Anda di halaman 1dari 4

6.

PENULISAN BUTIR SOAL SELECTED-RESONSE ITEMS Soal dengan ilihan jawaban (selected-response items) mencakup soal pilihan ganda (multiple choice), soal benar-salah (true-false), dan soal menjodohkan (matching item). Untuk memperoleh butir soal yang baik, setiap penulis soal harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan butir soal, sesuai dengan bentuknya. Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Secara umum, setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Kaidah penulisan soal pilihan ganda: 1. Aspek materi: a. Soal harus sesuai dengan indikator, b. Pilihan jawaban harus homogen dan logis, c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar. 2. Aspek konstruksi: a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas, b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja, c. Pokok soal jangan memberikan petunjuk kearah jawaban yang benar, d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda, e. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama, f. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan semua pilihan jawaban diatas salah atau semua pilihan jawaban di atas benar, g. Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut dan pilihan jawaban berbentuk angka menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis, h. Gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi, i. Butir soal tertentu jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. 3. Aspek bahasa: a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa indonesia, b. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional, c. Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau fase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Bentuk soal dengan dua pilihan jawaban menuntut peserta tes untuk memilih dua kemungkinan jawaban. Bentuk kemungkinan jawaban yang sering digunakan adalah benar dan salah atau ya atau tidak. Peserta tes diminta memilih jawaban benar atau salah (ya dan tidak), untuk suatu pernyataan yang disajikan. Kaidah penulisan soal dengan dua jawaban: a. Hindari penggunaan kata: terpenting, selalu, tidak pernah, hanya, sebagian besar, dan kata-kata lain yang sejenis karena dapat

b. c. d. e. f. g.

membingungkan peserta tes dalam menjawab. Rumusan butir soal harus jelas dan pasti benar atau pasti salah, Hindari pernyataan negatif, Hindari penggunaan kata yang dapat menimbulkan penafsiran ganda, Jumlah rumusan butir soal yang jawabannya benar dan salah hendaknya seimbang, Panjang rumusan pernyataan butir soal hendaknya relatif sama, Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah secara random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu, Hindari pengambilan kalimat lansung dari buku teks.

Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pernyataan. Kelomok pertama ditulis pada lajur sebelah kiri, biasanya merupakan pernyataan soal atau pernyataan stimulus. Kelompok kedua ditulis pada lajur sebelah kanan, biasanya merupakan pernyataan jawaban atau pernyataan respon. Kaidah penulisan soal menjodohkan: a. Tulislah seluruh pernyataan dalam lajur sebelah kiri sejenis dan pernyataan dalam lajur sebelah kanan juga sejenis, b. Tulislahpernyataan jawaban lebih banyak dari pernyataan soal, c. Susunlah jawaban yang berbentuk angka secara berurutan dari besar ke kecil atau sebaliknya, d. Tulislah petunjuk mengerjakan tes yang jelas dan mudah dipahami oleh peserta tes.

7. PENULISAN BUTIR SOAL CONSTRUCTED-RESPONSE ITEMS Tes dengan konstruksi jawaban (constructed-response items)mencakup tes uraian, isian, dan jawaban singkat. Soal bentuk uraian merupakan suatu soal yang jawabannya menuntut siswa mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis. Kaidah penulisan tes uraian: 1. Aspek materi: a. Soal harus sesuai dengan indikator, b. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus jelas, c. Isi materi harus sesuai dengan petunjuk pengukuran, d. Isi materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang, jenis sekolah atau tingkat kelas. 2. Aspek konstruksi: a. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata-kata tanya dan perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah (jangan menggunakan kata tanya yang tidak menuntut jawaban uraian, misalnya: siapa, di mana, kapan), b. Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal,

