Anda di halaman 1dari 28

STATUS PASIEN BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH TEGAL Nama Mahasiswa NIM

: Felyana Gunawan : 030.07.092 IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin Agama Suku Alamat : An. A : 9 bulan : Laki-laki : Islam : Jawa : kelurahan Bengle RT20 RW03, Tegal Dokter Pembimbing : dr.Hery Susanto, Sp.A Tanda tangan :

Nama Ayah Umur Pekerjaan Pendidikan

: Tn. D : 30 tahun : Buruh Bangunan : SMP

Nama Ibu Umur

: Ny. N : 27 tahun

Pekerjaan Pendidikan Ruangan No. CM

: Ibu Rumah Tangga : SMP : Melati : 00652086

Tanggal masuk RS: 09 April 2013 DATA DASAR ANAMNESIS (Alloanamnesis) Anamnesis dengan orang tua pasien dilakukan pada tanggal 10 April 2013 pukul 14.00 WIB di ruang Melati Keluhan Utama : Kejang

Riwayat Penyakit Sekarang 1 hari sebelum datang berobat ke IGD, malam harinya timbul keluhan panas pada pasien, panas yang dirasakan pasien terus-menerus, panas tidak di sertai menggigil dan keringat dingin. Keesokan paginya timbul kejang pada pasien (10 jam setelah panas timbul). Kejang di dahului demam tinggi, pasien mengeluh kejang sebanyak 1x, durasi kejang selama 5 menit, kejangnya terjadi di seluruh tubuh (kaki dan tangan kaku), mata mendelik ke atas, mulut terkatup, tidak ada keluar busa dari mulut pasien. Ibu pasien mengatakan tidak ada penurunan kesadaran sebelum dan sesudah kejang, pasien tidur setelah kejanhg lalu menangis. Ibu pasien kemudian membawa pasien berobat ke bidan, diberikan obat penurun panas dan pasien diberikan surat rujukan untuk ke RS. Setelah pulang dan meminum obat penurun panas yang diberikan, keluhan panas masih dirasakan, karena ibu pasien takut pasien kembali kejang, akhirnya pasien dibawa oleh ibunya ke IGD RSU Kardinah Tegal dengan membawa surat rujukan dari bidan. Tidak terdapat keluhan batuk, pilek, sesak, muntah, mimisan, serta gusi berdarah. BAB tidak cair, warna kuning coklat, masih dalam batas
2

normal. BAK lancar warna putih kekuningan, tidak disertai darah dan keluhan menangis saat berkemih. Suhu saat di IGD adalah 40oC. Setelah mendapatkan perawatan di IGD, kemudian pasien dirawat di ruang melati. Pada perawatan hari itu di ruang Melati, sudah tidak ada keluhan kejang, panas juga sudah mulai turun. Pada perawatan hari kedua, keluhan kejang juga tidak timbul, saat pagi hari tidak dirasakan adanya panas, siang harinya keluhan panas timbul kembali namun panas yang dirasakan tidak setinggi saat sebelum kejang.

Riwayat Penyakit Dahulu 1 bulan yang lalu pernah timbul keluhan kejang yang serupa. Kejang di dahului panas tinggi, kejang sebanyak 1x, durasi kejang selama 5 menit, kejangnya terjadi di seluruh tubuh (kaki dan tangan kaku), tanpa disertai penurunan kesadaran, anak menangis. Riwayat trauma kepala disangkal Riwayat Alergi disangkal Riwayat Asma disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa Tidak ada anggota keluarga yang mengalami Kejang demam Tidak ada anggota keluarga yang mengalami epilepsy Riwayat alergi dan asma disangkal

Riwayat Kehamilan dan Pemeriksaan Antenatal Ibu memeriksakan kehamilan di Bidan Puskesmas secara teratur 1x tiap bulan selama kehamilan. Saat usia 8 bulan, ibu memeriksakan kehamilan setiap 2 minggu. Mendapatkan suntikan TT 2x Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan, riwayat perdarahan selama kehamilan disangkal, riwayat trauma selama kehamilan disangkal, riwayat minum obat tanpa resep dokter dan jamu disangkal. Ibu mengkonsumsi vitamin penambah darah dari Puskesmas. Kesan: riwayat pemeliharaan prenatal baik.

