Ocnatias
Eka Saputri J210100056 Rani Ratnaningtyas Arni Fridayani Dewi Okta N Indah Ayu Novitasari Sutiyo Windiyantoro Aditia Indriani Pipin Oktaviani Rivangga Dwi R.P Anan Priharianto
A. POLA PERTANIAN
1.
Pola Pertanian Dalam usaha mencari tanah pertanian yang baik dan terbebas dari lelembut jahat, penduduk lazimnya akan meminta bantuan seorang dukun atau orang sakti. Biasanya, sebelum ladang ditanami, secara bersama-sama diadakan selamatan tiris, untuk memohon kepada dewi pangan, pengusa bumi, dan eyang merapi. Begitu pula seusai panen.
2.
Pola Peternakan Pangan untuk peternakan mereka di ambil dari hutan-hutan sekitar.. Meski demikian perumputan dilakukan secara berombongan pada musim kemarau. Menurut mereka, hutan perumputan di musim kemarau banyak di huni lelembut yang mengganggu di tengah hutan. Selama di dalam hutan mereka saling berdekatan satu sama lain saling menjaga. Mereka pantang mengeluh, berkata-kata kotor, menyahut dan menirukan suara yang disitu, dan di dalam hati mohon permisi kepda
Nuwun sewu sedhaya mawon sing lenggah ing ngiriki, kula namung sadermi mugut. Matur kesuwun paranganipun suket kangge lan mendala kula. Permisi kepada semua yang menghuni daerah ini, saya hanya sekedar mencari rumput. Terimakasih atas pemberian rumput untuk sapi dan kambing saya.
B.POLA PEMUKIMAN
Bagi penduduk desa di lereng Merapi, tanah tempat tinggal mempunyai hubungan erat dengan pemiliknya beserta keluarganya. Tanah yang jelek mempengaruhi keadaan kesehatan, ekonomi, hubungan sosial orang yang menempatinya; misalnya sakitsakitan. Suka bertengakar, panen gagal, dan sulit mencari jodoh
Untuk mengetahui baik-tidaknya suatu bidang tanah yang akan dipergunakan sebagai tempat tinggal. 1. Penduduk Kawastu; menggali tanah di tengah-tengah bidang tanah tersebut sedalam lengan. Galian tanah tsb kemudian ditutup kembali dengan tanah semula. Apabila sewaktu menimbun, menutup lobang galian, tanah tak bersisa maka bidang tanah tersebut dianggap baik dan sebaliknya.
2.
Penduduk Korijaya; biasanya meminta pertolongan seorang dukun baik di dalam maupun di luar desa. Setelah disepakati bersama, pada hari yang telah ditentukan, sesuai dengan kalender Jawa. Dukun itu mendatangi bidang tanah yang diajukan seseorang untuk bangunan tempat tinggalnya.
3.
C. PANTANGAN PANTANGAN
Gunung Merapi dipercayai sebagai sebuah kraton Mahluk halus yang mempunyai trapsila yang harus ditaati oleh seluruh penduduk. Pantangan merumput, menebang pohon, dan meindahkan bendabenda di tempat angker, bercocok tanam, dan mendirikan bangunan di atas pasir dan batuan vulkanik, mendirikan rumah tempat tinggal menghadap ke arah gunung.
Jika merapi meletus, mengeluarkan lahar besar, hujan abu, hujan es, hujan air dan material lainnya. Penduduk pantang mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan keadaan Merapi saat itu.
D. UPACARA
Selamatan
Rutin ; Selamatan sedekah gunung, selamatan ternak, selamatan malam selasa kliwon dan jumat kliwon. Insidental; selamatan mencari orang hilang, selamatan orang kesurupan, selamatan sekula bali, selamatan mengambil jenazah, selamatan menghadapi bahay merapi. Labuhan
Selamatan
Selamatan
Penduduk di lereng selatan dan utara gunung Merapi mempunyai kepercayaan kuat desa mereka selalu akan terbebas dari amukan Merapi, mereka merasa aman dan tentram tinggal di desa daripada di kota.
Pengungsian baru dilakukan jika letusan Merapi telah mencapai desa dan dianggap membahayakan jiwa. Biasanya, pengungsian dilakukan pula setelah mendapat perintah dari roh para leluhur sebelum Merapi meletus