c. Buatlah pedoman penyekoran segera setelah soalnya ditulis dengan cara menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria penyekorannya, besarnya skor setiap komponen, atau rentangan skor yang dapat diperoleh untuk setiap kriteria dalam soal yang bersangkutan, d. Hal-hal lain yang menyertai soal, seperti tabel, gambar, grafik, peta, atau sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan terbaca. 3. Aspek bahasa: a. Rumusan butir soal menggunakan bahasa (kalimat dan kata-kata) yang sederhana atau komunikatif sehingga mudah dipahami oleh siswa, b. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik atau kelompok tertentu, c. Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata atau kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian, d. Butir soal menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, e. Rumusan soal sudah mempertimbangkan segi bahasa dan budaya, f. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat. Pedoman penyekoran merupakan panduan atau petunjuk yang menjelaskan tentang; batasan atau kata kunci atau konsep untuk melakukan penyekoran terhadap soal-soal bentuk uraian objektif, kemungkinan-kemungkinan jawaban yang diharapkan, kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk penyekoran terhadap soal-soal uraian non objektif, dan pedoman pemberian skor untuk setiap butir soal uraian harus disusun segera setelah perumusan kalimat-kalimat butir soal tersebut. Soal tes bentuk isian adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singkat, berupa kata, frase, angka atau simbol. Kaidah penulisan soal isian: a. Soal harus sesuai dengan indikator, b. Soal harus menggunakan kata yang baik dan benar,kalimat singkat dan jelas sehingga siswa dapat memahami dengan mudah, c. Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase, angka, simbol, tempat, atau waktu, d. Soal bukan merupakan kalimat yang dikutip lansung dari buku, e. Soal tidak memberi petunjuk ke kuncijawaban, f. Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dan ratio butir soal dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan siswa. Soal bentuk jawaban singkat yaitu berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pernyataan. Ada beberapa kelebihan bentuk soal ini, yaitu: dalam mencakup lingkup materi yang banyak dan dapat di skor dengan mudah, cepat, dan objektif, serta mudah menyusunnya. Namun, ditemukan pula keterbatasan bentuk soal ini karena cenderung hanya mengukur kemampuan mengingat (simple recall). Kaidah penulisan soal bentuk jawaban singkat yaitu: a. Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah, b. Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban yang singkat,

c. Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua soal diusahakan relatif sama, d. Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang diambil lansung dari buku teks, sebab akan mendorong siswa untuk sekadar mengingat atau menghafal apa yang tertulis di buku, e. Buatlah pedoman penyekoran yang akan digunakan pada waktu menyekor.

8. PENULISAN BUTIR SOAL YANG MENUNTUT PENALARAN TINGGI 1. Pedoman penyusunan soal higher order thinking Untuk memperoleh butir soal yang dapat mengukur kemampuan nalar yang lebih tinggi maka : (a). Materi yang akan ditanyakan melibatkan berbagai aspek: pemahaman, penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi dan bukan hanya ingatan;(b). Setiap butir soal atau pernyataan, perlu diberikan dasar pertanyaan atau stimulus; (c). Pertanyaan yang diberikan harus mampu mengukur kemampuan berfikir kritis, dan ; (d).Pertanyaan yang diberikan harus mampu mengukur keterampilan pemecahan masalah. 2. Mengukur kemampuan berfikir kritis Ada 11 kemampuan berfikir kritis yang dapat dijadikan dasar dalam menulis butir soal yang menuntut penalaran tinggi; (1) memfokuskan pada pertanyaan, (2) menganalisis argumen, (3) mempertimbangkan hal yang dapat dipercaya, (4) mempertimbangkan laporan observasi, (5) membandingkan kesimpulan, (6) menentukan kesimpulan, (7) mempertimbangkan kemampuan induksi, (8) menilai, (9) mendefinisikan konsep, (10) mendefinisikan asumsi, dan (11) mendeskripsikan. 3. Mengukur keterampilan pemecahan masalah Ada 17 keterampilan pemecahan masalah yang dapat dijadikan dasar dalam menulis butir soal yang menuntut penalaran tinggi, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, (2) merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, (3) memahami kata dalam konteks, (4) mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai, (5) memilih masalah sendiri, (6) mendeskripsikan berbagai strategi, (7) mengidentifikasi asumsi, (8) mendeskripsikan masalah, (9) memberi alasan masalah yang sulit, (10) memberi alasan solusi, (11) memberi alasan strategi yang digunakan, (12) memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah, (13) membuat strategi lain, (14) menggunakan analogi, (15) menyelesaikan secara terencana, (16) mengevaluasi kualitas solusi, (17) mengevaluasi strategi sistematika.

Anda mungkin juga menyukai