Anda di halaman 1dari 42

SKENARIO B BLOK 20

Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di desa Mjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 50 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama padi sawah dan karet alam. Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah. Anakanak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang telanjang kaki. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan ; juga dari air rawa yaitu dari sawah disekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur sendiri , namun sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau. Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/penerangan adalah listrik; untuk masak memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah menjadi langka , penduduk kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara. Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali namun pada bulan September sampai Desember, seringkali ada kabut asap yang dapat sampai bermingguminggu. Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu sedangkan Puskes ada di kota kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang. Petugas kesehatan yang ada di desa adalah Mantri dan bidan desa. Tapi jumlah kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih cukup penting sebagai garis pertama melayani orang sakit. Didesa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga, tidak ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar desa banyak rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah. Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi di desa ini adalah : ISPA Gastrointestinal dan diare Kulit Malaria
1

DHF Tuberkulosis Asthma Gigi dan mulut Hipertensi Cidera karena kecelakaan lalu lintas

Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami keracunan makanan yaitu tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang. Dari pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang bersumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada lampiran. Dari pihak provinsi pernah juga melakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap, hasilnya juga diberikan di lampiran. Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009 yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi ini akibat pengunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi dapur tidak baik , maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar debu halus (PM 10) yang tinggi. Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan Kades, selain kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan narkoba.

Lampiran : 1. Hasil Pengujian Kualitas Air Minum Parameter E. Coli Total Coliform Arsen Flourida Total Kromium Kadmium Nitrit Nitrat Sianida Hasil Uji 2000 / 100 cc 1000 / 100 cc 0,05 mg/dl 1,4 mg/dl 0,03 mg/dl 0,001 mg/dl 2 mg/dl 25 mg/dl 0,07 mg/l
2

Selenium

0,01 mg/dl

2. Kualitas Udara Parameter SO2 CO Nox O3 Hidrokarbon Total Waktu Pengukuran 24 jam 24 jam 24 jam 1 jam 3 jam Suspended 24 jam Hasil Uji 500 micrgr / M3 30000micrgr / M3 200 micrgr / M3 200 micrgr / M3 100 micrgr / M3 500 micrgr / M3

Particulate (TSP) Pb 24 jam 5 micrgr / M3

I. KLARIFIKASI ISTILAH 1. Populasi : kumpulan individu yang sejenis yang berada pada wilayah

tertentu dan pada waktu tertentu. 2. Komunitas : sebuah kelompok sosial dari beberapa organisasi yang

berbagai lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. 3. Briket batubara campuran tanah liat. 4. Kabut asap : pencemaran udara yang bersumber dari asam industri, gunung : bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit

berapi, kebakaran hutan / lahan. 5. Pustu 6. Puskes 7. Mantri : Puskesmas pembantu : Pusat Kesehatan : nama pangkat atau jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas.

8. Pengelolaan sampah : pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan, pembuangan dari material sampah. 9. ISPA 10. Diare 11. Malaria genus Plasmodium 12. DHF : Dengue Hemorragic Fever : Infeksi Saluran Pernafasan Atas : pengeluaran tinja berkali-kali yang tidak normal : penyakit demam menular yang disebabkan oleh protozoa

13. TB tuberculosis 14. Asma

: penyakit paru kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium

: keadaan yang ditandai dengan serangan berulang dengan

gejala paroksimal dan mengi akibat kontraksi spasmodik. 15. Hipertensi : tekanan darah arteri yang meningkat melebihi 120/80 mmHg.

16. Keracunan makanan : penyakit yang berlaku selepas makan makanan yang tercemar kuman. 17. Indoor Air Quality : kualitas udara dalam ruang yang dipengaruhi oleh polutan

yang dapat berefek pada penggunanya. 18. PM 10 asap, debu atau uap. : particulate matter (padatan / liquid) di udara dalam bentuk

II. IDENTIFIKASI MASALAH 1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di desa Mjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 50 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama padi sawah dan karet alam. 2. Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah. Anak-anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang telanjang kaki. 3. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan ; juga dari air rawa yaitu dari sawah disekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur sendiri , namun sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau. 4. Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/penerangan adalah listrik; untuk masak memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah menjadi langka , penduduk kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara. 5. Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali namun pada bulan September sampai Desember, seringkali ada kabut asap yang dapat sampai berminggu-minggu. 6. Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu sedangkan Puskes ada di kota kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang.
4

7. Petugas kesehatan yang ada di desa adalah Mantri dan bidan desa. Tapi jumlah kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih cukup penting sebagai garis pertama melayani orang sakit. 8. Didesa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga, tidak ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar desa banyak rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah. 9. Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi di desa ini adalah : ISPA Gastrointestinal dan diare Kulit Malaria DHF Tuberkulosis Asthma Gigi dan mulut Hipertensi Cidera karena kecelakaan lalu lintas

10. Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami keracunan makanan yaitu tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang. 11. Dari pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang bersumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada lampiran. Dari pihak provinsi pernah juga melakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap, hasilnya juga diberikan di lampiran. 12. Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009 yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi ini akibat pengunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi dapur tidak baik , maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar debu halus (PM 10) yang tinggi. 13. Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan Kades, selain kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan narkoba.

III. ANALISIS MASALAH

1. Apa sajakah resiko kesehatan dalam komunitas ini ? a. Rumah mereka ada yang berlantai tanah. Lebih banyak anak dan dewasa tidak menggunakan alas kaki. Menurut Adnani dan Mahastuti (2006), lantai rumah merupakan faktor risiko terjadinya penyakit TBC Paru. Risiko untuk menderita TBC Paru 3 - 4 kali lebih tinggi pada penduduk yang tinggal pada rumah yang lantainya tidak memenuhi syarat kesehatan. Hal ini sesuai pendapat Fahmi (2005) yang menyatakan bahwa lantai tanah memiliki peran terhadap proses kejadian TBC Paru melalui kelembaban ruangan, karena lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban. Tanah juga merupakan tempat tinggal makhluk hidup yang dapat membahayakan kesehatan manusia, seperti parasit, serangga, dan banyak mikroorganisme lain. Mikroorganisme tersebut dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui kulit, udara, dan makanan yang akhirnya berakibat terhadap timbulnya berbagai macam penyakit. Alas kaki adalah produk seperti sepatu dan sandal yang dipakai untuk

melindungi kaki terutama bagian telapak kaki agar tidak cedera dari kondisi lingkungan seperti permukaan tanah yang berbatu-batu, berair, udara panas, maupun dingin. Selain itu, manfaat yang juga penting adalah agar kita terlindung dari masuknya mikroorganisme seperti parasit yang dapat membahayakan kesehatan. Anak- anak yang tidak memakai alas kaki berkemungkinan terinfeksi cacing yang berasal dari tanah. Penyakit ini dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya tumbuh kembang anak, karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh, misalnya protein, karbohidrat dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia.

