Anda di halaman 1dari 123

BAGIAN I

Dari Filsafat Ke Politik

Karl Marx lahir di Trier, di Rhineland Prusia, tanggal 5 Mei 1818.


Kedua orang tua Marx adalah keturunan Yahudi, tetapi mereka kemudian
dibaptis oleh gereja-negara Prusia ketika Marx masih kanak-kanak.
Ideologi pencerahan Perancis telah memenangkan basis yang kuat
Rheineland, yang dikuasai oleh Perancis dari tahun 1798 sampai 1815, dan
dari ayah serta guru-guru sekolahnya, Marx mendapatkan pendidikan
liberal dan humanis.
Jerman, negeri di mana Marx tumbuh dewasa, ketika itu adalah
negeri yang terbelakang dibanding negeri tetangga Barat lainnya.
Mayoritas penduduk negeri itu bekerja di sektor agraris, dan produksi di
perkotaan masih didominasi oleh sistem gilda, dan industri modern baru
masuk di Rheinland bagian utara. Kota-kota di Jerman hanya sedikit saja
pertumbuhannya, atau tidak sama sekali, sejak abad 16, dan jumlah
penduduk Jerman pada masa itu hanya separuh dari jumlah penduduk
Paris. Keterbelakangan ekonomi itu tercermin dalam struktur-struktur
politik Jerman. Jerman pada waktu itu belum pernah mengalami bentuk
revolusi borjuis apapun, dan masih terbagi dalam 39 negara bagian, yang
umumnya bersifat absolutis, dalam sebuah konfederasi di bawah Aliansi
Suci yang terdiri dari Prusia, Austria dan Rusia.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Walaupun terbelakang, sejarah Jerman tidaklah statis. Revolusi
Perancis telah memberi inspirasi bagi lahirnya suatu sentimen demokratik
yang kuat di antara kaum pengrajin/seniman dan kaum intelektual di kota-
kota Jerman. Sentimen ini tidak sepenuhnya hilang setelah mengalami
pendudukan Napoleon, dan masih terus hadir untuk memberi inspirasi bagi
lahirnya sebuah revolusi kerakyatan. `Perang Pembebasan' di tahun 1813,
walaupun dilancarkan di bawah kepemimpinan Prusia, namun mampu
membangkitkan antuasisme bagi sebuah Jerman bersatu, yang muncul
seiring arus demokratik dan kemudian mendorong terbentuknya
komunitas-komunitas rahasia, yang dikenal sebagai Burschenschaften
(Asosiasi-Asosiasi Mahasiswa). Walaupun hanya berdiri di universitas-
universitas, namun demonstrasi-demonstrasi yang mereka lakukan,
khususnya pada Festival Wartburg tahun 1817, telah mengarahkan gerakan
demokratik nasional pada satu fokus. Pada tahun 1819, tindakan-tindakan
represif dari Dekrit Karlsbad, yang diperintahkan oleh Aliansi Suci,
dilancarkan untuk menindas gerakan ini, yang menyala kembali setelah
revolusi Juli di Perancis pada tahun 1830 dan mengalami tingkat represi
yang baru.
Perkembangan industri, baik tekstil maupun industri berat,
berlangsung sangat serius sepanjang tahun 1830-an, yang diuntungkan oleh
kemajuan teknologi yang terjadi di Inggris selama 60 tahun sebelumnya.
Pembangunan jalur kereta api menyusul dengan pesat pada tahun 1840-an.
Zollverin (serikat cukai) Jerman Utara dibentuk di bawah kepemimpinan
Prusia pada tahun 1834 untuk mengantisipasi tuntutan borjuis bagi
unifikasi (penyatuan) nasional, namun seiring kemajuan perkembangan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


kaum kapitalis, maka tekanan kaum liberal untuk adanya konstitusi pun
semakin berkembang di Prusia, khususnya di Rhineland, yang makin
meningkat setelah naiknya Frederick William IV ke tampuk kekuasaan
pada tahun 1840. Jumlah penduduk Jerman meningkat 50% antara tahun
1816-1846, meski emigrasi ke Amerika tetap terjadi, dan ini menambah
tekanan pada persolan tanah, khususnya di propinsi-propinsi di timur
Prusia. Para petani di Jerman Selatan dan Barat pun semakin terjerat dalam
hutang. Di tahun 1840-an, depresi agraria dan perdagangan mulai
menyebabkan kegelisahan di perkotaan dan di pedesaan. Dengan demikian
faktor ekonomi, politik, dan ideologi mulai terbentuk, yang kemudian akan
berpadu dalam jalinan revolusioner tahun 1848.
Pengaruh paradoksikal yang muncul sebagai dampak
keterbelakangan Jerman mengguratkan tanda pada kehidupan intelektual,
satu lingkungan di mana orang Jerman tidak disangsikan lagi
kemajuannya. Sejak revolusi Perancis dan seterusnya, filsafat Jerman
mengalami perkembangan berlebihan yang istimewa, yang menghasilkan
sistem-sistem idealis yang sangat kuat dari Kant, Fichte, Schelling, dan
Hegel. Dalam konteks keterbelakangan historis nasional mereka,
intelektual Jerman telah dipaksa, sebagaimana dinyatakan oleh Marx,
untuk `memikirkan apa yang telah dilakukan orang lain',1) dan paksaan
untuk melakukan abstraksi terhadap pemikiran mereka ini menjadikan
filsafat Jerman pada periode ini tidak tertandingi dalam cakupan
sintesisnya, yang mencapai puncaknya dalam intregrasi sistematis Hegel
terhadap ilmu-ilmu alam, logika, dan teori sosial.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Pada tahun 1836, Marx memulai karir perkuliahannya di Bonn, tapi
tahun berikutnya ia pindah ke Berlin. Semula Marx ingin belajar hukum,
namun kecenderungan teoritiknya segera membawanya ke filsafat. Pada
1831, Hegel wafat di masa jabatannya sebagai profesor di bidang filsafat di
Berlin, tetapi sejak pertengahan dekade tersebut, warisan pemikirannya
telah mulai diperdebatkan, yaitu ketika kaum Hegelian Muda (Hegelian
Kiri) melancarkan serangan pertama terhadap sistem yang kolot dengan
menerbitkan karya David Strauss, Life Of Jesus (Kehidupan Yesus).2)
Dalam gabungan keterbelakangan ekonomi dan politik Jerman
yang istimewa itu dengan perkembangan teorinya yang berlebihan, maka
filsafat Hegelian, dengan implikasi-implikasi politiknya yang ambigu dan
ketegangan internal dalam sistem dan metodenya, pada dekade berikutnya
ternyata menyediakan ruang bagi pertarungan-pertarungan politik yang
ketika itu belum dipertarungkan dalam arena perjuangan kelas terbuka.
Kaum `Kanan', yaitu para Hegelian Ortodoks, yang berjuang
mempertahankan konvervatisme dengan membela sistematika Hegel,
berdasarkan pernyataan/diktum bahwa `hal yang nyata adalah hal yang
rasional' menyediakan legimitasi bagi segala yang ada masa itu, khususnya
agama Kristen dan Monarki Prusia. Kelompok Hegelian Kiri
menggunakan metode Hegel yang dialektik untuk mengkritisi lembaga-
lembaga yang ada sebagai tidak rasional, sehingga berarti `tidak riil', yaitu
telah hidup lebih lama dari moment sejarahnya, dan sudah waktunya
diubah. Dengan demikian, mereka melancarkan kembali pertarungan lama,
sekalipun dengan istilah yang lebih canggih, peperangan melawan agama
dan absolutisme seperti yang terjadi pada masa Pencerahan Perancis di

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


abad sebelumnya. Kaum Hegelian Muda tidak menolak kebenaran agama
atas landasan agama itu sendiri, melainkan mencoba rmenjelaskan dogma
agama dalam level yang berbeda dalam realitas, yang contoh utamanya
adalah dalam hal etika. Pada tahun 1841 Ludwig Feuerbach mencapai apa
yang bagi Hegelian Muda nampak sebagai suatu `penghapusan' agama
secara tegas melalui bukunya The Essence of Christianity (Hakikat
Kristianitas),3) di mana ia mentransformasikan idealisme Hegel menjadi
humanisme radikal dengan mengganti subjek abstrak dalam Philosopy of
Mind (Filsafat Akal)-nya Hegel dengan spesies manusia, dan menjelaskan
agama sebagai keterasingan (alienasi) manusia dari kekuasaan atau
hakikatnya sendiri, sehingga kemudian ia dikuasai oleh hal-hal yang ia
ciptakan sendiri. Di Prusia dan negara bagian Jerman lainnya yang
absolutis, agama adalah pijakan awal alami bagi kritik kaum rasionalis
karena negara dan tatanan sosial tradisional masih mendirikan
legitimasinya di atas basis agama. Tesis doktoral Marx yang diselesaikan
pada tahun 1841, dianggap sebagai sebuah karya yang anti agama.4)
Marx melakukan pendekatan terhadap politik dengan bantuan dari
kawan Hegelian Muda-nya, Bruno Bauer, yang melakukan transisi dari
kritik terhadap agama menjadi kritik terhadap politik secara ekspisit
dengan bukunya The Christian State (Negara Kristen). Pada tahun 1841
Marx bergabung dengan Bauer di Bonn dan bekerja sama untuk beberapa
waktu, sembari berencana menerbitkan sebuah jurnal, yang akhirnya gagal.
Selain itu, Marx juga mendekati Bauer untuk mendapatkan posisi sebagai
rekan kerja Bauer di universitas tersebut. Namun demikian, beberapa bulan
kemudian, karena kegiatan-kegiatan subversifnya, Bauer akhirnya dipecat

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


dari Universitas Bonn, suatu kejadian yang langsung menyirnakan harapan
Marx akan sebuah karir akedemik.
Artikel politik Marx yang pertama diterbitkan di bulan Februari
1842 dalam jurnal Hegelian Muda Anekdota. Mengomentari perihal sensor
di Prusia, Marx menunjukan kontradiksi yang melekat pada sistem sensor
tersebut, dan mengajukan argumen pembelaan yang liberal dan rasional
tentang perlunya kebebasan pers dan kemerdekaan berpendapat bagi
publik.5)
Sepanjang tahun 1842 Marx semakin terlibat dalam koran
Rheinische Zeitung (Buletin Rhein) dan akhirnya diangkat menjadi
editornya. Rheinische Zeitung yang diterbitkan di Cologne, mewakili
aliansi singkat antara filsuf-filsuf Hegelian Muda, yang telah mulai
condong ke radikalisme, dengan borjuasi liberal, Rhein yang gelisah
terhadap kegagalan sang raja baru untuk mengabulkan konstitusi yang
telah lama dijanjikan. Dalam Rheinische Zeitung, Marx berkutat dengan
persoalan-persoalan politik aktual dalam batas-batas oposisi liberal, karena
ketika itu ia masih percaya dimungkinkannya dan perlunya `tugas yang
penuh penderitaan dan tanpa pamrih untuk mencapai kemerdekaan politik
tahap demi tahap'.6) Ketika bekerja di Rheinische Zeitung -lah Marx, untuk
pertama kalinya, bersentuhan dengan ide-ide sosialis dan komunis
Perancis, yang menjadi populer di Jerman pada tahun 1842 berkat
propaganda Moses Hess7) dan diterbitkannya buku karya Lorenz Van Stein,
The Socialism and Comunism of Contemporery France (Sosialisme dan
Komunisme Perancis Kontemporer). Akan tetapi, ketika itu sikap Marx
terhadap komunisme Perancis masih sangat berhati-hati. Ketika Hess

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


banyak diserang dalam artikel-artikel yang ditulisnya di Rheinische
Zeitung, Marx menulis editorial ` Rheinische Zeitung … bahkan tidak
dapat menerima realitas teoritik dari ide-ide komunistik dalam bentuknya
yang sekarang, dan bahkan berpendapat bahwa realisasinya dalam praktek
lebih tidak mungkin lagi.' Namun demikian, Marx menerima bahwa
tulisan-tulisan yang dari Leroux, Considérant dan, yang terpenting, karya-
karya terobosan Proudhon hanya dapat dikritik setelah studi panjang dan
mendalam.8)
Yang lebih berperan penting bagi perkembangan Marx adalah
bahwa sebagai editor Rheinische Zeitung, ia dipaksa berhadapan secara
praktek dengan `persoalan-persoalan sosial'. Sebelumnya Marx
mencurahkan perhatiannya hanya pada persoalan politik dan agama,
sebuah bidang di mana Marx berhasil menjelaskan berbagai perdebatan
antar para pemikir, dalam cara pandang yang idealis, sekedar untuk
membenarkan atau menunjukkan kesalahan ide-ide mereka itu. Kini Marx
terlibat dalam konflik-konflik berdasarkan kepentingan material untuk
pertama kalinya, yaitu dalam kaitannya dengan pelanggaran legislatif
Parlemen Rhein9) tentang hak-hak penggunaan kayu, dan tentang
pemiskinan petani anggur di Moselle yang diakibatkan oleh Zollverein.
Marx mengritik Parlemen Rhein atas undang-undangnya yang kental akan
bias kelas, namun ketika itu Marx masih percaya bahwa perdebatan politis
dapat menyelesaikan konflik-konflik seperti itu, syaratnya adalah
kebebasan pers dan debat publik.10) Namun, seperti yang kemudian diakui
Marx, masalah-masalah yang ditimbulkan oleh isu-isu inilah yang

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


menyebabkan ia berpaling dari arus besar kritisisme filsafat Hegelian
Muda dan berpaling pada materialisme historis.11)
Penindasan terhadap Rheinische Zeitung di bulan Maret 1843
menandai berakhirnya harapan bahwa Prusia dapat mengalami kemajuan
melalui monarki konstitusional menuju kebebasan demokratik. Kaum
Hegelian Muda kemudian terpecah menjadi beberapa kecenderungan yang
berbeda. Beberapa orang seperti Bruno dan Edgar Bauer, serta Max Stirner,
terus berusaha mengembangkan posisi-posisi teoritik yang semakin
radikal, namun tetap menjaga jarak aman dari aktivitas politik praktis;
yang lainnya, terutama Arnold Ruge,12) Moses Hess, Karl Marx, dan
Frederick Engels, mulai mencari cara untuk mengubah `senjata kritik'
menjadi `kritik dengan senjata'.13) Untuk tujuan itu Ruge dan Marx
meninggalkan Jerman pada tahun 1843 ke Paris, tempat di mana Hess telah
menetap. Dan di sanalah mereka merencanakan penerbitan sebuah jurnal,
Deutsche-Französische Jahrbücher (Buku Tahunan Perancis-Jerman).
Namun Kepindahannya ke Paris bukan hanya dipaksa oleh sensor di
Prusia. Sebagai mana tersirat dalam judul jurnal mereka, Marx dan kawan-
kawannya berharap untuk menggabungkan pencapaian filsafat mereka
dengan pencapaian teori politik Perancis, sehingga akan sampai pada
prinsip-prinsip pemandu bagi sebuah revolusi radikal, yang kini mereka
yakini diperlukan di Jerman.
Sepanjang 1843, Marx telah menjadi seorang penganut Feuerbach
yang bersemangat, yang telah mengembangkan posisinya sepenuhnya di
tahun itu dengan penerbitan karyanya, Provisional Theses for the Reform
of Philosophy (Tesis Sementara untuk Reformasi Filsafat). Feuerbach telah

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


mengajarkan bahwa penjelasan agama bahwa Tuhan adalah subjek dan
manusia hanyalah predikat hanya memerlukan pembalikan untuk
mengungkapkan hubungannya yang sejati. Dalam Provisional Theses,
Feuerbach mengajukan bahwa `metode transformatif' ini adalah alat untuk
mengritik semua filsafat spekulatif (seperti idealisme Jerman), karena
filsafat spekulatif tidaklah lebih dari agama dalam tampilan yang sekuler.
Kunci konsep kritis Feuerbach adalah konsep Gattungswessen atau
species-being (kemakhlukan, hal-hal yang menyatakan keberadaan satu
mahluk), yang digunakannya untuk mengungkapkan totalitas kekuatan
kolektif kemanusiaan, dan konsep inilah yang berusaha diterapkan oleh
Marx, mula-mula terhadap negara politik, kemudian terhadap ekonomi
kapitalis yang dimuat dalam dua naskah besar yang ditulis pada tahun 1843
dan 1844.
Marx menulis Critique of Hegel's Doctrine of the State (Kritik
terhadap Doktrin Hegel tentang Negara) di musim panas 1843. Ketika itu,
Marx baru saja menikah dengan Jenny von Westphalen, yang telah
bertunangan dengan Marx selama tujuh tahun, dan tak lama kemudian
pindah bersamanya ke Paris. Dalam naskah ini Marx menyerang penyajian
Hegel tentang hubungan antara negara dengan masyarakat sipil (yaitu
kehidupan ekonomi) sebagai sebuah kasus umum dari filsafat spekulatif.
Bagi Hegel, masyarakat sipil adalah wilayah bagi kebutuhan-kebutuhan
material, sedang negara adalah wilayah akal, yang posisinya lebih tinggi,
tempat diselesaikannya konflik-konflik material. Marx mendasarkan
pendapatnya pada humanisme Feuerbach untuk menjelaskan bahwa
masyarakat sipil-lah dan bukan negara_ yang merupakan wilayah

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


kehidupan nyata manusia sebagai suatu `species-being' dan bahwa `akal'
yang mengatur negara mewakili hubungan nyata manusia dalam bentuk
yang terbalik. Birokrasi negara tidaklah mungkin secara rasional
menengahi konflik-konflik kepentingan material, melainkan membebani
eksistensi nyata manusia dengan menjadi kekuatan penindas.
Dalam kritik ini Marx telah melihat bahwa penyelesaian terhadap
pertentangan antara negara dan masyarakat sipil memerlukan
penghancuran negara demi terbentuknya masyarakat sipil. Inilah posisi
yang kelak akan diintegrasikan Marx dalam konsepsinya tentang
komunisme ilmiah. Akan tetapi dalam tahapan perkembangannya waktu
itu, Marx baru memiliki konsepsi yang samar tentang pertentangan kelas.
Ia masih percaya bahwa pemungutan suara secara universal akan mampu
menciptakan penghancuran negara penindas, dan pembebasan bagi bagi
species-life manusia, namun ia belum mengakui perlunya penghapusan
kepemilikan pribadi _yaitu komunisme_ sebagai syarat dasar bagi
pembebasan ini.
Namun demikian, doktrin Feuerbach tentang species-being dengan
mudah mengarah ke komunisme, dan Marx pun segera mengambil langkah
ini sebagai kelanjutannya. Beralihnya Marx ke komunisme terjadi segera
setelah ia pindah ke Paris di mana ia belajar dari tangan pertama tentang
tendensi-tendensi (aliran politik yang masih berbentuk pemikiran) sosialis
dan komunis, dan terlibat dalam diskusi-diskusi dengan kaum militan dari
gerakan buruh Perancis. Dalam buruh-buruh Perancis yang sadar kelas ini
Marx menemukan penyelesaian untuk masalah-masalah yang telah ia
telaah dalam Critique of Hegel's Doctrin of the State, dan penyebutan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


istilah proletariat untuk pertama kalinya dalam Pendahuluan terhadap
Critique, yang masih dalam perencanaan penerbitan, yang diterbitkan
dalam The Deutsche-Französische Jahrbücher. Di sini Marx berargumen
bahwa satu-satunya kelas yang dapat melaksanakan revolusi radikal di
Jerman (yaitu, kelas yang akan mewujudkan tujuan-tujuan filsafat humanis
Feuerbach) adalah,
“Kelas dengan rantai-rantai radikal, sebuah kelas dalam
masyarakat sipil yang bukan merupakan sebuah kelas dari masyarakat
sipil, sebuah kelas yang memiliki karakter universal karena
penderitaannya universal, yang tidak menuntut perbaikan yang khusus
karena kesalahan yang dilakukan terhadapnya memang bukan kesalahan
khusus, melainkan kesalahan secara keseluruhan. Pemecahan atas
masyarakat ini, sebagai suatu kelas tertentu, adalah proletariat”.
Ketika tinggal di Paris selama setahun (1843-1844), Marx
berkembang melampaui rumusan awalnya dalam filsafat Jerman. Ia bukan
hanya melanjutkan studinya tentang teori politik Perancis, yang di satu sisi
dimaksudkan untuk menuliskan sejarah Konvensi-konvensi Revolusi
Perancis, melainkan juga, karena dirangsang oleh kontaknya dengan
gerakan proletarian, mulai mempelajari para ahli ekonomi Inggris yang
menelaah `batang-tubuh' masyarakat borjuis. Walaupun begitu, dalam
naskah awal Marx yang berkutat dengan persoalan-persoalan ekonomi dan
komunisme _The Economic and Political Manuscript of 1884_ untuk
pertama dan terakhir kalinya, Marx masih berusaha mengintregrasikan
materi pokok yang baru ini ke dalam kerangka humanisme a la Feuerbach.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Dalam Naskah-naskah 1884, Marx menerapkan metode kritis
Feuerbach terhadap ekonomi politik, mengritik sistem ekonomi borjuis dan
para pembelanya karena membalikkan hubungan-hubungan yang sejati
antara kerja dan modal. Bukan modal yang menjadi subjek dari proses
ekonomi dan kerja sebagai predikatnya melainkan, pada kenyataannya,
kerja manusia-lah, aktivitas alami dari species-being manusia, yang
direnggangkan atau diasingkan dan diubah menjadi modal yang menindas
buruh. Dalam hal ini, komunisme dirumuskan sebagai pengambilalihan
kembali kekuatan-kekuatan produktif manusia yang direnggangkan,
sehingga menjadi bentuk masyarakat yang sesuai dengan species-being
manusia.
Naskah-naskah ini sering dianggap sebagai pertanda sampainya
Marx pada tema-tema dasar teorinya yang lebih matang. Tentunya sangat
tepat kalau dikatakan bahwa gagasan tentang modal sebagai `kerja yang
diasingkan' mempengaruhi telaah Marx yang selanjutnya tentang Surplus
Value (Nilai Lebih) dan bahwa Marx, untuk pertama kalinya, secara
eksplisit menyatakan dengan bersemangat bahwa komunisme adalah
penyelesaian terhadap pertentangan-pertentangan sosial. Namun
perkembangan teoritik Marx masih jauh dari pemisahan penuh dengan
rumusan-rumusan awalnya. Dalam naskah itu, Marx bukan tidak sepakat
dengan kandungan deskriptif teori ekonomi borjuis, melainkan hanya
mengritik realitas yang diuraikan oleh teori ekonomi borjuis sebagai satu
hal yang tidak manusiawi. Demikian pula Marx mengritik para ideolog
yang menerima dan membenarkan realitas ini. Namun dalam Capital, Marx
tidak lagi mengritik masyarakat kapitalis semata berdasarkan basis kriteria

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


humanistik eksternal, melainkan mengritik teori ekonomi borjuis karena
tidak memiliki pemahaman ilmiah yang memadai tentang ekonomi
kapitalis dan, menjelaskan bagaimana realitas ekonomi kapitalis
mengandung kontradiksi di dalam dirinya yang mendorong sistem
ekonomi kapitalis itu ke dalam krisis. Dan, sekalipun pada tahun 1884
Marx telah menerima perlunya penyelesaian komunistik terhadap
pertentangan-pertentangan dalam masyarakat kapitalis, kenyataannya ia
mengritik tendensi komunis masa itu, yang diwakili Blanqui dan Cabet,
dengan argumen bahwa politik mereka itu didasarkan pada keserakahan
dan iri hati yang ditimbulkan kapitalisme itu sendiri, padahal mereka harus
keluar dari dari dorongan-dorongan `egois' ini. Tak lama setelah itu, Marx
menerima bahwa perjuangan kelas yang `egois' adalah kekuatan penggerak
sejarah dan yang akan mengarahkannya pada komunisme, dan ia mengritik
Cabet dan Blanqui karena alasan-alasan yang agak lebih berbeda.
Naskah-naskah 1884 tentu saja mempengaruhi perhatian Marx di
masa sesudahnya, dan tulisan-tulisan itu jelas mengandung pemahaman-
pemahaman penting Marx yang kelak akan digabungkan ke dalam teorinya
tentang materialisme historis. Namun naskah itu kurang begitu
menandakan lahirnya teori-teori baru, melainkan lebih merupakan posisi
sandar terakhir Marx dalam dunia ideologi Jerman, begitulah istilah yang
kemudian disebut Marx sendiri, yaitu suatu usaha keras yang hanya
berlangsung singkat untuk menggabungkan realitas ekonomi politik dan
komunisme ke dalam humanisme filosofis Ludwig Feuerbach.