Riwayat Persalinan Bayi laki-laki lahir dengan umur kehamilan ibu 40 minggu, secara spontan, ditolong oleh bidan. Bayi lahir langsung menangis keras dengan berat badan lahir 3000 gram, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala dan lingkar dada lahir ibu lupa. Kesan : Neonatus aterm, lahir spontan, bayi dalam keadaan sehat.

Riwayat Pemeliharaan Postnatal Pemeliharaan postnatal dilakukan di Posyandu dan anak dalam keadaan sehat.

Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Pertumbuhan: Berat badan lahir 3000 gram. Panjang badan lahir 47 cm. Berat badan sekarang 8 kg. Panjang badan 73 cm. Perkembangan:
4

senyum miring tengkurap duduk gigi keluar merangkak berdiri

: 3 bulan : 3 bulan : 4 bulan : 6 bulan : 6 bulan : 7 bulan : 9 bulan

Saat ini anak berusia 9 bulan . Tidak ada gangguan perkembangan dalam mental dan emosi. Interaksi dengan orang sekitar baik. Riwayat Makan dan Minum Anak Kesan Ibu mengaku memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bln Usia 7 bulan diberikan ASI dan bubur susu 2 x sehari. Usia 8 bulan diberikan ASI, susu formula, dan bubur tim 2 x sehari. : kualitas makanan baik kuantitas makanan kurang

Riwayat Imunisasi VAKSIN BCG DPT/ DT POLIO CAMPAK HEPATITIS B DASAR (umur) 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 0 bulan 2 bulan 4 bulan 0 bulan 1 bulan 6 bulan ULANGAN (umur) 6 bulan -

Kesan: imunisasi dasar belum lengkap

Riwayat Keluarga Berencana Ibu pasien mengaku tidak mengikuti program KB

Riwayat Sosial Ekonomi Ayah pasien bekerja sebagai buruh bangunan dan ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan ayah pasien 1.500.000 per bulan. Ayah pasien menanggung 1 orang anak dan istri. Kesan: riwayat sosial ekonomi kurang. Riwayat Keluarga Corak Reproduksi No Usia Jenis Kelamin 1 9 bulan Laki-Laki hidup Hidup Lahir Mati Sakit Abortus Mati Keterangan

Data Perumahan

Kepemilikan rumah : Rumah Pribadi Keadaan rumah : Pasien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya. Tempat tinggal pasien berukuran 5 x 6 m2 terdiri dari 1 kamar, beratap genteng, lantai kramik, dinding tembok, ruang tamu serta ruang makan jadi satu. Terdapat 2 buah jendela di masing-masing ruangan, selalu dibuka. Ventilasi udara dan cahaya matahari baik. Kamar mandi dan toilet berada di dalam rumah. Sumber air berasal dari sumur, jarak antara sumur dengan septik tank lebih dari 10 meter, penerangan dengan listrik. Sistem pembuangan air limbah disalurkan melalui selokan di depan rumah. Selokan dibersihkan 1 kali dalam sebulan dan aliran air di dalamnya lancar. Sampah di buang di kumpulkan dalam satu wadah dan dibuang setiap hari ke tempat sampah atau di bakar sendiri. Kesan : rumah dan sanitasi lingkungan baik PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pada tanggal 10 April 2013 pukul 14.30 WIB di ruang Melati. Kesan Umum : kesadaran: compos mentis. Tampak lemas, tampak sakit sedang Tanda Vital Laju Nadi Laju Nafas : 134 x/menit, reguler, isi cukup : 32 x/menit, reguler

Tekanan darah: Tidak dilakukan Suhu : 36,8 C (aksila)

Data Antropometri Berat badan sekarang : 8 kg Tinggi Badan: 73 cm

Status Generalis
7

Kepala Normochepali, ukuran lingkar kepala 43 cm, ubun-ubun besar sudah menutup, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.