b. Sumber air yang digunakan untuk kebutuhan domestik berasal dari sungai ogan, rawa dan sumur sendiri. Namun ketika musim kemarau sumur kering. Dalam kurun waktu 2010-2011 dua kali mengalami keracunan makanan ketika hajatan perkawinan. Dari hasil pemeriksaan kualitas air minum yang bersumber dari air sumur penduduk, hasilnya menunjukkan ketidaksesuaian dengan kualitas air minum yang seharusnya atau meningkat dari kadar normal yang seharusnya yaitu :
6

o Parameter biologis : E. Coli, Total Coliform o Parameter kimia : Arsen Arsen (As) adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat toksik. Keracunan akut menimbulkan gejala muntaber disertai darah, disusul dengan koma dan bila dibiarkan akan menimbulkan kematian. Secara kronis racun As dapat menimbulkan anoreksia, kolik, mual, diare atau konstipasi, ikterus, perdarahan pada ginjal, dan kanker kulit. As dapat menimbulkan iritas, alergi dan cacat bawaan.

c. Sebagian besar menggunakan kayu bakar untuk memasak, sebagian kecil menggunakan LPG, ada yang menggunakan briket batu bara. Dan ventilasi yang buruk sehingga kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya debu halus(PM 10). Memasak menggunakan kayu bakar dan briket batubara dengan ventilasi dapur yang tidak baik dapat mempengaruhi Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality), maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik. Asap pembakaran yang tidak sempurna dari kayu bisa menyebabkan kanker paru-paru, kebutaan, jantung, bahkan pengaruh kognitif pada anak. Anak disebut juga menjadi korban karena biasanya mereka diajak oleh si ibu ketika memasak. Demikian disampaikan Kirk R. Smith, Direktur Kesehatan Global dan Program Lingkungan Kesehatan Masyarakat, University of California, Berkeley, Amerika Serikat. Asap yang melayang di sekitar si ibu dan anak, dikatakan Smith, sama dengan bahaya rokok. Malah, risiko kesehatannya lebih besar karena jumlah asap yang dihasilkan lebih besar dan menguap ke ruangan yang menaungi mereka. Menurut WHO, memasak dengan bahan bakar padat (batu bara) di ruangan mengakibatkan kematian dini. Diperkirakan 1,6 juta orang meninggal tiap tahun, kebanyakan perempuan dan anak-anak. Dampak pembakaran bahan bakar padat memudahkan manusia terkena infeksi pernapasan dan kanker paru.

d. Pada bulan September sampai Desember, seringkali ada kabut asap yang dapat sampai berminggu-minggu. Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu : pencemar primer (substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara, misalnya karbon monoksida)
7

pencemar sekunder (substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemarpencemar primer di atmosfer, misalnya terbentuknya ozon)

Dampak Pencemaran Udara : Gangguan visibilitas penting dari segi transportasi; Pengaruh terhadap kesehatan: keluhan utama: iritasi (mata berair, bersin, hidung tersumbat, gatal tenggorokan; sesak napas; sakit kepala, kelelahan; gejala seperti flu; bronkitis (e.g. Legionella)

Pada komunitas tersebut telah dilakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap oleh pihak provinsi dan hasilnya menunjukkan ketidaksesuaian / meningkat dari baku mutu sesuai dengan Baku Mutu Lingkungan Udara Ambien, PP 41/1999.

e. Puskesmas 15 km, pelayan kesehatan Cuma mantri dan bidan, lebih banyak persalinan dengan dukun. Akibatnya pelayanan kesehatan tidak optimal, angka kematian ibu dapat meningkat.

f. Didesa tersebur, tidak ada organisasi desa dalam pengelolaan sampah dan sampah tersebut akhirnya dibuang dirawa. Didesa ini pengolahan sampah dilakukan oleh masing- masing rumah tangga, tidak ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar desa banyak rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah. Sumber air utama masyarakat ini untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan; juga dari air rawa. Pengolahan sampah yang tidak benar dengan membuangnya ke rawa, dimana rawa itu sendiri sebagai sumber air utama dapat mengganggu kesehatan. Pengelolaan sampah yang kurang baik tersebut akan menyebabkan terjadinya pengaruh negatif yaitu : Pengaruh terhadap kesehatan masyarakat

Sebagai tempat berkembang biak vector penyakit sehingga dapat meningkatkan insiden penyakit sebagai berikut : Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera, typhus dan yang lain) yang ditularkan oleh lalat Penyakit demam berdarah ditularkan nyamuk Aedes Aegipty (berkembang biak karena banyak kaleng bekas dan genangan air) Penyakit kulit dan penyakit parasit lain, penularan melalui udara. Penyakit yang ditularkan melalui binatang, missal Taeniasis (akibat cacing pita/Taenia saginata atau Taenia solium) Kecelakaan pada pekerja atau masyarakat, akibat tercecernya potongan besi. Kaleng, seng serta pecahan kaca. Pengaruh terhadap lingkungan Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata akibat banyaknya tumpukan sampah. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas yang menyebabkan timbulnya bau busuk. Adanya debu yang beterbangan, mengganggu mata dan pernafasan. Resiko terjadinya kebakaran dan asap yang ditimbulkan dapat mengganggu kesehatan. Resiko terjadinya pencemaran udara, karena meningkatnya knsentrasi debu, asap dan gas-gas dari sampah padat yang melewati standar kualitas udara. Pembuangan sampah ke saluran air akan memyebabkan pendangkalan saluran dan mengurangi kemampuan daya aliran saluran, sehingga bila hujan menimbulkan banjir. Pengaruh terhadap sosial masyarakat Mencerminkan status keadaan sosial masyarakat di daerah tersebut. Keadaan lingkungan yang kurang saniter akan mengurangi daya tarik bagi orang lain, terutama turis asing untuk berkunjung ke tempat tersebut. Sampah yang tidak dikelola dengan baik kenyamanan dan ketentraman hidup bermasyarakat Pengaruh terhadap perekonomian daerah/nasional
9