Notes

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


1)
Karl Marx, `Contribution to the Critique of Hegel's Philosophy of
Right: Introduction' dalam Early Writings, Allen Lane/Penguin Books,
dalam persiapan.
2)
Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh Marian Evans (George Eliot),
London, 1854.
3)
Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh George Eliot, London, 1853.
4)
`On the Difference between the Democritian and Epicurian
Philosophies of Nature', MEW Ergänzungsband (Volume Tambahan) I.
5)
`Comments on the Last Prusian Cencorship Instruction', dalam L.D.
Easton dan K.H. Guddat, Writings of the Young Marx on Philosophy
and Society, Doubley, New York, 1867.
6)
Surat Marx pada Oppenheim, 25 Agustus 1842, MEW 27, h.410.
7)
Moses Hess pada saat itu sangat dipengaruhi oleh pemikiran Fourier,
seorang sosialis utopian, dan tak lama kemudian menjadi pendiri
`sosialisme murni' Jerman. Belakangan Hess menjadi anggota Liga
Komunis, kendati tidak pernah menerima pemikiran Marx dan Engels
tentang Komunisme Ilmiah.
8)
Easton and Guddat, op.cit., h.134-5. Pierre Leroux adalah penganut
Saint-Simon, dan Victor Considérant adalah seorang Fourierist.
9)
Rhine sebagai salah satu dari delapan propinsi monarki Prusia,
memiliki parlemennya sendiri. Meskipun begitu, Diet (parlemen) ini
didominasi oleh aristokrasi, dan tak lebih dari kekuasaan penasehat
semata.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


10)
Lihat, `The Defence of Moselle Corespondent: Economic Distress and
Freedom of the Press', diringkaskan dalam Easton and Guddat, op.cit.,
aslinya dalam bahasa Jerman, dalam MEW 1.
11)
Lihat penjelasan ringkas dan satu-satunya dari Marx tentang
perkembangan intelektualnya sendiri dalam `Preface to A Contribution
to the Critique of Political Economy', MESW, h. 181-5.
12)
Meskipun begitu, Arnold Ruge tidak sepakat dengan Marx sampai
sejauh komunisme. Pada tahun 1848, ia duduk sebagai perwakilan
Partai Radikal Demokrat dalam Dewan Frankfurt dan terakhir menjadi
seorang Nasional Liberal.
13)
`Contribution to the Critique of Hegel's Philosophy of Right
Introduction' dalam Early Writings. Ini adalah terjemahan dari `arms of
critic' dan `critic of arms' _yang dimaksudkannya untuk membedakan
orang-orang yang menggunakan kritik sebagai senjata, dan orang-orang
yang membawa kritik langsung ke lapangan, menjadikan gerakan
perlawanan sebagai bentuk kritik yang tertinggi.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


BAGIAN 2
Materialisme Historis dan Komunisme Ilmiah

Sebelum menjelaskan perkembangan-perkembangan teoritik


penting yang menuntun Marx dalam mengembangkan teori materialisme
historis, perlulah diperkenalkan Frederick Engels, yang sebagaimana
ditulis Marx sendiri `telah menempuh jalan yang lain … namun tiba pada
hasil yang sama'.14)
Engels dilahirkan pada tahun 1820 di Barmen, Westphalia, dalam
sebuah keluarga Kristen Calvinist yang memiliki pabrik pemintalan.
Engels tidak mengecap pendidikan tinggi secara formal, tetapi mampu
menonjolkan diri sebagai tokoh terpelajar sekalipun masih sangat muda
melalui artikel-artikel dan pamflet-pamlfetnya yang mengritik agama,
bahkan sering tulisan-tulisannya sangat satiris (penuh sindiran). Sejak
Oktober 1841, tak lama setelah Marx meninggalkan Berlin, Engels
menghabiskan waktu setahun di sana dalam dinas militer, dan dengan
penuh semangat bergabung dengan arus filsafat Hegelian Muda yang
memabukkan itu. Seperti Marx, ia menjadi penganut Feuerbach yang
bersemangat. Pada bulan November 1842, Engels berangkat ke Inggris
untuk bekerja di Manchester dalam rangka bisnis kapas keluarganya, dan
di sana ia bersentuhan langsung baik dengan penderitaan kelas pekerja
maupun dengan gerakan Chartis. Di Inggris, Engels mengumpulkan bahan
untuk bukunya The Condition Working Class in England in 1844 (Kondisi

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Kelas Pekerja di Inggris Tahun 1844),15) di mana ia menyajikan, lebih jelas
dari apa yang dilakukan Marx pada masa itu, tesis bahwa gerakan kelas
pekerja industri yang berbasiskan kondisi material kehidupannya-lah yang
akan menjadi alat bagi revolusi komunis. Di bulan September 1844 Engels
pergi ke Paris. Ia menghabiskan waktu beberapa minggu untuk berdiskusi
dengan Marx dan mereka menemukan kesepakatan-kesepakatan pada
posisi teoritik dasar mereka. Sejak itu kemitraan mereka berlangsung tanpa
putus.
Karya bersama Marx dan Engels yang pertama adalah buku yang
berjudul The Holy Family (Keluarga Suci),16) sebuah karya yang penuh
polemik (perdebatan), yang ditujukan pada beberapa orang Hegelian Muda
yang radikal dalam omongan, namun idealis dan tidak politis, yaitu Bruno
dan Edgar Bauer, serta Max Stirner. Ini sungguh merupakan karya
peralihan antara tulisan-tulisan Marx terdahulu dan teori materialisme
historis, dan mengandung tanda-tanda bahwa buku ini ditulis untuk
diterbitkan secara terburu-buru. Segera setelah menyelesaikan the Holy
Family, Marx pindah ke Brussels, dan keduanya memulai masa-masa studi
intensif, dan berangkat bersama ke Inggris untuk melakukan riset lebih
lanjut tentang ekonomi politik. Buah dari kerja mereka adalah dua jilid The
German Ideology, yang ditulis pada tahun 1845-1846, namun baru
diterbitkan pada tahun 1932 setelah keduanya wafat.17)
The German Ideology mencerminkan sampainya Marx dan Engels
pada teori materialisme historis yang kemudian membimbing semua karya
mereka berikutnya. Harus ditekankan di sini bahwa pandangan materialis
tentang sejarah tidaklah muncul seketika dari otak para penciptanya, dalam

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


dua dekade waktu antara the German Ideology dan Capital, teori sosial
Marx itu diubah dan diperbaiki dalam beberapa hal yang penting. The
German Ideology, khususnya, tidaklah lepas dari evolusionisme tertentu,
yang menyajikan berbagai model produksi yang membentuk sejarah
manusia bukan sebagai sebuah garis lurus, sekalipun belum dialektik.
Namun kerangka dasar the German Ideology, lepas dari segala
kekurangannya, telah mengandung pemutusan radikal terhadap filsafat
Hegelian Muda secara umum, khususnya humanisme ala Feuerbach.
Apapun yang akan dialami dalam perkembangan teori baru itu kelak,
basisnya, seperti juga basis dari semua ilmu baru, diletakkan dalam the
German Ideology melalui adanya sebuah `pemutusan epistemologis',18)
yang menegakkan satu sudut pandang yang sama sekali baru dalam
memahami sejarah. The German Ideology disajikan secara eksplisit
sebagai kritik menyeluruh terhadap `filsafat Jerman modern' yang baru
ditinggalkannya secara radikal itu19) yang sesaat sebelumnya masih
dipegang Marx dan Engels sebagai kerangka teoritik mereka sendiri. Tesis
dasar materialisme historis diutarakan dalam bab pertama buku tersebut,
yang secara khusus diarahkan untuk mengritik Ludwig Feuerbach, tetua
kaum Hegelian Muda dan guru Marx sendiri.
Marx membuka the German Ideology dengan mengritik para filsuf
Hegelian Muda yang hanya berusaha untuk mempengaruhi perubahan dan
kesadaran, yaitu `menafsirkan kenyataan dengan berbagai cara'.20) Filsafat
Hegelian Muda, yang mulai dengan kritik terhadap agama, telah mengritik
konsepsi-konsepsi dominan metafisik, politik, hukum dan moral dengan
mengungkapkan basis religius mereka, namun filsafat Hegelian Muda ini

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


lupa bahwa ini hanyalah memindahkan satu istilah menjadi istilah yang
lain, bukannya memerangi dunia yang nyata ada.
Dalam hal ini, the Deutsche-Französische Jahrbücher tentu lebih
sedikit kesalahannya dibandingkan para kritikus yang kritis, Bruno dan
Edgar Bauer, yang diserang Marx dalam The Holy Family. Marx kemudian
meneruskan kritiknya dengan mengritik pernyataan Feuerbach yang
menyamakan komunisme dengan humanisme, yang dengan demikian, juga
mengritik akibat-akibat dari posisi yang diambil Marx sendiri dalam the
Economic and Philosopical Manuscripts. `Keseluruhan kesimpulan yang
ditarik oleh Feuerbach … hanyalah sejauh membuktikan bahwa manusia
membutuhkan, dan telah selalu membutuhkan satu sama lain', sedangkan
kaum komunis `dalam dunia yang nyata berarti pengikut sebuah partai
revolusioner tertentu'.21)
Marx membangun pembedaan antara komunisme filosofis dan
komunisme `nyata' pada sebuah sketsa umum perkembangan historis yang
menempatkan komunisme sebagai sebuah `partai revousioner tertentu',
bukan dalam dunia ide melainkan sebagai hasil yang niscaya dalam sebuah
kondisi sosial tertentu. Dari skema inilah muncul kemudian konsep-konsep
dasar tentang materialisme historis. Marx menyajikan penafsirannya
tentang sejarah dengan sangat berbeda dari apa yang disajikan oleh filsafat
Jerman dalam hal sejarah bergerak maju `dari bumi menuju surga'
bukannya sebaliknya. Adalah dalam proses di mana manusia memproduksi
alat material untuk penghidupannya, bagaimana mereka `bekerja di bawah
pembatasan-pembatasan syarat-syarat dan kondisi-kondisi material tertentu
yang tidak tergantung dari kehendak bebas mereka', itulah yang

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


menentukan `pembentukan ide-ide, pandangan dan kesadaran'. `Moralitas,
agama, metafisika, dan semua ideologi yang lain … dengan demikian tak
lagi dapat mempertahankan tampilan kemandiriannya. Ide-ide tersebut tak
punya sejarah, tidak memiliki perkembangan; tetapi manusia, yang
mengembangkan produksi materialnya dan interaksi materialnya,
mengubah, seiring dengan keberadaan nyata dirinya, pemikiran dan hasil-
hasil pemikirannya'.22)
Dinamika perkembangan sejarah ditentukan oleh perkembangan
kekuatan-kekuatan produktif dan perubahan-perubahan dalam hubungan
kepemilikan yang disyaratkannya. Dengan pernyataan bahwa `berbagai
tahap perkembangan dalam pembagian kerja hanyalah bentuk-bentuk yang
berbeda dari kepemilikan',23) Marx memperkenalkan pembagian masa
kesejarahan yang sangat penting bagi teorinya, menempatkan kepemilikan
suku, `kepemilikan komunal dan kepemilikan negara' kuno (Greko-
Roman) dan kepemilikan feudal sebagai tiga bentuk pra-borjuis yang
utama. Karena kesadaran tidak memiliki perkembangan mandiri, maka
`jika teori, teologi, filsafat etika dan lain lain ini mengalami kontradiksi
dengan hubungan-hubungan (sosial) yang ada, hal ini hanya dapat terjadi
karena hubungan-hubungan sosial yang ada telah berbenturan dengan
kekuatan-kekuatan produksi yang ada',24) yaitu karena perkembangan dari
kekuatan-kekuatan produktif menuntut adanya bentuk-bentuk kepemilikan
baru yang akan berbenturan dengan bentuk-bentuk (kepemilikan)yang ada
pada waktu itu.
Setiap pembagian kerja membentuk sejumlah kelas-kelas sosial,
yang saling bertentangan sejak pertama kali kepemilikan pribadi

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


berkembang, yang melibatkan sekaligus mengakibatkan `distribusi yang
tidak merata baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif dalam hal
kerja dan produk-produknya'.25) Kepemilikan atas alat produksi
memberikan kemampuan pada suatu kelas untuk mendominasi kelas yang
lain, dan negara politis menjadi perlu untuk menengahi konflik-konflik
yang menyusulnya. `Semua pergulatan di dalam negara, pergulatan antara
demokrasi, aristokrasi dan monarki, perjuangan untuk memperoleh hak
pilih dan lain-lain, hanyalah bentuk-bentuk semu di mana perjuangan yang
sesungguhnya antar kelas-kelas yang berbeda dilancarkan … Setiap kelas
yang sedang berjuang untuk mendapatkan kekuasaan … haruslah pertama-
tama merebut kendali atas kekuasan politik bagi dirinya agar dapat ganti
menyajikan kepentingannya sebagai kepentingan umum'.26) Aturan dari
kelas yang dominan selalu disahkan secara ideologis, karena `kelas yang
memiliki alat produksi material di tangannya, juga memegang kendali atas
alat produksi mental', dan `ide-ide penguasa tak lain adalah perwujudan
hubungan-hubungan material yang dominan dalam ide-ide … hubungan-
hubungan yang membuat satu kelas menjadi kelas berkuasa'.27)
Dalam penafsiran sejarah seperti itu, konsepsi Marx tentang
komunisme `nyata' menjadi dapat dipahami. Ide-ide komunis bukanlah
hasil logis dari sejarah filsafat, karena filsafat tidak memiliki sejarahnya
sendiri. Kesadaran komunis muncul karena hubungan produksi borjuis
yang tidak lagi mampu menampung perkembangan kekuatan-kekuatan
produktif.
Dalam perkembangan kekuatan-kekuatan produktif, muncullah
suatu tahap di mana kekuatan-kekuatan produktif dan alat interaksi yang

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


dihasilkan, di bawah hubungan-hubungan yang ada, hanya menyebabkan
kerusakan, dan tidak lagi produktif tapi destruktif (mesin dan uang); dan
sehubungan dengan ini muncullah sebuah kelas, yang harus menanggung
semua beban masyarakat tanpa menikmati keuntungannya, yang, karena
diasingkan dari masyarakat, terpaksa mengambil sikap penentangan yang
paling kuat terhadap kelas-kelas yang lain, sebuah kelas yang membentuk
mayoritas dari seluruh anggota masyarakat, dan dari mana muncul
kesadaran akan perlunya sebuah revolusi yang mendasar.28)
Singkatnya, syarat-syarat material bagi komunisme adalah hal yang
membangkitkan kesadaran komunis, yang akan mengakibatkan satu
tranformasi sosial. `Bagi kami komunisme bukanlah suatu state of affairs
(keadaan yang menentukan berlangsungnya peristiwa-peristiwa, pen.)yang
harus dibangun, suatu hal yang ideal, di mana kemudian realitas harus
menyesuaikan diri terhadapnya. Kami menyebut komunisme sebagai
gerakan yang nyata, yang akan menghapuskan berbagai keadaan yang
sekarang ada'.29)
Dengan the German Ideology, Marx dengan pasti menolak konsep-
konsep humanisme Feuerbachian yang mengasumsikan sifat manusia yang
ideal, yang harus mengarahkan segala usaha untuk menempa ulang seluruh
lembaga sosial. Sebaliknya, Marx menekankan pentingnya penyelidikan
ilmiah yang objektif tentang dunia nyata, yang digabungkan dengan
praktek politik untuk mengubahnya. Menyusul penemuan teori
materialisme historis, Engels kemudian menulis,
Komunisme di antara orang-orang Perancis dan Jerman,
Chartisme di antara orang-orang Inggris, kini tidak tampak sebagai suatu

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


yang kebetulan saja, yang dapat saja tidak terjadi sama sekali. Gerakan-
gerakan ini kini menampakkan dirinya sebagai gerakan dari kelas
tertindas modern, yaitu proletariat, sebagai bentuk yang lebih atau kurang
berkembang dari perjuangan yang secara historis memang diperlukan
untuk melawan kelas berkuasa, yaitu borjuasi. Dan komunisme kini bukan
lagi sebuah campuran, melalui khayalan, tentang sebuah masyarakat yang
ideal sesempurna mungkin, melainkan sebuah pandangan terhadap watak,
syarat-syaratnya, dan tujuan umum perjuangan dilancarkan oleh kaum
proletariat `.30)
Meskipun Marx dan Engels kini menyadari bahwa gerakan buruh
sejatilah yang telah menarik keduanya pada komunisme, namun ideologi
gerakan ini, bahkan ketika sudah menyebut diri sebagai komunis dan
memandang perlu penghapusan kepemilikan pribadi, belum menunjukkan
satu pandangan yang memadai terhadap masyarakat di mana mereka
dimunculkan, dan tentang berbagai kemungkinan dan alat untuk mencapai
tranformasi sosial itu. Terlebih lagi, Inggris ketika itu masih merupakan
satu-satunya negeri di mana kapitalisme industri mutlak merupakan bentuk
produksi material yang dominan, di mana pertanian hanya melibatkan
separuh dari populasi pekerja, dan di mana bentuk-bentuk produksi
perkotaan awal seperti kerajinan tangan dan manufaktur hampir semuanya
telah dihisap kering oleh industri mesin. Pada 1830-an, di Inggris
berkembang gerakan historis berwatak massa yang pertama, yang
berbasiskan proletariat industri: Chartisme. Melihat fakta ini, Marx dan
Engels pun memberikan dukungan yang konsisten terhadap orang-orang
Chartis dan bermaksud untuk bekerja sama dengan sayap kiri Chartis, yang

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


dipimpin oleh Ernest Jones dan Julian Harney. (Ernest Jones yang lahir
dalam sebuah keluarga bangsawan rendahan, menjadi wakil paling
konsisten dari sayap revolusioner gerakan Chartis, dan merupakan
pemimpin Chartis utama yang masih bertahan pada tahun 1850-an. Karena
peranannya dalam pemberontakan Chartis 1848, Jones dipenjara selama
dua tahun dalam kondisi yang sedemikian buruk, sehingga dua kawannya
yang dipenjara bersamanya mati dalam kondisi yang mengenaskan. Jones
satu-satunya pemimpin kelas pekerja Inggris pada abad ke-19 yang
memahami teori Marx tentang komunisme ilmiah. Walaupun pada 1858
dengan kejatuhan akhir Chartisme — Jones putus hubungan dengan Marx,
dan bekerja sama dengan oranng-orang borjuis yang radikal namun, di saat
ia wafat, Engels menulis surat kepada Marx yang menyebutkan bahwa
`Ernest Jones adalah satu-satunya orang Inggris yang terdidik … yang pada
dasarnya berada di pihak kita'.31) George Julian Harney, meskipun
terpengaruh oleh Marx dan Engels, namun lebih merupakan seorang
romantis revolusioner. Sejak 1843 sampai 1850 ia, de facto, menjadi editor
dari koran Chartis yang utama, Northern Star milik Feargus O' Connor.
Kemudian dalam korannya sendiri, Red Republican, yang hanya berumur
pendek, Harney menerbitkan terjemahan bahasa Inggris pertama dari
Manifeto Komunis pada bulan November 1850. Namun, pada tahun 1851,
Harney putus hubungan dengan Marx dan menggabungkan diri dengan
fraksi Schapper-Willich. Tahun berikutnya, politik Harney yang meledak-
ledak dan subjektif membawa pertengkarannya dengan Ernest Jones, dan
segera setelahnya, Harney keluar sepenuhnya dari gerakan Chartis.)

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Chartisme sama sekali bukan sebuah gerakan komunis atau bahkan
bukan gerakan sosialis, melainkan hanya gerakan yang berdasarkan pada
program hak pilih umum. Ide-ide komunistik, walaupun bukan dalam
makna Marxis tentang gerakan nyata di Inggris, terwakili oleh gerakan
Robert Owen yang menyangkal perjuangan kelas, dan berharap dapat
meletakkan dasar bagi utopia mereka melalui bujukan-bujukan yang
rasional. Ketika Engels tiba di Inggris Oktober 1843, seperti Marx yang
ketika itu masih merupakan seorang humanis Feuerbachian, kontak-kontak
politiknya yang pertama adalah dengan para Owenis, dan Engels sering
kali menyumbangkan pemikirannya pada koran mereka, the New Moral
World, selama hampir dua tahun, sebelum akhirnya, dengan pencerahan
dari teori yang baru, ia mengalihkan dukungannya kepada koran Chartis,
Northern Star.
Di Perancis, walaupun perkembangan kapitalisme lebih
terbelakang dibanding Inggris, namun ideologi politiknya lebih mutakhir
dan kompleks, yang berkembang berkat tempaan revolusi 1789 dan masa-
masa sesudahnya. Sosialisme modern muncul pertama kali di Perancis
dengan adanya tulisan-tulisan utopis Henri de Saint-Simon dan Charles
Fourier, yang menggambarkan kemungkinan arah perkembangan teknologi
industri secara umum. Namun para sosialis utopis tidak menuntut
penghapusan kepemilikan pribadi, dan tidak melihat kelas pekerja industri,
yang di Perancis pada awal abad ke-19 belum begitu berkembang, sebagai
alat bagi perubahan sosial. Pada 1840-an, para pengikut Saint Simon dan
Fourier hanya bertahan dalam bentuk semacam sekte-sekte keagamaan,
namun tulisan mereka terus mengilhami setiap macam rencana

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


penyelesaian `persoalan sosial', yaitu pergolakan sosial yang disebabkan
oleh permulaan proses industrialsasi dan kegelisahan kelas pekerja yang
menyertainya.
Di antara doktrin-doktrin sosialis tahun 1840-an ini, dua di
antaranya bukan hanya penting dalam sejarah pemikiran sosialis,
melainkan juga mampu memenangkan banyak dukungan dari buruh
Perancis. Louis Blanc mempelopori `sosialisme demokratik' modern
dengan skemanya untuk sebuah `bengkel kerja nasional' mandiri yang
dibentuk melalui tindakan-tindakan pemerintah. Pierre Joseph Proudhon,
meskipun kadang digolongkan sebagai pendiri anarkisme modern karena
penolakannya terhadap negara yang dianggapnya sebagai unnecessary evil
(`iblis yang tidak diperlukan', pen.), juga mengajukan obat ajaib sosialisnya
sendiri. Proudhon mengajukan `pengorganisasian kredit' sebagai lawan
pandangan Blanc, `pengorganisasian kerja', dan memandang bahwa
penghisapan dapat dihilangkan jika kelompok-kelompok buruh yang
bersatu dapat berproduksi dan dapat melakukan pertukaran berdasarkan
pinjaman bebas bunga tanpa batas jatuh tempo. Blanc yakin bahwa
bengkel-bengkel kerja pada akhirnya akan dapat menggantikan ekonomi
pasar, sedang Proudhon dengan semangatnya yang betul-betul borjuis
kecil, menyamakan pasar bebas dengan kebebasan secara umum.32)
Istilah `komunisme' di Perancis pada 1840-an menandai satu
fenomena yang sangat berbeda, yang merupakan cabang dari tradisi
Jacobin dari revolusi Perancis yang pertama. Ide-idenya masih setengah
matang namun _tidak seperti sosialisme lain masa itu_ langsung berkaitan
dengan perjuangan massa. Komunisme ini mengacu pada konsepsi

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Persekutuan Kaum Setara, dari Graacchus Babeuf, di tahun 1795, yang
dimaksudkan untuk mendirikan, dengan cara kudeta dengan
persekongkolan, sebuah kediktatoran `kaum republikan sejati' yang akan
menyita harta orang kaya, mengatur penempatan kerja menurut
kemampuan masing-masing pribadi, dan menetapkan upah menurut
kesetaraan yang ketat. Komunisme egaliter atau komunisme `kasar' ini,
sebagaimana Marx menyebutnya, muncul sebelum adanya perkembangan
hebat atas mesin-mesin industri. Konsep ini ditujukan pada para sans-
culloucs di Paris _para pekerja tangan (aritisan), pekerja harian dan
pengangguran_ dan mungkin juga ditujukan pada para petani miskin di
pedesaan. Namun persekongkolan Babeuf sebagai mana yang dinyatakan
oleh pengikutnya, Buonarotti,33) menyediakan model bagi organisasi-
organisasi revolusioner yang terbentuk di bawah monarki Juli di tahun
1830 sampai 1848. Dan pada waktu itu, baik watak kelas dari basis sosial
mereka maupun kemungkinan-kemungkinan objektif dari transformasi
sosial, sedang mengalami perubahan akibat perkembangan industri mesin.
Ide tentang komunisme industri yang berdasarkan pada industri mesin
kemudian dipopulerkan dalam novel utopis Etienne Cabet, Voyage en
Icarie (Perjalanan Ikarus, pen.), yang diterbitkan pada 1839.
Tokoh yang menonjol dari komunisme Perancis dalam periode
sebelum 1848 adalah Auguste Blanqui, yang organisasinya, Société des
Saisons, telah mengorganisir sayap revolusioner gerakan buruh Perancis
dan melakukan upaya insureksi pada Mei 1839. Blanqui tidak
mengembangkan doktrin ekonomi maupun utopis. Tulisan-tulisan Blanqui
tentang ekonomi kacau, dan mencela keras Cabet dan Proudhon yang