Mata Mata cekung (-/-), pupil isokor, diameter 3mm kanan kiri, RCL (+/+), RCTL (+/+), palpebra oedem (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), katarak kongenital (-/-), glaukoma kongenital (-/-)

Hidung Nafas cuping hidung (-/-), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi (-)

Telinga Normotia, discharge (-/-)

Mulut Sianosis (-), stomatitis (-), bercak-bercak putih pada lidah dan mukosa (-), bibir kering (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)

Leher Pendek, pergerakan baik, pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

Thorax Paru Inspeksi :simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi suprasternal (-), subcostal (-), intercostalis (-)

Palpasi

: stem fremitus tidak dilakukan, aerola mammae tidak teraba, papilla mammae (+/+).

Perkusi Auskultasi

: sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan : Suara nafas dasar vesikuler, suara nafas tambahan (-/-), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), hantaran (-/-)

Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : pulsasi ictus cordis tidak tampak : ictus cordis tidak teraba : tidak dilakukan pemeriksaan : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen Inspeksi : datar, distensi (-), venektasi (-), darm contour (-), darm stifung (-), massa (-) Auskultasi Palpasi : bising usus (+) normal : turgor kulit normal, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar. Perkusi Genitalia Laki-laki, penis normal, skrotum normal, testis (+/+) Anorektal : timpani, shifting dullnes (-)

Anus (+) Anggota gerak Keempat anggota gerak lengkap sempurna Superior -/-/<2 -/Inferior -/-/<2 -/-

Akral Dingin Akral Sianosis CRT Oedem

Refleks Patologis

: Kaku kuduk (-), Brudzinksy I (-), Brudzinsky II (-). Kernig (-), Laseque (-), Babinksi (-), Oppenheim (-), Gordon (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium di lakukan tanggal 09 April 2013

Hematologi Leukosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit MCV MCH MCHC Trombosit Diff Netrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil LajuEndap Darah

Hasil 10.2 4.2 11,7 31.3 77 27.8 33.3 279 86.7% 7.7% 5.3% 0 0.1

Nilai normal 6.0- 17.5 3.9-5.5 11.1-14.1 31.0-41.0 76-96 27-31 33.0-37.0 150-450 50-70 25-40 2-8 2-4 0-1

10

LED 1 jam LED 2 jam

12 mm/jam 35 mm/jam

0-15 0-25

PEMERIKSAAN KHUSUS Data antropometri: Anak laki-laki usia Berat badan Panjang badan Pemeriksaan Status Gizi Pertumbuhan fisik anak laki-laki 0-36 bulan menurut persentil NCHS BB/U= 8/9,2 x 100%= 86.96 % PB/U= 73/72 x 100%= 101,39% BB/PB= 8/9.4 x 100% = 85,11% Kesan : berat badan rendah, tinggi badan normal, status gizi anak kurang PERJALANAN PENYAKIT 09 April 2013 S: kejang (+) 1x tadi pagi, 5 menit, kejang seluruh tubuh, tanpa penurunan kesadaran. Demam (+), BAB (+), BAK (+), batuk (-), pilek (-) O: KU: compos mentis, tampak sakit sedang, tampak lemah, sianosis (-), kejang (-) TD: Tidak dilakukan pemeriksaan HR: 142 x/mnt RR : 32x/ menit Suhu : 37,70C
11