akan mengurangi

Penyakit yang timbul akibat pengelolaan sampah yang kurang baik akan berdampak pada penurunan produktivitas kerja. Serta

kenyamanan dan ketentraman hidup berkurang sehingga produksi daerah akan menurun Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menangani penyakit akibat sampah akan semakin meningkat, sehingga alokasi biaya untuk sektorsektor lain akan berkurang. Berkurangnya pengunjung ke suatu daerah berarti penurunan pemasukan bagi suatu daerah atau penurunan devisa Negara. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan merusak lingkungan, menurunkan kualitas lingkungan

g. Banyak motor menyebabkan tingkat kecelakaan yang meningkat, selain itu mulai mengalami budaya minuman keras dan narkoba. Akibat: kematian menigkat, kejahatan meningkat Budaya meminuman minuman keras/ alkohol dan narkoba merupakan kebiasaan yang tidak baik bagi kesehatan. Salah satu risiko minuman keras terhadap kesehatan adalah mengganggu fungsi hati, gangguan kognitif, kerusakan jantung, lambung, kanker, stroke, kematian dll. Adapun dampak buruk penyalahgunaan narkoba adalah ketergantungan, kanker, impotensi, jantung, HIV/AIDS, hepatitis dll.

2. Apa nasehat yang spesifik untuk setiap resiko yang teridentifikasi ? a. Rumah mereka ada yang berlantai tanah. Lebih banyak anak dan dewasa tidak menggunakan alas kaki. Gunakanlah sandal setiap berpergian, dan didalam rumah jika lantai rumahnya masih berupa tanah. Untuk menghindari infeksi cacing tambang yang dapat mengnyebabkan anemia Fe, dan infeksi-infeksi lain serta luka yang dapat disebabkan oleh benda tajam di sekitar lingkungan. Selain itu dapat menyebabkan TBC karena kelembapan yang tinggi. Penyemenan atau memberi alas plastik di lantai.

10

b. Sumber air yang digunakan untuk kebutuhan domestik berasal dari sungai ogan, rawa dan sumur sendiri. Namun ketika musim kemarau sumur kering. Hampir semua parameter yang diuji melebihi kadar ambang maksimum, jadi harus dilakukan pembersihan sungai dan rawa. Jadi sampah dan lain sebagainya dapat dibersihkan dan sumber air menjadi lebih bersih dan sehat serta kadar ambangnya dapat ditolelir. Selain itu dalam pengolahanya harus dilakukan dengan benar yaitu dengan dimasak dan didinginkan serta disimpan dengan benar. Pemberian tawas, membuat bak penampungan. Menghimbau kepala desa untuk membangun PDAM Pembuatan sumur sehat Pengelolaan air sumur yang sudah ada dengan cara pengelolaan air bersih, misal dengan pembuatan filtrasi air dari komponen-komponen filtrasi yang sederhana Pengawasan kualitas air minum oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dengan cara penggunaan peraturan perundang-undangan untuk kualitas air minum dan air bersih

c. Dalam kurun waktu 2010-2011 dua kali mengalami keracunan makanan ketika hajatan perkawinan. Penyuluhan tentang hygine dan sanitasi. Pengolahan, penyimpanan dan distribusi makanan dan minuman

d. Sebagian besar menggunakan kayu bakar untuk memasak, sebagian kecil menggunakan LPG, ada yang menggunakan briket batu bara. Dan ventilasi yang buruk sehingga kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya debu halus(PM 10). Buat ventilasi yang cukup terutama di dapur. Penambahan ruang terbuka untuk dapur. Memberikan himbauan untuk mengurangi penggunaan batubara dan kayu bakar untuk memasak Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Upaya untuk memperbaiki udara dan cuaca global salah satunya adalah dengan memakai sumber energi yang tidak lagi berasal dari dalam bumi

11

seperti bahan bakar minyak, yang hasil pembakarannya berpengaruh buruk terhadap lingkungan Memakai sumber bahan bakar seperti LPG Penambahan Ruang Terbuka Hijau Pepohonan merupakan filter alami untuk polusi udara. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin berkurangnya ruang terbuka hijau di kota-kota besar di Indonesia berdampak secara signifikan pada kenaikan suhu udara dan kualitas udara

e. Pada bulan September sampai Desember, seringkali ada kabut asap yang dapat sampai berminggu-minggu. Apabila terjadi serangan kabut asap, hendaknya disarankan kepada masyarakat untuk menggunakan masker apabila keluar dari rumah. Diberikan himbauan untuk mengurangi penggunaan motor, kayu bakar, batubara Hindari Sumber Polusi (kurangi aktivitas di luar rumah) Penambahan Ruang Terbuka Hijau (melakukan penanaman pohon)

f. Puskesmas 15 km, pelayan kesehatan Cuma mantri dan bidan, lebih banyak persalinan dengan dukun. Akibatnya pelayanan kesehatan tidak optimal, angka kematian ibu dapat meningkat. Menambah tenaga kesehatan dan kader penyuluhan Meminta koordinasi dengan kepala desa untuk mengajukan dibuatnya puskes yang dekat dengan desa meranjat kepada dinas kesehatan

g. Didesa tersebur, tidak ada organisasi desa dalam pengelolaan sampah dan sampah tersebut akhirnya dibuang dirawa. Membentuk petugas pengolahan sampah dan melakukan kerja bakti Pengolahan sampah untuk daur ulang sehingga dapat digunakan kembali Melakukan pemilahan sampah o Sampah menjadi Kompos Sampah biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan cara menimbun sampah tersebut di tanah untuk jangka waktu tertentu hingga membusuk. o Pangan dan Makanan Ternak

12

Sampah yang berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum sepenuhnya rusak dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang dikembang biakkan. Pembuatan tempat pembuangan akhir Persyaratan umum lokasi pembuangan akhir menurut SK SNI T-131990-F adalah sebagai berikut: a. Sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah b. Jenis tanah kedap air c. Daerah yang tidak produktif untuk pertanian d. Dapat dipakai minimal 5-10 tahun e. Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air f. Jarak dari daerah pusat pelayanan 10 km g. Daerah yang bebas banjir

Penyuluhan tentang dampak membuang sampah sembarangan Edukasi cara pengolahan sampah (teknik pengelolaan persampahan) Berikut ini adalah hal-hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola tempat sampah rumah tangga / tempat pembuangan sampah pribadi di rumahrumah : a. Pisahkan sampah kering / non organik dengan sampah basah / organik dalam wadah plastik. b. Tempat sampah harus terlindung dari sinar matahari langsung, hujan, angin, dan lain sebagainya. c. Hindari tempat sampah menjadi sarang binatang seperti kecoa, lalat, belatung, tikus, kucing, semut, dan lain-lain d. Buang sampah dalam kemasan plastik yang tertutup rapat agar tidak mudah berserakan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Selain itu juga memudahkan tukang sampah dalam mengambil sampah. Jangan biarkan pemulung mengobrak-abrik sampah yang sudah dibungkus rapi. e. Tempat sampah harus tertutup aman dari segala gangguan namun mudah dijangkau petugas kebersihan. f. Jangan membakar sampah di lingkungan padat penduduk karena dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan orang lain.

