Anda di halaman 1dari 1

<html><br><head><title>Hubungan Antara Ibtida' Dengan Ihdaats</title><link rel=s tylesheet type=text/css href=../style.

css></head><br><body><br><p align=center>< div class=judulartikel>Hubungan Antara Ibtida' Dengan Ihdaats</div></p><br><p al ign=center><b>Kategori Bid'ah Dan Bahayanya</b></p><br>Kamis, 10 Juni 2004 09:56 :01 WIB<br><br><p align=justify>HUBUNGAN ANTARA IBTIDA DENGAN IHDAATS<br><br><br> Oleh<br>Muhammad bin Husain Al-Jizani<br><br><br><br><br><br>Ibtida dan Ihdats da lam asal bahasa mempunyai kesamaan makna, yaitu mendatangkan sesuatu yang baru y ang belum ada sebelumnya.<br><br>Adapun dalam makna syari, maka ke-empat hadits y ang lalu telah menunjukkan bahwa bidah itu menurut syariat mempunyai dua nama, ya itu bidah dan muhdatsat. Hanya saja kata bidah banyak dipergunakan dan diungkapkan p ada urusan (sesuatu) yang diada-adakan dan tercela dalam agama saja. Adapun kata muhdatsat banyak diungkapkan pada sesuatu yang diada-adakan lagi tercela, baik dalam masalah agama ataupun yang lainnya.<br><br>Oleh sebab itu bisa diketahui, bahwa ihdats lebih umum dan lebih luas daripada ibtida, karena kata ihdats mencak up segala sesuatu yang diada-adakan dan tercela, baik dalam urusan agama ataupun yang lainnya, maka semua perbuatan dosa dan maksiat masuk dalam pengertian ihda ts, seperti apa yang ada dalam sabda Rasulullah.<br><br>Artinya : Barangsiapa yan g berbuat maksiat di dalamnya atau melindungi orang yang berbuat maksiat [Hadits Riwayat Bukhari 3/81 no. 1870, Muslim 9/140]<br><br>Ibnu Hajar berkata : Yaitu be rbuat maksiat [Lihat Fathul Bari 13/281]<br><br>Ini arti dari : Man Ahdatsa Fiiha Hadatsan [-pent]<br><br>Dengan uraian ini jelaslah bahwa lafazh muhdatsat -diti njau dari segi ini- berada di tengah antara makna bidah menurut bahasa dan menuru t syariat. Itu lebih khusus dari makna bidah secara bahasa, tapi lebih umum (luas) dari maknanya menurut syariat.<br><br>Maka terkumpullah di hadapan kita tiga mak na, yaitu :<br><br>[1]. Sesuatu yang diada-adakan, baik secara tercela ataupun t erpuji, baik dalam agama atau bukan.<br>[2]. Sesuatu yang diada-adakan dan terce la, baik dalam agama atau bukan.<br>[3]. Sesuatu yang diada-adakan dan tercela k husus dalam agama.<br><br>Makna yang pertama bersifat umum, yaitu makna lughawi (bahasa) untuk bidah dan muhdatsat. Makna yang kedua bersifat khusus, dan ini bia sanya makna syari bagi muhdatsat, sedang yang ketiga lebih khusus, yaitu makna sy ari bagi bidah dan juga makna syari yang lain bagi muhdatsat.<br><br><br>[Disalin d ari kitab Qawaaid Marifat Al-Bida, Penyusun Muhammad bin Husain Al-Jizani, edisi In donesia Kaidah Memahami Bidah, Pustaka Azzam]</p><br><br><br>Sumber : <a href=htt p://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=799&bagian=0>http://almanhaj .or.id/index.php?action=more&article_id=799&bagian=0</a><br><br></body><br></htm l>

Anda mungkin juga menyukai