: 9 bulan : 8 kilogram : 73 cm

Mata : konjungtiva pucat (-), SI-/-, Hidung : nafas cuping hidung (-/-) Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo/ SN vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/-, Retraksi (-) Abdomen : datar, supel, Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, timpani, Bising usus (+) normal. Genitalia: laki-laki, penis normal, skrotum normal, testis (+/+) Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem +/+, CRT <2detik Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem +/+, CRT <2detik A: Kejang demam simpleks P: Dirawat, stesolid 5mg supp, IVFD RL 15 tpm, Inj. Cefotaxime 3x250 mg iv, dexamethason 3x1/3 ampul iv, PCT syr 3-4x cth p.o, Luminal (fenobarbital) pulv 3x8mg p.o, diazepam pulv 3x0,8mg p.o, Observasi kejang, tanda-tanda vital dan KU. 10 April 2013 S: kejang (-), demam (-) pagi hari, (+) siang hari, BAB (+), BAK (+), batuk (-), pilek (-) O: KU: compos mentis, tampak sakit sedang, tampak lemah, sianosis (-), kejang (-) TD: Tidak dilakukan pemeriksaan HR: 134 x/mnt RR : 32x/ menit Suhu pagi: 36,80C Suhu siang: 38,40C Mata : konjungtiva pucat (-), SI-/-,
12

Hidung : nafas cuping hidung (-/-) Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo/ SN vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/-, Retraksi (-) Abdomen : datar, supel, Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, timpani, Bising usus (+) normal. Genitalia: laki-laki, penis normal, skrotum normal, testis (+/+) Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem +/+, CRT <2detik Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem +/+, CRT <2detik A: Kejang demam simpleks P: IVFD RL 15 tpm, Inj. Cefotaxime 3x300 mg iv, PCT syr 3x cth p.o, Luminal (fenobarbital) 3x10mg p.o, Observasi kejang, tanda-tanda vital dan KU.

DAFTAR MASALAH PADA PASIEN Aktif: 1. Kejang 2. Demam

Inaktif: 1. Gizi kurang

DIAGNOSA BANDING
13

Kejang: Infeksi: Ekstrakranial: Kejang demam sederhana (Simpleks) Kejang demam kompleks Intrakranial: Meningitis Ensefalitis Gangguan Metabolik dan elektrolit SOL (space occupaying lession) di Intrakranial Perdarahan di Intrakranial

Status Gizi Kurang Faktor asupan Faktor individu Faktor penyakit

DIAGNOSA SEMENTARA I. II. Kejang demam sederhana (simpleks) Status gizi kurang

PENATALAKSANAAN A. Terapi Awal Non-Medikamentosa o Rawat ruang anak o Observasi kejang

14

o Observasi TTV dan KU o Berikan asupan yang baik Medikamentosa IVFD RL 15 tpm Stesolid 5mg supp jika kejang Inj. Cefotaxime 3x250 mg iv Inj. dexamethason 3x1/3 ampul iv PCT syr 3-4x cth p.o Luminal (fenobarbital) pulv 3x8mg p.o diazepam pulv 3x0,8mg p.o B. Terapi Sekarang Non-Medikamentosa o Observasi kejang o Observasi TTV dan KU o Berikan asupan yang baik Medikamentosa IVFD RL 15 tpm Inj. Cefotaxime 3x300 mg iv PCT syr 3x cth p.o Luminal (fenobarbital) pulv 3x10mg p.o C. Diet:

Kebutuhan cairan : 100x8 = 800 cc/hari Kebutuhan kalori : 100x8 = 800 kal/hari Kebutuhan protein : 2x8 = 16 gram/hari

NASEHAT Selalu sedia obat penurun panas di rumah dan obat anti kejang
15

Kontrol ke dokter setelah di rawat Peningkatan penggunaan ASI dan asupan makanan yang baik Pantau pertumbuhan dan perkembangan anak Lengkapi imunisasi Selalu menjaga kebersihan Hindari anak kontak dengan sumber infeksi

USULAN Pungsi lumbal Pemeriksaan Denver Developmental Scoring Test secara berkala Pemeriksaan gula darah dan elektrolit darah lengkap serta AGD CT-scan kepala

PROGNOSA Quo ad vitam Quo ad sanam Quo ad fungsionam : ad bonam : dubia ad bonam : ad bonam