13

Teknik pengelolaan persampahan secara perasional dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Skema Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan


Timbunan Sampah

Pewadahan Pemindahan dan pengangkutan Pemanfaatan Pengumpulan

Pembuangan akhir sampah

h. Banyak motor menyebabkan tingkat kecelakaan yang meningkat, selain itu mulai mengalami budaya minuman keras dan narkoba. Akibat: kematian menigkat, kejahatan meningkat Memasang rambu-rambu lalu lintas seperti dilarang berhenti, kecepatan maksimal untuk mengurangi angka kejadian kecelakaan lalu lintas Penyuluhan keselamatan berkendara dan dampak tidak menggunakan helm Memberikan penyuluhan kepada masyarakat setempat mengenai dampak minuman keras dan narkoba bagi kesehatan. Penegakan hukum yang tegas

3. Apa langkah penting yang harus dilakukan oleh pihak puskesmas ? 1. melaksanakan strategi-strategi promosi kesehatan: (1) pemberdayaan, yang didukung oleh (2) bina suasana dan (3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4) kemitraan. Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan penanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga

14

atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS. Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya. Sedangkan advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi.

2. Melakukan langkah-langkah promosi kesehatan Pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas pada dasarnya adalah penerapan strategi promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan, bina suasana dan advokasi di

tatanan sarana kesehatan, khususnya Puskesmas. Oleh karena itu, langkah awalnya adalah berupa penggerakan dan pengorganisasian untuk memberdayakan para petugas Puskesmas agar mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang disandang pasien/klien Puskesmas dan menyusun rencana untuk menanggulanginya dari sisi promosi kesehatan. Setelah itu, barulah dilaksanakan promosi kesehatan sesuai dengan peluang-peluang yang ada, yaitu peluang-peluang di dalam gedung Puskesmas dan peluang-peluang di luar gedung Puskesmas. (1) Pengenalan Kondisi Puskesmas, (2) Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS di Puskesmas, (3) Musyawarah Kerja, (4) Perencanaan Partisipatif, (5) Pelaksanaan Kegiatan dan
15

(6) Pembinaan Kelestarian.

3. melakukan langkah konkrit sesuai penyakit Puskesmas dapat melakukan langkah konkrit terhadap penyakit yang masuk dalam salah satu 10 besar penyakit yang terdeteksi didesa ini: Diare Hal-hal yang perlu diketahui dan dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mencegah dan menanggulangi diare: Pendataan Mengetahui data kesehatan yang ada di wilayah kerja petugas kesehatan. Data ini dapat diperoleh dengan cara melakukan kegiatan pemantauan dan pencatatan kasus diare. Data yang dimaksud yaitu: a) Data kasus diare dan kasus dehidrasi berat di tahun berjalan dan berdasarkan kelompok umur. b) Jumlah dan jenis sarana air bersih dan jamban yang ada. c) Jumlah kk yang telah dan belum memiliki sarana air bersih dan jamban. d) Jumlah dan jenis sarana air bersih dan jamban yang memenuhi syarat. e) Perilaku masyarakat terkait sanitasi dasar dan hygiene perorangan, terutama yang menyangkut kebiasaan cuci tangan pakai sabun (ctps), memasak air minum atau menyediakan makanan dan minuman di rumah tangga. Pemetaan Melakukan pemetaan wilayah potensial klb diare, kemudian disandingkan dengan data-data yang ada. Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan rembug desa (mmd), termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah/limbah dan lain-lain) melalui berbagai sumber pendanaan, baik yang bersifat swadaya masyarakat maupun bantuan stimulan/dana bergulir. Penyebarluasan informasi kesehatan Materi penyuluhan Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara menanggulangi diare, termasuk didalamnya cara mencegah kekurangan cairan tubuh (dehidrasi), cara mengobati dehidrasi, cara pemberian makanan bagi penderita diare, serta informasi rujukan bagi penderita diare. Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:
16

a) Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas. b) Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan desa, forum pengajian atau majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu, pertemuan pkk, pertemuan karang taruna. c) Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya pesta rakyat, kesenian tradisional, pemutaran film, ceramah umum, tablig akbar. Selain itu, penyuluhan massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media massa seperti poster dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan kelompok sasaran (balai desa, posyandu, poskesdes, puskesmas dan lain-lain). Pemberdayaan dan penggerakan masyarakat a) Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS. b) Gerakan masyarakat untuk kesehatan lingkungan. c) Gerakan cuci tangan di tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah. d) Melakukan usaha kesehatan bersumber masyarakat (ukbm), misalnya dengan cara arisan jamban bila di wilayah tersebut banyak masyarakat yang belum memiliki jamban atau membentuk kelompok pemakai air (pokmair) bila di wilayah tersebut sulit air bersih. e) Menjadikan anak sekolah sebagai agent of change. f) Untuk menyampaikan pesan-pesan ke teman sebaya dan orang tuanya. g) Melakukan mobilisasi massa untuk bersama-sama mencegah dan

menanggulangi diare. Pembinaan a) Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk membahas permasalahan kesehatan terkait diare. b) Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah, terutama di wilayah potensial klb diare. c) Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Ispa Hal-hal yang perlu diketahui dan harus dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mencegah dan menanggulangi ispa: Pendataan
17

