Matahari Marhaenisme!
Oleh Soekarno
Sebagian orang mengira bahwa kaum Marhaen ialah kaum proletar. Itu tidak benar.
Sebab, apakah yang dinamakan “proletar” itu? Di dalam kamus Politik F.R. (Fikiran
Ra'jat- ed) nomor percontohan istilah ini telah kita jelaskan dengan singkat. Proletar
ialah orang yang dengan menjual tenaganya “membuat” sesuatu “barang” untuk
orang lain (majikannya), sedang ia tidak ikut memiliki alat-alat pembuatan “barang”
itu. Ia tidak ikut memiliki produktie-middlen. Seorang letterzetter adalah seorang
proletar, karena ia menjual tenaganya, sedang letter-letter yang ia zet itu bukan
miliknya. Seorang masinis adalah seorang proletar, karena ia menjual tenaganya,
sedang lokomotif yang ia jalankan bukan miliknya. Seorang insinyur yang masuk
kerja pada orang lain adalah juga seorang proletar, karena ia menjual tenaganya,
sedang kantor atau besi-besi atau semen yang ia usahakan itu bukan miliknya.
Insinyur ini biasanya disebutkan “proletar intelektual”.
Dus terang sekali, bahwa istilah proletar itu buat gampangnya uraian kita ”berarti
“kaum buruh”. Di Eropa sudah selayaknya ada proletarisme, itu faham yang
memihak kaum proletar. Sebab di semua kota-kota ada banyak perusahaan-
perusahaan dan pabrik-pabrik, yang beribu-ribu kaum buruhnya. Kota-kota itu
penuh dengan puluhan, ratusan kaum proletar. Juga di luar kota-kota di Eropa
banyak kaum proletar. Di bidang pertanian di Eopa sudah sejak lama timbul
landbouw-kapitalisme, yakni kapitalisme pertanian. Banyak sekali “kaum buruh
tani” yang bekerja pada kapitalisme pertanian itu.
Sehingga, jika kita memakai faham proletarisme, faham itu tidak mengenai semua
kaum yang tertindas. Karena itu kita membuat istilah baru: istilah Marhaen.
Marhaen adalah istilah politik. Ia meliputi semua kaum yang melarat di Indonesia:
baik yang proletar maupun yang bukan proletar, yakni yang buruh maupun yang
bukan buruh. Kaum tani melarat yang masih “merdeka” itu, juga termasuk dalam
istilah ini.
Indonesia yang berpihak pada Marhaen, adalah seorang Marhaenis. Baik orang
Marhaen sendiri maupun intelektual, yang memihak pada Marhaen adalah
Marhaenis. Misalnya kaum Marhaen yang masuk Sarekat Hedjo, yang oleh
karenanya memihak pada kaum sana (penjajah Belanda-ed), adalah bukan
Marhaenis. Kewajiban kita membuat mereka menjadi kaum Marhaenis.
Yang menjadi cap Marhaenis ialah fahamnya, sikap pendiriannya, asasnya. Bukan
harus sengaja memakai pakaian yang koyak-koyak jika bisa memakai pakaian yang
pantas, atau sengaja memakai sepatu yang jebol jika memiliki sepatu yang baru,
atau sengaja memakan daun pisang jika memiliki pisang tetapi fahamnya, sikap
pendiriannya, asasnya yang menjadi ukuran. Sebab, sekali lagi: pakaian yang
koyak-koyak belum tentu menutupi jiwa yang Marhaenis. Lid Sarekat Hedjo pun
banyak yang pakaiannya koyak-koyak.
Sekarang faham dan asas Marhaenisme itu makin menjalar: matahari Marhaenisme
makin menyingsing. Hiduplah Marhaenisme!
Lain kali kita kupas lebih jauh faham Marhaenisme ini; dan kita akan bandingkan
juga Marhaenisme dengan Radikalisme.
Secara positif, maka Marhaenisme saya namakan juga SOSIO NASIONALISME dan
SOSIO DEMOKRASI; karena Nasionalismenya Kaum Marhaen adalah Nasionalisme
yang Sosial Bewust, dan karenanya Demokrasinya Kaum Marhaen adalah
Demokrasi yang Sosial Bewust-pula. Dan Siapakah yang saya namakan Kaum
Marhaen itu ??
Yang saya namakan Kaum Marhaen itu adalah : Setiap Rakyat Indonesia yang
melarat atau lebih tepat, yang dimelaratkan oleh Sistem Kapitalisme, Imperialisme,
dan Kolonialisme. Kaum Marhaen terdiri dari tiga unsur :
Dan Siapakah yang saya maksud dengan kaum Marhaenis ?? kaum Marhaenis
adalah "setiap pejuang dan setiap patriot bangsa":
∼ Yang mengorganisir berjuta-juta kaum Marhaen itu dan
∼ Yang bersama-sama dengan tenaga massa Marhaen itu hendak menumbangkan
Sistem kapitalisme, Imperialisme, dan Kolonialisme, dan
∼ Yang bersama-sama dengan massa marhaen membangun negara dan
masyarakat yang kuat, bahagia sentosa, adil dan makmur.