16

Analisa Kasus
Diagnosa pada pasien ini adalah kejang demam sederhana (simpleks). Diagnosa ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis Didapatkan adanya kejang pada pasien yang didahului dengan panas tinggi. Kejang timbul 10 jam setelah panas timbul. kejang sebanyak 1x, durasi kejang selama 5 menit, kejangnya terjadi di seluruh tubuh (kaki dan tangan kaku), mata mendelik ke atas, mulut terkatup, tidak ada keluar busa dari mulut pasien. Ibu pasien mengatakan tidak ada penurunan kesadaran sebelum dan sesudah kejang, pasien menangis. Kejang timbul pada demam yang lebih dari 38C. 1 bulan yang lalu pernah timbul keluhan kejang yang serupa. Kejang di dahului panas tinggi, kejang sebanyak 1x, durasi kejang selama 5 menit, kejangnya terjadi di seluruh tubuh (kaki dan tangan kaku), tanpa disertai penurunan kesadaran, anak menangis. Selain itu juga didapatkan bahwa kualitas dan kuantitas makan pasien kurang. Didapatkan kejang pasien ini memenuhi kriteria kejang demam sederhana menurut Livingstone. Kejang Demam Sederhana (menurut Livingstone): 1. Kejang bersifat umum 2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit) 3. Usia saat kejang demam pertama muncul kurang dari 6 tahun 4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam 1 tahun

17

5. Pemeriksaan EEG normal Pemeriksaan Fisis Pada pemeriksaan fisik di IGD didapatkan, KU compos mentis, tampak sakit sedang, tampak lemas. HR : 140x/mnt, RR : 36x/mnt, S: 40,00C, konjungtiva anemis (+). Pada pemeriksaan fisik, tidak didapatkan tanda rangsang meningeal dan defisit neurologis. Pemeriksaan Penunjang Dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini antara lain pemeriksaan darah rutin. Terdapat peningkatan pada netrofil dan LED serta penurunan pada limfosit dan eosinofil. KEJANG DEMAM DEFINISI Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 0 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium . Biasanya terjadi pada anak umur 6 bulan 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Pada umumnya kejang demam terjadi pada rentang waktu 24 jam dari awal mulai demam. Kejang dapat bersifat fokal atau parsial yaitu hanya melibatkan satu sisi tubuh, maupun kejang umum di mana seluruh anggota gerak terlibat. Bentuk kejang dapat berupa klonik, tonik, maupun tonik-klonik. Kejang dapat berlangsung selama 1-2 menit tapi juga dapat berlangsung lebih dari 15 menit EPIDEMIOLOGI Kejang demam terjadi pada 2 % - 4 % dari populasi anak 6 bulan - 5 tahun. 80 % merupakan kejang demam sederhana, sedangkan 20% kasus adalah kejang demam kompleks. 8 % berlangsung lama (lebih dari 15 menit). 16 % berulang dalam waktu 24 jam. Kejang pertama terbanyak di antara umur 17 - 23 bulan. Anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam.
18

Bila kejang demam sederhana yang pertama terjadi pada umur kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam ke dua 50 %, dan bila kejang demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan, risiko kejang demam ke dua turun menjadi 30%. Setelah kejang demam pertama, 2 4 % anak akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali risikonya dibandingkan populasi umum. ETIOLOGI Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi umur anak, tingginya dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang . Faktor hereditas juga mempunyai peranan yaitu 8-22 % anak yang mengalami kejang demam memiliki orangtua yang memiliki riwayat kejang demam pada masa kecilnya. Kejang demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang paling sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran pernapasan, otitis media, dan gastroenteritis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing pada 297 anak penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan demam yang akhirnya memicu serangan kejang demam adalah tonsillitis/faringitis yaitu 34 %. Selanjutnya adalah otitis media akut (31 %) dan gastroenteritis (27%) . PATOFISIOLOGI Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh natrium (Na+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi yang berasal dari glukosa yang melalui proses oksidasi oleh oksigen. Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebanyak 20%. Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan ion natrium melalui membran, sehingga terjadi lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel di dekatnya
19

