Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu sistem yang melibatkan banyak unsur dalam proses pelaksanaannya. Semua unsur tersebut saling berkaitan hingga terbentuk suatu kesatuan sistem yang menentukan keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah di tetapkan. Masing-masing unsur pendidikan memiliki peranan tersendiri dalam prosesnya. Salah satu unsur penting dalam pendidikan adalah kurikulum. Keberadaan kurikulum menjadi suatu patokan yang menentukan arah pelaksanaan pendidikan. Dalam suatu Negara yang mengembangkan system pendidikan, kurikulum selalu bersifat dinamis sehingga dari masa ke masa mengalami perkembangan sebagai upaya untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya yang dianggap masih tidak tetap sasaran atau sebagai upaya dalam menyesuaikan proses pendidikan dengan perkembangan zaman. Dalam upaya memahami kurikulum, langkah awal yang harus dilakukan adalah mengetahui makna atau defenisi dari kurikulum tersebut. Pengertian atau defenisi kurikulum sangat beragam. Hal ini ditentukan dasar filsafat yang yang dianut oleh para pemberi defenisi tersebut. Walaupun demikian, ada kesamaan satu fungsi, yakni bahwa kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka dianggap perlu untuk menyusun suatu makalah mengenai pengertian dan perkembangan kurikulum. Hal ini dimaksudkan untuk menambah wawasan mahasiswa, khususnya penyusun mengenai materi yang dimaksud.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apa defenisi dari kurikulum pendidikan ?

2. Apa saja landasan komponen-komponen pengembangan kurikulum?

C. Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengertian dari kurikulum pendidikan. 2. Memahami landasan komponen-komponen pengembangan kurikulum.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum Pada umumnya kurikulum adalah segala usaha sekolah dalam mempengaruhi anak belajar di dalam maupun di luar ruang kelas atau segala kegiatan di bawah tanggung jawab sekolah yang mempengaruhi anak dalam pendidikannya (Tim Didaktik IKIP Surabaya, 1986). 1. Pengertian Kurikulum Secara Etimologis Curriculum dalam bahasa Yunani kuno berasal dari kata Curir yang artinya pelari; dan Curere yang artinya tempat berpacu. Curriculum di artikan jarak yang harus di tempuh oleh pelari. Dari makna yang terkandung berdasarkan rumusan masalah tersebut kurikulum dalam pendidikan di artikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau disekesaikan anak didik untuk memperoleh ijasah (Sudjana, 2005). 2. Pengertian Kurikulum Secara Tradisional Menurut William B. Ragan dalam bukunya: Modern elementary curriculum cetakan ketiga tahun 1966 mengemukakan Traditionally, the curriculum has meant the subject taught in school, or course of study atau kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang diajarkan disekolah atau tempat kursus. Pada pertengahan abad XX pengertian kurikulum berkembang dan dipakai dalam dunia pendidikan berarti sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas atau ijazah (Sutopo, 1993)

B. Kurikulum Sebagai Suatu Sistem Sistem adalah suatu kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan, informasi, dsb) yang terkait dalam proses atau struktur dan dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan organisasai dalam mencapai satu tujuan. Jika pemahaman sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan demikian,

dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan. Definisi diatas memberikan gambaran bahwa pendekatan sistem dalam pengembangan kurikulum merupakan bentuk berputar dan dinamis dimana empat komponen dari suatu model saling berhubungan. Jadi dapat disimpulkan dilihat dari gambar diatas bahwa anatara satu komponen dengan komponen yang lain mempunyai hubungan erat dan tidak dapat dipisahahkan hal itu ditunjukkan dengan tanda panah yang memiliki dua mata panah. Beberapa pandangan ahli mengenai sistem: 1. Menurut Ludwig Von Bartalanfy, Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan. 2. Menurut Anatol Raporot, Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain. 3. Menurut L. Ackof, Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya. Dari ketiga pendapat di atas, satu makna yang bisa di ambil, yaitu komponen yang mempunyai fungsi masing-masing. Seperti yang kita tahu, kurikulum mempunyai komponen-komponen yang mempunyai tujuan utama atau tujuan dari kurikulum tersebut. Karena komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan menunjang untuk mencapai tujuan dari kurikulum maka di sebutlah kurikulum sebagai suatu system.

