Anda di halaman 1dari 5

HASIL RESUME JURNAL BASIC LIFE SUPPORT

Family Presence during Cardiopulmonary Resuscitation

Oleh: Farida Agustiningrum 105070201131007

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013

1. Topik Jurnal
Henti jantung (Cardiac Arrest) adalah terhentinya kontraksi jantung yang efektif ditandai dengan pasien tidak sadar, tidak bernafas, tidak ada denyut nadi. Pada keadaan seperti ini kesepakatan diagnostik harus ditegakkan dalam 3 4 menit. Keterlambatan diagnosis akan menimbulkan kerusakan otak dan kematian akibat Henti Jantung ada 600.000 kasus setiap tahunnya di negara-negara industri. Resusitasi jantung - paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti jantung karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali. CPR sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung, sesak sebagainya. Anggota keluarga yang hadir pada saat percobaan resusitasi berada pada resiko tinggi untuk beban emosional dan fisik. Kehadiran keluarga selama Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paruparu (RJP) dapat membantu anggota keluarga mengerti bahwa segala sesuatu yang mungkin untuk membawa pasien kembali ke kehidupan telah dilaksanakan. Petugas kesehatan harus mempertimbangkan kemungkinan stres yang diinduksi pada peningkatan beban emosional pada anggota keluarga serta risiko tuntutan hukum. Tujuan dari jurnal ini adalah (1) untuk menentukan apakah menawarkan pilihan mengamati CPR mungkin mengurangi kemungkinan terkait gejala post-traumatic stress disorder (PTSD). (2) Menilai pengaruh kehadiran keluarga pada upaya medis dalam resusitasi, kesejahteraan dari tim perawatan kesehatan, dan terjadinya klaim medikolegal. napas karena syok akibat kecelakaan, terjatuh, dan

2. Metode Penelitian
Pada jurnal ini dirancang secara multicenter, acak, percobaan terkontrol kehadiran keluarga selama resusitasi. Tujuan utama dari percobaan ini adalah (1) untuk menentukan apakah menawarkan pilihan mengamati CPR mungkin mengurangi kemungkinan terkait gejala post-traumatic stress disorder (PTSD). Jurnal ini juga (2) menilai pengaruh kehadiran keluarga pada upaya medis dalam resusitasi, kesejahteraan dari tim perawatan kesehatan, dan terjadinya klaim medikolegal.

Anggota keluarga yang dewasa dilibatkan dari pasien dewasa dalam henti jantung terjadi di rumah. Anggota keluarga dipilih sesuai dengan undang-undang dalam rawat inap atas permintaan pihak ketiga dalam urutan sebagai berikut : pasangan, orang tua, anak, saudara. Kriteria pengecualian termasuk pada hambatan komunikasi dengan kasus relatif dan henti jantung di mana resusitasi tidak dicoba. Stres emosional dalam tim medis dievaluasi setelah setiap resusitasi dengan menggunakan skala analog visual (vas) dan kuesioner sembilan item yang diadaptasi dari literatur review. Setelah rekrutmen selesai, peneliti utama meminta semua peneliti pusat untuk melaporkan klaim medikolegal, keluhan, dan ucapan terima kasih. Sedangkan untuk keluarga pasien melengkapi Impact of Event Scale (IES) and the Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). IES telah banyak digunakan selama bertahun-tahun dan dapat diandalkan di berbagai peristiwa traumatik. Setiap 15 item di nilai dengan skala dari 0-5, jadi total nilai dari 0 (no PTSD) sampai 75 (severe PTSD). Untuk HADS di buat 2 sub skala, gejala Ansietas (HADSA, 7 item), gejala Depresi (HADS D, 7 item). Jadi skor sub skala dari 0 (no distres) sampai 21 (maximum distres).

3. Hasil Penelitian

Proporsi anggota keluarga dengan gejala depresi tidak berbeda secara signifikan antara kelompok kontrol dan intervensi, tetapi secara signifikan lebih rendah di antara anggota keluarga yang hadir dibandingkan mereka yang tidak hadir. Data mengenai perilaku anggota keluarga yang menyaksikan selama resusitasi, sangat sedikit anggota keluarga (<1%) yang agresif atau bertentangan denga tim medis. 22 dari 186 anggota keluarga yang tidak menyaksikan CPR (12%) menyatakan penyesalannya karena telah absen, dibandingkan dengan 9 dari 289 kerabat yang menyaksikan CPR (3%) dan yang menyesali hadir.

Skala analog visual adalah 5 dari 100 (kisaran interkuartil, 0 sampai 15) antara 1710 profesional perawatan kesehatan dievaluasi tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam tingkat stres menurut status kehadiran keluarga. Dan tidak ada klaim untuk dari setiap anggota keluarga yang berpartisipasi juga tidak ada konflik medikolegal. Di terima satu surat ucapan terima kasih dari seorang kerabat pada kelompok kontrol yang mengamati CPR.

4. Kesimpulan
Anggota keluarga pasien yang menyaksikan upaya resusitasi (CPR) lebih rendah gejala PTSD terkait dari yang mengikuti standar berlatih tentang keberadaan keluarga. Selain itu juga, tingkat stres pada tim kesehatan tidak dipengaruhi oleh kehadiran keluarga selama CPR. Namun dalam penelitian terbaru yang melibatkan 65 anggota keluarga pasien yang menjalani CPR, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam PTSD atau skor depresi antara mereka yang menyaksikan CPR dan mereka yang tidak. Di kemukakan juga bahwa efektivitas CPR tidak terpengaruh oleh kehadiran anggota keluarga, juga durasi CPR, pemilihan obat, atau tingkat kelangsungan hidup. Banyak anggota tim medis enggan untuk mengizinkan kehadiran anggota keluarga selama CPR karena takut konflik medikolegal. Dalam sebuah survei terhadap 592 profesional kesehatan, 24% dari 432 responden yang tidak setuju dengan kehadiran anggota keluarga. Jadi dapat disimpulkan bahwa kehadiran anggota keluarga selama CPR dari pasien dewasa yang dilakukan di rumah, dikaitkan dengan hasil positif pada evaluasi psikologis dan tidak mengganggu upaya medis, meningkatkan stres dalam tim perawatan kesehatan, atau mengakibatkan konflik medikolegal.

Anda mungkin juga menyukai