dengan bantuan neurotransmiter dan menyebabkan terjadinya kejang. Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38oC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi kejang baru dapat terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnoe sehingga kebutuhan oksigen untuk otak meningkat dan menyebabkan terjadinya kerusakan sel neuron otak yang berdampak pada terjadinya kelainan neurologis. MANIFESTASI KLINIS Kejang demam dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki. Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Kontraksi dapat berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit. Anak akan jatuh apabila sedang dalam keadaan berdiri, dan dapat mengeluarkan urin tanpa dikehendakinya. Anak dapat muntah atau menggigit lidahnya. Sebagian anak tidak bernapas dan dapat menunjukkan gejala sianosis. Pada akhirnya kontraksi berhenti dan digantikan oleh relaksasi yang singkat. Kemudian tubuh anak mulai menghentakhentak secara ritmis (pada kejang klonik), maupun kaku (pada kejang tonik). Pada saat ini anak kehilangan kesadarannya dan tidak dapat merespon terhadap lingkungan sekitarnya. KLASIFIKASI Klasifikasi kejang demam menurut Livingstone A. Kejang Demam Sederhana: 1. Kejang bersifat umum 2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit) 3. Usia saat kejang demam pertama muncul kurang dari 6 tahun
20

4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam 1 tahun 5. Pemeriksaan EEG normal

B. Epilepsi yang Dicetuskan oleh Demam: 1. Kejang berlangsung lama atau bersifat fokal 2. Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan kejang demam yang pertama 3. Frekuensi serangan kejang melebihi 4 kali dalam 1 tahun 4. Pemeriksaan EEG yang dibuat setelah anak tidak demam lagi hasilnya abnormal Sedangkan menurut Fukuyama kejang demam dibagi menjadi (1): A. Kejang Demam Sederhana: 1. Riwayat penyakit keluarga penderita tidak ada yang mengidap epilepsi 2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun 3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan-6 tahun 4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit 5. Kejang tidak bersifat fokal 6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang 7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas perkembangan 8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

21

B. Kejang Demam Kompleks Kejang demam yang tidak memenuhi kriteria di atas digolongkan sebagai kejang demam kompleks. Sekitar 80-90 % dari keseluruhan kasus kejang demam adalah kejang demam sederhana. DIAGNOSIS Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyakitpenyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis air dan elektrolit, dan adanya lesi struktural pada sistem saraf misalnya epilepsy. Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini. Anamnesis 1. Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningitis encephalitis) 2. Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi) 3. Riwayat demam (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik turun) 4. Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (infeksi saluran napas, otitis media, gastroenteritis) 5. Waktu terjadinya kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang 6. Sifat kejang (fokal atau umum) 7. Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik) 8. Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam atau epilepsi) 9. Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

22

10. Trauma Pemeriksaan Fisik 1. Temperatur tubuh 2. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (infeksi saluran napas, otitis media, gastroenteritis) 3. Pemeriksaan reflex patologis 4. Pemeriksaan encephalitis) Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal untuk menyingkirkan gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan homeostasis apabila pada anamnesis ditemukan riwayat muntah, diare, gangguan asupan cairan, dan gejala dehidrasi. 2. Pemeriksaan Cerebro Spinal Fluid (CSF) untuk menyingkirkan diagnosis meningitis encephalitis apabila anak berusia kurang dari 12 bulan, memiliki tanda rangsang meningeal positif, dan masih mengalami kejang beberapa hari setelah demam 3. CT Scan cranium pada umumnya tidak diperlukan pada kejang demam sederhana yang terjadi pertama kali, akan tetapi dapat dipertimbangkan pada pasien yang mengalami kejang demam kompleks untuk menentukan jenis kelainan struktural berupa kompleks tunggal atau multipel. 4. EEG pada kejang demam tidak dapat mengindentifikasi kelainan yang spesifik maupun memprediksikan terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat dipertimbangkan pada kejang demam kompleks. tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningitis,

TATALAKSANA
23

A. Antipiretik dan Antibiotik Antipiretik diberikan sebagai pengobatan simptomatis terhadap demam. Dapat diberikan paracetamol dengan dosis untuk anak yang dianjurkan 10-15 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam. Antibiotik untuk mengatasi infeksi yang menjadi etiologi dasar demam yang terjadi.