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


dianggapnya berspekulasi tentang detail-detail tatanan sosial di masa
depan. Blanqui yakin bahwa cukuplah kepercayaan bahwa pertumbuhan
ekonomi kapitalis akan menuju titik-titik ekstrim kemakmuran dan
kemiskinan, dan kemudian harus digantikan dengan semacam bentuk
koperasi buruh; lalu melangkah maju untuk memusatkan diri pada upaya
menghancurkan negara yang dilihatnya secara tepat sebagai kekuatan
terorganisir dari kelas-kelas yang menguasai alat-alat properti. Mengikuti
Babeuf dan Buonarotti, Blanqui mengajukan argumennya tentang
komunisme berdasarkan prinsip kesetaraan. Ia melihat bahwa Perancis
terbagi menjadi sekelompok kecil `orang kaya' dan '30 juta proletarian'
(yaitu termasuk petani dan artisan perkotaan beserta semua kelas pekerja
industri) dan mengandalkan penggulingan kekuasan negara pada cara-cara
kudeta yang dilaksanakan oleh kelompok-kelompok rahasia. Atas hal-hal
ini Marx kemudian mengajukan perdebatan dengan Blanqui. Sekalipun
demikian Blanquisme termasuk unik di antara sosialisme dan komunisme
pra-Marxist dalam hal sifat gerakannya yang proletar revolusioner. Dan
pada bulan Juni 1848, tantangan riil pertama terhadap kekuasaan kelas
borjuis terjadi di bawah ilham Blanquis, Blanqui-lah yang menemukan
istilah `kediktatoran proletariat'. Walaupun Marx kemudian
menstranformasi konsep proletariat, dan menolak taktik-taktik
persekongkolan Blanqui, namun ia tetap mempertahankan penekanan
Blanqui tentang perlunya penghancuran negara borjuis dengan cara
kekerasan sebagai prasyarat bagi komunisme.
Kini kita dapat dengan jelas menempatkan prinsip-prinsip dasar
komunisme ilmiah Marx dalam hubungannya dengan doktrin-doktrin

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


sosialis dan komunis pada tahun 1840-an. Marx dengan tegas menentang
tokoh-tokoh utopis, Saint-Simon, Fourier dan Owen, bahwa tujuan umum
penataan ulang produksi secara rasional tidak dapat dicapai hanya dengan
mengajukan alasan-alasan. Marx juga menentang skema-skema Proudhon
dan Louis Blanc, yang menyatakan bahwa kelas pekerja hanya dapat
dibebaskan melalui aksi politik revolusioner untuk menyita hak milik
pribadi. Komunisme hanya dapat muncul sebagai hasil dari pertentangan-
pertentangan dalam masyarakat kapitalis, melalui kemenangan kelas
pekerja atas borjuasi dalam perjuangan kelas. Namun, walaupun Marx
sepakat dengan Blanqui bahwa kelas penguasa yang ada harus dikalahkan
secara politik, namun ia menolak konsepsi Blanqui tentang proletariat,
basis sosial revolusi yang tak terhisap itu, yang mencakup semua kelas
yang bekerja. Bagi Marx masyarakat baru hanya mungkin berbasiskan
industri modern, dan hanya kelas pekerja industri yang tidak memilki alat
produksi yang dapat dipercaya untuk menghancurkan tatanan kapitalis.
Sebagai pasangan dari pembatasan yang dilakukan Marx terhadap basis
sosial revolusi, dikembangkannya alat-alat politik dari revolusi tersebut.
Masyarakat komunis tidak dapat diwujudkan seperti apa yang diinginkan
Blanqui melalui kudeta persekongkolan dan kediktatoran sekelompok elit
politik yang mengatasnamakan proletariat, melainkan hanya mungkin
diwujudkan melalui organisasi kelas pekerja industri itu sendiri. Di sini
Marx mengambil modelnya dari kelompok Chartis Inggris, yang
merupakan organisasi massa kelas pekerja modern yang pertama. Subjek
politik inilah, proletariat yang terorganisir, yang akan menyita alat-alat
produksi dan melakukan kontrol terhadap proses produktif.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Dengan penghapusan kelas-kelas yang saling bermusuhan, maka
kekuasaan politik akan ditaklukkan, sebagaimana yang diramalkan oleh
Saint Simon, menjadi sebuah tatanan administrasi produksi belaka.

Notes
14)
`Preface to A Contribution to the Critique of Political Economy'
MESW, h. 182.
15)
Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh Florence Kelley (1887), Allen &
Unwin, 1968.
16)
Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh R. Dixon, Foreign Languages
Publishing House, Moscow, 1956.
17)
Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh C. Dutt, W. Lough, dan C.P.
Magill, Lawrence & Wishart, 1965.
18)
Tentang konsep ini lihat Louis Althusser, For Marx, Allen Lane The
Penguin Presss, 1969, h. 32-4.
19)
Subjudul dari The German Ideology adalah Critique of Modern German
Philosophy According to Its Representatives Feuerbach, Bruno Bauer,
and Stirner, and of German Socialism According to Its Various
Prophets.
20)
Lawrence & Wishart edition, 1965, h. 30.
21)
Ibid., h.54
22)
Ibid., h.37-8
23)
Ibid., h.32
24)
Ibid., h.43
25)
Ibid., h.44

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


26)
Ibid., h.45
27)
Ibid., h.60
28)
Ibid., h.85
29)
Ibid., h.47
30)
`On the History of the Communist League', MESW, h.437
31)
MEW , h.32, h.253
32)
Selama tinggal di Paris, Marx memelihara hubungan persaudaraan
dengan Proudhon dan berusaha mempengaruhinya. Namun, di tahun
1847, penyajian karya pertama Marx yang diterbitkan mengenai teori
materialisme sejarah mengambil bentuk polemik melawan Proudhon,
The Poverty of Philosophy. Untuk kritik yang lebih singkat terhadap
Proudhon, lihat surat Marx kepada Schweitzer, tertanggal 24 Januari
1865; MESC, h. 151-8.
33)
Philippe Buanorotti, History of Babeuf's Conspiracy of Equals, London,
1836.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


BAGIAN 3
The Communist League (Liga Komunis)

Di awal tahun 1846, setelah mengembangkan prinsip-prinsip dasar


komunisme ilmiah, Marx dan Engels bergerak melibatkan diri mereka
secara praktek dalam gerakan proletarian. Namun demikian, negeri yang
mereka prioritaskan untuk diberi perhatian bukanlah Inggris yang sudah
maju, melainkan Jerman yang masih terbelakang. Dalam beberapa hal,
pilihan ini terpaksa mereka ambil. Marx dan Engels telah memiliki
beberapa pengikut di tengah kaum terpelajar Jerman, sedangkan
kemampuan mereka untuk turut campur dalam politik Inggris maupun
Perancis sangat terbatas. Selain itu, sebagai orang Jerman, Marx dan
Engels merasakan tanggung jawab khusus kepada tanah air mereka yang
mereka pertahankan selama masa-masa pelarian politik mereka, dan di
akhir 1840-an absolutisme Jerman tampak jelas bergerak dengan cepat
menuju krisis. Revolusi Jerman yang sudah membayang, yang diharapkan
Marx dan Engels dapat menggulingkan rejim-rejim lama dan mengubah
masyarakat Jerman sejalan dengan garis politik borjuasi, dilihat keduanya
sebagai suatu tahap perlu untuk menuju tahap akhir, revolusi komunis.
Jerman di tahun 1840-an menunjukan sedikit tanda akan adanya
aktivitas terorganisir dalam kelas-pekerja industri. Meskipun terjadi
perkembangan ekonomi pada tahun 1830-an dan 1840-an, namun
proletariat, dalam makna Marxis, masih merupakan minoritas kecil dari
seluruh jumlah penduduk, terutama terpusat di kilang-kilang kapas di utara

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Rhein. Pemberontakan penenun di Silesian pada tahun 1844 bukanlah
gerakan proletariat modem, melainkan salah satu dari banyak pengrajin
yang terpukul akibat adanya saingan oleh industri mesin. Namun di antara
buruh-buruh trampil di Jerman (skilled workers), sudah ada bibit
perkembangan politik yang penting, yang, walaupun di Jerman sendiri
hanya sedikit saja perwujudannya, karena kondisi polisional disana
membuat hal ini hampir tak mungkin, ternyata bermekaran di pusat-pusat
utama emigrasi orang-orang Jerman: yaitu Paris, Brussles, London, Jenewa
dan New York (di Paris sendiri, terdapat sekitar 85.000 buruh emigran
Jerman pada 1843).
Organisasi utama gerakan buruh Jerman saat itu, yang juga dalam
kondisi-kondisi emigrasi, yaitu `gerakan buruh internasional pertama
sepanjang masa',34) adalah the League of the Just (Liga Keadilan).
Perkumpulan rahasia ini, yang dibentuk oleh emigran-emigran Jerman di
Paris pada 1836, telah berhubungan erat dengan organisasi Blanqui,
Société des Saisons, dan turut merasakan dampak kekalahan insureksi
tahun 1839. Pada tahun 1840-an, walaupun secara formal pusat liga ini
masih di Paris, namun pusat gerakan sesungguhnya berpindah seiring
berpindahnya beberapa tokoh utamanya ke London, di mana kemudian
German Workers Educational Association didirikan pada 1840 sebagai
badan legal untuk aktivitas-aktivitas Liga.35) Pada 1840-an di London, the
League of the Just belajar dari gerakan Chartis di Inggris mengenai
kemungkinan-kemungkinan akibat yang ditimbulkan organisasi massa
kelas pekerja massa terhadap perkembangan industri modern. Walaupun
Liga masih mempertahankan struktur organisasinya yang berwatak rahasia,

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


namun mereka mulai menjauhkan diri mereka dari taktik-taktik
Blanquisme, dan berusaha mencari cara-cara lain untuk mewujudkan
tujuan komunisnya.
Jelas terhadap the League of the Just inilah, Marx dan Engels harus
mengarahkan diri mereka. Engels sudah memiliki kontak dengan lingkaran
Liga di London, dan keduanya sangat menghormati Liga atas militansinya
dan mengakui pentingnya Liga sebagai sebuah organisasi buruh. Namun
demikian, ketika itu, Liga ini masih berada di bawah pengaruh seorang
komunis utopis, Wilhelm Weitling,36) sehingga Marx dan Engels enggan
bergabung dengan Liga sebelum Liga memahami dan menerima konsep
mereka tentang komunisme ilmiah. Mereka kemudian memutuskan,
sebagai batu pijakan, untuk mendirikan sebuah Komite Korespodensi
Komunis yang berbasis di Brusless, tempat di mana Marx tinggal, dan
melakukan propaganda di tengah jajaran kaum komunis Jerman, dan
berusaha memenangkan mereka ke arah posisi teori komunisme ilmiah.
Komite Korespondensi Komunis ini hanya beranggotakan sekelompok
kecil pengikut pribadi Marx, namun komite ini mengadakan berbagai
pertemuan dan menyelenggarakan surat-menyurat dengan tokoh-tokoh
militan kelas pekerja di Inggris, Perancis dan Jerman, khususnya dengan
sebagian orang dari the League of the Just, yang perlahan-lahan berhasil
mereka pengaruhi. Pada bulan Oktober 1846, misalnya, Engels menulis
surat dari Paris kepada komite ini untuk melaporkan bahwa, setelah
berdiskusi selama beberapa minggu, Engels mampu memenangkan
mayoritas dari lingkaran liga untuk menerima bahwa, sebagai komunis,
mereka seharusnya memperjuangkan kepentiangan proletariat melawan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


borjuasi, yang ditujukan untuk menghapuskan kepemilikan pribadi dengan
cara `paksaan revolusi demokratik'.37)
Di awal 1847, Liga ini telah cukup mendekat pada posisi teoritik
Marx dan Engels, sehingga mampu menentukan bentuk organisasi dan
taktiknya di masa sesudahnya. Pada bulan Juni 1847, sebuah kongres
dilaksanakan di London, dihadiri oleh Engels dan Wilhelm Wolf38)
mewakili Komite Korespondensi Komunis. Kongres ini kemudian
mengubah League of the Just menjadi Communist League (Liga Komunis)
dan mengorganisir ulang strukturnya berdasarkan garis demokratik
(meskipun Liga ini harus tetap mempertahankan sifat rahasia). Kongres ini
juga menetapkan, dalam pasal pertama dalam peraturan mereka yang baru,
bahwa tujuan Liga adalah `penggulingan kaum borjuasi, pendirian
kekuasaan proletariat, penghapusan masyarakat borjuis lama yang
berdasarkan pada pertentangan kelas dan pendirian masyarakat baru tanpa
kelas dan tanpa kepemilikan pribadi'.39) Setelah Kongres Juni, Marx dan
para pengikutnya mendirikan Asosiasi Buruh Jerman di Brussels
berdasarkan keberhasilan pengorganisasian front Liga di London. Asosiasi
ini dimaksudkan untuk mempengaruhi para buruh emigran Jerman. Pada
bulan November 1847, Marx dan Engels berangkat ke London untuk
menghadiri kongres kedua Liga Komunis yang diselenggarakan secara
rahasia di sebuah gedung di Great Windmill Street selama 10 hari. Kongres
membahas panjang-lebar prinsip-prinsip komunisme ilmiah yang
dipersentasikan oleh Marx dan Engels, dan di penghujung kongres Marx
dan Engels diberi mandat untuk merumuskan draft pernyataan mengenai
prinsip-prinsip Liga. Marx mengirim Manifesto of the Communist Party

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


(Manifesto Partai Komunis) ke London pada bulan Januari 1848, dan
manifesto itu diterbitkan di London dalam bahasa Jerman tepat sebelum
pecahnya revolusi di Paris pada tanggal 21 Februari 1848.40)
Manifesto Komunis sungguh merupakan naskah politik Marx yang
paling terkenal, karena di dalamnya terumus, dalam bentuk polemikal,
pandangan umum Marx tentang revolusi proletar yang sesuai dengan
pandangan materialisme tentang sejarah. Dalam Manifesto ini Marx bukan
hanya siap membuktikan tesis yang membuka bagian pertamanya, `Sejarah
dari semua masyarakat yang ada sampai sekarang adalah sejarah
perjuangan kelas'.41) Sekitar empat tahun kemudian, mengomentari
manifesto ini, Marx menekankan, Tidak ada keistimewaan yang layak
kusandang karena aku menemukan keberadaan kelas-kelas dalam
masyarakat modern ataupun pergulatan di antara kelas-kelas tersebut.
Jauh sebelum aku, para sejarawan borjuis telah menerangkan
perkembangan sejarah dari perjuangan kelas ini, dan para ekonom
borjuis telah pula menerangkan batang-tubuh ekonomis dari kelas-kelas
tersebut. Apa yang aku lakukan,yang merupakan hal baru, adalah
membuktikan:
1. bahwa keberadaan kelas-kelas tersebut hanyalah terikat pada
tahap-tahap kesejarahan tertentu dalam perkembangan produksi,
2. bahwa perjuangan kelas niscaya akan mengarah pada
kediktatoran proletariat,
3. bahwa kediktatoran itu sendiri mengandung peralihan menuju
penghapusan semua kelas dan menuju lahirnya masyarakat tanpa
kelas.42)

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Fokus perhatian Marx pada bagian pertama Manifesto ini adalah
menjelaskan bagaimana hubungan-hubungan produksi kapitalis telah
menjadi belenggu bagi perkembangan kekuatan-kekuatan produktif, dan
mengapa kelas yang dihisap oleh modal, yaitu proletariat industri, mampu
menghancurkan cara produksi ini sekaligus terpaksa melakukan hal itu
karena posisi ketertindasannya. Sebagai perbandingan, Marx membuka
Manifesto dengan menerangkan secara garis besar peralihan dari
feudalisme ke kapitalisme, menggambarkan kaum borjuasi dalam kedok
heroik mereka selaku wakil dari kekuatan baru dalam produksi dan
pertukaran (manufaktur, perdagangan internasional), yang
perkembangannya dibatasi oleh hubungan-hubungan sosial feudal. Untuk
mencapai pasar bebas yang diperlukannya, borjuasi harus mengancurkan
organisasi feudal dalam pertanian dan industri, serta suprastuktur politik
yang dibangun di atasnya. Dan mereka `akhirnya, sejak didirikannya
industri modem dan pasar dunia, telah mengangkangi sendiri, dalam
bentuk negara perwakilan modern, kekuasaan politik yang eksklusif'.43)
Seperti bahwa sistem manufaktur tidak dapat ditampung dalam
serikat-serikat gilda feudal, demikian pulalah masyarakat borjuis semakin
tidak dapat mengontrol alat-alat produksi yang telah diciptakan sendiri,
yang telah terbukti dengan terjadinya krisis-krisis perdagangan dan industri
secara berkala oleh karena kelebihan produksi [overproduction, pen.]
_'suatu wabah menular, yang pada epos-epos sebelumnya, akan tampak
sebagai satu keanehan'.44) Dalam Manifesto, Marx mencukupkan diri untuk
sekedar menunjukkan krisis produksi sebagai tanda `pemberontakan
kekuatan-kekuatan produktif modern terhadap kondisi-kondisi produksi

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


modern', dan penjelasan teoritiknya tentang fenomena ini beserta dampak-
dampaknya masih harus menunggu terbitnya Capital. Namun, yang harus
ditekankan di sini adalah pembedaan yang dibuat Marx antara kekuatan-
kekuatan produktif yang terus-menerus berkembang, yang dibelenggu oleh
hubungan-hubungan kapitalis, yang digambarkan Marx sebagai `senjata'
yang `akan berbalik melawan borjuasi itu sendiri', dengan orang-orang
yang akan mengangkat senjata ini 'kaum proletar'.45) Kelas pekerja industri
adalah agen politik yang akan menghancurkan hubungan-hubungan sosial
yang kini ada, namun pekerja-pekerja ini hanya dapat melakukannya
karena perkembangan kekuatan-kekuatan produktif menempatkan tugas ini
pada agenda sejarah mereka .
Marx melanjutkan dengan telaah atas proses bagaimana proletariat
terorganisir menjadi sebuah kelas dan masuk ke arena politik justru karena
kondisi-kondisi eksistensi sosialnya. Apa yang menggerakkan
perkembangan ini dari pemberontakan yang sporadis dan terburu nafsu,
yang awalnya terarah pada alat-alat kerja dan bukannya langsung melawan
para kapitalis (yaitu, Luddisme) menjadi organisasi massa yang kuat,
adalah perkembangan industri mesin itu sendiri, yang memusatkan para
buruh bersama-sama dalam jumlah massa yang sangat besar. Dalam
kondisi-kondisi ini, penggabungan kaum buruh, yang semula hanya
terbentuk untuk melakukan tawar-menawar dengan seorang kapitalis
mengenai upah, niscaya akan terus berkembang dan tumbuh. Dan, dalam
kondisi-kondisi modern, para buruh dapat mencapai sebuah serikat
nasional lebih cepat dari pada warga pedagang perkotaan di abad
pertengahan. Sejalan dengan perluasan serikat-serikat buruh untuk

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


mencakup kelas mereka secara keseluruhan, perjuangan mereka terbukti
menjadi perjuangan politik. Sementara itu, perkembangan kapitalisme
menyebabkan kelas-kelas tengahan yang merupakan peninggalan dari
corak produksi pra-kapitalis (borjuis kecil, petani, artisan, dan lain-lain)
melenyap menjadi proletariat. Pertentangan kelas akan disederhanakan
menjadi pertentangan tunggal antara borjuis dan proletar. Dan `gerakan
proletar adalah gerakan yang sadar akan dirinya sendiri, gerakan yang
mandiri dari mayoritas yang sangat luas untuk kepentingan mayoritas yang
sangat luas pula'. `Karena itulah, apa yang dihasilkan oleh borjuasi, di atas
segalanya, adalah para penggali lobang kuburnya sendiri. Kejatuhan
borjuasi dan kemenangan proletariat sama-sama tak terhindarkan'.46)
Pada bagian kedua Manifesto, Marx merangkumkan tujuan
revolusi proletar `dalam satu kalimat: Menghapuskan kepemilikan pribadi,'
sambil menekankan, `Kepemilikan pribadi borjuis modern adalah
perwujudan akhir dan terlengkap dari sistem untuk menghasilkan dan
merampas hasil-hasil produksi, yang didasarkan pada pertentangan kelas,
pada penghisapan terhadap yang banyak oleh yang sedikit'. Karena modal
sudah menjadi sebuah `kekuatan sosial' dalam makna bahwa `hanya
dengan aksi bersatu dari seluruh anggota masyarakat modal itu dapat
digerakkan',47) dan mayoritas terbesar dari populasi _yaitu, proletariat_telah
dilucuti dari segala kepemilikan pribadi, maka apa yang diperlukan untuk
mewujudkan sebuah corak produksi yang tanpa pertentangan dan tanpa
kelas adalah mengubah modal menjadi milik umum, milik masyarakat
secara keseluruhan. Dan agen yang mampu melakukan tranformasi ini
hanyalah proletariat, yang membentuk diri mereka `menjadi sebuah kelas,

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


dan dengan demikian bersatu ke dalam sebuah partai politik'48) dalam
proses perjuangannya melawan penindas yang ada di hadapannya. Inilah
titik di mana sintesis marxis yang khas tentang revolusi sosial dan politik
ditempa, dan Marx melanjutkan pada penegasan bahwa `proletariat akan
menggunakan kekuasaan politiknya untuk merebut, tahap demi tahap,
semua modal dari tangan borjuasi, untuk memusatkan semua alat produksi
di tangan negara, yaitu proletariat yang terorganisir sebagai kelas yang
berkuasa.'49)
Akan tetapi, perjuangan kelas proletariat itu sendiri hanyalah tahap
peralihan yang diperlukan untuk menuju masyarakat momunis yang
hendak dicapai. Karena `kekuasaan politik … tidak lain adalah kekuasaan
terorganisir dari kelas yang satu untuk menindas kelas lainnya', jadi, ketika
proletariat menyapu bersih dengan paksa keadaan-keadaan produksi yang
lama, maka _bersama dengan dihilangkannya kondisi ini_ kelas proletariat
menyapu pula kondisi-kondisi yang memungkinkan adanya pertentangan
kelas dan kelas secara umum, dan dengan demikian berarti juga
menghapuskan keunggulannya sendiri sebagai sebuah kelas … Sebagai
ganti masyarakat borjuis lama, dengan kelas-kelas dan pertentangan
kelasnya, kita akan mendapati sebuah perkumpulan, di mana
perkembangan bebas dari masing-masing orang merupakan syarat bagi
perkembangan bebas dari semua orang.50)
Pada bagian ketiga Manifesto, Marx melancarkan kritik yang
cukup mendetail tentang berbagai tipe dan sub-tipe dari bacaan-bacaan
sosialis dan komunis yang berkembang masa itu. Perdebatan ini diarahkan
terhadap seluruh doktrin reformasi sosial yang kacau-balau, yang

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


berkembang dengan menyebut diri sebagai sosialisme atau bahkan
komunisme sepanjang tahun 1840-an, yaitu ketika konflik-konflik sosial
yang ditimbulkan oleh industrialisasi kapitalis menjadi persoalan yang
semakin mendesak bagi semua kelas di Inggris, Perancis dan Jerman.
Walaupun doktrin-doktrin dan berbagai penyelesaian yang diserang Marx
secara khusus di sini hanya berlaku bagi masa tersebut, kritik Marx masih
menyediakan sebuah kerangka telaah ideologis yang dipandu oleh teori
materialisme historis. Sub-bagian terakhir, `Sosialisme dan Komunisme
Utopis-Kritis' sangatlah penting karena menyajikan penjelasan tentang
perkembangan ideologi sosialis dari utopia (khayalan) menjadi ilmu
pengetahuan, dan memperkenalkan konsep sektarianisme yang dipandang
Marx sebagai hambatan utama bagi proses perkembangan sebuah gerakan
buruh revolusioner.
Seperti yang telah disebutkan di atas, teori ekonomi dasar
komunisme, yaitu corak produksi yang direncanakan secara rasional dan
dikontrol secara kolektif berdasarkan industri modern, pertama kali
dirumuskan oleh Saint-Simon sebagai tanggapan terhadap karakter anarkis
dari produksi kapitalis serta puncak-puncak kemakmuran dan jurang-
jurang kemiskinan yang dihasilkannya, meskipun Saint-Simon dan tokoh
utopis lainnya berwatak elitis dan anti-demokratik, dan tidak melihat
adanya hubungnnya antara ide-ide mereka dengan gerakan buruh. Marx
menganggap bahwa jarak awal antara kritik terhadap kapitalisme dan
gerakan nyata dari kelas pekerja ini ada karena kapitalisme industri yang
masih terbelakang, demikian pula keadaannya di tengah kaum proletariat,
di awal abad ke-19. Karena para pendiri sistem utopis tersebut memandang

