Anda di halaman 1dari 19

9

BAB II

LANDASAN KONSEP DAN TEORI

2.1 Landasan Konseptual

Konsep merupakan salah satu syarat yang harus ada dalam kegiatan

penelitian. Hal itu, disebabkan konsep mampu menggambarkan sejumlah variable

terhadap topik yang diteliti. Konsep juga di pakai menjabarkan persentase

penelitian sebelumnya dan dibandingkan dengan penelitian yang akan

dilaksanakan, guna menjawab permasalahan yang akan diteliti.

Sehubungan dengan uraian diatas landasan konseptual yang dimaksud

dalam penulisan ini adalah tinjauan pustaka sebagai tuntunan untuk memecahkan

masalah penelitian. Landasan konseptual dalam tulisan ini memuat uraian

sistematis tentang pikiran yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan

dilakukan.

Dalam penelitian terhadap topik tentang pengaruh pariwisata terhadap

eksistensi pendidikan Agama Hindu dikalangan masyarakat Bali, maka konsep

yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

2.1.1 Eksistensi

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa:

“Eksistensi berarti peranan, kedudukan, dan makna” (Poerwadarminta,

1999:267). Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia yang


10

dimaksud dengan Eksistensi adalah: “Keberadaan, adanya, kenyataannya”

(Tim Penyususun, 2000: 235)

Dari ke dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan Eksistensi adalah peranan, kedudukan, keberadaan,

Pariwisata terhadap nilai-nilai pendidikan Agama Hindu dikalangan

masyarakat Bali, khususnya di kawasan obyek wisata Tanah Lot, di Desa

Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan.

2.1.2 Pariwisata

Dalam undang-undang No.9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan

dikemukakan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta

usaha-usaha yang lain yang terkait dibidang tersebut. Sedangkan wisata

adalah kegiatan perjalanan atau sebagaian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek

dan daya tarik wisata.

Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa pariwisata merupakan

fenomena campuran mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh

wisatawan sebagai orang asing ditempat yang dikunjungi dan yang pada

umumnya menunjukan tingkah laku lain dari pada penduduk setempat.

Dari pengertian dasar pariwisata, bisa di tarik lima sifat dasar

atau ciri-ciri khusus dari pada pariwisata antara lain:

1. Tujuan kunjungan wisatawan bukan untuk kerja.


11

2. Perpindahan tersebut bersifat sementara dan adanya niat untuk

kembali.

3. Pariwisata timbul dari perpindahan orang-orang dan tinggalnya mereka

itu diberbagai daerah tujuan.

4. Perjalanan dan tinggalnya ditempat tujuan tentunya diluar tempat

dimana bisaanya mereka tinggal dan bekerja, sehingga tingkah

laku/kegiatannya akan kelihatan berbeda dengan penduduk setempat.

5. Adanya dua elemen dalam pariwisata yaitu perjalanan kearah tujuan,

dan tinggal dengan semua kegiatan selama tinggal didaerah tujuan.

(Made Lastara, 1997 : 2-3)

2.1.3 Pengertian Nilai

Kata nilai sudah sering didengar, dan digunakan dalan berbagai

kegiatan, apalagi di dalam dunia pendidikan. Nilai hasil ujian mata

pelajaran tertentu, dapat sebagai pedoman untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan, serta untuk

memberi gambaran tingkatan-tingkatan intelektual masing-masing siswa.

Dari uraian tersebut, kata nilai dapat diartikan sebagai ukuran kepandaian.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa nilai


adalah:
1. Nilai (dalam arti taksiran harga); misalnya: sebenarnya tak ada

ukuran yang tentu menentukan nilai intan;


12

2. Harga uang (dibandingkan dengan harga uang lainnya) misalnya :

nilai Dollar Amerika mengalami kegoncangan;

3. Angka kepandaian; ponte; misalnya: sekurang-kurangnya nilai

tujuh untuk nilai pasti;

4. Banyak sedikitnya isi; kadar; mutu; misalnya: makan yang tinggi

nilai kalori dan proteinnya; suatu karangan ilmiah yang tinggi nilainya;

5. Sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan;

misalnya: budaya konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat

penting dan bernilai bagi kehidupan manusia (Tim Penyusun, 1991:

690).

