi miring lebih dari 45 derajat karena salah satu sisi pohon akarnya lemah. Dalam kondisi ini kita bisa menampilkan pohon tersebut tumbuh miring kearah akar yang lemah (misalkan kearah kanan). Penampilan akar sebaiknya akan terlihat kuat di sebelah kiri seolah menahan berat badan pohon yang miring, di sisi lain akar terlihat lemah seolah tak kuat menopang. Cabang akan dominan tumbuh pada batang bagian kiri (punggung) karena matahari dan kondisi akar yang menunjang. Apabila kebetulan ada cabang yang tumbuh dari sisi kanan atau depan, sebaiknya kita tampilkan lemah atau berupa kayu kering dimana tampilannya hanya sekedar sebagai isian atau counter balance. Contoh lain, kita ingin membuat tema bahwa pohon tumbuh miring oleh karena ada tekanan alam dari salah satu sisi. Dapat kita gambarkan pohon dengan kondisi yang bagian sebelah kirinya mulai dari akar dan sebagian batang terkena terpaan badai terus menerus. Dalam kondisi ini kita bapat menampilkan keringan pada batang sebelah kiri mulai dari pangkal akar sampai ke bagian leher pohon. Akar akan terlihat tumbuh di bagian kanan tetapi tidak terlalu kuat, hanya terkesan menopang. Cabang, ranting dan daun akan tumbuh di bagian pohon yang berkulit, yaitu sisi bagian bawah, depan dan belakang. Akan sangat memperkuat karakter pohon tersebut apabila cabang ditampilkan agak menjuntai ke bawah dan dedaunan mengarah ke atas. Kanopi bisa ditampilkan agak sedikit mengarah ke atas atau melebar dengan bentuk kubah. Faktor keseimbangan estetika seni rupa seharusnya dapat dioptimalkan, karena dapat dipastikan keseimbangan yang terjadi bukan keseimbangan yang simetris.

4. Gaya tegak meliuk. Bonsai dengan posisi ini ditampilkan dengan gerak dasar batang tegak meliuk ke atas. Dapat di gambarkan pohon dengan posisi tegak meliuk ke atas adalah pohon yang hidup pada pertemuan antara tebing dan dataran. Bisa juga pohon yang hidup di tanah yang banyak bebatuan di dalamnya atau kepadatan/kesubuaran tanah yang berbeda. Dalam kondisi ini pengaruh batang tegak meliuk ke atas bisa di sebabkan kondisi akar yang tidak beraturan tumbuhnya. Bonsai dengan posisi meliuk ke atas dapat ditampilkan dalam bermacam tema. Sebagai contoh kita ingin membuat bonsai tegak meliuk yang hidup di daerah bebatuan dan tandus. Selain penonjolan gerak batang yang meliuk, besar batang sebaiknya tidak terlalu besar sehingga tercipta kesan kurus dan gersang. Akar sebaiknya ditampilkan tidak terlalu kuat mengingat dia hidup di bebatuan yang tandus. Akan lebih menonjolkan karakter apabila kita membuat cabang agak tinggi dari pangkal batang. Gerak cabang di buat sedikit meliuk pula sesuai dengan gerak meliuk batang agar irama gerak terkesan harmonis. Dengan kondisi ini dedaunan sebaiknya di tampilkan tidak lebat. Sedrastis apapun liukan batang, kanopi sebaiknya berada di atas dan kembali segaris dengan garis tengah pangkal batang. Faktor irama garis sangat perlu di pertimbangkan dengan teliti agar tidak terjadi liukan batang atau cabang yang monoton atau berulang. 5. Gaya tegak. Dapat di pastikan bonsai dengan posisi tegak akan ditampilkan dengan gerak dasar batang tumbuh tegak lurus keatas. Pohon dalam kondisi ini dapat digambarkan sebagai pohon yang hidup di dataran. Karena tidak terhalang sesuatu pada pertumbuhan akarnya, atau halangan lain di sekitarnya maka tumbuhnya akan tegak lurus ke atas. Dalam kondisi ini dapat di bayangkan perakaran akan tumbuh subur di seputar pangkal batang. Karena penampilan batang

yang hanya tumbuh lurus keatas, penekanan komposisi dan tema alam dapat ditekankan pada akar, cabang, ranting dan dedaunan. Sebagai contoh, apabila kita ingin membuat bonsai tegak dengan kondisi akar tumbuh menyamping (horizontal) seputar pangkal batang. Sebaiknya percabangan di buat mulai tumbuh dekat pangkal batang, dan arahnya cenderung horizontal atau agak kebawah. Kanopi sebaiknya dibuat agak meruncing atau berbentuk segitiga. Apabila akar tumbuh agak keatas menopang pangkal batang, sebaiknya arah tumbuh cabang dibuat sedikit mengarah keatas dan tumbuh agak jauh dari pangkal akar. Kanopi sebaiknya dibuat agak tumpul atau berbentuk kubah. Dalam kondisi-kondisi tersebut diatas, bonsai dengan posisi tegak akan menambah kekuatan karakternya apabila ditampilkan dengan kesan subur. Akan tepapi bisa juga kita menampilkan bonsai dalam posisi tegak berkesan gersang. Misalkan kita ingin menggambarkan sebuah pohon tegak yang telah mengalami gangguan alam, tersambar petir atau terbakar secara alam. Dalam kondisi ini dapat di buat sebagian besar batang dari pangkal akar sampai ujung rusak, dan hanya menyisakan sedikit jalur kulit mengarah ke satu cabang. Penekanan hidup dan komposisi hanya pada satu cabang yang tersisa. Dengan mengacu pada klasifikasi 5 gaya dasar bonsai, kita akan dapat dengan mudah menganalisa untuk membuat tema-tema alam. Hal terpenting adalah menentukan posisi dari bahan yang ada, perlu pemikiran yang cukup lama untuk bisa menemukan potensi terbaik dari sebuah bahan bonsai. Karena sebenarnya didalam proses ini kita sudah mulai merencanakan tema alam yang cocok, bentuk akhir bonsai sampai pada bagaimana cara memprosesnya. Alat bantu seperti simulasi computer atau sketsa akan sangat membantu dalam perencanaan wujud estetika seni dan nuansa alam yang ingin diciptakan. Di dalam perkembangan bonsai kita mengenal banyak variasi gaya, antara lain wind swept, raft, on the rock, grouping dan lain-lain. Pada dasarnya semua variasi-variasi pada gaya bonsai tetap mengacu pada 5 posisi dasar yang telah kita bahas di atas. Sebagai contoh kita ingin membuat bonsai posisi miring dengan variasi wind swept. Kondisi dasar fisiknya adalah pohon miring, yang dapat kita analisa seperti kita membuat bonsai dalam posisi miring biasa. Yang membedakan adalah bagaimana nuansa alam pohon yang sedang tertiup angin dapat kita wujudkan dengan baik. Contoh lain, kita ingin membuat bonsai dengan posisi miring, hidup diatas batu, terdiri dari banyak pohon (grouping) dan kemudian sedang tertiup angin. Saya yakin sesulit apapun tema yang akan di berikan, akan dapat di selesaikan dengan baik. Hal ini hanya karena kita mau berpikir secara sistematis, mendasar dan menggunakan dasar pemikiran pemahaman alam dan estetika seni.

SEMUA PHOTO BONSAI YANG ADA DI DALAM ARTIKEL KOLEKSI RUDI JULIANTO & IRENE

INI

ADALAH

S A

E R

L Y

A A

S E L A M A R Y A

Anda mungkin juga menyukai