a) Data kasus ispa di tahun berjalan. b) Status imunisasi dan gizi anak. c) Lingkungan yang dapat memicu kejadian kasus ispa. d) Jumlah rumah yang memenuhi kriteria rumah sehat. e) Perilaku masyarakat terkait kebiasaan merokok di dalam rumah, memasak dalam ruang yang sama untuk tidur. Pemetaan Melakukan pemetaan wilayah potensial kejadian ispa, kemudian disandingkan dengan data data yang ada. Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan rembug desa (mmd), termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi pemenuhan kriteria rumah sehat melalui berbagai sumber pendanaan, baik yang bersifat swadaya masyarakat maupun bantuan stimulan/dana bergulir. Penyebarluasan informasi kesehatan Materi penyuluhan Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara menanggulangi ispa, termasuk didalamnya cara mencegah kekurangan cairan tubuh (dehidrasi), cara mengobati dehidrasi, cara pemberian makanan bagi penderita ispa, serta informasi rujukan bagi penderita ispa. Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu: a) Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas. b) Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan desa, forum pengajian atau majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu, pertemuan pkk, pertemuan karang taruna. c) Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya pesta rakyat, kesenian tradisional, pemutaran film, ceramah umum. Selain itu, penyuluhan massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media massa seperti poster dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan kelompok sasaran (balai desa, posyandu, poskesdes, puskesmas dan lain-lain). Pemberdayaan dan penggerakan masyarakat a) Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS. b) Mengajak masyarakat untuk melakukan kegiatan gotong-royong

membersihkan lingkungan.

18

c) Gerakan untuk mensukseskan program imunisasi, baik di tatanan rumah tangga maupun di tatanan sekolah. d) Gerakan peningkatan gizi seimbang di tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah. e) Mengajak masyarakat untuk membuang kebiasaan yang buruk, misalnya kebiasaan membuang ludah sembarangan dan tidak menutup mulut ketika bersin, terutama ketika berada di tempat umum. f) Mengaktifkan posyandu dan poskesdes. g) Menjadikan anak sekolah sebagai agent of change. h) Melakukan mobilisasi massa untuk bersamasama mencegah dan

menanggulangi ispa. Pembinaan a) Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk membahas permasalahan kesehatan terkait ispa. b) Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah, terutama di wilayah potensial kejadian ispa. c) Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga, tatanan sekolah dan tatanan tempat-tempat umum dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Demam berdarah dengue (dbd) Demam berdarah adalah penyakit yang disebarkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Hal-hal yang perlu diketahui dan harus dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mencegah dan menanggulangi dbd: Pendataan a) Data kasus dbd di tahun berjalan. b) Tempat potensial perindukan nyamuk. c) Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (psn). d) Perilaku berisiko masyarakat terhadap gigitan nyamuk penular dbd, dalam hal ini penggunaan obat anti nyamuk/repellant. Pemetaan Melakukan pemetaan kepadatan vektor penular dbd, kemudian disandingkan dengan data-data yang ada. Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan musyawarah
19

desa, termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (psn) dan pengadaan obat anti nyamuk atau repellant melalui berbagai sumber pendanaan, baik yang bersifat swadaya masyarakat maupun bantuan stimulan/dana bergulir. Penyebarluasan informasi kesehatan Materi penyuluhan Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara menanggulangi dbd, termasuk didalamnya mengenai pemberantasan sarang nyamuk (psn) serta informasi rujukan bagi Penderita dbd. Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu: a) Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas. b) Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan desa, forum pengajian atau majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu, pertemuan pkk, pertemuan karang taruna. c) Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya pesta rakyat, kesenian tradisional, pemutaran film, ceramah umum, tablig akbar. Selain itu, penyuluhan massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media massa seperti poster dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan kelompok sasaran (balai desa, posyandu, poskesdes, puskesmas dan lain-lain). Pemberdayaan dan penggerakkan masyarakat a) Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS. b) Mengajak masyarakat untuk melakukan pemeriksaan jentik nyamuk di lingkungan sekitar rumah maksimal 3 hari sekali. c) Gerakan pemberantasan sarang nyamuk (psn) minimal seminggu sekali di tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat-tempat umum, tatanan tempat kerja, dan tatanan institusi kesehatan. d) Menjadikan anak sekolah sebagai agent of change. e) Mengaktifkan poskesdes. f) Melakukan mobilisasi massa untuk bersama-sama mencegah dan

menanggulangi dbd. Pembinaan

20

a) Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk membahas permasalahan kesehatan terkait dbd. b) Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah, terutama di wilayah potensial kejadian dbd. c) Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat-tempat umum, tatanan tempat kerja, dan tatanan institusi kesehatan dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Malaria Hal-hal yang perlu diketahui dan harus dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mencegah dan menanggulangi malaria: Pendataan a) Data kasus malaria di tahun berjalan (penemuan kasus). b) Screening malaria pada ibu hamil. c) Status anc. d) Tempat potensial perindukan nyamuk. e) Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (psn). f) Perilaku berisiko masyarakat terhadap gigitan nyamuk penular malaria, dalam hal ini penggunaan kelambu atau repellant di masyarakat. Pemetaan Melakukan pemetaan kepadatan vektor penular malaria, kemudian disandingkan dengan data-data yang ada. Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan musyawarah desa, termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi pengadaan kelambu atau repellant melalui berbagai sumber pendanaan, baik yang bersifat swadaya masyarakat maupun bantuan stimulan/dana bergulir. Penyebarluasan informasi kesehatan Materi penyuluhan Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara menanggulangi malaria, Termasuk didalamnya informasi rujukan bagi penderita malaria. Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu: Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas.

21

Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan desa, forum pengajian atau majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu, pertemuan pkk, pertemuan karang taruna. Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya pesta rakyat, kesenian tradisional, pemutaran film, ceramah umum, tablig akbar. Selain itu, penyuluhan massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media massa seperti poster dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan kelompok sasaran (balai desa, posyandu, poskesdes, puskesmas, dan lain-lain).