Menurut Kartono “Nilai merupakan sesuatu yang berguna dan


dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Nilai merupakan ide tentang
apa yang baik, benar, bijaksana dan apa yang benar”
(Kartono,1992:95).
Pengertian nilai dikemukakan pula oleh beberapa ahli filasafat

dan pakar sosial, seperti: Loren Bagus, dalam bukunya yang berjudul

”Kamus Filsafat”, mengemukakan bahwa nilai dapat diartikan dengan

harkat, kualitas sesuatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai,

diinginkan, berguna, atau dapat menjadi obyek kepentingan. (2000: 713).

2.1.4 Konsep Pendidikan

Dalam dunia pendidikan dinegara RI, dasar-dasar mengenai

bidang pendidikan haruslah dipahami betul oleh para pendidik. Maka

pemahaman akan arti pendidikan itu adalah mutlak, karena dengan

mengerti arti dan tujuan pendidikan yang dimaksud maka seseoarng


13

pendidik akan mengetahui arah yang akan dicapai dalam rangka

membentuk para siswa menjadi siswa yang berguna bagi Nusa dan

Bangsa.

Dibawah ini akan penulis kutip beberapa pengertian dasar

pendidikan di Indonesia, antara lain:

1. Oleh Para pendidik IKIP Malang dalam bukunya Filsafat pendidikan

dan dasar pendidikan pancasila menyebutkan bahwa pendidikan itu

adalah proses pengamalan untuk hidup manusia dari hari kehari

sampai menemukan kebenaran inti yang hakiki.(M. Noor.S, 1986 : 94)

2. Nawawi mengatakan bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah usaha

sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia,

baik didalam maupun diluar sekolah. (Nawawi, 1985 : 19)

3. Drs. Soetjipto Winiwidjojo dan Dr. Soedijarto mengatakan bahwa

pendidikan adalah kegiatan yang disengaja oleh seseorang terhadap

orang lain dengan maksud untuk mengetahuinya.

4. Pakar pendidikan LIPI Jakarta dalam bukunya Strategi Pembangunan

Pendidikan di Indonesia menyebutkan bahwa pendidikan dan

pembangunan pada hakekatnya adalah suatu gerakan yang

multidimensional yang dimulai dari pendidikan sikap, budaya, sosial,

seni, ekonomi yang kesemuanya pada hakekatnya adalah fakta yang

menuliskan sains dan teknologi bagi persyaratan untuk mencapai

masyarakat modern sampai supra modern. (Budiono, dkk, 1994 : 188)


14

Adanya perbedaan pandangan dari beberapa tokoh pendidikan

mengenai pengertian pendidikan, hal ini disebabkan oleh adanya cara

pandang yang berbeda dengan berlandaskan kepada falsafah hidup

Bangsanya masing-masing. Di Indonesia mengenai landasan pokok,

pengertian dan tujuan pendidikan selalu disesuaikan dengan falsafah hidup

bangsa dan Negara Indonesia yaitu Pancasila.

2.1.5 Konsep Pendidikan Agama Hindu

Sebelum membahas materi pokok yang menyangkut masalah

pegertian pendidikan Agama Hindu alangkah baiknya dibahas dulu

pengertian pendidikan secara umum, dan khusus pengertian pendidikan

Agama Hindu itu sendiri, sehingga apa yang dibahas dalam tulisan ini

akan lebih jelas dan mengkhusus. Mengenai pendidikan sesungguhnya

banyak defenisi yang dikemukakan oleh para ahli tokoh pendidikan yang

pada dasarnya mempunyai inti yang sama, namun demikian tidak berarti

pengertian tersebut telah dirumuskan di dalam suatu defenisi yang sama

akan tetapi diantara defenisi yang akan diberikan terdapat perbedaan

penekanan yang tidak prinsipil. Pengertian-pengertian tentang istilah

pendidikan dapat dikemukakan yang mana didefenisiskan oleh para ahli

maupun yang telah diterapkan oleh kebijaksanaan pemerintah.

Beberapa pengertian istilah pendidikan baik dalam arti secara

sempit maupun luas.


15

Dalam arti sempit pendidikan adalah perbuatan disengaja oleh

orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa dengan maksud untuk

mempengaruhinya. Pendidikan mempunyai arti dengan kata Faedagogie

yang berasal dari perkataan “Pais” (= anak) dan “again” (=membimbing).

Sedangkan dalam arti luas pendidikan berarti kegiatan disengaja, oleh

seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk mempengaruhinya.