B. Penanganan Kejang pada Anak Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas. Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:

24

Pemberian obat rumatan Indikasi pemberian obat rumatan Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu): 1. Kejang lama > 15 menit 2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, palsi serebral, retardasi mental, hidrosefalus. 3. Kejang fokal 4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila: . Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam . Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan . kejang demam > 4 kali per tahun
25

Penjelasan:

Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan indikasi pengobatan rumat Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan ringan bukan merupakan indikasi Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik

Jenis obat antikonvulsan Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang (level I). Dengan meningkatnya pengetahuan bahwa kejang demam benign dan efek samping penggunaan obat terhadap kognitif dan perilaku, profilaksis terus menerus diberikan dalam jangka pendek, dan pada kasus yang sangat selektif (rekomendasi D). Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar (40 - 50 %). Obat pilihan saat ini adalah asam valproat meskipun dapat menyebabkan hepatitis namun insidensnya kecil. Dosis asam valproat 15 - 40 mg/kg/hari dalam 2 - 3 dosis dan fenobarbital 3 - 4 mg/kg per hari dalam 1 - 2 dosis. Lama pengobatan rumatan Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Prognosis Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu menyebabkan kematian. Angka kejadian kejang demam epilepsy berbeda-beda tergantung dari cara penelitiannya; misalnya Lumbantobing (1975) mendapatkan 6%, sedangkan Living stone (1954) dari golongan kejang demam sederhana mendapatkan 2,9% yang menjadi epilepsi, dan golongan epilepsy yang diprovokasi oleh demam ternyata 97% menjadi epilepsy. Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari factor: 1. riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga 2. kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam 3. kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal

26

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut diatas, maka dikemudian hari akan mengalami serangan kejang demam tanpa demam sekitar 13%, disbanding bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali factor tersebut diatas, serangan kejang tanpa demam hanya 2-3% saja. Hemiparesis biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit) baik bersifat umum atau fokal. Kelumpuhannya sesuai kejang fokal yang terjadi. Mula-mula kelumpuhan bersifat flaksid, tetapi setelah 2 minggu timbul spasitas. Dari suatu penelitian terdapat 431 pasien dengan kejang demam sederhana, tidak terdapat kelainan pada IQ. tetapi pada pasien kejang demam yang sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan atau kelaianan neurologist akan didapat IQ yang lebih rendah disbanding dengan saudaranya. Jika kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, retardasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar. Kejang demam bersifat benigna. Angka kematian hanya 0,64%-0,75%. Sebagian besar penderita kejang sembuh sempurna, sebagian kecil berkembang menjadi epilepsy sebnyak 2-7%. Empat pasien penderita kejang demam secara bermakna mengalami gangguan tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lumbantobing SM. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. 2. Behrman RE, Kliegman RM, Jensen HB, Nelson Text book of pediatrics, 17 th edition. Philadelphia: WB Sauders company. 2004. Page 1813- 1829. 3. W Hay, William. Current Diagnosis and Treatment of Pediatrics. 19th edition. United States of America: McGrawHill. 2009. Page 697-698. 4. ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993;34;592-8 5. Stafstrom CE. The incidence and prevalence of febrile seizures. Dalam : Baram TZ, Shinnar S, eds, febrile seizures, San Diego : Academic Press 2002;p.1-20.
27

6. Pusponegoro, Hardiono; Seri Rejeki Hadinegoro; Dody Fimanda; dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. IDAI. Edisi: 1. Jakarta: 2004.

28

Anda mungkin juga menyukai