C. Ciri-Ciri Sistem Pengertian dan ciri-ciri sistem atau pendekatan sistem dapat dihubungkan dengan analisis kondisi fisis (misalnya: sistem tata surya, rakitan mesin), dapat dihubungkan dengan analisis biotis (misalnya: jaring-jaring ekologis, koordinasi tubuh manusia), dan dapat dihubungkan dengan analisis gejala sosial (misalnya: kehidupan ekonomis, gejala pendidikan, pola nilai hidup). Analisis sistem sosial

relatif lebih rumit dibanding analisis sistem fisis dan sistem biotis; sistem sosial pada umumnya dan khususnya sistem pendidikan bersifat terbuka, yaitu suatu sistem yang mudah dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di luar sistemnya (rentan terhadap pengaruh luar), misalnya: sistem sekolah mudah dipengaruhi oleh situasi masyarakatnya (supra sistemnya). Karakter sistem pendidikan yang bersifat terbuka ini menuntut konsekuensi penyelenggaraan pendidikan sekolah yang kritis (dalam mawas diri) dan kreatif (dalam mencari alternatif pengembangan yang positif) secara berkesinambungan. Ciri-ciri sistem diantaranya yaitu: 1. Adanya tujuan yang jelas 2. Mempunyai struktur yang jelas

D. Komponen Kurikulum 1. Komponen Tujuan Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat yaiatu: 1) Tujuan pendidikan nasional (TPN) Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan. Artinya, setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal maupun non formal. Tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa : " Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". 2) Tujuan institusional (TI) Tujuan institusioanal adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, misalnya standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jenjang pendidikan tinggi. 3) Tujuan Kurikuler (TK) Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Contoh tujuan kurikuler adalah tujuan bidang studi Matematika di SD, tujuan pelajaran IPS di SLTP, dan sebagainya. Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan kurikuler tergambarkan pada standar isi setiap mata pelajaran atau bidang studi yang harus dikuasai siswa pada setiap satuan pendidikan. Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan instruksional atau yang sekarang lebih populer dengan tujuan pembelajaran, merupakan tujuan yang paling khusus. 4) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP) Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuh kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran di suatu sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran adalah tugas guru.

Sebelum guru melakukan proses belajar mengajar, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik setelah mereka selesai mengikuti pelajaran. Sedangkan di dalam KBK tujuan kurikulum: Dalam pendidikan terdapat 2 jenis standart yaitu standart akademis (academic content standarat) dan standart kompetensi (performance standart). Lebih jauh lagi, dengan mengutip dari beberapa ahli, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) memberikan gambaran spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai pada tujuan pembelajaran, yakni: a. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik, dengan: (a) menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan perilaku yang dapat diamati; (b) menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku peserta didik; dan (c) memberikan pengkhususan tentang sumbersumber yang dapat digunakan peserta didik dan orang-orang yang dapat diajak bekerja sama. b. Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam bentuk: (a) ketepatan atau ketelitian respons; (b) kecepatan, panjangnya dan frekuensi respons. c. Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang menunjang perilaku peserta didik berupa: (a) kondisi atau lingkungan fisik; dan (b) kondisi atau lingkungan psikologis. Menurut Bloom, dalam bukunya yang sangat terkenal Taxonomy of Educational Objectives yang terbit pada tahun 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat diglongkan krdalam tiga klasifikasi atau tiga domain (bidang), yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. a. Domain Kognitif Domain Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan yaitu : a) Pengetahuan ( Knowledge ):