(Widana,1987:2).

Beberapa perumusan pengertian pendidikan dari para ahli antara

lain :

1. Ki Hajar Dewantara, (1978:8) menguraikan bahwa pendidikan

ialah daya upaya untuk memajukan budhi pekerti, pikiran, dan

tubuh dari anak.

2. Oberhoizer, menguraikan :

Pendidikan ialah suatu bentuk perbuatan yang disengaja dari

seseorang yang telah dewasa dan terbentuk keperibadiannya

terhadap orang yang sedang berkembang menuju

kedewasaannya dan sedang mengalami pembentukan

pribadinya.

3. Perguin, menguraikan;

Pendidikan ialah pertolongan dari orang-orang yang

bertanggung jawab terhadap seseoarang, supaya anak itu

mencapai kedewasaannya.
16

Bertitik tolak dari pengertian tersebut di atas, bahwa semua

pendapat tersebut di simpulkan berdasarkan pengertian yang dianut oleh

seseorang tentang pendidikan itu sendiri dengan menitik beratkan bahwa

semua itu merupakan bagian dari urusan kemanusian.

Beberapa hal yang merupakan landasan penting di dalam

mencapai kemanusiaan itu antara lain:

a. Pendidikan harus merupakan satu pertolongan.

b. Pertolongan harus bersifat mendidik dan hanya dapat dilakukan oleh

orang-orang yang bertanggung jawab atas perkembangan anak.

c. Pendidikan mengarah pada tujuan pendidikan.

Pengertian pendidikan Nasional dan Sistem pendidikan Nasional

menurut UU. RI. NO. 2 Tahun 2003, tentang sisitem pendidikan Nasional,

ayat 1, 2,dan 3. merumuskan sebagai berikut:

1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, ahlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, Bangsa,

dan Negara.

2. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,

yang berakar pada nilai-nilai Agama, kebudayaan Nasional Indonesia

dan tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman.


17

3. Sistem pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan

yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan

Nasioanal.

Hal ini berarti bahwa pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila

dan Undang-undang dasar 1945, dalam usaha untuk membangun manusia

Indonesia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional Indonesia.

Menurut UU. RI. NO. 2 Tahun 2003, tentang tujuan pendidikan

Nasional BAB II, Pasal 2, dan 3, merumuskan yaitu:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan, ber ahlak mulia, cakap,
kreatif, sehat, berilmu, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan Agama Hindu mampu mengantarkan manusia

mencapai kebahagiaan secara lahir dan bathin. Agama Hindu mampu

menuntun umatnya untuk mencapai kesempurnaan hidup berupa kesucian

lahir, bathin dan budhi pekerti yang luhur yang memberikan kebahagiaan

dan kesehjateraan material kepada sesama manusia dan mahluk lainnya

yang disebut Jagadhita dan memberikan ketentraman rohani yang

merupakan sumber kebahagiaan abadi serta memberi kesucian yang

menyebabkan rohani atau roh bebas dari penjelmaan serta merasakan

kemanungggalan dengan Brahman yang disebut dengan Moksah.

Hal ini sesuai dengan tujuan Agama Hindu yang dirumuskan

dalam satu kalimat singkat yaitu “Moksartham jagadhita ya ca iti


18

dharma” yang artinya Dharma/Agama itu adalah jalan untuk mencapai

kesejahteraan mahluk hidup. (Puja, 1983 : 14)

Tujuan pendidikan Agama Hindu menurut himpunan kesatuan

tafsir terhadap aspek-aspek Agama Hindu adalah sebagai berikut :

Tujuan pendidikan agama Hindu di luar sekolah :

1. Mananamkan ajaran agama itu menjadi keyakinan dan landasan setiap

kegiatan umat dalam semua perilaku kehidupannya.

2. Ajaran agama Hindu mengarahkan tata kemasyarakatan umat Hindu

sehingga serasi dengan Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia.

3. Menyerasikan dan menyeimbangkan pelaksanaan bagian-bagian ajaran

agama Hindu dalam masyarakat antara tattwa, susila dan upacara.

4. Untuk mengembangkan hidup rukun antara umat beragama (PHDI,

2001:23).

Tujuan pendidikan agama Hindu di sekolah adalah :

1. Membentuk manusia Pancasila yang astiti bakti atau bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).

2. Membentuk moral, etika dan spiritual anak didik yang sesuai dengan

ajaran Agama Hindu (PHDI, 2001 : 24).

