Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bali sebagai sebuah Propinsi yang kecil yang tidak memiliki sumber

daya alam yang melimpah seperti beberapa Propinsi lain di Indonesia, namun Bali

sangatlah beruntung karena diberkahi oleh Tuhan dengan keanekaragaman dan

keunikan budaya, masyarakat yang ramah, alam yang indah dan mempesona. Hal

ini mampu menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Bali. Sehingga Bali

menjadi daerah tujuan wisata yang sangat terkenal hampir di seantro Dunia.

(Wardawan, 2002 : 2).

Propinsi Bali yang sering diberikan berbagai julukan seperti pulau seribu

pura, pulau sorga dan lain-lain, telah lama dipakai sebagai tema dalam berbagai

karya seni dan sastra seperti lukisan, novel, film, buku-buku wisata, sebagai bahan

dokumentasi, sebagai bahan penelitian dan lain-lain. Ini berarti bahwa Bali tidak

hanya menarik bagi wisatawan tetapi Bali juga menarik bagi pencinta seni dan

peneliti.

Lokasi Propinsi Bali yang sangat strategis, baik secara Nasional maupun

Internasional, membuat Bali sangat mudah dijangkau. Bali terletak hampir

ditengah-tengah kepulauan Indonesia, diantara Benua Asia dan Benua Australia.

Bali juga memiliki pelabuhan udara internasional yang tentu saja sangat

menguntungkan bagi Bali sebagai daerah tujuan wisata internasional. (Wardawan,

2002 : 1)

1
2

Kebudayaan dan nilai-nilai kehidupan masyarakat Bali sangat

mendukung dan memotivasi masyarakatnya terhadap kegiatan-kegiatan

keagamaan, perlindungan dan pelestarian sumber alam dan lingkungan, karena

masyarakat Bali beranggapan bahwa setiap benda yang ada di bumi ini memiliki

spirit/jiwa dan roh yang patut dihormati, dihargai dan dilindungi.

Sistem tata ruang dan penataan lahanpun sangat ketat diatur dan

dilaksanakan di Bali. Melalui konsep Tri Hita Karana dan Tri Mandala serta

nilai-nilai masyarakat Bali yang lain. Disini perlu ditekankan bahwa pariwisata

menjadi eksis di Bali. Karena ada sesuatu yang sangat esensial dan substansial

dimiliki oleh Bali yaitu keunikan yang sangat eksotis terutama ritual-ritual

keagamaannya. Bali tidak megubah dirinya agar menjadi kelihatan unik dan

eksotis untuk menarik para wisatawan datang ke Bali, akan tetapi parawisatawan

tertarik untuk datang ke Bali karena Bali memang unik dan kaya akan ritual-ritual

keagamaan yang lagi marak dilakukan hampir oleh seluruh masyarakat Bali.

(Wardawan, 2002 : 3).

Seiring perkembangan pariwisata yang sangat pesat, saat ini masyarakat

Bali merupakan salah satu masyarakat yang sedang mengalami transisi. Pakar

ilmu social dan kalangan budayawan memandang masyarakat Bali sedang

mengalami transisi yang dihadapkan pada dualisme kehidupan social dan budaya

yang sangat tajam. Hal ini berarti bahwa disatu sisi masyarakat Bali dituntut untuk

mempertahankan nila-nilai adat dan budaya yang bersendikan nilai-nilai luhur

keagamaan sebagai pondasi utama pengembangan masyarakat Bali. Sementara

disisi lain masyarakat Bali dituntut untuk melakukan berbagai penyesuaian


3

berdasarkan kondisi empiris yang sedang dan akan terjadi sebagai dampak

pengaruh perkembangan industri pariwisata yang sedang berkembang.

Kondisi ini membawa konsekuensi yang sangat mendasar bagi

kehidupan dan upaya untuk mempertahankan kemurnian adat-istiadat masyarakat

desa adat yang telah terpelihara sejak ratusan tahun. Sehingga konflik social

diantara masyarakat desa adat tidak dapat dihindarkan, seperti halnya sengketa

eksternal maupun internal. Sehubungan dengan ikatan adat-istiadat yang sedang

marak dewasa ini diberbagai daerah di Bali. Untuk mengantisipasi segala

kemungkinan yang akan terjadi, hal ini telah dilakukan upaya-upaya pembinaan

dan pendayagunaan desa adat dengan segala dimensinya sedang diintensifkan,

dimana pembinaan diarahkan pada upaya mempertahankan nilai adat dan budaya

serta nilai ritual masyarakat Bali. Salah satu masalah yang dihadapi oleh

masyarakat Bali saat ini adalah mengenai penataan etika moral keagamaan

dikalangan pelaku idustri pariwisata yang tersebar diberbagai desa adat di Bali.

Mengkaji dan mempelajari dinamika sengketa sosial dan budaya serta

ritual keagamaan yang terjadi pada masyarakat desa adat di Bali saat ini memiliki

makna yang sangat strategis bagi upaya pengembangan dan pembinaan serta

mempertahankan nilai-nilai adat dan nilai-nilai ritual pada khususnya. Secara

empiris saat ini masyarakat Bali mengalami degradasi nilai-nilai kultural-ritual

yang disinyalir disebabkan oleh pengembangan industri pariwisata. Namun disatu

sisi, industri pariwisata merupakan salah satu penghasil utama devisa. Penghasilan

dari pariwisata ini telah mampu mengangkat taraf hidup masyarakat Bali

khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya. Pariwisata telah mampu


4

menciptakan banyak lapangan pekerjaan dan kesempatan untuk berusaha bagi

masyarakat pariwisata melalui multiplier effectnya telah mampu memberikan

keuntungan kepada masyarakat banyak, baik secara langsung maupun tidak

langsung. (Wardawan, 2002 : 3).