Pengetahuan

(knowledge)

adalah

kemampuan

mengingat

dan

kemampuan mengingkapkan kembali informasi yang sudah dipelajarinya (recall). Kemapuan pengetahuan ini merupakan kemampuan taraf yang paling rendah. Kemampuan dalam bidang kemampuan ini dapat berupa : Pertama, pengetahuan tentang sesuatu yang khusus ; pengetahuan tentang fakta. Pengetahuan mengingat fakta semacam ini sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi. Kedua, pengetahuan tentang prosedur atau cara suatu proses tertentu. b) Pemahaman (comprehension) Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu objek atau subjek pembelajaran. Kemampuan untuk memahami akan mungkin terjadi manakala didahului oleh sejumlak pengetahuan ( knowledge ). Oleh sebab itu, pemahaman lebih tinggi ditingkatkanya dari pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan mengankap makna atau arti suatu konsep. Kemampuan pemahaman ini bisa merupakan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan ataupun kemampuan ekstrapolasi. Kemampuan menjelaskan yakni kesanggupan untuk menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu, pemahaman menafsirkan sesuatu, dan pemahaman ekstrapolasi. c) Penerapan (application) Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur ada situasi tertentu. Kemampuan menerapkan merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan

mengamplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil, hokum,konsep, ide dan lain sebagainya kedalam sesuatu yang lebih konkrit. d) Analisis Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran kedalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungn antar

bagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang komplek yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. Analisis

berhubungan dengan kemampuan nalar. Oleh karena itu, biasanya analisis diperuntukan bagi pencapaian tujuan pembelajaran untuk siswa-siswa tingkat atas. e) Sintesis Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian kedalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau meliaht hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, maka sintesis adalah kemampuan menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh. Kemampuan menganalisis dan sintesis, merupakan kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan atau menciptakan inovasi dan kreasi baru. f) Evaluasi Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam doain kognitif tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Dalam tujuan ini, terkandung pula kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagi pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu. Untik dapat memiliki kemampuan memberikan penilaian dibutuhkan kemampuan-kemampuan sebelumnya. Tiga tingkatan tujuan kognitif yang pertama, yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat rendah; sedangkan tiga tingkatan selanjutnya yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat tinggi. b. Domain afektif Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif. Artinya, seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek

manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi. Menurut Krathwohl dan kawan-kawan ( 1964 ), dalam bukunya Taxonomi of Educational Objectives : Affective Domain, Domain afektif memiliki tingkatan yaitu : a) Penerimaan Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Seseorang memiliki perhatian yang positif terhadap gejala-gejala tertentu manakal mereka memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi atau kondisi yang ada. Kemudian mereka juga menunjukan kerelaan untuk menerima, bersedia untuk memerhatikan gejala, atau kondisi yang diamatinya itu. Akhirnya, mereka memiliki kemauan untuk mengarahkan segala perhatiannya terhadap objek itu. b) Merspon Merespon atau menanggapi ditunjukan oleh kemauan untuk

berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi, kemauan untuk membantu orang lain dan sebagainya. Respon biasanya diawali dengan diam-diam, kemudian dilakukan dengan sungguh-sungguh dan kesadaran, setelah itu baru dilakukan dengan penuh kegembiraan dan kepuasan. c) Menghargai Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuj memberi penilaian atau kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu. Menghargai terdiri dari penerimaan suatu nilai dengan keyakinan tertentu seperti menerima adanya keasan atau persamaan hak antara laki-laki dan perempuan; mengutamakan suatu nilai seperti memiliki keyakinan akan kebenaran suatu ajaran tertentu, serta komitmen akan kebenaran yang diyakininya dengan aktivitas.

10

d) Mengorganisasi Tujuan yang berhubungan dengan organisasi ini berkenaan dengan pengembangan nilai kedalam system organisai tertentu, termasuk hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu. Tujuan ini terdiri dari mengkonseptualisasikan nilai, yaitu memahami insur-unsur abstrak dari suatu nilai yang dimiliki dengan nilai-nilai yang datang kemudian; serta mengorganisasi suatu system nilai, yaitu nengembangkan suatu system nilai yang saling berhubungan yang konsisten dan bulat dan termasuk nilai-nilai yang lepas-lepas. e) Karakterisasi Nilai Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi system nilai dengan pengkajian secara mendalam , sehingga nilai-nilai yang dibangunkannya itu dijadikan pandangan ( falsafah ) hidup serta dijadikan pedoman dalam bertindak dan berperilaku.

c. Domain Psikomotor Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ada tujuh tingkatan yang termasuk kedalam domain ini : a) Persepsi ( Perception ) b) Kesiapan ( Set ) c) Meniru ( Imitation ) d) Membiasakan ( habitual ) e) Menyesuaikan ( Adaptation ) f) Menciptakan ( Organization ) Persepsi merupanan kemampuan seseorang dalam memandang sesuatu yang dipermasalahkan. Persepsi pada dasarnya hanya mungkin dimiliki oleh seseorang sesuai dengan sikapnya. Kesiapan berhubungan dengan kesediaan seseorng untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan perilaku-perilaku khusus.