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


proletariat sebagai `kelas yang tidak memiliki inisiatif sejarah ataupun
gerakan politik mandiri',51) maka mereka berusaha mewujudkan rencana-
rencana rekontruksi sosial mereka dengan berkampanye kepada
masyarakat seluas mungkin, khususnya kepada kelas berkuasa yang
terdidik. Walaupun tulisan-tulisan mereka `menyerang setiap prinsip
masyarakat yang ada' dan karenanya `dipenuhi dengan materi-materi yang
paling berharga untuk pencerahan kelas pekerja',52) namun ide-ide mereka
tentang masyarakat masa depan dan cara mencapainya niscaya bercirikan
segala macam hal yang nyentrik. Tetapi sejalan dengan berkembangnya
perjuangan proletariat melawan borjuasi, dimungkinkanlah untuk pertama
kalinya satu pandangan tentang komunisme yang dibangun bukan dari
diperdamaikannya pertentangan kelas dari luar, melainkan karena
kemenangan proletariat terhadap borjuasi di dalam pertentangan kelas.
Rancangan-rancangan yang subjektif dan acak dari para tokoh utopis itu
kini terlihat dalam makna yang reaksioner, karena mereka masih terus
berusaha `mematikan perjuangan kelas dan mendamaikan pertentangan
kelas'.53)
Berlatarbelakangkan watak sosialisme dan komunisme utopis yang
berusaha menyuntikkan rancangan-rancangan subjektif mereka pada
proletar yang sejati inilah, Marx merumuskan tugas-tugas kaum komunis
dalam bagian kedua Manifesto ini. Bertentangan dengan kaum utopis,
`kesimpulan teoritik dari kaum komunis … hanyalah menyatakan, secara
umum, hubungan-hubungan yang muncul dari perjuangan kelas yang
sungguh terjadi, dari sebuah gerakan historis yang berlangsung bahkan di
depan kedua mata kita'. Karena itu, kaum komunis `tidak membentuk

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


sebuah partai yang terpisah, yang bertentangan dengan partai-partai kelas
pekerja lainnya',54) dan `tidak membangun prinsip-prinsipnya sendiri yang
sektarian dengan maksud membentuk dan mengarahkan gerakan
proletar'.55) Tugas khusus kaum komunis, yang dibedakan dari kaum lain
hanya oleh pemahaman teoritiknya tentang proses sejarah, adalah berjuang
agar kaum proletariat mengenal peran revolusioner yang harus
dimainkannya karena dinamika objektif dari masyarakat borjuis, untuk
`menunjukkan' kepada seluruh proletariat kepentingan-kepentingannya
yang bersifat internasional dan berjangka panjang.
Manifesto hendaknya tidak dianggap sebagai summa (rangkuman)
pemikiran politik Marx. Tentu, Manifesto adalah rumusan paling umum
dari prinsip-prinsip komunisme ilmiah, dan Marx sendiri menganggapnya
sebagai sebuah tolok ukur sepanjang sisa hidupnya. Namun demikian,
Manifesto banyak meninggalkan persoalan yang belum terselesaikan dan
memberikan penyelesaian yang tidak utuh untuk persoalan-persoalan
lainnya. Persoalan paling utama tentu saja ialah, apakah ` gerakan historis
yang berlangsung bahkan di depan kedua mata kita ` ini bergerak langsung
menuju komunisme sebagaimana yang diyakini Marx di tahun 1848, dan
kita akan kembali ke persoalan ini dalam bagian pendahuluan dari The
First International and After (Political Writings, vol. 3). Persoalan-
persoalan lain meliputi bagaimana kelas pekerja mengorganisir secara
politik untuk mengambil alih kekuasaan, dan bagaimana ia menghadapi
alat-alat negara, juga persoalan tentang pertentangan nasional dan kelas-
kelas antara, dan hal ini akan kita bahas ketika muncul dalam konteks
praktek politik Marx. Kehebatan Manifesto ini adalah karena ia

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


meletakkan perwujudan-perwujudan yang paling umum dari teori
materialisme historis untuk perjuangan kelas proletariat dalam sebuah
bentuk yang secara mendasar masih terus berlaku sampai saat ini:
belenggu-belenggu yang diikatkan oleh hubungan produksi kapitalis
terhadap kekuatan-kekuatan produktif niscaya akan membawa pergantian
dari kapitalisme menuju komunisme; hubungan-hubungan kapitalis hanya
dapat dihapuskan melalui perjuangan kelas yang mereka lahirkan sendiri;
proletariat hanya dapat mengubah masyarakat kapitalis menjadi
masyarakat komunis dengan cara mengorganisir diri sebagai kelas yang
berkuasa dan menggunakan kekuasaan negara untuk melucuti para pemilik
modal; dan penghapusan kelas yang menjadi akibat dari penegakan
komunisme akan mengarah pada melenyapnya negara itu sendiri.
Problem-Problem Seputar Taktik
Dalam Liga Komunis, Marx dan Engels membangun kader kelas
pekerja yang menerima teori mereka tentang komunisme ilmiah. Untuk
partai benih pekerja ini, seperti juga semua partai oposisi Jerman ketika itu,
rumusan tentang tujuan akhir perjuangan saja tidaklah memadai. Telah
jelas sejak permulaan dekade tersebut bahwa rejim absolutis Prusia
semakin terpuruk menuju krisis. Ketika pada tahun 1846 oposisi borjuis
liberal menuntut diberlakukannya sebuah konstitusi sebelum mereka
menyetujui pemungutan pajak lebih lanjut, maka kaum komunis, bersama
seluruh kaum demokrat ketika itu,56) mulai mengharapkan pecahnya
revolusi dalam waktu dekat. Pendekatan revolusioner ini mengharuskan
Liga Komunis merumuskan tujuan-tujuan taktisnya, yang, karena belum
matangnya kapitalisme industri Jerman, tidak dapat sekedar disatukan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


dengan tujuan strategis berupa perebutan kekuasan oleh kelas-kelas
pekerja.
Situasi yang dihadapi oleh Liga Komunis dalam mendekati
persoalan revolusi Jerman secara sekilas nampaknya tidak dapat dijelaskan
oleh skema sejarah yang disajikan dalam Manifesto. Manifesto itu secara
mendasar diarahkan pada persoalan-persoalan gerakan proletar di negeri-
negeri kapitalis yang paling maju, yang jauh sebelumnya telah mengalami
revolusi borjuis (yaitu, Inggris pada abad ke-17 dan Perancis pada abad ke-
18), negeri-negeri di mana Marx mengharapkan kontradiksi antara
proletariat dengan borjuasi segera menajam dan mengarah pada revolusi
komunis. Akan tetapi di Jerman, yang ketika itu masih jauh ketinggalan
dari negeri barat lainnya dalam perkembangan sosial-ekonominya sehingga
borjuasi Jerman belum siap menambil alih kekuasan, bagaimana mungkin
ada sebuah gerakan proletar yang diarahkan langsung melawan borjuasi,
dan apa yang harus dilakukan kaum komunis Jerman dalam situasi seperti
ini ?
Akar penyebab situasi politik Jerman yang khas ini dijelaskan
dalam teori Marxis dengan konsep perkembangan yang tak-merata [uneven
development, pen.], walaupun konsep ini adalah objek dari banyak telaah
Marx, namun baru di kemudian hari diberi nama yang jelas oleh seorang
marxis Rusia, George Plekhanov. Dalam proses sejarah, masyarakat-
masyarakat yang pada awalnya terpisah satu sama lain, yang berkembang
dengan kecepatan yang berbeda-beda, ketika mulai saling berhubungan
sambil menampilkan corak-corak produksi yang berbeda satu sama lain,
sama-sama saling mempengaruhi proses sejarah masing-masing melalui

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


perdagangan, perang, penyebaran teknologi dan lain-lain. Proses interaksi
inilah yang membuat sejarah memiliki kompleksitas yang rumit. Dan,
sekalipun Marx yakin bahwa kapitalisme ketika itu sedang berusaha
mengatasi perbedaan-perbedaan nasional, namun kapitalisme itu sendiri
juga menimbulkan bentuk-bentuk baru dari perkembangan yang tak-merata
(lihat bagian pendahuluan pada Surveys From Exile, Political Writings vol.
2). Pada akhirnya, hanya dengan komunisme dunialah kita dapat
mengharapkan sejarah umat manusia yang tunggal.
Telaah terhadap perkembangan kapitalis yang disajikan oleh Marx dalam
The German Ideology dan Manifesto of The Communist Party merupakan
sebuah skema politik, bukan sebuah penjabaran empiris. Marx sendiri
menyadari bahwa sejarah yang nyata lebih rumit daripada itu, dan ia tidak
pernah mengharapkan setiap negeri untuk mengikuti jalur sejarah yang
serupa satu dengan lainnya. Pada bagian terakhir dari Manifesto itu, Marx
sendiri menyinggung soal pengaruh perkembangan yang tak-merata pada
kondisi Jerman, walaupun ia tak menjelaskan sebab-sebab khususnya.
Dengan pemahaman terhadap apa yang terjadi terhadap peristiwa-peristiwa
sejarah, kelihatannya yang terjadi adalah semacam ini. Sejarah Jerman
pada masa sebelumnya membuat tertinggalnya negeri ini jauh di belakang
negeri-negeri tetangganya dalam hal peralihan dari feudalisme ke
kapitalisme (sebagian besar sebagai akibat dari Perang Petani pada masa
Reformasi dan Perang Tiga Puluh Tahun di abad ke-17 yang telah
menghambat terbentuknya sebuah negara bangsa [nation-state, pen.] yang
bersatu). Jerman ketika itu belum mampu mengembangkan borjuasi
komersial dan finansial yang kuat, yang berdasarkan perdagangan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


internasional, seperti yang telah berhasil menggulingkan rejim lama di
Perancis dan Inggris. Namun hal itu tidaklah mencegah kebangkitan kelas
kapitalis industri di abad ke-19 yang berdasarkan pada teknologi baru
industri mesin, yang secara bertahap berkembang di negeri-negeri termaju.
Oleh karena itu borjuasi Jerman ketika itu tidak hendak berurusan dengan
revolusi `mereka', sampai mereka menghasilkan cerminan dirinya yaitu
proletariat industri. Bagaimanapun juga, walau dalam Manifesto Marx
menyatakan bahwa sejarah Jerman akan mengalami proses yang berbeda
dari skenario `klasik' revolusi borjuis Inggris dan Perancis, namun ia
menyajikannya dalam skala waktu yang dipadatkan: `revolusi borjuis di
Jerman akan dilakukan di bawah kondisi peradaban Eropa yang lebih
maju, dan oleh proletariat yang jauh lebih maju, dibandingkan apa yang
terjadi di Inggris pada abad ke-17 dan Perancis pada abad ke-18', akan
menjadi `pendahuluan bagi revolusi proletar yang akan segera
menyusulnya'.57)
Sejak awal 1846, yaitu ketika Marx dan Engels memulai
propaganda sistematis mereka tentang komunisme ilmiah, keduanya juga
mengajukan sebuah taktik khusus untuk kelas pekerja dalam revolusi
Jerman. Karena anggapan bahwa revolusi yang akan datang akan
mendudukkan kaum borjuasi di tampuk kekuasaan maka proletariat harus
secara aktif mendukung borjuasi dalam perangnya melawan absolutisme
dan menahan diri untuk tidak memaksakan perjuangannya sendiri melawan
borjuasi, sampai rejim yang lama betul-betuil ditaklukkan. Pernyataan
publik pertama tentang posisi ini dimuat dalam sebuah artikel yang ditulis
Engels tentang `The State of Germany' [Negara Jerman], yang diterbitkan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


dalam koran Chartist, Northern Star (4 April 1846), di mana ia menulis
bahwa gerakan buruh Jerman akan menundukkan diri kepada borjuasi
sampai hari ketika borjuasi memegang penuh kekuasaan, namun pada hari
itu pula perjuangan proletariat melawan borjuasi akan dimulai. Rumusan
serupa diulang pada Bagian IV Manifesto, dengan syarat mutlak bahwa
kaum Komunis `jangan pernah berhenti, sesaat pun, untuk menanamkan
kepada kelas pekerja kesadaran yang sejelas mungkin tentang pertentangan
yang tak terdamaikan antara borjuasi dan proletariat',58) dengan demikian
menyiapkan kaum pekerja untuk pertempuran yang akan datang melawan
sekutu mereka yang sekarang.
Menarik jika kita membandingkan posisi taktis yang baru ini
dengan apa yang diungkapkan Marx sebelum mengembangkan pandangan
materialisnya tentang sejarah. Ketika Marx pertama kali berkomitmen pada
proletariat di tahun 1844, itu adalah karena proletariat adalah kelas dengan
`rantai radikal', agen revolusi yang harus `melompati', dalam sebuah salta
mortale [lompatan maut, pen.], baik `keterbatasan-keterbatasan' di Jerman
maupun pada bangsa-bangsa modern lainnya, karena `perkembangan
kondisi-kondisi sosial dan kemajuan teori politik, menunjukkan bahwa
sudut pandang [kelas menengah] telah kadaluwarsa atau setidaknya sudah
terbantahkan'.59) Namun demikian, dari tahun 1846, teori Marx tentang
materialisme sejarah menyebabkan ia menarik kesimpulan bahwa
proletariat Jerman tidak dapat begitu saja mengabaikan posisi `dapat
diperdebatkan' dari borjuasi, dan bahwa pada saat-saat revolusi mendekat,
kelas pekerja pertama-tama harus sekuat tenaga bekerja sama dengan
penindas langsungnya, sampai feudalisme dan absolutisme betul-betul

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


hancur. Sebagaimana dapat kita lihat selanjutnya, Marx akan menekankan
perlunya aliansi dengan borjuasi ini, sekalipun dengan resiko kehilangan
sekutu-sekutunya dalam gerakan kelas pekerja Jerman.60)
Segaris dengan taktik ini, Marx dan Engels memusatkan diri untuk
menyerang ide-ide utopis yang meyakini bahwa komunisme sudah
mungkin terwujud di Jerman, khususnya ide-ide `sosialisme sejati' yang
mendominasi ideologi sosialis Jerman ketika itu,61) dan yang menggunakan
kritik terhadap kapitalisme yang berasal dari tokoh-tokoh utopis Perancis
yang berusaha menyimpangkan kaum buruh agar tidak ikut terlibat dalam
gerakan demokratik yang ketika itu tengah bangkit. Pada sebuah diskusi
antara Komite Korespondensi Komunis dengan Weitling, yaitu ketika
Weitling mengunjungi Brussels pada Maret 1846, Marx mengecam
`harapan-harapan penuh mimpi' dari tokoh-tokoh utopis dan menegaskan
posisinya bahwa komunisme tidak dapat dicapai di Jerman tanpa didahului
borjuasi memegang tampuk kekuasaan. Dengan dasar posisi ini, Marx juga
dapat bekerja dalam jajaran orang-orang pengasingan dari gerakan
demokratik borjuasi kecil secara umum maupun para intelektual, dan
berupaya membentuk sebuah aliansi yang solid antara kaum Komunis
dengan para demokrat berdasarkan kesamaan program untuk
menghancurkan feudalisme dan absolutisme, serta penyatuan Jerman
menjadi sebuah negara republik demokratik.
Karena itu, Marx kemudian bekerja sama dengan Deutsche-
Brüseller Zeitung [Koran untuk orang Jerman dan Brussels, pen.] sejak
didirikannya pada musim semi 1847, koran berbahasa Jerman yang
diterbitkan di Brussels, yang cukup berpengaruh pada masa-masa

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


menjelang revolusi, dan menjelang akhir tahun itu, koran ini menjadi organ
riil sementara bagi Marx dan para pengikutnya. Marx mewakili demokrasi
Jerman dalam Asosiasi Demokratik untuk Penyatuan Seluruh Negeri , yang
dibentuk pada bulan November 1847, yaitu sebuah organisasi Belgia yang
berhubungan dengan English Fratenal Democrats, yang menyatukan kaum
buruh dan para demokrat borjuis kecil serta berkampanye dalam solidaritas
dengan negeri-negeri dan bangsa-bangsa Eropa yang ketika itu ditindas
oleh absolutisme.
Walaupun Marx membuat penekanan yang tidak diragukan
ketepatannya tentang prioritas perjuangan melawan absolutisme Jerman,
namun posisinya yang dalam hubungan antara proletariat dengan borjuasi
ketika itu masih agak rancu. Menurut Manifesto, kaum Komunis
`menanamkan kepada kelas pekerja kesadaran yang sejelas mungkin
tentang pertentangan yang tak terdamaikan antara borjuasi dan proletariat',
sambil sekaligus memobilisasi kaum proletariat untuk `berjuang bersama
borjuasi ketika borjuasi bertindak dalam cara yang revolusioner'.62) Dua hal
ini nampaknya akan sangat sulit dipertemukan dalam praktek, khususnya
karena gerakan buruh Jerman masih dalam tahap embrionik (janin, pen.)
dan spontan, dan belum mampu bertindak dalam sebuah kesatuan yang
disiplin. Karena itu, tidaklah mengherankan bahwa dalam The Demands of
the Communist Party in Germany (Tuntutan-tuntutan Partai Komunis
Jerman) yang disusun Marx dan Engels setelah revolusi Maret di Jerman
sebagai dokumen programatik dasar mereka, dan yang merangkum syarat-
syarat mutlak bagi penggulingan secara demokratik radikal terhadap
feudalisme dan absolutisme dalam tujuh belas poin, tidak menyebut satu

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


katapun tentang pertentangan yang tak terdamaikan antara borjuasi dan
proletariat yang sebelumnya telah ditekankan dalam Manifesto. Karena
dipaksa untuk memilih antara kebutuhan di masa sekarang dengan
kebutuhan di masa mendatang, maka Masrx mengorbankan untuk
sementara pendidikan anti-kapitalis bagi proletariat dan memilih
mendahulukan perjuangan yang mendesak melawan rezim lama.
Sebagaimana akan kita lihat, taktik aliansi jangka pendek dengan
borjuasi ini terbukti tidak dapat dipertahankan. Dalam konteks uneven
development di Jerman, keberadaan gerakan proletar Jerman yang
mengancamnya dari belakang telah menghentikan semangat revolusioner
yang menyala-nyala dari kaum borjuasi _sebuah fakta yang barangkali
seharusnya telah diperkirakan Marx ketika ia menulis bahwa revolusi
borjuis Jerman merupakan `pendahuluan dari revolusi proletar yang segera
akan menyusul'. Namun demikian, ketika ketika revolusi 1848 meletus,
Marx masih mengandalkan borjuasi Jerman untuk mengambil inisiatif
dalam tahapan awal revolusi itu, sebagaimana yang telah dilakukan
borjuasi Perancis pada tahun 1789. Strategi Marx adalah memacu borjuasi
lewat sebuah basis mandiri di pihak kiri, mengorganisir kelas-kelas
plebeian (kaum miskin, pen.) terpisah dari borjuasi untuk memukul rejim
lama secara serentak, dan menyiapkan blok demokratik dari proletariat,
borjuasi kecil dan petani untuk melangkah maju sewaktu-waktu menjadi
vanguard [pelopor, pen.] begitu borjuasi menunjukkan keengganan untuk
bergerak, seperti yang dicontohkan oleh pemerintahan Jacobin di Perancis
tahun 1793-4. (The Demands of the Communist Party in Germany secara
ekplisit disajikan sebagai perwakilan kepentingan bersama dari ketiga

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


kelas ini.) Namun demikian, kejadian-kejadian dalam proses revolusi itu
segera menunjukan bahwa proletariat tak dapat menghalangi timbulnya
kekhawatiran di kalangan borjuasi Jerman hanya dengan mendukung
mereka dalam perjuangan melawan rejim lama. Kendatipun wakil-wakil
politik mereka menahan diri untuk tidak menyuarakan pertentangan yang
tak terdamaikan antara mereka (proletariat) melawan borjuasi, namun
keberadaan nyata dari ancaman [dari mereka terhadap kaum borjuasi, pen.]
ini tidak dapat ditutupi. Dan perkembangan revolusi Jerman ini akhirnya
memaksa Marx untuk meninggalkan segala harapan bahwa borjuasi akan
bergerak secara tegas melawan rejim lama.

Notes
34)
Engels, `On the History of the Communist League', MESW, h. 431.
35)
The German Workers Educational Association, dengan balai
pertemuannya di Great Windmill Street, Soho, berfungsi sebagai pusat
gerakan buruh Jerman di London selama bertahun-tahun. Ia bertahan
setelah pembubaran Liga Komunis di tahun 1852, dan kemudian
bergabung dengan Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD-
Sozialdemocratisch Partei Deutschland), sampai tahun 1918 mereka
dibubarkan oleh pemerintah Inggris.
36)
Wilhelm Weitling adalah penerbit komunisme pertama di Jerman.
Bukunya, Guarantees of Harmony and Freedom, terutama diilhami oleh
Fourier, dan Marx sangat memuji buku ini semasa ia masih tinggal di
Paris.
37)
MESC, h. 32.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


38)
Wilhelm Wolff, seorang wartawan, tetap menjadi kawan dekat Marx
dan Engels selama masa-masa revolusioner 1848 dan dalam
pengasingan di Inggris. Di tahun 1867, Marx mempersembahkan
volume pertama Capital kepada Wolff, sambil menyebutnya sebagai
seorang `pejuang proletariat yang gagah-berani dan mulia'.
39)
Dikutip oleh Engels, `On History of the Communist League', MESW,
H. 440.
40)
Manifesto aslinya muncul tanpa nama penulisnya, dan judulnya sama
sekali tidak menunjuk pada Liga Komunis (Bund der Kommunisten)
yang merupakan perkumpulan rahasia itu. `Partai' (partei) di sini
memiliki makna yang lebih-kurang sama dengan `gerakan' di masa kini;
kata itu dipergunakan secara agak longgar di pertengahan abad ke-19,
baik dalam bahasa Jerman maupun Inggris.
41)
Kutipan aslinya adalah `The history of all hitherto existing societies is
the history of class struggles.' Edisi asli buku ini menyertakan
Manifesto sebagai pelengkap, sedangkan edisi ini tidak. Anda dapat
memperoleh teks lengkap Manifesto di
http://www.marxist.org/Marx/manifesto/index.html
42)
Surat Marx pada Weydemeyer, 5 Maret 1852; MESC, H. 69.
43)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
44)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
45)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
46)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
47)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
48)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


49)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
50)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
51)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41. Dalam bagian pertama dari
bukunya `Socialism: Utopian and Scientific', Engels mengembangkan
telaah ini tentang sosialisme utopian ini; lihat MESW, h. 394-405.
52)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
53)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
54)
Lihat catatan #40 di atas. Liga Komunis, kalau bukannya satu partai,
dalam makna modern kata itu, yang terpisah tetap saja terpisah dari
berbagai organisasi kelas pekerja lainnya masa itu, dan sungguh sering
beroposisi terhadap mereka.
55)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
56)
Dalam masa-masa ini, ketika gerakan proletariat baru saja mulai
membedakan diri dari gerakan borjuis kecil, istilah `demokrat'
digunakan secara umum dalam makna yang luas untuk menunjuk
semua orang yang berpihak pada pemerintahan oleh rakyat, dengan
demikian mencakup kaum Komunis.
57)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
58)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
59)
`Contribution to the Critique of Hegel's Philosophy of Right:
Introduction', dalam Early Writings.
60)
Sekalipun ditolak oleh Marx di tahun 1846, teori "lompatan maut' ini
merupakan pendahulu dari taktik `revolusi permanen' yang
dikembangkan Marx di tahun 1850, kali ini di dalam kerangka

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


komunisme ilmiah. Lihat bagian "Perpecahan dalam Liga Komunis'
dalam buku ini.
61)
Lihat Bagian III 1.c. dari Manifesto (catatan #41).
62)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