Dengan demikian tujuan pendidikan Agama Hindu itu dapat

mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan lahir dan bathin. Disamping

itu tujuan pendidikan Agama Hindu adalah membina moral keterampilan

dan intelektual manusia, dengan meningkatkan keterampilan,

mencerdaskan jiwa agar menjadi orang terampil dan intelektual.


19

Bila dijabarkan tujuan pendidikan Agama Hindu tersebut,

sehingga menjadi landasan didalam segenap aktivitas, maupun kegiatan

umat dalam seluruh prikehidupannya mengarahkan pada pertumbuhan

masyarakat umat Hindu mejadi serasi dengan dasar Negara Pancasila.

Selain itu juga mempunyai tujuan agar implementasi antara Tattwa, Susila

dan Ritual dapat berjalan secara serasi, selaras dan seimbang.

Pengertian pendidikan Agama Hindu adalah seperti apa yang

terungkap didalam keputusan himpunan kesatuan tafsir terhadap aspek-

aspek Agama Hindu adalah sebagai berikut :

Pendidikan Agama Hindu di luar sekolah terdiri dari :

a. Pengertian pendidikan Agama Hindu.

b. Guna dan tujuan pendidikan Agama Hindu.

c. Materi dan sarana pendidikan Agama Hindu.

d. Pelaksanaan pendidikan Agama Hindu.

Pendidikan Agama Hindu disekolah yang terdiri dari :

a. Pengertian pendidikan Agama Hindu.

b. Guna dan tujuan pendidikan Agama Hindu.

c. Didaktik dan metodik pendidikan Agama Hindu.

d. Bahan (materi) pendidikan Agama Hindu.

e. Sarana pendidikan Agama Hindu (PHDI, 2001 : 23-24).

Beranjak dari pemaparan diatas dapat ditarik benang merah

bahwa pendidikan Agama Hindu tersebut dapat berlangsung diluar sekolah


20

dan disekolah. Adapu pengertian pendidikan Agama Hindu tersebut

adalah:

a. Pendidikan Agama Hindu diluar sekolah merupakan suatu upaya untuk

membina pertumbuhan jiwa masyarakat dengan ajaran Agama Hindu

itu sendiri sebagai pokok materi.

b. Pendidikan Agama Hindu disekolah adalah suatu upaya untuk

membina pertumbuhan jiwa raga anak didik sesuai dengan ajaran

Agama Hindu (PHDI, 2001 : 23-24)

Pendidikan Agama Hindu memiliki andil yang besar untuk

menciptakan insan-insan pembangunan yang berjiwa pancasila. Pada

pembangunan dewasa ini pendidikan Agama Hindu perlu digalakkan

untuk membentuk sikap mental yang kuat. Sehingga kesejahteraan lahir

dan bathin dapat terwujud.

Menurut Punyatmaja (1984:9) dalam bukunya Cilakrama

diuraikan tentang pendidikan sebagai berikut:

Cilakramaning aguron-guron, adalah kewajiban seorang siswa

calon kerohanian yang hendak menerjunkan diri di dalam hidup

keagamaan untuk mencapai kesempurnaan hidup dan kesucian bathin yang

berupa kebajikan, keluhuran budhi pekerti yang disebut dharma untuk

mendapatkan kebahagiaan akhirat yaitu sorga dan penjelmaan yang

sempurna terutama untuk mencapai kebahagiaan rohani yang langsung dan

kebebasan roh dari penjelmaan yang disebut Moksa.


21

Materi ajaran Agama Hindu adalah bersumber pada Veda. Apa

yang dicantumkan sesuai dengan kutipan sloka Sarasamuccaya 40, yang

berunyi sebagai berikut:

Kunang kengetakena, sãssing kãjar de sang hyang şruti’ dharma


ngaranika, sakãjar de sang hyang smrti kuneng’ dharma ta
ngaranika, cistãcãra kunang, ãcãranika sang şişta, dharma ta
ngaranika, şişta ngaran sang hyang satyawãdi, sang ãpta, sang
patirthan, sang panadahan upadesa sangksêpa ika katiga,
dharma ngaranira.