11

Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempralktekan dalam gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya. Kemampuan meniru tidak selamanya diikuti oleh pemahaman tentang pentingnya serta makna gerakan yang dilakukannya. Kemampuan habitual sudah merupakan kemampuan yang didorong oleh kesadaran dirinya walaupun gerakan yang dilakukannya masih seperti pola yang ada. Baru dalam tahapan berikutnya, yaitu kemampuan yang berhadaptasi gerakan atau kemampuan itu sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi yang ada. Tahap akhir dari keterampilan ini adalah tahap mengorganisasikan, yakni kemapuan seseorang untuk berkreasi dan mencipta sendiri suatu karya. Tahap ini merupakan tahap puncak dari keseluruhan kemampuan, yang

tergambardari kemampuanya menghasilkan sesuatu yang baru. 2. Komponen Isi /Materi Pelajaran Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau mteri pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mta pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada.Kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum. Kriteria itu antara lain: 1) Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa. 2) Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial. 3) Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji 4) Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas 5) Isi kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan.

12

Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran b. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran c. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1) Isi / materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi : a. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan. b. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral c. Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya. 2) Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Mengandung pembelajaran. b. Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan. 3) Materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk : a. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. b. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususankekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala. c. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian. d. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep. bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam

13

e. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik. f. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian. g. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang

diperkenalkan dalam materi. h. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat. i. Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya. j. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.

Hilda Taba (1962:267), kriteria untuk memilih isi materi kurikulum yaitu: a. Materi harus sahih dan signifikan, artinya menggambarkan pengetahuan mutakir. b. Relevan dengan kenyataan social dan kultur agar anak lebih memahaminya. c. d. e. Materi harus seimbang antara keluasan dan kedalaman. Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan. Sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik.

f. Materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik. Banyak kegagalan dalam komponen ini karena guru tidak bisa memberikan pengalaman belajar pada peserta didiknya. Cara untuk mewujudkan pengalaman peserta didik adalah dengan merancang dan menjabarkan materi pelajaran menjadi berbagai kegiatan belajar. Menurut Taba (1062), kegiatan belajar menimbulkan pengalaman belajar (Taba, 1962).

3. Komponen Metode atau Strategi Metode dan srategi komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting,

14

sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimanapun bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat, maka tujuan itu tidak mungkin dapat dicapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat diatas, T. Rakajoni mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari kedua pengertian di atas, ada dua hal yang patut kita cermati. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Ini berati penyusunan strategi baru sampai pada proses penyusunan perencanaan kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategu adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaat berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaaya pencapaian tujuan. Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secra optimal, dinamakan metode. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan strategi ekspositor bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjukkan pada a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way ini achieving something. Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Menurut Roy Killen (1998), pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran

15

deduktif atau pembelajaran

ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran

yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri secara strtegi pembelajaran induktif. Dengan demikian, istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tenang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Metode yang banyak digunakan dalam strategi pembelajaran sekarang adalah metode ceramah. Melalui metode ceramah siswa dituntut untuk menguasai materi pelajaran yang diceramahkan. Dengan demikian, strategi ini lebih bersifat strategi yang berorientasi pada penguasaan isi pelajaran (content oriented). Dalam discovery learning, bahan ajar tidak dikemas dalam bentuk yang sudah jadi, tetapi siswa diharapkan dapat beraktifitas secara penuh, mencaridan mengumpulkan informasi, membandingkan, menganalisis, dan sebagainya. Oleh sebab itu, metode yang lebih banayk digunakan dalam strategi ini adalah metode pemecahan masalah. Melalui metode ini siswa bukan hanya dituntut untuk menguasai materi, tetapi juga bagaiman menggunakan potensi berpikirnya untuk memecahkan suatu persoalan. Strategi pembelajaran individual dan kelompok, lebih menekankan bagaiman desain pembelajaran itu dilihat dari sisi siswa yang belajar. Apabila siswa belajar secara kelompok bersam-sama, mempelajari bahan yang sama, oleh guru yang sam, tanpa memperhatikan perbedaan minat, bakat dan kemampuan yang dimiliki siswa, maka strategi pembelajaran ini dinamakan strategi pembelajaran keolompok atau dikenal sistem klasik. Sedangkan, manakala pembelajaran dideasin dengan pola pmbelajaran yang memperhatikan

kemampuan dasar siswa, kecepatan belajar, bahkan memperhatikan minat dan bakat siswa secara penuh, maka strategi ini dinamakan strategi pembelajaran individual. Kesempatan untuk maju cepat menyelesaikan program pembelajaran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing siswa ini tidak dimiliki oleh strategi pembelajaran klasik. Sebab dalm strategi ini siswa yang cepat belajar bersama-sama dengan siswa yang lambat, sehingga waktu yang digunakan untuk

16

menyelesaikan program pembelajaranpun akan sama. Strategi berkaitan dengan upaya yang hasur dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Strategi yang ditetapkan dapt berupa strategi yang menempatkan siswa sebagai pusat dari setiap kegiatan, ataupun sebaliknya. Strategi yang berpusat pada kepada siswa bisa dinamakan student centered, sedangkan strategi yang berpusat pada guru dinamakan teacher centered. Strategi yang bagaimana dapat digunakan tergantung kepad atujuan dan materi kurikulum.

4. Komponen Evaluasi Evaluasi sebagaia alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujun dapat dikelompokkan kedalam kedalam dua jenis, yaitu tes dan non tes. 1) Tes Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemamuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembalajaran. Hasil tes biasanya diolah secra kuantatif. Proses pelaksanaan tes hasil belajar dilakukan setelah berakhir pembahasan satu pokok bahasan, atau setelah selesai satu caturwulan atau satu semester. Dilihat dari fungsinya, tes yang dilaksanakan setelah selesai satu semester dinamakan tes sumatif. Sedangkan tes yang dilaksanakan setelah proses belajar dinamakan tes formatif, fungsinya untuk umpan balik perbaikan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. a) Kriteria Tes sebagai Alat Evaluasi Tes harus memilki dua kriteria, yaitu criteria validitas dan reliabilitas. Tes tingkat validitas seandainya dapat mengukur yang hendak diukur. Misalnya, guru ingin mengukur tingkt keterpahaman siswa mengenai mata pelajaran A maka soal-soal tes harus berisikan item-item tentang A. Tidak dikatan validitas seandainya yang hendak diukur kemahiran mengoperasikan sesuatu, tetapi yang digunakan adalh tes tertulis yang mengukur keterpahaman suatu konsep. Tes tingkat reliabilitas atau keandalan jika tes tersebut dapat menghasilkan informasi yang konsisten. Misalnya, suatu tes diberikan