Pemberdayaan dan penggerakan masyarakat a) Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS. b) Mengajak masyarakat untuk gotong-royong c) Membersihkan lingkungan minimal seminggu sekali. d) Mengajak masyarakat untuk melakukan pemeriksaan jentik nyamuk di lingkungan sekitar rumah maksimal 3 hari sekali. e) Gerakan pemberantasan sarang nyamuk (psn) minimal seminggu sekali di tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat-tempat umum, tatanan tempat kerja dan tatanan institusi kesehatan. f) Menjadikan anak sekolah sebagai agent of change. g) Mengaktifkan poskesdes. h) Melakukan mobilisasi massa untuk bersama-sama mencegah dan

menanggulangi malaria. Pembinaan a) Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk membahas permasalahan kesehatan terkait malaria. b) Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah, terutama di wilayah potensial kejadian malaria. c) Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat-tempat umum, tatanan tempat kerja dan tatanan institusi kesehatan dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Penyakit gigi dan mulut Hal-hal yang perlu diketahui dan harus dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mencegah dan menanggulangi penyakit gigi dan mulut:
22

Pendataan a) Data kasus penyakit gigi dan mulut di tahun berjalan. b) Jumlah dan jenis sarana air bersih. c) Perilaku masyarakat terkait kebiasaan makan makanan manis. d) Perilaku masyarakat terkait kebiasaan menggosok gigi. Pemetaan Melakukan pemetaan wilayah potensial kejadian penyakit gigi dan mulut, kemudian disandingkan dengan data-data yang ada. Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan masyarakat desa (mmd), termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi pemenuhan fasilitas air bersih melalui berbagai sumber pendanaan, baik yang bersifat swadaya masyarakat maupun bantuan stimulan/dana bergulir. Penyebarluasan informasi kesehatan Materi penyuluhan Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara menanggulangi penyakit gigi dan mulut, termasuk didalamnya informasi rujukan bagi penderita penyakit gigi dan mulut Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu: a) Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas. b) Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan desa, forum pengajian atau majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu, pertemuan pkk, pertemuan karang taruna. c) Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya kesenian tradisional, pemutaran film, ceramah umum. Selain itu, penyuluhan massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media massa seperti poster dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan kelompok sasaran (balai desa, posyandu, poskesdes, puskesmas dan lain-lain). Pemberdayaan dan penggerakan masyarakat a) Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS. b) Mengajak masyarakat untuk melakukan pemeriksaan gigi minimal 6 bulan sekali. c) Gerakan gosok gigi di tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah. d) Mengaktifkan poskesdes. e) Menjadikan anak sekolah sebagai agent of change.
23

f) Melakukan

mobilisasi

massa

untuk

bersama-sama

mencegah

dan

menanggulangi penyakit gigi dan mulut. Pembinaan a) Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk membahas permasalahan kesehatan terkait penyakit gigi dan mulut. b) Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah, terutama di wilayah potensial kejadian penyakit gigi dan mulut. c) Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak Puskesmas mengajukan usulan ke dinkes dan pemda setempat untuk mengatasi semua masalah diatas

4. Apa saja nasehat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda setempat ? o Memberlakukan kebijakan/peraturan perundangundangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat. o Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya. Membangun PAM dan penyediaan air bersih Membuat pengolaan sampah yang lebih baik Penanaman pohon Penambahan tenaga kesehatan Membuat puskesmas dan pustu yang lebih dekat Penambahan dana untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Penyuluhan tentang bagaimana memasak dengan menggunakan sumber makanan yang higenis dan ventilasi dapur yang benar. Penyuluhan tentang hukum dan dampak minuman keras dan narkoba Membuat peraturan rambu-rambu untuk menurunkan laju kendaraan pada kecepatan tertentu o Menyediakan alat bantu/alat peraga atau media komunikasi guna memudahkan petugas kesehatan dalam melaksanakan pemberdayaan.

24

o Menyelenggarakan bina suasana baik secara mandiri atau melalui kemitraan dengan pihak-pihak lain. o Menyelenggarakan advokasi dalam rangka kemitraan bina suasana dan dalam mengupayakan dukungan dari pembuat kebijakan dan pihak-pihak lain (sasaran tersier). o Dinas kesehatan kabupaten/kota harus tersedia tenaga khusus promosi kesehatan. Tenaga ini berupa pegawai negeri sipil dinas kesehatan kabupaten/kota yang ditugasi untuk melaksanakan promosi kesehatan. Petugas ini bertanggung jawab membantu pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas.

5. Jelaskan beberapa pelatihan khusus untuk pemuka masyarakat dan petugas kesehatan ? o Pelatihan klinik sanitasi agar petugas tahu dan mampu melaksanakan kegiatan klinik sanitasi, mampu menggali dan menemukan masalah lingkungan dan perilaku yang berkaitan dengan penyakit berbasis lingkungan, mampu memberikan saran tindak lanjut perbaikan lingkungan dan perilaku yang tepat sesuai dengan masalah o Para pemuka masyarakat diberikan penyuluhan tentang promosi kesehatan agar mereka dapat: o Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. o Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS. o Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS. o Pemuka/tokoh diundang untuk menyampaikan pesan-pesan. Para pemuka/ tokoh berperan sebagai motivator/kelompok pendorong (pressure group) dan juga panutan dalam mempraktikkan PHBS di Puskesmas. o Pemanfaatan media seperti billboard di halaman,poster di dinding ruangan, pertunjukan filem,pemuatan makalah/berita di majalah dinding, serta

penyelenggaraan diskusi, mengundang pakar atau alim-ulama atau figur publik untuk berceramah, pemanfaatan halaman untuk taman obat/taman gizi dan lainlain. o Musyawarah Desa/Kelurahan diakhiri dengan dibentuknya Forum Desa, yaitu sebuah lembaga kemasyarakatan di mana para pemuka masyarakat desa/kelurahan
25

berkumpul secara rutin untuk membahas perkembangan dan pengembangan kesehatan masyarakat desa/kelurahan. o o o Pelatihan penyuluhan mengenai kesehatan yang ada di desa Mjt Pelatihan pola hidup sehat Pelatihan untuk berperan aktif dalam pengontrolan taraf kebersihan makanan, udara, air, dan limbah di desa Mjt

6. Apa inventarisasi peraturan perundangan terkait? 1. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas air Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif. Berikut persyaratan kualitas air minum menurut Permenkes NO.492/Menkes/Per/IV/2010

26

27

2. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas udara

Peraturan pemerintah republik Indonesia, Nomor : 41 tahun 1999, Tanggal : 26 mei 1999 tentang Baku mutu udara ambien nasional

No 1

4 5 6

7 8

Waktu Pengukuran SO2 1 jam (Sulfur 24 jam Dioksida) 1 tahun CO (Karbon 1 jam Monoksida) 24 jam 1 tahun NO2 1 jam (Nitrogen 24 jam Dioksida) 1 tahun O3 (Oksidan) 1 jam 1 tahun HC (Hidro 3 jam Carbon) PM10 24 jam (Partikel < 10 um) PM25* 24 jam 1 jam TSP (debu) 24 jam 1 jam Pb (Timah 24 jam hitam) 1 jam Parameter Dustfall (Debu jatuh) 30 hari