BAGIAN 4
Revolusi Jerman

Revolusi Februari di Paris, yang menggulingkan monarki


konstitusional Louis Philippe, segera memicu gerakan revolusioner di
Jerman. Pada tanggal 13 Maret sebuah pemberontakan rakyat di Wina
melumpuhkan monarki Habsbrug, dan pada tanggal 18 Maret revolusi itu
meluas ke Berlin. Frederick William IV dari Prusia dipaksa mengijinkan
kebabesan aktivitas politik, dan berjanji tidak menghalang-halangi
penyatuan nasional demokratik.
Segera setelah revolusi Februari itu, Marx meninggalkan Brussels
menuju Paris, di mana sebagai kompensasi atas pengusiran terhadap
dirinya tiga tahun yang lalu, Marx kemudian dianugrahi warga kehormatan
Perancis. Ketika itu Marx telah diberi kewenangan oleh Liga Komunis
untuk membentuk Komite Sentral baru di Paris, yang kemudian
keanggotanya terdiri dari para pengikutnya terdekat: Engels, Wilhem Wolff
dari Brussels, dan Bauer, Moll dan Schapper dari London.63) Kelompok
terbesar dari orang-orang pengasingan Jerman di Paris membentuk sebuah
Legiun yang secara optimis dimaksudkan untuk meluaskan revolusi ke
Jerman dengan kekuatan bersenjata, namum Marx dan kawan-kawannya
memilih memusatkan tenaga dengan mengirim beberapa ratus anggota dan
pendukung Liga Komunis secara rahasia ke Jerman, sampai saat-saat di
bulan Maret ketika mereka dapat kembali ke Berlin secara terang-terangan.
Selama tinggal di Paris inilah Marx dan Engels menyusun The Demands of

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


The Communist Party in Germany, yang didistribusikan secara luas di
Jerman selama beberapa bulan berikutnya.
Marx dan Engels kembali ke Jerman di bulan April dan
memutuskan untuk menetap Cologne. Pilihan ini didorong oleh beberapa
petimbangan. Cologne adalah sebuah kota Prusia, dari situ mereka dapat
menyerang salah satu dari dua kekuatan besar Jerman. Cologne berada di
propinsi Rhein, yang secara ekonomis merupakan bagian yang paling maju
dari Jerman, dan Cologne juga mempertahankan undang-undang pers yang
lebih liberal, yaitu Code Napoléon, sebagai warisan masa pendudukan
Perancis di kota ini. Cologne telah menjadi pusat kegiatan oposisi selama
1840-an dan telah memilki sebuah organisasi Liga Komunis yang aktif.
Bahkan Marx pun dikenang untuk aktivitasnya di Cologne pada masa-
masa Rheinische Zeitung tahun 1842-3. Pilihan mereka penting, terutama
karena taktik Marx dan Engels tentang blok demokratik, dan sekembalinya
mereka di Cologne, merekapun mendapatkan dukungan politik dan
finansial yang memadai untuk meluncurkan sebuah koran harian. Tepat
seperti yang diharapkan, die Neue Rheinische Zeitung terbit pada tanggal 1
Juni 1848 dengan subjudul Organ der Demokratie (Organ Demokrasi,
pen.).
Masa dua belas bulan yang dihabiskan Marx di Jerman sejak 1848-
9 ini memberikan kesempatan yang tiada taranya kepada kita untuk melihat
Marx sebagai seorang militan yang revolusioner, karena itu, kini kita akan
mempelajari praktek politiknya secara detil. Selama periode ini, basis
operasi Marx bukanlah Liga Komunis, melainkan die Neue Rheinische
Zeitung, hal ini memerlukan penjelasan. Engels kiranya tepat menjelaskan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


langkah Marx ini dengan melihat kenyataan bahwa `Liga Komunis ini
terbukti masih terlalu lemah jika berperan sebagai penggerak terhadap
gerakan massa rakyat yang ketika itu tengah meletus'.64) Namun, ada alasan
lain yang lebih dari itu. Meskipun Engels menghindari menyebutkannya,
namun ada tanda-tanda bahwa Marx sendiri ketika itu sengaja menyabot
Liga Komunis, sebagai kelanjutan dari perdebatan yang berkembang antara
ia dengan Gottschalk.65)
Andreas Gottschalk adalah seorang tokoh dominan dalam Liga
Komunis di distrik Cologne, dan ia menggunakan posisinya sebaagai
dokter untuk membangun kelompok pengikutnya di antara para buruh dan
pengangguran. Setelah hari-hari bulan Maret, Gottschalk mendirikan
sebuah Workers' Society (Perkumpulan Buruh, pen.) yang bergerak secara
terbuka. Marx dan Engels kemudian menjalin kontak dengan perkumpulan
ini sekembalinya mereka ke Cologne. Perkumpulan-perkumpulan serupa
telah dibentuk di banyak kota Jerman, meskipun tidak selalu dipimpin
kaum Komunis. Dan di Berlin, seorang anggota Liga Komunis, Stefan
Born, tengah berupaya menyatukan perkumpulan-perkumpulan ini ke
dalam sebuah organisasi nasional. Awalnya Liga Komunis berharap dapat
mengontrol perkumpulan-perkumpulan buruh yang terbuka ini melalui
`komune-komune' rahasia mereka, namun di penghujung April, harapan ini
harus ditinggalkan karena hanyalah khayalan. Liga terlalu kecil jumlahnya,
jalur komunikasinya pun lemah, dan yang paling parah, perkumpulan-
perkumpulan buruh ini begitu kuat diselimuti oleh semangat gilda-gilda
lama, dan mengorganisir diri mereka dalam garis pekerja-tukang, yang

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


mencerminkan dominasi kaum artisan di kalangan mereka, dan bukan
buruh industri modern.
Dalam Workers' Society Cologne, yang dengan cepat mendapatkan
5000 anggota, Gottschalk memanipulasi kesadaran artisan (pekerja-tangan)
dengan cara yang sedemikian rupa sehingga Marx menganggapnya sudah
tidak dapat ditolerir. Gottschalk bukan hanya memperkuat pembagian
perkumpulan itu berdasar garis pekerja-tukang, tetapi bahkan juga
mendukung pemusatan Workers' Society pada persoalan-persoalan tertentu
seperti pengangguran, dll yang dihadapi para buruh, dan berkompromi
dengan unsur-unsur yang secara politik terbelakang dalam hal persoalan
Republik yang sangat penting, unsur-unsur yang terpaku pada tuntutan
untuk sebuah monarki konstitusional federal. Di bulan April, Gottschalk
memenangkan pengaruhnya dalam Workers' Society melawan usulan Marx
untuk memboikot pemilu German National Assembly (Majelis Nasional
Jerman) di Frankfurt, yang ketika itu terbukti berjalan tidak langsung dan
tidak egaliter. Dan yang lebih serius, di bulan Mei, Gottschalk menentang
demonstrasi terhadap kembalinya tokoh ultra-reaksioner, Pangeran
William, yang dulu melarikan diri ke Inggris ketika revolusi meletus. Para
pendukung Gottschalk ketika itu merupakan mayoritas dalam Liga
Komunis distrik Cologne, sekalipun Marx mengontrol Komite Sentral
dengan kewenangan yang dilimpahkan kepadanya dari London. Ketika
Gottschalk menolak disiplin Liga, maka Marx nampaknya telah
memutuskan bahwa Liga ketika itu lebih banyak kelemahannya daripada
keunggulannya. Marx kemudian membubarkan Komite Sentral, dan
dengan demikian membuat Liga kehilangan kepemimpinan di tengah

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


memanasnya revolusi, kemudian ia bekerja dari basisnya di Neue
Rheinische Zeitung bersama para pendukung terdekatnya. Joseph Moll
dikirim untuk bekerja di Workers' Society, di mana ia melakukan
kampanye pendidikan, membagi pertemuan-pertemuan dalam kelompok-
kelompok kecil untuk mendiskusikan tuntutan-tuntutan Liga. Akan tetapi,
para pendukung Marx jauh dari mampu mengontrol Workers' Society dan
ketika Neue Rheinische Zeitung menunjukkan bahwa perhatian utamanya
tidak menyangkut persoalan-persoalan ekonomi kelas pekerja yang
mendesak, maka koran mingguan Workers' Society mulai menyerang
Organ of Democracy dengan menyebutnya sebagai bersikap `eksploitatif'
dan `tidak bersimpati' terhadap penderitaan para buruh.66)
Ketika Neue Rheinische Zeitung memulai penerbitannya, gerakan
revolusioner Maret telah berhasil mendesakkan konsesi-konsesi
demokratik di Prusia., Austria dan negara-negara bagian Jerman lainnya
yang lebih kecil. Majelis Nasional seluruh Jerman telah memulai
persidangan-persidangan di Frankfurt, sementara Majelis Prusia (Prusian
Assembly) berkumpul di Berlin. Namun di Jerman, sebagaimana di Eropa
secara keseluruhan, gelombang pertama gerakan revolusioner telah
menghabiskan kekuatan intinya. Di Italia, kota-kota Milan dan Venice yang
revolusioner berada dalam posisi bertahan menghadapi pasukan Austria. Di
Perancis, pemilihan umum yang diselenggarakan bulan April berdasarkan
hak setiap laki-laki untuk memilih (universal male suffrage, pen.)
menghasilkan kekalahan Pemerintahan Sementara, yang terdiri dari `kaum
republikan merah' dan kaum sosialis, oleh mayoritas yang sangat
reaksioner yang dipilih oleh penduduk pedesaan. Di Inggris, demonstrasi

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


`monster' oleh kaum Chartis tanggal 10 April berakhir berantakan, dan di
Belgia borjuasi telah berhasil memoderasi gerakan buruh dengan
mengijinkan reformasi. Di Jerman sendiri, monarki Prusia dan Austria,
walaupun telah membuat konsesi-konsesi terhadap gerakan rakyat, masih
memegang kendali penuh atas tentara dan birokrasi, dan di belakang
mereka bercokol kekuasaan Tzar Rusia yang merupakan mitra mereka
dalam Holy Alliance (Aliansi Suci) kontra-revolusi.
Dalam situasi politik seperti ini, Marx semakin bertekad
memusatkan diri secara penuh pada perjuangan melawan rejim-rejim
absolut. Bukan hanya Neue Rheinische Zeitung menghindari semua
pembicaraan tentang komunisme, melainkan Marx juga tak bergeming oleh
keluhan Workers' Society bahwa korannya itu mengabaikan kepentingan
ekonomi buruh. Sebagaimana ditulis kemudian Engels, `Program politik
Neue Rheinische Zeitung terdiri dari dua poin pokok, yaitu: sebuah
republik demokratik Jerman yang satu dan tak terbagi-bagi, dan perang
terhadap Rusia, yang mencakup pemulihan kemerdekaan Polandia.'67) Di
kampung halaman mereka, Marx dan Engels mencurahkan seluruh upaya
mereka untuk menyiapkan dan mengorganisir kekuatan-kekuatan
demokratik untuk sebuah insureksi penentuan. Dan sumbangan penting
yang mereka berikan bagi perang ofensif melawan Rusia bukan hanya
mengantisipasi ancaman intervensi dan berusaha memulihkan
kemerdekaan Polandia, sebagai benteng tempat berkumpul '20 juta
pejuang' antara Rusia dan Barat.68) Perang melawan Rusia juga akan
menuntut penataan sumber-sumber daya ekonomi dan militer Jerman
dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga di atas

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


segalanya akan menuntut adanya sentralisasi kekuasaan dalam sebuah
negara nasional tunggal, dan kondisi ini mendukung partai-partai
revolusioner yang paling tegas dalam usahanya merebut kekuasaan. Dalam
skenario ini, seperti halnya skenario-skenario lainnya dalam revolusi 1848,
Marx membayangkan model revolusi Perancis yang pertama, dalam hal ini
adalah rangsangan dari perang di luar negeri terhadap radikalisasinya.
Selama minggu-minggu pertama keberadaan Neue Rheinische
Zeitung, perhatian utamanya adalah terhadap Frankfurt Assembly dan
Berlin Assembly, memukul mereka secara telak atas `kebebalan
parlementer' mereka, yaitu kegagalan mereka untuk mengenali persoalan-
persoalan terpenting tentang kekuasaan.69) Dalam kolom-kolom korannya,
Marx berusaha untuk menjelaskan kepada Frankfurt Assembly tentang
kebodohan mereka, yang mencurahkan perhatian pada pembuatan
konstitusi padahal mereka tidak memiliki tangan eksekutif sendiri, dan
bahkan tidak bersidang di kota yang memiliki `gerakan revolusioner yang
kuat' untuk mendukungnya.70) Neue Rheinische Zeitung menjuluki Berlin
Aseembly sebagai `Vereinbarungsversammlung' (`Majelis Kesepakatan')
karena penerimaan pasifmereka terhadap mandat kerajaan untuk menyusun
konstitusi bagi Prusia `dengan persetujuan Kerajaan'. Kendatipun Berlin
Assembly berbeda dengan Frankfurt Asembly, memiliki sebuah `gerakan
revolusioner yang kuat' di belakangnya, namun Majelis ini justru
menyebarkan ilusi bahwa sejarah dibangun dengan debat parlementer,
bukan perjuangan kelas, padahal kedua majelis itu tidak akan pernah
muncul sama sekali kalu bukan karena pertempuran-pertempuran jalanan
selama hari-hari bulan Maret. Ketika kementrian liberal Champhausen di

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Prusia menjanjikan penghapusan peraturan-peraturan feudal, Marx menulis
dengan ketikan tebal dalam laporannya, `Tetapi Bastille masih belum
digempur'.71)
Selama tiga bulan pertama revolusi Jerman, nampaknya borjuasi
liberal, walaupun ragu-ragu, mungkin dapat didorong oleh situasi untuk
mengambil tindakan tegas, memimpin kelas-kelas plebeian dalam serangan
terhadap sisa-sisa lembaga rezim lama. Seperti yang kemudian ditulis
Marx dalam Class Struggles in France, bahwa hari-hari bulan Juni adalah
`pertempuran besar pertama … antara dua kelas besar yang membagi
masyarakat modern. Pertempuran ini adalah sebuah perjuangan untuk
mempertahankan atau menghancurkan tatanan borjuasi'.72) Makna penting
hari-hari di bulan Juni secara jelas nampak di seluruh Eropa, dan ruh
revolusi proletar yang, untuk pertama kalinya dalam sejarah, telah
menunjukkan bukti bahwa ia dapat diwujudkan secara praktek,
menyatukan semua kelas penindas di Jerman dalam posisi reaksioner.
Tentu saja Neue Rheinische Zeitung muncul dengan gagah berani untuk
berpihak pada pemberontak yang dikalahkan, menelanjangi solidaritas
brutal kaum penindas menentang kelas pekerja di bawah slogan
`Keteraturan' yang mengalir dari kaum monarki kepada red republicans.73)
Akan tetapi, borjuasi Jerman yang tidak percaya diri itu, tidak memerlukan
Marx untuk menjelaskan pelajaran-pelajaran dari hari-hari di bulan Juni.
Selama musim panas, dan dengan semakin mandegnya Majelis-
Majelis Berlin dan Frankfurt, Marx dan kawan-kawannya di Cologne
memusatkan upaya mereka untuk memperluas basis organisasional
mereka, sekaligus bersiap-siap untuk berbagai kemungkinan ke depan.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Penangkapan Gottschalk, setelah Workers' Society melakukan demonstrasi-
demonstrasi untuk mendukung para pemberontak di Paris, menyediakan
kesempatan tak terduga bagi Marx untuk memperkuat pengaruhnya
terhadap perkumpulan tersebut. Pada bulan Juli, Moll dan Schapper
terpilih sebagai ketua dan wakil ketua dari Workers' Society, dan
perkumpulan inipun ditata ulang dengan dibentuknya sebuah komite
eksekutif yang lebih kecil dan dipilih secara langsung, untuk menggantikan
komite lama yang dipilih berdasarkan basis gilda, dan dengan pembagian
tugas yang pasti. Hari-hari di bulan Juni telah menyebabkan ketegangan
yang tajam di antara para demokrat. Namun, dalam situasi represi yang
semakin meningkat, Marx yang juga didakwa berdasarkan Undang-
Undang Pers, mengkonsolidasikan dukungannya dalam Perkumpulan
Demokratik Cologne, di mana kini Marx menyatakan secara terbuka
dukungannya terhadap suatu pemerintahan revolusioner yang dihasilkan
oleh insureksi rakyat yang baru, yang akan mewakili semua `unsur yang
heterogen' yang melakukan revolusi itu, bukan hanya borjuasi.74) Selama
musim panas, Marx dan Engels menekan Workers' Society untuk memulai
agitasi di antara kaum tani. Dan pada bulan September, serikat-serikat tani
yang penting telah mulai didirikan di seluruh Rhein, demikian pula sebuah
koran tani telah terbit.
September 1848 mencatat terjadinya krisis di Prusia setelah
kegagalan perang melawan Denmark yang memperebutkan wilayah-
wilayah Schleswig-Holstein. Perang itu telah menjadi simbol gerakan
persatuan nasional, dan bahkan juga memberikan peluang bagi
chauvinisme Jerman. Dan Frankfurt Assembly, yang tidak memiliki

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


kekuatan bersenjata sendiri, terpaksa meminta bantuan monarki Prusia
untuk berperang atas nama bangsa Jerman. Gencatan Senjata Malmö
tanggal 26 Agustus, yang diterima oleh Prusia karena tekanan dari Inggris
dan Rusia, memicu gelombang kemarahan baru terhadap rejim Prusia yang
menyebabkan pertempuran antara tentara dan penduduk di Berlin, Cologne
dan kota-kota lainnya.75)
Pada tanggal 16 September, krisis itu memuncak, karena
Frankfurt Assembly, akhirnya meratifikasi Gencatan Senjata Malmö.
Sebuah insureksi rakyat meletus di Frankfurt, di mana kaum tani
memainkan peran utama dan `kementrian Reich' di Frankfurt kemudian
meminta bantuan tentara Prusia, Austria dan Hessia untuk memulihkan
keadaan. Di Cologne, perkumpulan-perkumpulan buruh dan demokratik,
menyerukan pertemuan massa untuk mengecam Frankfurt Assembly. Dan
pada tanggal 25 September, ketika Kongres Demokratik Rhine dijadwalkan
untuk bertemu di Cologne, kota itu berada di ambang meletusnya
insureksi. Marx, yang menjaga posisinya agar tidak menonjol selama
agitasinya tiga minggu sebelumnya, dan memilih untuk sedapat mungkin
bekerja di belakang layar, menyadari bahwa jika Kongres Demokratik
bertemu, maka sebuah insureksi bunuh diri yang hanya terbatas di Cologne
tak akan dapat dihindari. Sementara upaya-upaya polisi untuk menangkap
pemimpin-pemimpin gerakan yang paling aktif terhambat oleh aksi rakyat,
maka Marx berhasil membuat Kongres itu dibatalkan, dan meyakinkan
perkumpulan-perkumpulan buruh dan demokratik untuk tidak terprovokasi
melakukan insureksi. Pada malam itu, barikade-barikade didirikan di
Cologne, namun para penjaganya lari berhamburan begitu tentara bergerak

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


maju. Undang-Undang Keadaan Darurat pun diumumkan dengan
dukungan dari Dewan Kota yang konstitusionalis. Garda sipil dibubarkan,
dan Neue Rheinische Zeitung serta tiga koran lainnya dibredel. Engels,
yang menduga dirinya akan ditangkap karena perannya dalam Commitee of
Public Safety (Komite Keselamatan Umum) yang memang dibentuk untuk
mempersiapkan insureksi, melarikan diri ke Perancis, di mana ia tinggal
sampai tahun baru. Dan kebanyakan pengikut Marx pun melarikan diri
atau dipenjara.76)
Neue Rheinische Zeitung diijinkan terbit kembali tanggal 12
Oktober, tetapi membutuhkan waktu untuk mendapatkan kembali
kekuatannya. Pada tanggal 17 Oktober, dengan absennya Moll dan
Schapper, Marx sendiri dipilih sebagai ketua Workers Society dan
beberapa minggu kemudian, Marx menyampaikan kuliahnya tentang Wage
Labour and Capital (Upah, Kerja dan Modal).77)
Sementara itu revolusi Jerman telah sampai pada tahapan yang
menentukan. Titik puncak revolusi telah dicapai dengan kejadian-kejadian
di Wina ketika rencana keberangkatan pasukan Habsburg untuk menyerang
Hongaria, ternyata memprovokasi pecahnya insureksi yang sukses, dan
kota itu terbebaskan selama tiga minggu. Setelah pengepungan yang ketat,
insureksi Wina akhirnya menyerah pada tanggal 1 November, dan monarki
Prusia pun merasa cukup kuat untuk bergerak melancarkan serangan
balik.78) Raja kemudian mengangkat kementrian yang jelas-jelas kontra-
revolusi di bawah pimpinan Count Bradenburg. Dan ketika Majelis Prusia
menyampaikan sebuah mosi tidak percaya yang ditandatangani tanggal 9
November, maka Raja pun mengeluarkan dekrit yang sisinya

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


membubarkan Majelis dan mengirim 10.000 pasukan ke Berlin untuk
mengumumkan Undang-Undang Keadaan Darurat. Majelis Prusia ketika
itu berupaya melanjutkan sesi-sesi persidangannya, namun hanya bereaksi
secara pasif terhadap pelecehan yang semakin meningkat dari pasukan
kerajaan. Bukannya mengambil peluang untuk mengorganisir perlawanan
bersenjata, para Majelis itu malah berpencaran ke seluruh negeri untuk
melakukan kampanye penolakan pajak.79)
Mula-mula Neue Rheinische Zeitung berpartisipasi dalam
kampanye ini, karena Marx sekali lagi berharap agar borjuasi liberal
bergerak ke pihak revolusi. Tetapi, ketika menjadi jelas bahwa oposisi
borjuis tidak akan bergerak keluar dari cara-cara protes damai, maka Marx
mengubah taktik dari perlawanan pasif ke perlawanan aktif. Neue
Rheinische Zeitung dan Workers' Society pun segera menyerukan
dilakukannya pemecatan paksa terhadap pejabat-pejabat pemerintah,
pendirian komite-komite keselamatan publik dan pembentukan pasukan
demokratik yang dimaksudkan sebagai sebuah milisi rakyat. Pada tangal
21 November, gerakan revolusioner Cologne telah memiliki pasukan
bersenjata sendiri, tetapi dua hari kemudian pasukan ini runtuh tanpa
pertempuran melawan pasukan Prusia yang jumlahnya sangat besar di kota
itu, dewan kota Cologne menolak nemghentikan pemungutan pajak, dan
kementrian Reich Frankfurt menolak secara terbuka mosi Majelis Nasional
tentang hal ini. Pada bulan Desember, Frederick William, yang telah
menggunakan propaganda tentang bahaya merah untuk menarik borjuasi
agar kembali ke naungan monarkis, menyatukan blok reaksioner yang baru
dengan menganugrahkan sebuah konsitusi liberal setengah-hati, dan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


menunggu kesempatan sampai saat ketika kekuatan revolusi dapat
ditaklukkan.
Pada Desember 1848, dalam seri seri artikel-artikel `The
Bourgeoisie and The Counter-Revolution' (Borjuasi dan Kontra Revolusi),
Marx menelaah borjuasi Prusia yang berkhianat dan berbalik ke kelompok
reaksi. Padahal dalam Manifesto Marx telah meramalkan, berdasarkan
fakta bahwa Jerman tengah memasuki revolusi borjuis-nya dengan kondisi
proletariat yang lebih maju dibandingkan Perancis dan Inggris pada
tahapan yang sama, bahwa proletariat Jerman akan merebut kekuasan
dengan pertama-tama membuntutui kaum borjuasi. Kini Marx terpaksa
menyadari bahwa pengaruh perkembangan yang takmerata ini adalah
bahwa borjuasi Jerman sama sekali tidak akan merebut kekuasaan.
Borjuasi Jerman berkembang sangat lambat, sangat malas dan
sangat penakut, sehingga mereka merasa terancam oleh keberadaan
proletariat dan semua sektor kaum miskin perkotaan yang kepentingan
dan ide-idenya dekat dengan proletariat, bahkan ketika mereka sedang
menghadapi pertempuran dengan feudalisme dan absolutisme … Kaum
borjuasi Prusia bukanlah, layaknya borjuasi Perancis di tahun 1789, kelas
yang mewakili seluruh masyarakat modern dalam berhadapan dengan
perwakilan-perwakilan masyarakat lama, monarki dan kaum bangsawan.
Ia telah tenggelam sampai tingkat sejenis estate … cenderung sejak
awalnya jatuh dalam pengkhianatan terhadap rakyat … karena mereka
sendiri telah menggabungkan diri pada masyarakat lama.80)
Jadi, revolusi berjuis di Jerman sesungguhnya tidak dapat
mengharapkan bantuan dari borjuasi sendiri, inilah kesimpulan yang