17

kepada kelompok siswa, kemudian diberikan lagi kepada sekelompok siswa yang sama pada saat yang berbeda, maka hasilnya akan relatif sama. b) Jenis-jenis Tes Tes hasil belajar dapat dibedakan atas beberapa jenis. Berdasarkan jumlah peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes kelompk dan tes individual. Sedangkan dilihat dari cara penyusunannya, tes juga dapat dibedakan menjadi tes buatan guru dan tes standar. Tes buatan guru disusun untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh guru bersangkutan. Misalnya untuk mengumpulkan informasi tentang tingkat penguasaan materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Tes ini tdak terlalu memperhatikan tingkat validitas dan tingkat reliabilitas. Hal ini disebabkan, tes buatan guru hanya mencakup materi yang terbatas. Tes standar adalah tes yang digunkaan untuk mengukur kemmapuan siswa sehingga berdasarkan kemampuan tes tersebut, tes standar dapat memprediksi keberhasilan belajar siswa pada masa yang akan datang. Tes ini biasanya digunkan ketika tes penerimaan mahasiswa baru, seleksi pegawai, dan sebgaianya. Tes ini harus memiliki tingkat validitas dan reibilitas karena berfungsi untuk mengukur kemampuan, serta memiliki tingkat kesulitan dan daya pembeda yang tinggi. Dilihat dari pelaksanaannya, tes dibagi menajdi tes tertulis, lisan, dan perbuatan. Tes tertulis adalah siswa menjawab semua item soal dengan cara tertulis. Dalam tes tertulis ada dua jenis tes, yaitu tes esai dan tes objektif. Tes esai adalah bentuk tes dimana siswa menguraikan jawabannya dengan kata-kata sendiri. Tes objektif adalah bentuk tes yang mengharapkan siswa memilih jawaban yang sudah ditentukan. Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan bahasa secara lisan. Tes perbuatan adalah tes dalam bentuk peragaan. Tes ini cocok manakala kita ingin mengetahui kemampuan dan keterampilan seseorang mengenai sesuatu 2) Non tes

18

Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku terrmasuk sikap, minat, dan moivasi. Ada beberpa jenis non tes sebagai alat evaluasi, diantaranya a) Observasi Teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada situasi tertentu. Ada dua jenis observasi, yaitu observasi pasrtisipasif dan observasi non pasrtisipasif. Observasi pasrtisipasif adalh observasi yang dilakukan dengan menempatkan obsever sebagai bagian dimana observasi itu dilakukan. Observasi non pasrtisipasif adalah observasi yang dilakukan dengan cara observer murni sebagai pengamat. Salah satu kelemahan observasi ini yaitu kecenderungan yang diobservasi untuk berperilaku dibuat-buat sangat tinggi. b) Wawancara Komunikasi langsung antara yang diwawancari dan yang

mewawancarai. Wawancara langsung manakala pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek yang ingin dievaluasi. Wawancara tidak langsung adalah pewawancara ingin mengumpulkan daats ubjek melalui perantara. c) Studi Kasus Studi kasus dilakukan untuk mempelajari indivisu dalam periode tertentu secara terus-menerus. d) Skala Nilai Skala penilaian (rating scale) adalah salah satu alat penilaian dengan menggunkana skala yang telah disusun dari ujung negatif dengan ujung positif, sehingga pada skala tersebut penilai tinggal membubuhi cek (v).

19

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan Apabila kurikulum diibaratkan sebagai bangunan gedung yang tidak menggunakan landasan atau fondasi yang kuat, maka ketika diterpa angina tau terjadi goncangan, bangunan gedung tersebut akan mudah roboh. Demikian pula halnya dengan kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, yang dipertaruhkan adalah manusia (peserta didik) yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri. Komponen-komponen pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Komponen-komponen pokok dalam pengembangan kurikulum adalah komponen tujuan, komponen isi/materi pelajaran, komponen metode/strategi, dan komponen evaluasi. Komponen tujuan, yaitu asumsi-asumsi tentang tujuan pendidikan, tujuan pendidikan nasional, tujuan isntitusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran yang menjadi komponen utama dalam mengembangkan kurikulum. Asumsi-asumsi komponen tujuan tersebut berimplikasi pada perumusan arahan atau hasil yang diharapkan Komponen isi/materi pelajaran, yaitu asumsi-asumsi yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Komponen metode/strategi, yaitu asumsi-asumsi yang berhubungan dengan implementasi kurikulum. Komponen evaluasi, yaitu asumsi-asumsi untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan.

20

DAFTAR PUSTAKA

Nana Sudjan. Pembinaan dan pengembangan kurikulum disekolah Bandung: Sinar Baru, 1991 Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi konsep, karakteristik, dan implementasi Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003 Hamid syarif. Pengembanagan kurikulum Pasuruan: garoeda buana indah, 1993 http://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/komponen-komponenkurikulum.html (diakses tanggal 5 Oktober 2011)

21

Anda mungkin juga menyukai