Baku Mutu 900 ug/Nm3 365 ug/Nm3 60 ug/Nm3 30.000 ug/Nm3 10.000 ug/Nm3 400 ug/Nm3 150 ug/Nm3 100 ug/Nm3 235 ug/Nm3 50 ug/Nm3 160 ug/Nm3 150 ug/Nm3 65 ug/Nm3 15 ug/Nm3 230 ug/Nm3 90 ug/Nm3 2 ug/Nm3 1 ug/Nm3

Metode Analisis Pararosanilin

Peralatan Spektrofotometer

NDIR

NDIR Analyzer

Saltzman

Spektrofotometer

Chemilumines cent Flame Ionization Gravimetric

Spektrofotometer Gas Chromatografi HI-Vol

Gravimetric Gravimetric Gravimetric Gravimetric Ekstratif Pengabuan Ton/ Gravimetric

Hi- Vol Hi- Vol HI- Vol Hi- Vol AAS Cannister

10

11

Total 24 Jam Fluorides (as 90 hari F) Flour Indeks 30 hari

10 Km2/Bulan (Pemukiman) 20 Ton/Km2/Bulan (industri) 3 ug/Nm3 0,5 g / Nm3

12

Khlorine & Khlorine Dioksida Sulphat Indeks

24 Jam

40 g / 100 cm2 dari kertas limed filter 150 g / Nm3

Spesific Ion Impinger atau Electrode Countinous Analyzer Colourimetric Limed Filter Paper Spesific Ion Electrode Imping atau Countinous Analyzer Lead Peroxida Candle

13

30 hari

1 mg SO3 / 100 Colourimetric cm3 Dari Lead Peroksida

28

Baku mutu udara ambien untuk wilayah Sumatera Selatan diatur berdasarkan peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 15 Thun 2005, yaitu:

3. Masalah sampah dan limbah Peraturan Pemerintah mengenai pembuangan limbah dan pembuangan tinja a. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan b. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup c. UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan ruang

29

d. UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya e. PP No. 27 tahun 1999 tentang analaisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) f. PP No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun g. PP No. 20 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran air h. Keppres Mo. 77 tahun 1994 tentang bedan pengendalian dampak lingkungan (BAPEDAL) i. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-39/MENLH/11/1996 tentang jenis usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL j. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-50/MENLH/11/1996) tentang baku tingkat kebauan

4. Peraturan Perundangan Terkait Makanan

a. Kepmenkes : 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persaratan Higiene Sanitasi Jasaboga. Kepmen 715/03 mengatur: i. Ketentuan umum ii. Penggolongan iii. Laik Higiene Sanitasi iv. Persaratan Higiene Sanitasi v. Pembinaan Pengawasan vi. Sanksi. b. Kepmenkes No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman persyratan hygien sanitasi makanan jajanan c. Kep BPPOM No. HK. 00.05.5.1641 tentang pedoman pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah tangga (IRT) d. PP no 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan

7. Bagaimana interpretasi dari kualitas air minum ? Parameter E. Coli Hasil Uji 2000 / 100 cc Kadar Normal 0 Keterangan Melebihi batas yang

30

diperbolehkan Total Coliform 1000 / 100 cc 0 Melebihi batas yang

diperbolehkan Arsen 0,05 mg/dl 0,01 mg/dl Melebihi batas yang

diperbolehkan Flourida Total Kromium Kadmium Nitrit Nitrat Sianida Selenium 1,4 mg/dl 0,03 mg/dl 0,001 mg/dl 2 mg/dl 25 mg/dl 0,07 mg/l 0,01 mg/dl 1,5 mg/dl 0,05 mg/ dl 0,003 mg/ dl 3 mg/ dl 50 mg/ dl 0,07 mg/ dl 0,01 mg/ dl Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Keterangan : Ditemukannya E. Coli dan Total Coliform menandakan bahwa air sumur di desa Mjt telah terkontaminasi dengan feses, hal ini menandakan air ini tidak layak digunakan. Peningkatan kadar arsen di ambang batas normal pada air minum sangat berbahaya dikarenakan sifat arsen yang sangat berbahaya seperti dapat menyebabkan diare, muntah, kelumpuhan, dan peningkatan semua resiko kanker

8. Bagaimana interpretasi dari kualitas udara ? Parameter Waktu Pengukuran SO2 24 jam 500 micrgr / M3
365 ug/Nm3

Hasil Uji

Baku Mutu

Keterangan

Meningkat

tidak

sesuai dengan baku mutu CO 24 jam 30000micrgr M3 150 ug/Nm3 / 10.000ug/Nm3 Meningkat / tidak

sesuai dengan baku mutu

Nox

24 jam

200 micrgr / M3

Meningkat

tidak

sesuai dengan baku mutu O3 1 jam 200 micrgr / M3 235 ug/Nm


3

Normal
31

Hidrokarbon Total Suspended Particulate (TSP) Pb

3 jam 24 jam

100 micrgr / M3 500 micrgr / M3

160 ug/Nm3 230 ug/Nm3

Normal Meningkat / tidak

sesuai dengan baku mutu 2 ug/Nm3

24 jam

5 micrgr / M3

Meningkat

tidak

sesuai dengan baku mutu

Resiko kandungan zat yang melebihi batas terhadap kesehatan Sulfur Dioksida Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan

kadiovaskular.Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relative rendah. Karbon Monoksida Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah. Nitrogen Oksida Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan 32

terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Diudara ambient yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas. Oksidan Oksidan fotokimia masuk kedalam tubuh dan pada kadar subletal dapat mengganggu proses pernafasan normal, selain itu oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi mata. Pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan. Kontak dengan Ozon pada kadar 1,03,0 ppm selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkan edema pulmonari. Pada kadar di udara ambien yang normal, peroksiasetilnitrat (PAN) dan Peroksiabenzoilnitrat (PbzN) mungkin menyebabkan iritasi mata tetapi tidak berbahaya bagi kesehatan. Peroksibenzoilnitrat (PbzN) lebih cepat menyebabkan iritasi mata. Hidrokarbon Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan padat lalulintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker. Khlorin Selain bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan. Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif an menyebabkan iritasi dan peradangan. diudara ambien, gas khlorin dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan Oksigen. Dengan adanya sinar matahari atau sinar terang maka HOCl yang terbentuk akan terdekomposisi menjadi asam khlorida dan oksigen. Selain itu gas khlorin juga dapat mencemari atmosfer. Pada kadar antara 3,0 6,0 ppm gas khlorin terasa pedas dan memerahkan mata. Dan bila terpapar dengan kadar sebesar 14,0 21,0 ppm selama 30 60 menit dapat menyebabkan penyakit paru-paru ( pulmonari oedema ) dan bisa menyebabkan emphysema dan radang paru-paru. Partikel Debu Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih

33

besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata. Lead (Pb) Gangguan kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin, Gejala keracunan akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, Kejang dan gangguan penglihatan.