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


paradoksikal [nampaknya bertentangan, tetapi mengandung kebenaran di
dalamnya, pen.], namun sangat penting, yang untuk pertama kalinya
dirumuskan Marx pada bulan Desember 1848.
Lalu bagaimana revolusi borjuis dapat berhasil, dan taktik apa
yang harus ditempuh oleh proletariat? Ketika itu Marx belum memiliki
rencana pasti tentang kemungkinan baru ini, dan baru membuat rumusan
setelah kekalahan di tahun 1849. Tetapi ketika borjuasi telah secara jelas
berpaling ke arah kontra-revolusi, maka tiada gunanya bagi proletariat
untuk menutupi pertentangan terhadap borjuasi, dan kelas inipun menjadi
bebas memusatkan diri membangun organisasinya sendiri yang mandiri,
semakin baik bagi mereka untuk mempersiapkan babak berikutnya dari
revolusi. Di awal 1849, Marx perlahan-lahan mulai memisahkan dirinya
dari kaum demokrat dan pers, untuk kemudian membangun partai pekerja
yang mandiri, yang sebelumnya telah ia hentikan dengan membubarkan
Komite Sentral Liga. Dalam pemilihan umum yang disenggarakan bulan
Februari di bawah konstitusi Prusia yang baru, betapapun tidak demokratis
konstitusi itu, Marx menekankan pada Workers' Society di Cologne untuk
mendukung kandidat-kandidat demokratik. Hal ini menyebabkan
timbulnya oposisi yang sangat kuat dari faksi Gottschalk, yang menuduh
Marx telah `membujuk buruh agar menahan penderitaan berlama-lama di
bawah kekuasan modal'.81) Namun, pada tanggal 18 Februari, sebuah nada
baru tiba-tiba masuk ke dalam kolom Neue Rheinische Zeitung, yaitu
ketika Marx mengatakan bahwa koran ini bukan mewakili partai
demokratik melainkan `partai rakyat, yang sejauh ini baru ada dalam
bentuk awal yang kasar'.82) Neue Rheinsche Zeitung kini berbalik secara

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


tegas ke arah kelas pekerja dengan menerbitkan artikel-artikel Wilhelm
Wolff tentang emansipasi `palsu' kaum tani Silesta, dan tulisan-tulisan
Marx tentang Wage Labour and Capital (Upah Kerja dan Modal). Pada
tanggal 14 April Marx dan kelompoknya secara resmi mengakhiri kerja
samanya dengan kaum demokrat dan menyatakan bahwa mereka akan
bekerja `untuk menyatukan perkumpulan-perkumpulan buruh secara lebih
erat'.83) Dua hari kemudian Workers' Society di Cologne menyerukan
diadakannya kongres regional untuk seluruh perkumpulan buruh di Rheine
dan Westphalia tanggal 6 Mei, dan mengirimkan cetakan ulang Wage
Labour and Capital, statuta (Anggaran Dasar) Workers' Society Cologne
dan dokumen-dokumen lainnya sebagai bahan persiapan.
Pada musim semi 1849, Marx dan Engels mengandalkan
dukungan dari luar sebagai satu-satunya kemungkinan menyelamatkan
revolusi Jerman. Tentara nasional Hongaria berhasil menghalau
penyerebuan Austria, dan pada suatu saat diharapkan akan bergerak ke
Wina. Di Perancis, Constituent Assembly (Majelis Konstituante)
membubarkan diri, dan nampaknya revolusi tidak akan dapat mencapai
tahap kemajuan lebih jauh di Perancis. Walau demikian, pada saat yang
bersamaan, medan pertempuran untuk pertempuran penghabisan dalam
revolusi Jerman sedang dipersiapkan dalam proses yang tidak diantisipasi
oleh Marx dan Engels. Pada tanggal 4 Maret, pemerintah Austria
mendeklarasikan kekaisaran Habsburg sebagai sebuah monarki yang satu
dan tak terbagi, dan untuk pertama kalinya menghapuskan pemisahan
ekonomi dan militer antara propinsi-propinsi Jerman dan non Jerman. Ini
berarti memotong gerak tuntutan Frankfurt Assembly untuk penyatuan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Jerman. Frankfurt Assembly waktu itu telah menyelesaikan tugas
pembuatan konstitusi, dan, karena menyerah akan tuntutannya semula atas
Austria-Jerman, menawarkan mahkota `Kerajaan Jerman Kecil' kepada
Frederick William dari Prusia, yang ditolak pada tanggal 12 April oleh
Frederick William. Majelis yang semula impoten ini, kini mendapatkan
ledakan energi yang terakhir, dan kelompok kiri untuk pertama kalinya
menjadi mayoritas. Borjuasi kecil, yang sebelumnya selalu
menggantungkan harapan pada khayalan tentang perkembangan secara
damai sampai saat-saat paling terakhir, kemudian memutuskan, karena
dihadapkan pada kemungkinan kembalinya absolutisme tanpa penengah
apapun, untuk terlibat dalam perjuangan berlandaskan konstitusi Frankfurt,
dan mulai melakukan agiatasi yang dengan cepat menyebabkan meletusnya
insureksi di Dresden, Rhein-Prusia, dan Baden.
Marx dan Engels lamban menanggapi Kampanye Konstitusi
Reich ini, karena kampanye tersebut tak dimaksudkan untuk sebuah
republik demokratik bersatu, melainkan hanya federasi monarkis
konstitusional. Namun, ketika gerakan itu berkembang menjadi insureksi,
Marx dan para pengikutnya menggerakkan sepenuhnya kekuatan mereka
untuk mendukungnya. Di Rhein insureksi ini segera dikalahkan. Kaum
borjuis kecil, setelah mengambil inisiatif melancarkan perjuangan
bersenjata, justru kemudian berkompromi ketika insureksi meletus. Di
Elberfeld contohnya, di mana Engels memberi nasehat kemiliteran,
ternyata revolusi itu disangkal sendiri oleh para pemimpinnya. Pada
tanggal 16 Maret, Marx dikenai perintah pengusiran, dan edisi terakhir
Neue Rheinische Zeitung pun terbit pada tanggal 19 Mei, dicetak dengan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


tinta merah, dengan artikel utama `Kepada Kaum Buruh Cologne'84) yang
menentang insureksi yang prematur dan terisolir. Edisi ini sekaligus
meramalkan secara optimis bahwa dalam beberapa minggu, bahkan
mungkin dalam beberapa hari pasukan-pasukan revolusioner Perancis,
Polandia, Hongaria dan Jerman akan tiba di Berlin.85)
Marx dan Engels meninggalkan Cologne menuju Frankfurt, untuk
membangkitkan Majelis yang sedang runtuh agar mau memberikan
kepemimpinan politik yang tegas kepada kekuatan-kekuatan revolusioner,
tetapi usaha ini sia-sia. Bagaimanapun juga, hanya di Baden dan
Palatinate-lah seluruh negara jatuh ke tangan kekuatan-kekuatan insureksi,
operasi-operasi militer berlangsung lebih dari satu minggu. Engels
menggabungkan diri dengan tentara Baden yang bertempur dengan tentara
Prusia sampai pada bulan Juli, sementara Marx berangkat ke Paris, dan di
sana ia segera diusir oleh pemerintah Cavaignac, Marx kemudian
berangkat ke London.
Poin pertama dari The Demands of the Communist Party in
Germany adalah `seluruh Jerman harus dinyatakan sebagai sebuah republik
tunggal yang tak terpisah-pisahkan.'86) Di Eropa Tengah dan Timur, yang
didominasi oleh Prusia dan Rusia, nasionalisme dan demokrasi niscaya
berjalan seiring. Revolusi borjuis hanya dapat menang jika ia dapat
mematahkan kekaisaran Habsbrug, menaytukan kepangeranan-
kepangeranan Jerman yang kecil, dan membangun sebuah barikade
menghadapi intervensi Rusia.
Marx dan Engels mewarisi pandangan dari para tokoh
demokratik-borjuis terdahulu tentang Rusia sebagai kekuatan barbar

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Asiatik di luar batas peradaban Eropa. Dalam tahun-tahun berikutnya Marx
dan Engels mampu mengatasi Eropa-sentrisme mereka ini, namun
setidaknya kali ini keduanya memliki alasan untuk sikap mereka yang
antipati terhadap semua yang berbau Rusia. Pada periode 1848, tiada
kemungkinan akan dukungan terhadap gerakan revolusioner dari kelas
manapun dalam masyarakat Rusia, dan sejak tahun 1815 rejim Tzaris
Rusia tak segan-segan, sebagai mitra terkuat dalam The Holy Alliance,
untuk menggunakan pengaruhnya terhadap Eropa sebagai benteng reaksi
terkuat. Secara umum diyakini bahwa campur-tangan militer Rusia
terhadap revolusi Perancis tahun 1830 hanya tercegah oleh insureksi di
Polandia, dan Tzar kemudian mengirim pula pasukan Rusia untuk
memadamkan revolusi di Hongaria tahun 1849.
Polandia telah sama sekali terbagi-bagi di antara Prusia, Austria
dan Rusia sejak 1795, dan dukungan bagi kemerdekaan Polandia ketika
sudah sangat lazim diantara kelompok demokrat. Di samping tuntutan
penyatuan Jerman sendiri, kemerdekaan Polandia merupakan batu podasi
di mana Marx dan Engels membangun posisi mereka tentang persoalan
kebangsaan di Eropa tengah dan Timur. Dalam pidato mereka pada tanggal
29 November 1847, yaitu beberapa minggu sebelum meletusnya revolusi
tahun 1848, Marx dan Engels untuk pertama kalinya menyatukan politik
nasional ke dalam program komunis mereka, sebuah politik di mana
pemulihan kemerdekaan Polandia ditempatkan dalam posisi penting.
Pidato Marx sendiri masih tidak sanggup menutupi euforia yang agak
idealistik, yang sering kali menandai rumusan-rumusan awal komunisme
ilmiah sejak tahun 1846 sampai tibanya tungku ujian revolusi 1848, di

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


mana Marx cenderung untuk mereduksi perjuangan kemerdekaan Polandia
menjadi sekedar gejala sampingan dari revolusi proletar universal yang ia
yakini akan segera terjadi. `Kemenangan Proletariat atas borjuasi juga
menunjukan emansipasi dari semua bangsa tertindas' dan karena `di antara
semua negeri, Inggrislah tempat di mana pertentangan antara proletariat
dan borjuasi paling berkembang,' maka `Polandia harus dibebaskan bukan
di Polandia itu sendiri, melainkan di Inggris'.87) Namun pada tahap ini
Engels telah menaruh perhatian pada makna taktis gerakan Polandia
terhadap revolusi Jerman. Demokrasi Jerman dan kemerdekaan Polandia
terkait karena `syarat pertama baik bagi pembebasan Polandia maupun
Jerman adalah penggulingan rejim politik yang berkuasa di Jerman …, dan
penarikan Rusia ke Dniester dan Dvina'.88)
Selama revolusi 1848, sebagai editor dari Neue Rheinsche Zeitung,
Marx dan Engels harus mengembangkan politik nasional mereka pada
tingkat yang lebih khusus dan rinci. Karena penggulingan absolutisme
memerlukan didirikannya negara-negara nasional yang kuat, maka Engels,
yang biasanya bertindak sebagai juru bicara dari pasangan ini, mengajukan
teori ‘Great Historic Nation’ (bangsa-bangsa besar dalam sejarah) yaitu,
Jerman, Polandia, Hongaria dan Italia, karena rakyat di keempat negeri
itulah yang berhasil manciptakan nation state (negara-negara bangsa) yang
mampu bertahan hidup di Eropa Tengah dan Timur.
Alasan mengapa Engels terbawa untuk cenderung membedakan
antara `great historic nation' dengan kebangsaan-kebangsaan lain yang
lebih kecil yang seolah-olah ditakdirkan untuk tunduk adalah bahwa
kekaisaran-kekaisaran lintas-nasional tersebut mangandung pola-pola

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


tambal-sulam yang sangat rumit dari populasi yang tumpang-tindih pada
tahap-tahap perkembangan sosial yang berbeda. Walaupun Manifesto telah
menyatakan bahwa `perbedaan-perbedaan nasional dan pertentangan di
antara bangsa-bangsa semakin hari semakin melenyap',89) sebagai
konsekwensi dari perkembangan kapitalis, namun pertentangan ini justru
pecah menjadi konflik terbuka di bagian timur Eropa pada masa itu, dan
dalam revolusi tahun 1848, hal ini merupakan faktor yang sama pentingnya
dengan pertentangan-pertentangan kelas. Karena adanya tumpang tindih
dari kelompok-kelompok nasional, maka pertentangan-pertentangan ini tak
akan pernah diselesaikan berdasarkan prinsip keadilan yang abstrak. Marx
dan Engels pun selalu menolak apa yang oleh kaum idealis disebut sebagai
`prinsip kebangsaan', yang yang memberi masing-masing kelompok
nasional hak atas penentuan nasib sendiri sebagai suatu hak mutlak.
Bangsa-bangsa Jerman, Polandia, Hongaria dan Italia telah lama
membuktikan daya tahan mereka dalam perjuangan untuk mencapai
kesatuan dan kemerdekaan, dan Marx dan Engels memutuskan
menggandengkan gerbong proletariat pada bintang-bintang nasional ini.
Dalam prosesnya, klaim-klaim dari kebangsaan-kebangsaan yang lebih
kecil dan kurang vokal _Ceko, Slovakia, Croatia, Serbia dan lain-lain_
terlupakan.
Kita tidak dapat menuduh Marx dan Engels menerapkan
chauvinisme Jerman yang kasar dan vulgar, karena Engels sendiri dapat
membantahnya dengan merujuk tulisan-tulisan mereka sebelum 1848.90)
Selama revolusi tahun 1848, Marx dan Engels berjuang menentang
kecenderungan chauvinis-nasionalisme Jerman ketika Majelis Nasional

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Frankfurt mengklaim sebagian propinsi Prusia yang sebelumnya
merupakan propinsi Polandia sebagai wilayah Jerman, yaitu Pozen
(Poznan) yang mencakup sebagian besar wilayah orang-orang Polandia.
Kesalahan Marx dan Engels pada tahun 1848 lebih terletak pada penerapan
chauvinisme bangsa besar secara umum, yang didasarkan pada kesalahan
penilaian bahwa bangsa-bangsa Eropa yang lebih kecil sudah ditakdirkan
oleh logika sejarah, dan telah kehilangan otonomi mereka untuk
selamanya.
Politik nasional Neue Rheinische Zeitung didasarkan pada
anggapan bahwa perbedaan ekonomi dan budaya antara `great historic
nation' dengan kebangsaan lainya adalah cukup besar dan penting sehingga
memungkinkan `great historic nation' membagi peta di antara mereka.
Namun, ternyata, jurang di antara kedua kelompok ini tidaklah cukup besar
untuk memungkinkan hal ini. Kasus Ceko adalah contoh yang paling
menonjol dari kesalahan ini. Propinsi-propinsi di mana orang-orang Ceko
dominan, Bohemia dan Moravia, telah menjadi bagian dari the Holy
Roman Empire (Kekaisaran Romawi Agung) yang terdahulu, dan
berdasarkan alasan hitoris inilah Majelis Frankfurt menganggap bahwa
wilayah tersebut terpaut ke Jerman, jadi bukan semata karena jumlah dari
minoritas Jerman yang cukup besar di wilayah tersebut, dan mengklaimnya
dari Austria atas nama sebuah Jerman bersatu. Benarlah bahwa
kebangsaan-kebangsaan Slavik secara keseluruhan kurang berkembang
dibanding Jerman, dan perkembangan-perkembangan budaya dan ekonomi
dari Slavik Tengah dan Selatan sangat tergantung pada pengaruh pada
negeri tetangganya, Jerman. Namun hal ini menunjukan adanya jurang

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


yang cukup lebar dalam pengetahuan sejarah Engels, yaitu ketika ia
menyatakan bahwa orang-orang Ceko `tidak pernah memiliki sejarah'.91)
Dan ketika berargumen menentang argumen Bakunin92) tentang `pan-
Slavisme demokratik', Engels bergerak terlalu jauh dengan mengklaim
bahwa `selain bangsa Polandia, Rusia dan paling jauh orang-orang Slavik
di Turki, maka tidak ada bangsa Slavik yang punya masa depan, dengan
alasan sederhana, yaitu bahwa bangsa Slavik lainnya ini tidak memenuhi
syarat-syarat utama sejarah geografis, politik, dan industri untuk
memungkinkan daya tahan perjuangan menuju kemerdekaan.'93) Namun
demikian, jauh dari menerima penggabungan Jerman secara permanen,
bangsa Ceko justru telah sampai pada gelombang pencerahan budaya yang
dahsyat, yang bermekaran pada tahun 1848 menjadi sebuah gerakan politik
yang memperjuangkan kemerdekaan nasional. Slovakia, Croatia, Serbia,
dan lainnya segera menyusul Ceko sebagai akibatnya.
Dengan demikian, keempat `great historic nations' ini merupakan
basis yang tidak memadai bagi politik nasional Marx dan Engels, dan
taktik yang meragukan ini juga turut memberi andil bagi kegagalan
revolusi 1848. Penentangan semua kelas di Jerman terhadap kemerdekaan
Ceko, yang dianut pula oleh Neue Rheinische Zeitung, membantu
menggerakkan nasionalisme Ceko ke jalur pro-Rusia. Dan penindasan
Magyar terhadap nasionalisme Croatia, yang aktif didukung pula oleh
Neue Rheinische Zeitung, memungkinkan monarki Habsburg untuk
menggunakan tentara Croatia melawan gerakan revolusioner Wina.
Program Bakunin tahun 1848 tentang gerakan pan-Slavist demokratik
memang utopis, karena sangat beragamnya kondisi wilayah-wilayah

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Slavik. Dan `prinsip-prinsip kebangsaan' yang dibenarkan oleh Bakunin
adalah idealis dan mustahil dipraktekkan, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Engels. Akan tetapi, setidaknya, Bakunin mengakui kekuatan
nasionalisme-nasionalisme Slavik, dan berusaha memanfaatkan potensi
anti-Tzarist mereka. Monarki Habsburg berhasil bertahan melalui revolusi
1848 semata-mata karena keahlian monarki ini dalam memainkan bangsa-
bangsa taklukkannya untuk saling bertempur. Bagaimanapun juga, Marx
dan Engels telah sama sekali gagal merumuskan politik untuk mengatasi
taktik monarki Habsburg ini.
Selama tahun pertama pengasingannya di Inggris, Marx yakin
bahwa kekalahan tahun 1849 hanyalah kemunduran sementara, karena itu
ia memusatkan energinya untuk membangun kembali Liga Komunis.
Untuk tujuan ini ia juga bekerja dalam the German Workers Educational
Assosiation (Asosiasi Pendidikan Buruh Jerman) dan the Sosial
Democratic Refugee Committee (Komite Pelarian Politik Sosial
Democratic), serta mengorganisir terbitan bulanan di Hamburg, yaitu Neue
Rheinsche Zeitung Reveu. Komite Sentral Liga telah didirikan kembali di
London pada musim gugur 1848 oleh kelompok pertama dari pelarian-
pelarian politik baru yang meninggalkan Jerman setelah krisis September,
meski hubungan komite sentral ini dengan Jerman sejauh itu tetaplah
rapuh. Sekalipun Marx sendiri telah membubarkan Komite Sentral
terdahulu pada bulan Mei 1848, namun ia menyadari bahwa organisasi
rahasia kembali diperlukan, karena aktivitas politik secara terbuka tidak
dimungkinkan lagi, dan ia dipilih secara aklamasi untuk masuk ke dalam
Komite Sentral yang baru, segera setelah ia sampai di London. Engels

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


yang melarikan diri ke Swiss setelah kekalahan insureksi Baden,
bergabung dengan Marx di London pada bulan Oktober.
Selama perode ini, Marx dan Engels menulis dua surat edaran atas
nama Komite Sentral, yaitu Addresses of the Central Commettee to the
Communist League (surat-surat komite sentral kepada liga komunis) di
bulan Maret dan Juni 1850. Di antara keduanya, surat bulan Maret adalah
yang lebih penting karena memuat kesimpulan-kesimpulan teoritik dan
taktis dari pengalaman 1848, untuk diterapkan pada babak revolusi Jerman
berikutnya, yang diharapkan terjadi dalam waktu dekat. Walaupun ditulis
oleh Marx dan Engels, surat tersebut dibuka dengan kritik terhadap tokoh-
tokoh yang tidak disebutkan namanya, yang tidak lain adalah Marx dan
Engels sendiri. Jika `sejumlah besar anggota yang waktu itu terlibat
langsung dalam gerakan berpikir bahwa saat bagi perkumpulan rahasia
sudah selesai, dan aksi publik semata sudah memadai', maka pemimpin-
pemimpin kecenderungan ini tak lain adalah Marx dan Engels, serta
sekutu-sekutu mereka dalam Neue Rheinische Zeitung. Dan jika `distrik-
distrik dan komune-komune membiarkan hubungannya dengan komite
sentral merenggang dan perlahan-lahan terhenti', maka yang harus
bertanggung jawab dalam hal ini adalah Marx, yang setelah dipercayakan
memegang kekuatan eksekutif penuh, secara sepihak membubarkan komite
sentral, sehingga sepenuhnya mencegah Liga Komunis berfungsi selama
masa-masa kritis revolusi. Untuk tuduhan bahwa, dengan terjadinya
kekacauan organisasi dalam Liga, maka partai pekerja telah `berada di
bawah dominasi dan kepemimpinan sepenuhnya dari demokrat-demokrat
borjuis kecil', kembali Marx dan Engels-lah yang sengaja memblokir

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Cologne Workers' Society untuk tidak mengajukan calon-calon buruh
sendiri dalam pemilihan itu, dan mereka berdualah yang telah berupaya
untuk memnundukkan gerakan buruh di bawah front demokratik yang luas
sampai bulan Februari 1849.94)
Pukulan tak terduga yang telah menggagalkan posisi taktis Marx
sebelumnya dan menyebabkan ditulisnya kritik diri yang kabur ini, adalah
berpalingnya borjuasi liberal Prusia ke kubu reaksioner, seperti yang
ditelaah Marx dalam `Borjuasi dan Kontra-Revolusi'. Marx telah
menegaskan dalam Manifesto bahwa revolusi proletar di Jerman akan
segera menyusul segera setelah revolusi borjuis. Kini setelah revolusi
borjuis itu ditinggalkan oleh pemimpin alaminya, yakni borjuasi, dan tugas
menghancurkan feudalisme dan absolutisme kini hanya bertumpu pada
kelas-kelas plebeian, maka nampaknya revolusi borjuis harus langsung
melebur dengan tahap-tahap pertama revolusi proletariat. Dalam surat di
bulan Maret, Marx mengembangkan taktik `permanent revolution'
(revolusi permanen). Walaupun kaum demokrat borjuis kecil diperkirakan
akan berinisiatif pada babak revolusioner berikutnya (melanjutkan
perjuangan yang telah mereka mulai dengan Kamppanye Konstitusi
Reich), namun Marx merancang tugas bagi kelas pekerja Jerman untuk
menempatkan kepemimpinannya dalam perjuangan anti-feudal, dan
melanjutkan revolusi itu dari penghancuran absolutisme ke penghancuran
modal itu sendiri.
Oleh karena itu, Marx menekankan kepada para buruh agar, setelah
bertempur bersama borjuasi kecil melawan pemerintahan yang ada, jangan
meletakkan senjata mereka setelah bengkitnya rejim baru, bahkan bila

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


mereka sendiri belum mampu mengambil-alih dan mengendalikan
kekuasaan. Para buruh harus tetap bersenjata dan terorganisir sehingga,
walaupun kaum demokrat borjuis kecil akan langsung merebut kekuasaan,
mereka dapat `membuat borjuasi kecil mendapat keadaan sesulit mungkin
jika ingin menggunakan kekuasaannya melawan proletariat yang
bersenjata, dan … mendiktekan kepada borjuasi kecil itu syarat-syarat
yang sedemikian rupa sehingga kekuasaan demokrat borjuis kecil itu sejak
awal akan membawa benih-benih kehancurannya sendiri, sehingga
penggulingannya di kemudian hari oleh proletariat akan jauh lebih
mudah'.95)
Walaupun `kaum buruh Jerman tidak dapat sampai ke puncak
kekuasaan dan mencapai perwujudan kepentingan kelasnya tanpa melewati
suatu tahap perkembangan revolusioner',96) namun latihan bagi kekuasaan
politik mandiri mereka adalah hal yang mulai saat itu harus dipentingkan
oleh kaum buruh.
Berlatarbelakangkan hal ini Marx mengembangkan dua poin
penting dalam teori revolusioner. Yang pertama, aparatus negara bukanlah
semata-mata sebuah mesin yang dapat beralih kendali, dari satu kelas
kepada kelas lainnya, dan kelas pekerja harus mempersiapkan diri untuk
mengambil kekuasaan dengan membangun aparatus negaranya sendiri
sebagai tandingan yang bertentangan dengan aparatus dari kelas-kelas yang
berada. Para buruh akan memerlukan organisasi bersenjata dan organisasi
kontra-negara representatifnya sendiri, yang disebut Marx sebagai `dewan-
dewan revolusioner lokal' atau `pemerintahan buruh revolusioner'. Hal ini
kemudian akan menjadi kenyataan sejarah kongkrit dalam bentuk Komune