Perkembangan kepariwisataan yang sangat pesat tidak hanya mampu

mendatangakan wisatawan kebali, tetapi juga mampu menarik investor untuk

berinvestasi di Bali, baik di sektor yang berhubungan lansung dengan pariwisata

maupun disektor pendukung kegiatan pariwisata. Hal ini tentu saja membuka

lapangan kerja yang lebih banyak bagi penduduk yang tinggal di Bali. Hal ini juga

mengundang penduduk luar Bali untuk datang ke Bali untuk mencoba mengadu

nasib baik disektor formal maupun sektor informal.

Pariwisata semestinya hanyalah sebuah alat untuk meningkatkan taraf

hidup masyarakat. Sebagai sebuah alat maka pariwisata haruslah dimanfaatkan

dengan benar dengan cara-cara dan strategi yang benar, tepat dan profesional.

Sehingga keuntungan atau manfaat pariwisata di Bali tidak hanya dinikmati oleh

segelincir orang yang memiliki modal besar. Namun seharusnya keuntungan dan

manfaat pariwisata ini bisa didistribusikan secara merata untuk seluruh lapisan

masyarakat yang ada, bahkan yang lebih penting lagi bahwa bisa dinikmati oleh

generasi mendatang.

Bagi masyarakat Bali menaikan pendapatan di bidang pariwisata tidak

selalu identik dengan mendatangkan wisatawan dan membangun fasilitas

pariwisata sebanyak-banyaknya. Menaikan pendapatan dibidang pariwisata bisa


5

juga dilakukan dengan menaikan personal expenditure wisatawan atau

memperpanjang (leng of stay wisatawan).

Dengan semakin banyaknya wisatawan datang ke Bali, akan

mempengaruhi pendapatan masyarakat Bali dalam usaha untuk mengadakan

ritual-ritual keagamaan yang makin marak dilakukan, seolah-olah merupakan

suatu kebiasaan. Dimana masyarakat Bali memiliki suatu semboyan “tiada hari

tanpa ritual keagamaan.”

Berdasarkan kajian empiris diatas, maka penelitian ini akan diarahkan

pada upaya penggalian yang mendalam terhadap eksistensi nilai-nilai ritual

keagamaan dikalangan masyarakat Bali, dikawasan obyek wisata Tanah Lot.

Disamping itu penelitian ini mencoba untuk menemukan dan memformulasikan

eksistensi nilai-nilai ritual keagamaan dalam dinamika masyarakat Bali sebagai

dampak dari pengembangan industri pariwisata.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

secara oprasional dapat dirumuskan pokok permasalahan yang akan diteliti

sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana eksistensi pariwisata terhadap nila-nilai pendidikan

Agama Hindu ?

1.2.2 Dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan oleh pariwisata

terhadap nilai-nilai pendidikan Agama Hindu ?


6

1.2.3 Bagaimana upaya mempertahankan eksistensi nilai-nilai pendidikan

menurut ajaran Agama Hindu ?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Memperhatikan judul yang diangkat maka perlu kiranya diberikan

batasan-batasan sejauh mana kasus tersebut diteliti, hal ini perlu dikemukakan

agar jangan menyimpang dari tujuan yang telah diuraikan. Adapun ruang lingkup

yang akan dibahas meliputi :

1.3.1 Eksistensi pariwisata terhadap nilai-nilai pendidikan Agama Hindu

dikalangan masyarakat Bali.

1.3.2 Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap nilai-nilai

pendidikan Agama Hindu.

1.3.3 Upaya mempertahankan eksistensi nilai-nilai pendidikan menurut

ajaran Agama Hindu.

1.4 Tujuan Penelitian

Suatu penelitian yang berbentuk ilmiah sudah tentu dilandasi dengan

tujuan yang ingin dicapai, Sebab berhasil tidaknya suatu penelitian ditentukan

oleh jelas tidaknya tujuan itu sendiri. Tujuan merupakan syarat yang mutlak yang

harus ada dalam penelitian. Bertitik tolak dari rumusan masalah yang diajukan

maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dikualifikasikan

menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. (Usmas Husaini dan Purnomo

Stiadi Akbar, 1996 : 29).


7

1.4.1 Tujuan Umum

a. Untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran serta memperkaya

khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan kepariwisataan terhadap nilai-nilai pendidikan

Agama Hindu.

b. Untuk acuan penelitian selanjutnya

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui eksistensi pariwisata terhadap nilai-nilai pendidikan

Agama Hindu.

b. Untuk mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pariwisata

terhadap nilai-nilai pendidikan Agama Hindu.

c. Untuk mengetahui upaya-upaya mempertahankan eksistensi nilai-nilai

pendidikan menurut ajaran Agama Hindu.

1.5 Manfaat Penelitian

Dalam sebuah penelitian sudah tentu akan menghasilkan manfaat.

Manfaat yang dimaksud oleh penulis dalam skripsi ini dapat dilihat dari dua segi

yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun uraiannya adalah sebagai

berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan secara

akademis bagi seluruh mahasiswa mengenai pendidikan Agama Hindu

dikalangan masyarakat Bali.


8

b. Dapat sebagai acuan penelitian selanjutnya

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Tulisan ini nantinya dapat dijadikan sumber bacaan mengenai

eksistensi pariwisata terhadap nilai-nilai pendidikan Agama Hindu

dikalangan masyarakat Bali.

b. Dengan adanya tulisan ini nantinya dapat memberikan pemecahan atau

solusi yang benar terhadap eksistensi pariwisata terhadap nilai-nilai

pendidikan Agama Hindu.

Anda mungkin juga menyukai