IV. SINTESIS

1. KESEHATAN LINGKUNGAN

A. DEFINISI -Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan : 1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. 2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

B. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN -Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu : 1. Penyediaan Air Minum 2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran 3. Pembuangan Sampah Padat 4. Pengendalian Vektor 5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia 6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
34

7. Pengendalian pencemaran udara 8. Pengendalian radiasi 9. Kesehatan kerja 10. Pengendalian kebisingan 11. Perumahan dan pemukiman 12. Aspek kesling dan transportasi udara 13. Perencanaan daerah dan perkotaan 14. Pencegahan kecelakaan 15. Rekreasi umum dan pariwisata 16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk 17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. -Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu : 1. Penyehatan Air dan Udara 2. Pengamanan Limbah padat/sampah 3. Pengamanan Limbah cair 4. Pengamanan limbah gas 5. Pengamanan radiasi 6. Pengamanan kebisingan 7. Pengamanan vektor penyakit 8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

C. SASARAN KESEHATAN LINGKUNGAN -Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut : 1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis 2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis 3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis 4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum 5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.
35

D. MASALAH-MASALAH KESEHTAN LINGKUNGAN DI INDONESIA -Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain : 1. Air Bersih -Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. -Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :

Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)

Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

Batasan Sumber air bersih dan aman: a) bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit b) bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun c) tidak berasa dan berbau d) dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan rumah tangga e) memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Depkes RI

Penyakit yang ditularkan melalui air : waterborne disease atau water-related disease. Terjadinya suatu penyakit memerlukan agen, bahkan kadang vector. Berikut beberapa contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebab : 1) penyakit viral, contoh : hepatitis viral, poliomyelitis 2) penyakit bacterial, contoh : kolera, disentri, tifoid, diare 3) penyakit protozoa, contoh : amebiasis 4) penyakit helmintik, contoh: ascariasis, whip worm 5) leptospiral, contoh : Weils disease

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok berdasarkan cara penularannya, meliputi : 1) waterborne mechanism : kuman pathogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan, contoh : kolera, tifoid, disentri basiler, hepatitis viral
36

2) waterwashed mechanism : berkaitan dengan kebersihan umum dan perorangan. Terdapat 3 cara penularan dengan mekanisme ini : a. infeksi melalui saluran pencernaan, cth: diare pada anak b. infeksi melalui kulit dan mata, cth : scabies dan trachoma c. penularan melalui binatang, cth: leptospirosis 3) water-based mechanism : pada mekanisme ini, penyakit yang ditularkan memiliki agens penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vector atau intermediate host, cth: schistosomiasis 4) water-related insect vector mechanism : agen penyakit ditularkan melalui gigian serangga yang berkembang biak di dalam air, cth: filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever

2.

Pembuangan Kotoran/Tinja

-Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut : Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur

Tidak boleh terkontaminasi air permukaan Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin

Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

3.

Kesehatan Pemukiman

-Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :2,6 Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu

Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah

Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari

37

pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup

Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

4. Pembuangan Sampah -Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-faktor /unsur, berikut:

Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi

Penyimpanan sampah Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali Pengangkutan Pembuangan

-Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.

5. Serangga dan Binatang Pengganggu -Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi. -Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit

38

penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.

6. Makanan dan Minuman -Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel). -Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi :

Persyaratan lokasi dan bangunan Persyaratan fasilitas sanitasi Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi Persyaratan pengolahan makanan Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi Persyaratan peralatan yang digunakan Pencemaran Lingkungan

-Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.

2. HAL YANG BERPENGARUH TERHADAP DERAJAT KESEHATAN Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan. Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi. Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat
39

dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna. Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan disekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit sperti gatalgatal, infeksi saluran saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit Demam Berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan menyebabkan perkembangkan nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di sekitar memiliki risiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah. Banyak penyakit-penyakit yang dapat dicegah, namun sebagian penyakit tidak dapat dihindari, seprti penyakit akibat dari bawaan atau keturunan. Semakin besar penduduk yang memiliki risiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya meingkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan yang baik akan mempercepat perwujudan derajat kesehatan masyarakat. Dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu secara merata dan terjangkau akan meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Ketesediaan fasilitas tentunya harus ditopang dengan tersedianya tenaga kesehatan yang merata dan cukup jumlahnya serta memiliki kompetensi di bidangnya. Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan tasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Polindes, Pustu dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kabupaten/kota. Upaya meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan secara langsung juga dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan (Jamkesmas) bagi masyarakat kurang mampu. Program ini berjalan secara sinergi dengan program pemerintah laiinya seperti Program bantuan langsung tunai (BLT), Wajib belajar dan ain-lain. Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang efektif bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program jaga mutu. Untuk

40

pelayanan di rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan melaksanakan akreditasi rumah sakit. Ke empat faktor yang mempengaruhi kesehatan di atas tidak dapat berdiri sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan harus dilaksanakn secara simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat komperhensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan harus mencakup upaya preventif/promotif, kuratif dan rehabilitatif. Dengan berbagi upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai pembuat regulasi, dan pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan. Dengan menerapkan pelayanan kesehatan 24 Jam untuk masyarakat dengan penuh ikhlas dan tangggungjawab, diusahakan jangan sampai menghilangkan culture atau budaya bangsa Indonesia dimana mahluk hidup saling membutuhkan satu sama lain.

41

DAFTAR PUSTAKA

World

Health

Organization

(WHO).

Environmental

Health.

Disitasi

dari

http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008 Kemenkes RI. 2011. Promosi kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Jakarta, Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Mengenai Persyaratan Kualitas Air Minum Nomor : 492 / Menkes / Per/ IV/ 2010 tanggal 19 April 2010. Jakarta, Indonesia

Peraturan pemerintah Republik Indonesia. 1999. Baku mutu udara ambien nasional Nomor : 41 tahun 1999, Tanggal : 26 mei 1999. Jakarta, Indonesia

Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas Udara. Jakarta , Indonesia

Rahadin, A.E. , E. Kardena. 2010. Kualitas Air pada Proses Pengolahan Air Minum di Instalasi Pengolahan Air Minum Lippo Cikarang. Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC

42

Anda mungkin juga menyukai