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Paris 1871, dan Soviet-sovyet di Rusia tahun 1905 dan 1917. Yang kedua,
kebutuhan akan organisasi-organisasi kontra-negara ini memberikan
sebuah tugas baru kepada kaum komunis. Dalam Manifesto, Marx
membatasi tugas kaum komunis pada kerja propaganda di dalam partai
proletar, maka kini Marx memperjelas bahwa pembangunan kekuatan
kontra-negara itu adalah tugas, bukan hanya bagi partai pekerja, melainkan
khususnya juga bagi kaum komunis yang teroganisir sebagai bagian
termaju dari partai pekerja tersebut, untuk menjamin bahwa kekuatan
kontra-negara ini betul-betul terwujud.
Surat bulan Maret menandai suatu kemajuan teoritik bagi politik
komunisme ilmiah, namun pada kenyataanya taktik permanent revolusion
sama sekali tidak dapat diterapkan dalam kondisi Jerman tahun 1850. Marx
dan Engels telah memasuki periode revolusioner tahun 1848 dengan
asumsi dasar yang salah bahwa badai revolusioner yang akan segera terjadi
menandai permulaan berakhirnya tatanan borjuis. Kita memiliki
keuntungan karena kini kita dapat melihat bahwa jelas kapitalisme industri
masih berada dalam tahap sangat awal, bahkan di Inggris sekalipun, di
mana corak produksi yang baru masih dalam tahap kanak-kanaknya.
Selama periode 1848, Marx dan Engels cenderung untuk membaca pada
masa kini apa yang sesungguhnya masih akan datang jauh di masa depan.
Inilah kesalahan penilaian yang dapat dipersalahkan pada kelahiran ide-ide
komunisme ilmiah dan kerumitannya yang jauh mendahului jamannya.97)
Kita telah melihat, dalam revolusi 1848-9, bagaimana ruh revolusi
proletariat telah membuat kaum borjuasi ketakutan dan mengkompromikan
tujuan-tujuannya, dan dengan demikian menggagalkan taktik Marx dan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Engels tentang aliansi dengan borjuasi dalam revolusi borjuis. Ketika
borjuasi telah berpaling ke pihak reaksi, maka asumsi bahwa hanya
organisasi proletariat yang sadar kelas-lah yang diperlukan untuk
menghancurkan kapitalisme kembali menjerumuskan Marx dan Engels
dalam kesalahan taktik baru. Taktik permanent revolution tidak dapat
berjalan, karena kelemahan kelas pekerja Jerman bukan hanya disebabkan
belum matangnya mereka secara politik dan ideologi, melainkan juga
disebabkan belum matangnya ekonomi kapitalis Jerman. Tidak ada
peluang sekecil apapun bagi proletariat Jerman, bagaimanapun kondisi
politiknya, untuk menghancurkan kapitalisme dan membangun ekonomi
sosialis.
Jalannya peristiwa menunjukkan, gerakan revolusioner tahun 1848
telah ditaklukkan sama sekali. Kapitalisme mencapai kemenangan tanpa
adanya penggulingan revolusioner terhadap rejim lama, yang kemudian
akan mengalami `modernisasi'-nya sendiri, dan Jerman akan disatukan dari
atas oleh Angkatan Bersenjata Prusia. Dalam ketiadaan situasi
revolusioner, maka taktik-taktik dalam Surat bulan Maret tidak sempat
diuji, dan persoalan posisi proletariat dalam revolusi borjuis pun lenyap
dari khazanah teori Marxis selama setengah abad. Baru pada tahun 1905
Marxisme akhirnya bertemu kembali dengan situasi yang dihasilkan oleh
menyerahnya borjuasi di hadapan `revolusinya sendiri', ketika Lenin
mengembangkan sebuah taktik yang sepenuhnya sesuai untuk mengatasi
bentuk un-even development ini untuk revolusi Rusia, yaitu dengan
membentuk `kediktatoran demokratik-revolusioner kaum proletariat dan
tani'. Menurut Lenin, dalam situasi ini proletariat harus berjuang untuk

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


memimpin revolusi borjuis, bahkan sedapat mungkin merebut kekuasaan
negara untuk sementara, dengan sebuah pemerintahan revolusioner masa
peralihan. Dengan begitu, proletariat dapat memastikan perwujudan dari
apa-apa yang tidak akan dilakukan borjuasi kecil, yaitu menaklukkan
secara tuntas semua sisa-sisa feudalisme dan absolutisme, kondisi yang
paling mendukung untuk melanjutkan perjuangan proletariat mencapai
tujuan-tujuan akhirnya. Proletariat dapat melakukan hal ini tanpa adanya
khayalan akan kemungkinan untuk langsung melompat ke sosialisme, dan
sesungguhnyalah proletariat harus melupakan usaha untuk bergerak maju
ke sosialisme pada tahap ini, karena ia masih memerlukan dukungan dari
kaum tani secara keseluruhan (bukan hanya dari proletariat pedesaan)
untuk secara tuntas menaklukkan rejim lama.98)
Taktik permanent revolution, walau tidak dapat diterapkan di
Jerman tahun 1850, namun tetap merupakan warisan politik yang berharga
bagi gerakan buruh. Taktik ini diusulkan oleh Trotsky untuk Rusia pada
tahun 1905, meskipun Lenin masih menganggap peralihan revolusi
demokratik menjadi revolusi proletar sebagai hal yang terlalu dini. Namun
demikian, pada tahun 1917, dalam konteks krisis di seluruh Eropa yang
diakibatkan Perang Dunia II, Lenin dan Partai Bolshevik mampu dengan
sukses menerapkan taktik permanent revolution ini, yaitu memimpin
revolusi Rusia pada tahun itu untuk terus bergerak maju dari
menggulingkan Tzarisme kepada penggulingan modal itu sendiri.
Surat bulan Juni menunjukkan kebangkitan kembali organisasi
Liga Komunis di Jerman, meskipun terdapat kondisi yang sulit ketika itu
akibat represi. Surat itu sangat berharga karenan penekanannya akan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


perlunya kesatuan organisasional kaum komunis sebagai prasyarat bagi
tindakan-tindakan taktis, dan karena surat itu mengungkapkan makna
penting dari aliansi-aliansi internasional yang telah dibangun Liga dengan
sayap kiri gerakan Chartis di Inggris, dengan kelompok pelarian politik
Blanquis Perancis, dan dengan gerakan revolusioner Hongaria. Pada bulan
April 1850, Komite Sentral Liga Komunis, bersama dengan kelompok
Blanquis dan sayap kiri Chartist, mendirikan organisasi internasional
rahasia yang terbatasi bagi kader-kader pimpinan saja, the World Society of
Revolutionary Communists (Prekumpulan Dunia dari Kaum Komunis
Revolusioner), yang didasarkan pada pengharapan akan terjadinya situasi
revolusioner baru, dan saling bersumpah untuk saling mendukung. Dua
pasal pertama konstitusi organisasi ini, yang ditandatangani oleh Adam dan
J. Vidil (Blanquis), G. Julian Harney (Chartis) serta Marx, Engels dan
August Willich (Liga Komunis), menyatakan secara khusus:
1. Tujuan asosiasi ini adalah menggulingkan semua kelas yang
mendapat privilese (hak istimewa), dan membuat mereka tunduk
terhadap kediktatoran proletariat, yang akan menuntaskan
revolusi permanen sampai terwujudnya komunisme, yaitu bentuk
organisasi terakhir dari keluarga manusia.
2. Untuk terwujudnya tujuan ini, asosiasi akan membentuk ikatan
solidaritas di antara semua tendensi partai komunis revolusioner,
dan sesuai dengan prinsip persaudaraan republikan, maka asosiasi
mengabaikan batas-batas bangsa (nasional)99)
Namun, segera setelah menulis Surat Bulan Juni, Marx mengalami
perubahan penting dalam pandangannya, barangkali adalah yang paling

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


penting selama keseluruhan kerja politiknya sebagai seorang komunis.
Pada musim panas tahun 1850, Marx kembali menggeluti studi ekonomi
yang telah ia tinggalkan sejak 1848, dan melakukan telaah secara cermat
tentang basis ekonomi dari pergolakan-pergolakan politik selama beberapa
tahun terakhir. Kesimpulan yang ditarik Marx ialah bahwa revolusi-
revolusi tahun 1848 telah dipicu oleh krisis perdagangan tahun
sebelumnya, dan dengan pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung,
maka `tidak ada peluang bagi sebuah revolusi yang sesungguhnya.
Revolusi seperti itu hanya dimungkinkan pada saat-saat ketika dua faktor
berbenturan: kekuatan-kekuatan produktif modern dan bentuk-bentuk
produksi borjuis … Sebuah revolusi baru hanya mungkin terjadi sebagai
akibat dari sebuah krisis baru; tetapi saat revolusi ini pasti akan datang,
sama seperti krisis itu sendiri juga pasti akan datang.'100)
Telaah ini memiliki akibat-akibat yang penting bagi praktek politik
kaum komunis, dan perdebatanpun muncul antara kelompok Marx dan
`faksi Willich-Schapper'.101) Dalam konteks pribadi dari perdebatan ini,
Marx bergerak lebih jauh dari telaahnya, dan mengakui bahwa sebuah
revolusi proletar yang sukses, setidaknya di Jerman, bukan hanya
tergantung pada krisis perdagangan periodik berikutnya, melainkan juga
tergantung pada perkembangan yang jauh lebih maju dari kekuatan-
kekuatan produktif.
Pada tanggal 15 September 1850, Komite Sentral Liga
menyelesaikan debat mereka tentang `posisi proletar Jerman dalam
revolusi yang akan datang'.102) Schapper berargumen kepada Komite
Sentral bahwa aktivitas-aktivitas kaum komunis hanya bermakna jika

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


proletariat sampai ke puncak kekuasan segera setelah babak revolusi
berikutnya. Jika tidak, maka proletariat lebih baik menghentikan semua
aktivitas politik sama sekali. Mendebat Schapper, Marx secara halus
namun pasti melepaskan taktik permanent revolution yang telah
dikemukan dalam Surat bulan Maret. Walaupun Surat itu telah menyatakan
tentang kelas pekerja yang harus mengalami suatu `perkembangan
revolusioner yang berkepanjangan' sebelum mampu mencapai tujuannya,
Marx kini menyebutkan bahwa diperlukan `lima belas, dua puluh atau
bahkan lima puluh tahun' perjuangan kelas jika menggunakan skala-waktu,
karena belum matangnya kondisi-kondisi ekonomi. Kendati partai pekerja
dapat sampai ke puncak kekuasaan sekarang, namun ia hanya dapat
menjalankan langkah-langkah borjuis kecil (yaitu, tidak dapat
mensosialisasikan alat-alat produksi, yang secara umum masih dalam skala
kecil).103) Kedua belah pihak sepakat bahwa perbedaan sudut pandang ini
terlalu besar untuk memungkinkan mereka terus bekerja sama, dan Liga
Komunis pun terbelah menjadi dua.
Walaupun Willich dan Schapper memiliki semangat revolusioner yang
hebat, namun mereka, sebagaimana dikatakan Marx, telah menolak
komunisme ilmiah dari Manifesto.
Karena tidak dapat membantah argumen ekonomi Marx, maka mereka
mengabaikannya, dan menekankan bahwa yang lebih penting adalah
`kehendak … bukannya kondisi-kondisi aktual sebagai faktor utama dalam
revolusi'.104) Sebetulnya ini adalah posisi kaum Blanquis yang memegang
teguh bahwa hanya aktifitas kepeloporan-lah yang diperlukan untuk
membuka kembali proses revolusioner. Ketika Marx menolak

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


kemungkinan terjadinya sebuah revolusi baru dalam waktu dekat, maka
habislah sudah kesempatan untuk beraliansi dengan kaum Blanquis.
Setelah perpecahan dalam Liga tersebut, Marx, Engels dan Harney menulis
surat kepada para pimpinan Blanquis bahwa mereka `telah lama
menganggap asosiasi itu (yaitu The Wolrd Society of Revolutionary
Communist) secara de-facto bubar' dan meminta diadakan sebuah
pertemuan untuk membakar dokumen kesepakatan pendiriannya.105) Namun
Willich dan Schapper, yang para pendukungnya merupakan mayoritas baik
di Liga Komunis distrik London walaupum dalam The German Workers
Educational Asosiation, diam-diam mengubah aliansi taktis dengan
kelompok Blanquis menjadi aliansi prinsipil. Bukannya `bekerja untuk
membangun sebuah organisasi partai pekerja yang mandiri baik secara
terbuka, sebagai tandingan pemerintahan kaum demokrat',106) sebagaimana
yang telah diamanatkan dalam surat bulan Maret sebagai tugas Liga
Komunis dalam masa-masa mendesak menjelang revolusi, Willich dan
Schapper justru berpaling pada aktivitas persekongkolan erat dengan kaum
demokrat borjuis kecil, yang di bawah perlindungan pelarian mereka di
London malah menyusun segala rancangan yang sia-sia. Di sisi lain,
kelompok Marx memindahkan Komite Sentralnya ke Cologne, untuk
meneruskan kerja-kerja propaganda selama beberapa waktu. Namun pada
musim semi 1851, kedua kelompok organisasi Jerman itu dihancurkan
secara total oleh polisi Prusia, dan setelah dihukumnya para terdakwanya
oleh Pengadilan atas Kaum Komunis di Cologne bulan Oktober 1852,
Marx menyadari bahwa Liga-nya secara resmi telah berakhir.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Fase penting pertama dari praktek politik Marx sebagai seorang
komunis ilmiah berakhir dengan tutup bukunya periode revolusioner tahun
1848, dan dengan pengakuan penuh kesadaran darinya akan kenyataan ini.
Revolusi komunis terbukti memerlukan perjuangan yang lebih panjang dan
lebih sulit dari apa yang diperkirakan Marx sebelumnya. Sebelumnya Marx
melihat revolusi 1848 sebagai krisis umum dan yang terakhir dari
kapitalisme, padahal krisis ini, seperti juga semua krisis lainnya, adalah
khusus dan tertentu. Ketika gelombang revolusioner itu surut, Marx mulai
mundur dan menilai kembali kejadian-kejadian selama beberapa tahun
terakhir. Selama tahun 1850-an Marx kembali menggeluti studi ekonomi
yang kemudian menghasilkan Capital, dan mempertajam teori umumnya
tentang materialisme historis, yang pada periode 1848 masih belum
lengkap. Namum secara politik, Marx sangat terisolir selama dekade
reaksi. Setelah Liga Komunis dibubarkan tahun 1852, Marx tidak lagi
bergabung dalam kelompok politik manapun, dan ia hanya bertatap muka
dengan sedikit kawannya yang terdahulu. Kebanyakan kawan-kawan Marx
telah berpaling mengikuti Schapper dan Willich atau meninggalkan
aktivitas politik sama sekali. Antara tahun 1852 sampai 1864 Marx banyak
menulis tentang perkembangan politik di Eropa maupun di luar Eropa,
tetapi ia untuk sementara mengundurkan dari keterlibatan langsung dalam
aktivitas politik dan berperan sebagai pengamat.
Ketika gerakan buruh Eropa pulih dari kekalahan tahun 1848,
keseluruhan perspektif Marx secara mendasar telah meluas, cakrawala
Marx yang sebelumnya hanya meliputi Eropa kini meningkat menjadi
sudut pandang mendunia. Dan tanpa bermaksud mengabaikan tesisnya

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


tentang perlunya revolusi dengan kekerasan, Marx lebih menekankan pada
aspek pembangunan secara bertahap sebuah partai pekerja massa sebagai
prasyarat untuk revolusi. Proses ini berlangsung bersamaan dengan
didirikannya The Internasional Working Men's Assoiation (Asosiasi Kaum
Pekerja Internasional) Internasionale Pertama pada tahun 1864 di mana
Marx sendiri memainkan peran utama.
***

Notes
63)
Joseph Moll, seorang pembuat jam, dan Karl Schapper, seorang tukang
set huruf. Keduanya adalah pimpinan dari Liga Keadilan sebelum
berubah menjadi Liga Komunis. Keduanya bekerja dengan Marx di
Cologne selama revolusi 1848. Moll gugur pada tahun 1849 selama
Kampanye Konstitusi Reich. Schapper putus hubungan dengan Marx
ketika Liga Komunis pecah di bulan September 1850, sekalipun
keduanya kemudian mendamaikan pertentangan mereka. Heinrich
Bauer (jangan dicampuradukkan dengan Bauer bersaudara, yang
anggota Hegelian Muda itu), seorang pembuat sepatu, juga seorang
pimpinan Liga Keadilan.
64)
`On the History of the Communist League', MESW, H. 442.
65)
Pernyataan ini masih dapat diperdebatkan, tapi dalam pandangan saya
telah cukup dibuktikan oleh B. Nicolaevsky dalam artikelnya, `On the
History of the Communist League', International Review of Social
History, vol. I, no. 2, Amsterdam, 1956.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


66)
Oscar J. Hammen, The Red '48ers, Charles Scribner's Sons, New York,
1969, h. 224.
67)
`Karl Marx and the Neue Rheinishe Zeitung', MESW [edisi dua
volume], Lawrence & Wishart, 1950, Vol. II, h. 300.
68)
Lihat Engels, `Speech on Poland'.
69)
Lihat `Camphausen's Declaration in the Sitting of 30 May', dan `The 15
June Sitting of the "Vereinbarungsversammlung".
70)
`The Programmes of the Radical-Democratic Party and the Left in the
Frankfurt Assembly'.
71)
`The 15 June Sitting of the "Vereinbarungsversammlung"'.
72)
Dalam Surveys from Exile, h. 58-9.
73)
Lihat `The June Revolution'.
74)
Hammen, The Red '48ers, h. 266.
75)
Lihat `The Crisis and the Counter-Revolution'.
76)
Lihat `The Cologne Revolution'.
77)
MESW, h. 71-93.
78)
Lihat `Revolution in Vienna', dan `The Victory of the Counter-
Revolution in Vienna'.
79)
Lihat `The Counter-Revolution in Berlin' dan `No More Taxes!!!'.
80)
Lihat `The Bourgeoisie and the Counter-Revolution'.
81)
Dalam Freiheit, Arbeit, paper untuk Workers' Society, dikutip dalam
Hammen, The Red '48ers, h. 372.
82)
`Stein", MEW 6, h. 289.
83)
`Declaration', ibid., h. 426.
84)
`To the Workers of Cologne'.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


85)
`"To My People"', MEW 6, h. 515.
86)
`The Demands of the Communist Party in Germany'.
87)
`Speeches on Poland'.
88)
`Speech of 22 February 1848'.
89)
Kutipan dari Manifesto. Lihat catatan #41.
90)
Lihat `Democratic Pan-Slavism'.
91)
Ibid.
92)
Mikhael Bakunin terutama dikenang sebagai pendiri anarkisme
revolusioner sebagai sebuah tendensi dalam gerakan kelas pekerja.
Untuk melihat perdebatannya dengan Marx dalam hal ini, lihat
Pengantar untuk The First International and After. Pada pertengahan
1840-an Bakunin menjadi anggota lingkaran Hegelian Muda di Jerman,
dan dekat dengan Marx ketika kelahiran Deutsche-Französische
Jahrbücher. Ketika masih menjadi seorang demorat revolusioner,
Bakunin mengambil bagian aktif dalam revolusi 1848. Di bulan mei
1849, selama Kampanye Konstitusi Reich, ia memainkan peranan
utama dalam insureksi Dresden, ditangkap dan diserahkan pada
pemerintah Rusia, dan selanjutnya menghabiskan duabelas tahun dalam
penjara sebelum berhasil melarikan diri.
93)
Ibid.
94)
`Addresses of the Central Committee to the Communist League of
March and June 1850'.
95)
Ibid.
96)
ibid.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


97)
Lihat Pengantar Engels untuk `The Class Struggles in France', MESW,
H. 647. `Sejarah telah membuktikan pada kita, dan semua yang berpikir
seperti kita, bahwa kita salah. Sejarah telah menjelaskan bahwa
keadaan perkembangan ekonomi di Benua ini pada waktu itu belumlah,
masih sangat jauh, matang bagi pelenyapan sistem produksi kapitalis;
sejarah telah membuktikan ini dengan revolusi ekonomi yang, sejak
1848, telah mencengkeram seluruh Benua …'
98)
Lihat `Two Tactics of Social-Democracy in the Democratic Revolution',
dalam Lenin: Selected Works, vol. I, Moskow, 1970.
99)
MEW 7, H. 553-4.
100)
Review, `May-October 1850'. Lihat catatan #47.
101)
August Willich, seorang mantan perwira Prusia, bergabung dengan Karl
Schapper dalam memimpin oposisi `kiri' ini melawan Marx; di tahun
1853 ia pindah ke Amerika Serikat dan belakangan bertempur bagi
pihak Utara dalam Perang Saudara Amerika, seperti layaknya banyak
emigran komunis Jerman lainnya.
102)
Lihat `Minutes of the Central Committee Meeting of 15 September
1850'.
103)
Mungkin tetap saja sangat penting bagi proletariat untuk menduduki
tampuk kekuasaan dan menjalankan langkah-langkah borjuis kecil,
seperti yang diyakini oleh Lenin. Sekalipun Marx tidak pernah
mengembangkan taktik `kediktatoran demokratik-revolusioner', ia
sendiri menekankan dalam Surat Maret bahwa kaum borjuis kecil akan
mundur dari langkah-langkah yang benar-benar radikal untuk
menghancurkan semua sisa feudalisme, dan hal ini telah diperlihatkan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


dalam praktek dengan Kampanye Konstitusi Reich. Tapi menimbang
tesis Marx bahwa `mustahil ada kemungkinan revolusi sejati', persoalan
ini telah menjadi, setidaknya untuk saat itu, satu persoalan yang
akademik.
104)
`Minutes of the Central Committee Meeting of 15 September 1850'.
105)
MEW 7, h. 415.
106)
`Addresses of the Central Committee to the Communist League of
March and June 1850'.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Pengaruh Positivisme Dalam Pemikiran Hukum (Telaah Terhadap
Aliran Positivisme Hukum Analitis John Austin)

PENDAHULUAN

Pendapat yang menyatakan bahwa induk dari segala macam ilmu


pengetahuan adalah Filsafat merupakan argumen yang hampir diterima
oleh semua kalangan. Hal ini terbukti dengan adanya hubungan yang erat
antara ilmu pengetahuan tertentu dengan filsafat tertentu, seperti filsafat
hukum yang melahirkan ilmu hukum dan seterusnya. Filsafat hukum
adalah refleksi teoretis (intelektual) tentang hukum yang paling tua, dan
dapat dikatakan merupakan induk dari semua refleksi teoretis tentang
hukum.

Filsafat hukum adalah filsafat atau bagian dari filsafat yang


mengarahkan (memusatkan) refleksinya terhadap hukum atau gejala
hukum1. Sebagai refleksi kefilsafatan, filsafat hukum tidak ditujukan untuk
mempersoalkan hukum positif tertentu, melainkan merefleksi hukum

1
Lili Rasjidi, dalam Bernard Arif Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum (sebuah
penelitian tentang fundasi kefilsafatan dan sifat keilmuan lmu hukum sebagai landasan
pengembangan ilmu hukum nasional Indonesia), Mandar Maju Bandung, 2000, hlm.119.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


dalam keumumannya atau hukum sebagai demikian (law as such)2. Filsafat
hukum berusaha mengungkapkan hakikat hukum dengan menemukan
landasan terdalam dari keberadaan hukum sejauh yang mampu dijangkau
oleh akal budi manusia.

Bila merujuk pada sejarah pemikiran barat, seperti disebutkan


oleh Scheltens, filsafat merupakan bentuk tertua dari pemikiran rasional
yang bersifat pengertian dan dapat mempertanggungjawabkan dirinya
sendiri3. Boleh dikatakan meliputi seluruh daerah pemikiran manusia, yang
merupakan keseluruhan yang hampir-hampir tidak dibedakan.