Terjemahannya:

Maka yang patut di ingat adalah, segala apa yang diajarkan oleh
Cruti, disebut dharma; semua yang diajarkan smerti, pun dharma
pula namanya itu; demikian pula tingkah laku sang Cista, disebut
juga dharma; cista artinya orang yang berkata jujur yang setia
pada kata-katanya, orang yang dapat dipercaya, orang yang
menjadi tempat pensucian diri, orang yang memberikan ajaran-
ajaran atau nasehat-nasehat; singkatnya ketiga-tiganya itu disebut
dharma (Kadjeng, 2001:3).

Berdasarka kutipan sloka di atas, maka dapat diketahui materi

pokok dari ajaran Agama Hindu, sehingga dapat dikatakan bahwa

pendidikan Agama merupakan suatu upaya untuk membina pertumbuhan

dan perkembangan jiwa sesuai dengan ajaran Agama Hindu.

Media pendidikan Agama Hindu adalah suatu metode, alat dan

teknik yang digunakan dalam menyampaikan ajaran mengenai pendidikan

moral dan budhi pekerti yang luhur untuk membentuk kepribadian yang

utuh serta selalu takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan penuh

pengabdian dan pengorbanan sesuai dengan ajaran Agama Hindu.


22

2.2 LANDASAN TEORI

Landasan teori merupakan teori-teori yang dijadikan landasan atau alat

untuk menjawab permasalahan yang diajukan, sehingga jawaban yang dihasilkan

merupakan jawaban yang bersifat teoritis dan sistematis. Oleh karena itu landasan

teori harus dipahami dalam suatu penulisan karya ilmiah. Teori-teori tersebut

tidaklah selamanya dapat dipertahankan, disebabkan adanya gejala-gejala baru

sesuai dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK. Adapun teori yang dipakai

untuk membedah masalah yang dihadapi adalah :

2.2.1 Teori Motivasi

Teori motivasi dikemukakan oleh Abraham Maslow, dengan

anggapan dasar sebagai berikut :

1. Bahwa Manusia selalu terdorong untuk memenuhi kebutuhan dan

kepuasan sesuai waktu, keadaan dan pengalaman yang bersangkutan

mengikuti suatu hirarki.

2. Dalam tingkatan ini kebutuhan pertama yang harus dipenuhi terlebih

dahulu adalah kebutuhan pisiologis antara lain istirahat.

3. Setelah kebutuhan pertama dipuaskan, kebutuhan yang lebih tinggi

berikutnya akan menjadi kebutuhan utama yaitu kebutuhan akan

keamanan dan rasa aman.

4. Kebutuhan ketiga akan muncul setelah kebutuhan kedua terpuaskan.

5. Peroses ini berjalan terus sampai terpenuhinya kebutuhan aktualisasi

diri, dimana bisaanya dalam suatu perusahaan menejemen dapat


23

memberikan insentif untuk memotivasi hubungan kerja sama,

kewibawaan pribadi suatu rasa tanggung jawab untuk mencapai hasil

prestasi yang tinggi. (Dalam Suastika, 2002 : 4-5).

Berdasarkan teori tersebut diatas, maka setiap manusia terdorong

berbagai macam dorongan melakukan mobilitas untuk memenuhi

kebutuhan antara lain ;

1. Kebutuhan dagang atau ekonomi.

2. Kebutuhan kepentingan politik.

3. Kebutuhan keamanan.

4. Kebutuhan kesehatan.

5. Kebutuhan pemukiman.

6. Kebutuhan kepentingan Agama.

7. Kebutuhan kepentingan pendidikan.

8. Kebutuhan minat kebudayaan.

9. Kebutuhan hubungan keluarga.

10. Kebutuhan untuk konverensi.

11. Kebutuhan rekreasi.

Motivasi atau dorongan orang untuk melakukan perjalanan akan

menimbulkan permintaan-permintaan, antara lain, sarana pariwisata yang

disediakan oleh masyarakat sehingga permintaan akan jasa pariwisata

tersebut juga akan meningkat apabila terjadi peningkatan jumlah orang yang

melakukan perjalanan.
24

Pada saat ini terdapat kecendrungan untuk melihat pariwisata

sebagai suatu aktivitas yang wajar dan merupakan suatu permintaan yang

wajar pula untuk dipenuhi. Pariwisata tidak saja dilihat sebagai suatu

fenomena dimana sejak zaman purbakala manusia mempunyai dorongan

untuk mengadakan perjalanan.

Fenomena pariwisata baik dalam arti sempit adalah kenikmatan

perjalanan atau kunjungan sebagai dorongan atau motivasinya, maupun

dalam arti luas adalah segala macam motivasi dan mempunyai dampak pada

sendi-sendi kehidupan orang dan masyarakat antara lain sosial ekonomi,

sosial budaya, politik dan lingkungan hidup. Sehingga dampak Dari

pariwisata tersebut dapat bersifat positif dan perlu dikembangkan tapi juga

bersifat negative sedapat mungkin diminimalisir.

2.2.2 Teori Fungsional Struktural.

Teori Fungsinal Struktural dikembangkan oleh Falcott Parsons,

dengan anggapan dasar sebagai berikut:

1. Perubahan-perubahan dalam sistem sosial pada umumnya terjadi secara

gradual, melalui penyesuaian-penyesuaian, dan tidak secara

revolusioner. Perubahan-perubahan yang terjadi secara derastic pada

umumnya hanya mengenai bentuk akarnya saja sedangkan unsur-unsur

sosial budaya yang menjadi bangunan dasarnya tidak seberapa

mengalami perubahan.
25

2. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sitem dari pada bagian-bagian

yang saling berhubungan satu sama lain.

3. Dengan demikian hubungan pengaruh-mempengaruhi diantara bagian-

bagian tersebut adalah bersifat ganda dan timbal balik.

4. Pada dasarnya perubahan-perubahan sosial timbul atau terjadi melalui

tiga macam kemungkinan yaitu penyesuaian-penyesuaian yang

dilakukan oleh sistem sosial tersebut terhadap perubahan-perubahan

yang datang dari luar; pertumbuhan melalui proses differensiasi

struktural dan fungsional; serta penemuan-penemuan baru oleh anggota

masyarakat. (dalam Nasikum, 2003 : 11)

Dengan cara lain dapat dikatakan bahwa satu struktur sosial

terbentuk oleh karena setiap orang menganut dan mengikuti pengertian-

pengertian yang sama mengenai situasi-situasi tertentu dalam bentuk

norma-norma sosial, maka tingkah laku mereka terjalin sedemikian rupa

kedalam suatu struktur sosial.

2.2.3 Teori Perkembangan

Secara universal teori perkembangan manusia dapat di bagi

menjadi tiga bagian yakni;

1. Aliran Nativisme

Aliran ini berasal dari seseorang yang berkebangsaan Jerman yang

bernama Schopenhauer yang berpendapat bahwa perkembangan


26

manusia semata-mata di tentukan oleh unsur pembawaan. Bagi kaum

nativisme faktor pembawaan lebih kuat dari pada faktor yang datang

dari luar, dimana pendidikan tidak mampu mengubah sifat-sifat

pembawaan atau heredity.

Jadi jika benar pendapat tersebut, maka percumalah kita mendidik atau

pendidikan tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan hal ini di sebut

pesimisme Paedagogies (dalam Akyas Azhari, 2004:191). Aliran ini

jelas sekali berpendapat bahwa pengaruh lingkungan dalam bentuk apa

pun baik itu pendidikan atau pun pengaruh yang lainnya tidak

mempengaruhi perkembangan prilaku atau pun jiwa manusia.

2. Aliran Empirisme

Aliran ini dikemukakan oleh seorang ahli berkebangsaan Inggris yang

bernama John Locke yang berpendapat bahwa perkembangan manusia

itu sepenuhnya di tentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan,

sedangkan faktor dasar atau pembawaan sama sekali tidak berpengaruh.

Anak diibaratkan seperti kertas putih, dia akan menjadi apa pun sesuai

dengan yang dituliskan di atas kertas tersebut (Teori Tabula Rasa)

(dalam Akyas Azhari, 2004:192).

3. Aliran Konvergensi

Aliran ini berasal dari psikologi Jerman bernama William Stern. Ia

berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang dialami

manusia adalah pengaruh dari unsur pembawaan dan unsur lingkungan.

Hukum ini merupakan perkembangan dari aliran Nativisme dan


27

Empirisme, dimana keduanya merupakan satu kekuatan, berpadu

menjadi satu dan hubungan keduanya saling pengaruh-mempengaruhi

(dalam Akyas Azhari, 2004:193).

Anda mungkin juga menyukai