Pada perkembangan berbagai pengetahuan menyadari obyek dan


metodenya sendiri, bahkan mengabsolutkan diri, yang lambat laun
memisahkan diri dari filsafat. Lebih lanjut Scheltens menyebutkan bahwa
para ilmuan berputus arang dengan filsafat, menganggap filsafat sama
sekali tidak diperlukan, tidak bermanfaat dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Terpukau oleh keberhasilan metodenya sendiri
dan arena kejelasan serta ketetapan lapangan telaah sendiri, orang lalu
menghapus filsafat, dengan keyakinan bahwa mulai sekarang hasil-hasil

2
Hukum positif adalah ialah terjemahan dari ius positum dalam bahasa latin, secara harfiah
berarti hukum yang ditetapkan (gesteld recht). Jadi, hukum positif adalah hukum yang
ditetapkan oleh manusia, karena itu dalam ungkapan kuno disebut stellig recht. Lihat J.J. H.
Bruggink, Alih bahasa Arif Sidharta, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1999, hlm 142.
3
Scheltens, dalam Ridwan, Pengaruh Positivisme dalam Pemikiran Hukum (Studi Kritis atas
Aliran Legalisme-Positivisme Hukum), Jurnal Magister Hukum, Vol.2 No.1 Februari 2000,
hlm. 41.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


berbagai ilmu pengetahuan pasti dapat menggantikan dan mengabaikan
filsafat.

Kecenderungan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas,


mendapat dukungan dari gagasan tiga tahap August Comte. Menurutnya
sejarah pemikiran manusia berevolusi dalam tiga tahap; tahap teologis
(mistis) dimana manusia memecahkan berbagai persoalan dengan meminta
bantuan kepada Tuhan atau dewa-dewa, yang tidak terjangkau oleh panca
indera; tahap falsafi dimana pada tahap ini hakekat benda-benda
merupakan keterangan terakhir dari semua; dan tahap positivis, tahap
dimana dunia fakta yang dapat diamati dengan panca indera merupakan
satu-satunya obyek pengetahuan manusia4. Pada tahap terakhir inilah dunia
Tuhan dan dunia filsafat telah ditinggalkan.
Tulisan sederhana ini tidak bermaksud untuk membahas berbagai
persoalan tersebut, hanya untuk mencari jawaban bagaimana pengaruh
positivisme dalam pemikiran hukum khususnya telaah terhadap
positivisme analitis John Austin.

ANALISIS
Filsafat hukum mencari hakekat dari pada hukum, yang
menyelidiki kaedah hukum sebagai pertimbangan nilai-nilai5. Dimana ilmu
pengetahuan hukum berakhir, disanalah mulai filsafat hukum; ia

4
Ibid, hlm.42.
5
Soetikno, dalam Lili Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1999, hlm.1.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


mempelajari pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab dalam ilmu
pengetahuan6.

Bicara mengenai aliran positivisme, bahwa aliran ini sama tuanya


dengan filsafat. Namun baru berkembang pesat pada abad ke 19 tatkala
empirisme mendominasi pemikiran. Positivisme lahir dan berkembang di
bawah naungan empirisme7. Artinya antara empirisme dan positivisme
tidak dapat dipisahkan.
Positivisme adalah salah satu aliran dalam filsafat (teori) hukum yang
beranggapan, bahwa teori hukum itu hanya bersangkut paut dengan hukum
positif saja. Ilmu hukum tidak membahas apakah hukum positif itu baik
atau buruk, dan tidak pula membahas soal efektivitasnya hukum dalam
masyarakat8.

Di dalam aliran positivisme hukum dikenal dua sub aliran yaitu :


Aliran hukum yang analisis, pendasarnya adalah John Austin
Aliran hukum positif yang murni, didepelopori oleh Hans Kelsen. Dalam
tulisan ini sebagaimana dinyatakan terdahulu, memfokuskan pada aliran
hukum positif yang analitis oleh John Austin. Positivisme yang dirintis
John Austin, yang diberi nama Analytical Judisprudence, dekat sekali
dengan mazhab hukum umum. Austin menggunakan metode analisa saja.

6
Lili Rasjidi, ibid, hlm.3.
7
Muh. Bagir Shadr, dikutip oleh Ridwan, Op cit. hlm. 56.
8
Achmad Roestandi, Responsi Filsafat Hukum. Armico-Bandung, 1992. hlm.79

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Melalui analisa sistem-sistem hukum tertentu Austin ingin sampai pada
suatu ide umum tentang hukum.

Berdasarkan metodenya yang empiris belaka, Austin sampai pada


pengertian tentang Negara, yang menurutnya berlaku secara mutlak.
Negara dipandangnya sebagai kenyataan yang diterima begitu saja oleh
orang-orang dalam wilayah tertentu. Negara-negara timbul dan
dipertahankan, oleh sebab kebanyakan bawahan mempunyai kebiasaan
mentaati pemerintah. Bila kebiasaan itu berhenti maka sudah tidak terdapat
negara lagi.

Terdapat bermacam-macam alasan untuk mentaati pemerintah.


Ada orang yang mentaati oleh sebab mereka berpegang teguh pada
prasangka bahwa pemerintah selalu harus ditaati. Sementara alasan lain
karena takut akan kekacauan, bila negara dirombak. Semuanya ini
dipastikan dalam pengalaman.

Nilai-nilainya tidak dipersoalkan. Dapat dipastikan juga bahwa


yang berkuasa adalah satu-satunya sumber hukum. Di atas yang berkuasa
hukum tidak ditemukan. Diungkapkan oleh Austin bahwa tiap-tiap
Undang-undang positif ditentukan secara langsung atau secara tidak
langsung oleh seorang pribadi atau sekelompok orang yang berwibawa
bagi seorang anggota atau anggota-anggota dari suatu masyarakat politik
yang berdaulat, dalam mana pembentuk hukum adalah yang tertinggi.
Dengan ketentuan ini Austin tidak menyangkal adanya norma-norma
hukum ilahi, norma-norma moral dan juga hukum internasional.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Dipastikannya saja, bahwa semua prinsip tersebut tidak mampu untuk
meneguhkan atau meniadakan hukum yang berlaku dalam suatu negara9.

Aliran hukum positif yang analitis mengartikan hukum itu sebagai


“a command of the Lawgiver” (perintah dari pembentuk Undang-undang
atau penguasa), yaitu : suatu perintah dari mereka yang memegang
kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan. Hukum dianggap
sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup (close logical
system). Hukum secara tegas dipisahkan dari moral, jadi dari hal yang
berkaitan dengan keadilan, dan tidak didasarkan atas pertimbangan atau
penilaian baik buruk. Selanjutnya John Austin membagi hukum itu atas :

1. Hukum ciptaan Tuhan, dan

2. Hukum yang dibuat oleh manusia, yang terdiri dari;

a. hukum dalam arti yang sebenarnya yaitu yang disebut juga


sebagai hukum positif, terdiri dari:

- hukum yang dibuat oleh penguasa, seperti Undang


undang, Peraturan pemerintah dan lain-lain.

- hukum yang disusun atau dibuat oleh rakyat secara


individual, yang dipergunakan untuk melaksanakan hak-
hak yang diberikan kepadanya. Contohnya: hak wali

9
Dikutip dari Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,Kanisius, Yogyakarta,
1997. hlm. 137-138.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


terhadap orang yang berada dibawah perwalian, hak
kurator terhadap badan/orang dalam curatele.

b. hukum dalam arti yang tidak sebenarnya, yaitu hukum yang


tidak memenuhi persyaratan sebagai hukum. Jenis hukum ini
tidak dibuat atau ditetapkan oleh penguasa/badan berdaulat
yang berwenang. Contohnya: ketentuan-ketentuan yang dibuat
perkumpulan-perkumpulan atau badan-badan tertentu dalam
bidang keolahragaan, mahasiswa dan sebagainya.

Terdapat empat unsur penting menurut John Austin untuk


dinamakan sebagai hukum, yaitu:

a. perintah
b. sanksi
c. kewajiban
d. kedaulatan
Adapun keempat unsur tersebut kaitannya satu dengan yang lain
dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Unsur perintah ini berarti bahwa satu pihak menghendaki agar


orang lain

melakukan kehendaknya, pihak yang diperintah akan mengalami


penderitaan jika perintah ini tidak dijalankan atau ditaati. Perintah itu

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


merupakan pembedaan kewajiban terhadap yang diperintah, dan yang
terakhir ini hanya dapat terlaksana jika yang memerintah itu adalah pihak
yang berdaulat. Dan yang memiliki kedaulatan itu dapat berupa seseorang
atau sekelompok orang (a souvereign person, or a souvereign body of
persons).

Buah pikir John Austin ini tertuang dalam kedua bukunya yang
terkenal, yaitu: The Province of Jurisprudence Determined dan Lecture on
Jurisprudence10.

Aliran positivisme hukum yang analitis yang dipelopori oleh John


Austin tersebut pada sekitar abad ke-19 dan dalam bagian pertama abad
ke-20, tampaknya menguasai pemikiran hukum di Barat, yang kemudian
juga di dasarkan pada filsafat Yunani. Dimana cukup jelas peranan aliran
positivisme terutama yang analitis tersebut bahwa penerapan hukumnya
dilakukan oleh pihak penguasa.

Dengan adanya identifikasi hukum yang aplikasinya diterapkan


dengan undang-undang akan menjamin bahwa setiap individu dapat
mengetahui dengan pasti apa saja perbuatannya yang boleh dilakukan dan
apa saja perbuatannya yang tidak boleh dilakukan. Bahkan negarapun
kemudian akan bertindak dengan tegas dan konsekuen sesuai dengan apa

10
Dikutip dari: Lili Rasjid; Op cit; hlm. 42-44

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


yang telah ditetapkan dan diputuskan, dalam melaksanakan keadilan
menurut ketentuan negara.

Begitu pula dengan penerapan hukum melalui ketentuan-


ketentuannya dan peraturan-peraturannya yang ada yang telah dibuat harus
dilaksanakan sesuai dengan segala sesuatu yang telah ditetapkan. Austin
adalah tokoh pertama yang memisahkan secara tegas antara hukum positif
dengan hukum yang dicita-citakan, dengan kata lain ia memisahkan secara
tegas antara hukum dengan moral dan agama. Ilmu hukum hanya
membahas hukum positif saja, tidak membahasa hubungan antara hukum
positif dengan moral dan agama. Tanpa memperdulikan baik atau buruknya
hukum itu, diterima atau tidak oleh masyarakat. Hakekat dari semua
hukum adalah perintah (command), yang dibuat oleh penguasa yang
berdaulat yang ditujukan kepada yang diperintah dengan disertai sanksi
apabila perintah itu dilanggar. Semua hukum positif adalah perintah.
Perintah dari yang berdaulat atau command of sovereign atau command of
law-giver. Pemegang kedaulatan tidak terikat baik oleh peraturan yang
dibuatnya sendiri, maupun oleh asas-asas yang berasal dari atas (moral dan
agama). Masalah kedaulatan yang merupakan salah satu unsur dari hukum
positif adalah bersifat pra-legal (bukan urusan hukum, tetapi urusan politik
atau sosiologi) dan hendaknya dianggap sebagai sesuatu yang telah ada
dalam kenyataannya11.

Namun disamping kebaikan-kebaikan yang ada dan dikemukakan


oleh Aliran Positivisme yang Analitis tersebut sudah, sudah barang tentu
11
Dikutip dari Achmad Roestandi, Op cit. hlm. 81

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


terdapat beberapa kelemahan yakni tentang ajaran-ajarannya yang kurang
sesuai dan bertentangan dengan berbagai pihak terutama masyarakatnya
yang hidup dan berdiam dalam masa tersebut.

Apabila dilihat secara mendasar, maka kelemahan yang sangat


pokok dalam Aliran Positivisme yang Analitis tersebut adalah justru
dengan adanya identifikasi Hukum dan Undang-undang tersebut. Karena
jika dilihat dengan nyata, bahwa betapapun buruknya peraturan dan
ketentuan yang ada, asalkan peraturan dan ketentuan tersebut telah menjadi
Undang-undang yang harus diterapkan dalam masyarakat dan juga secara
langsung hakim akan menjadi terikat pada Undang-undang yang telah
ditetapkan tersebut.

Peraturan perundang-undangan juga memiliki kelemahan/


kekurangan, seperti yang dikemukakan oleh Bagir Manan bahwa: 1.
Peraturan perundang-undangan tidak fleksibel. Tidak mudah
menyesuaikannya dengan masyarakat. Pembentukan peraturan perundang-
undangan membutuhkan waktu dan tatacara tertentu sementara mesyarakat
berubah terus bahkan mungkin sangat cepat. Akibatnya terjadi jurang
pemisah antara peraturan perundang-undangan dengan masyarakat. 2.
Peraturan perundang-undangan tidak pernah lengkap untuk memenuhi
semua peristiwa hukum atau tuntutan hukum dan ini menimbulkan apa
yang lazim disebut kekosongan hukum (Bagir Manan. 1992:8).

Dalam kaitannya dengan identifikasi Hukum dan Undang-undang


yang demikian kuatnya dilakukan oleh pihak penguasa dan pemerintah,

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


kemudian pada akhirnya dapat saja terhadap Ketentuan Hukum dan
Undang-undang tersebut disalah gunakan oleh pihak-pihak tertentu yang
akan menguasai negara secara mutlak dan absolut sesuai dengan
keinginannya yang ada pada masa itu. Dimana kemudian pihak penguasa
dalam negara dapat menggunakan ketentuan hukum dan Undang-undang
untuk memberikan legitimasi kepada tindakan-tindakan mereka yang
sebenarnya, dimana menurut perasaan hukum masyarakat tindakan tersebut
adalah merupakan tindakan yang tidak bermoral dan kriminal serta
menjadi kejam. Sehingga kemudian semua-semua ketentuan dan kehendak
yang dikeluarkan oleh perintah pribadi penguasa dapat dijadikan ketentuan
hukum dan perundang-undangan yang berlaku dalam masyarakatnya, dan
kemudian individu-individu yang ada dalam lingkup masyarakat akan
berada pada posisi yang dilematis, dimana disatu pihak hukum dan
ketentuan dari penguasa tidak dapat dipertahankan secara konsekuen,
apabila ketentuan hukum dan perundang-undangan itu sendiri digunakan
sebagai alat untuk menindas dari ketidak adilan. Pendapat yang
menyatakan bahwa jika undang-undang telah tersedia, terkodifikasi atau
fragmentaris maka sudahlah cukup sarana perundang-undangan untuk
diandalkan buat menindak setiap pelanggaran ataupun untuk melindungi
kepentingan dalam masyarakat. Kurang diperhatikan dan disadari, bahwa
pada aturan hukum yang dianggap mendekati keadilan harus dipenuhi
syarat bahwa hukum harus mampu mencerminkan tuntutan hati nurani
masyarakat khususnya perasaan keadilan mereka.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Telah terjadi pergeseran prinsip dan konsepsi dari Negara Hukum
menjadi negara Undang-undang yang meletakkan undang-undang yang
dibuat oleh pemerintah sebagai ukuran kebenaran. Di dalam undang-
undang seperti ini setiap tindakan pemerintah yang tidak adil diberi
pembenaran dengan perbuatan undang-undang melalui penggunaan
atribusi kewenangan sehingga hukum ditempatkan sebagai alat justifikasi
dengan watak positivist – instrumentalistik. Dalam ajaran Austin dikatakan
bahwa hukum dianggap sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat
tertutup (closed logical system).

Dengan sifat tetap dan tertutup dari hukum tersebut, maka hukum
pada masa itu tidak menerima perkembangan dari pihak manapun
sekalipun perkembangan tersebut berasal dari dalam masyarakat lingkup
negaranya, akibatnya hukum tidak mengenal dispensasi dan penyimpangan
yang dianggap oleh masyarakat setempat tidak sesuai dengan kebiasaan
yang berlaku. Sebagaimana diketahui bahwa setiap hukum harus selalu
dipatuhi, oleh karena kadang-kadang hukum pun memberikan dispensasi
bagi terjadinya penyimpangan-penyimpangan sepanjang ketentuan tersebut
tidak atau bukan merupakan suatu kejahatan atau delik. Terutama dalam
ketentuan hukum yang bersifat privat (terutama dalam hal pembuatan
perjanjian diantara pihak-pihak), bahwa ketentuan hukum yang dibuat
biasanya tergantung pada kesepakatan antara kedua belah pihak sepanjang
tidak bertentangan dengan ketertiban, kesusilaan dan kepatutan.

Dengan demikian, masalah utamanya adalah bagaimana


mengusahakan agar warga-warga masyarakat secara maksimal dapat

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


mematuhi ketentuan hukum tanpa menterapkan paksaan atau kekerasan.
Jadi secara sederhana dapat dikatakan, bahwa yang harus diusahakan
adalah peraturan-peraturan yang sifatnya tertulis, baik, kewibawaan
petugas dan fasilitas pendukung yang cukup, walaupun secara nyata
tidaklah dapat dikatakan sebagai hal yang sederhana. Terhadap ajaran dari
Austin yang menyatakan tentang hukum dalam arti yang tidak sebenarnya,
yakni hukum yang tidak memenuhi persyaratan sebagai hukum, bahwa dari
ketentuan tersebut jelas terlihat, meskipun hukum disini dapat saja dibuat
atau ditetapkan bukan oleh penguasa/badan berdaulat yang berwenang,
akan tetapi tetap keberadaan dari hukum tersebut pada akhirnya tidak
diakui oleh pihak penguasa.

Karena konsepnya jelas bahwa hukum tersebut diklasifikasikan


sebagai hukum dalam arti yang tidak sebenarnya. Dengan demikian, tetap
saja ajaran dari Austin tersebut tidak dapat memberikan tempat bagi
masyarakat, berdasarkan kebiasaan-kebiasaan yang telah lama dianut
sehingga kemungkinan terbentuk menjadi suatu aturan yang lebih
dihormati dalam masyarakat yang ada menjadi tidak berdaya.

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa dari kehidupan bersama


manusia yang kemudian mengadakan hubungan dan saling berinterksi
antara satu dengan yang lainnya, sehingga akan tercipta hukum. Baik
negara maupun hukum timbul dari kehidupan manusia karena keinginan
hati dari masing-masing individu untuk memperoleh ketertiban. Akan
tetapi konsep yang seperti ini tidak tampak pada ajaran positivisme yang
analitis.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Dengan adanya hukum dalam arti yang absolut dan mutlak dari
konsekuensi aliran positivisme yang analitik ini, karena makna dari hukum
yang dibuat oleh manusia tersebut akan menjadi suatu bentuk dari perintah
dan ketentuan yang mutlak yang berasal dari penguasa menjadi suatu
keharusan bagi masing-masing individu untuk menjalankannya dengan
suka atau tidak suka ataupun mau dan tidak mau. Masyarakat diwajibkan
untuk menjalankan dengan sepenuh hati sehingga kemungkinan untuk
terbentuknya suatu rezim penguasa yang otoriter dari negara yang
menganut ajaran ini akan tercipta dengan mudah sekali.

PENUTUP

Sebagai penutup dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan


bahwa aliran hukum positif yang analitis mempunyai suatu kekuatan yakni
aliran ini banyak dianut oleh para pemikir hukum di Barat di abad ke 19
dan awal abad ke-20. keberhasilan dari aliran ini terlihat pada bentuk
kepastian hukum yang benar-benar terjamin pada masing-masing negara
yang menganutnya. Akan tetapi dari ajaran tersebut yang telah berkembang
pada konsep para pemikir di Barat, ajaran-ajran dari hukum positif yang
analitis ini juga mempunyai banyak kelemahan di sana-sini.

Adapun titik kelemahannya yang pokok, bahwa aliran hukum


positif yang analitis itu cenderung membuat suatu kekuatan dari penguasa
untuk membentuk suatu pemerintahan absolut. Hal ini disebabkan karena

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


adanya empat unsure penting dari ajaran John Austin untuk dapat
dinamakan hukum, yang di dalamnya terdiri dari perintah, sanksi,
kewajiban dan kedaulatan. Sehingga dengan empat unsur penting dari
hukum tersebut membuat para penguasa yang mebentuk ketentuan hukum
dan undang-undang menjadi suatu keputusan yang mutlak harus
dilaksanakan tanpa memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk
memberikan masukan-masukan yang berkembang dan tumbuh dari dalam
masyarakatnya sendiri.

Semua ketentuan hukum dan undang-undang yang terbentuk


menjadi suatu perintah dan kewajiban yang harus dijalankan dan ditaati,
kemudian mempunyai sanksi yang mengikat para pelaksana hukum
menjadi secara langsung terikat karenanya. Kemudian yang terakhir bahwa
semua pembuat ketentuan hukum dan undang-undang yang dalam hal ini
adalah pihak penguasa hanya dapat terlaksana jika pihak penguasa sebagai
pihak yang memerintah tersebut merupakan pihak yang berdaulat. Dari
ketentuan tersebut dapat dianalisa bahwa pihak penguasa ataupun pihak
pemerintah yang berdaulat sebagai pembentuk ketentuan hukum dan
undang-undang sebetulnya tidak perlu dipertegas lagi, karena jelas suatu
Negara yang telah memiliki pemeritahan sendiri, rakyat sendiri dan
wilayah sendiri tentunya sudah merupakan sesuatu (dalam hal ini dapat
disebut Negara) yang dianggap berdaulat atau memiliki kedaulatan sendiri,
dan juga sebenarnya dengan telah adanya kedaulatan yang merupakan
bagian dari suatu negara yang tidak dapat dipisahkan, maka kedaulatan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


sudah merupakan bagian dari bentuk dan sistem politik pemerintahan
dalam negara itu sendiri.

Oleh : Firdaus Arifin Penulis adalah Analis Hukum Tata Negara,


sedang studi di Program Pascasarjana UNPAD, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Roestandi, Responsi Filsafat Hukum, Armico-Bandung, 1992.


Bagir Manan Dan Kuntana Magnar, Beberapa Masalah Hukum
Tata Negara Indonesia, Alumni, Bandung, 1993.

Bernard Arif Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum (sebuah


penelitian tentang fundasi kefilsafatan dan sifat keilmuan lmu
hukum sebagai landasan pengembangan ilmu hukum nasional
Indonesia), Mandar Maju Bandung, 2000.

Hendry P. Panggabean, Fungsi MA Dalam Praktik Sehari-hari, Pustaka


Sinar Harapan, Jakarta, 2001.

J.J. H. Bruggink, Alih bahasa Arif Sidharta, Refleksi Tentang Hukum, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1999.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Lili Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1999.

Lili Rasjidi, Filsafat Hukum Apakah Hukum itu, Remaja Rosdakarya,


Bandung, 1991.
M. Solly Lubis, Politik Dan Hukum Di Era Reformasi, Mandar
Maju, Bandung, 2000.

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, LP3ES, Indonesia, 1998.

Ridwan, Pengaruh Positivisme dalam Pemikiran Hukum (Studi Kritis atas


Aliran Legalisme-Positivisme Hukum), Jurnal Magister Hukum,
Vol.2 No.1 Februari 2000.

Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius,


Yogyakarta, 1997.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Epistemologi Marx

Epistemologi Marx merupakan bagian tak terpisahkan dari


doktrinnya tentang Alam dan Esensi. Konsep Marx tentang esensi, dalam
hal-hal tertentu, mirip dengan konsep Aristoteles. Bagi Aristoteles, esensi
sesuatu adalah bentuk (form), dan ini secara teoritis kemudian menjadi
pegangan dalam mendefinisikan benda-benda. Lebih dari itu, bagi
Aristoteles, benda (thing) sesung-guhnya dapat dikatakan menjadi apa
adanya ketika ia mencapai pemenuhan bentuknya, daripada ketika ia masih
berada secara potensial. Essensi dari suatu benda ditunjukkan dalam proses
perkembangan yang bersamanya bentuk atau esensi itu dicapai. Namun,
bagi Aristoteles, bentuk atau finalitas dari suatu benda adalah tetap dan tak
berubah, berbeda dengan Marx dimana esensi berubah dan berkembang
melalui sejarah.
Marx menyebutkan bahwa kebutuhan (need) yang sebenarnya
menghubungkan esensi dan eksistensi. Kebutuhan menunjukkan kehar-
usan bagi esensi untuk melengkapi aktualisasinya dalam eksisten-si. Esensi
manusia melibatkan sebuah hubungan yang terkait antara alam dan
kesadaran. Alam adalah obyek dari teori (sebagai contoh ilmu alam, seni,
dll), dan dari praxis (contohnya, materi dan alat yang mentransformasi
alam lewat kerja untuk memuaskan kebutuhan).
Dengan demikian kita dapat mengerti pemahaman Marx tentang
hubungan teori dan praxis. "Praxis" diartikan Marx sebagai ak-tivitas
praktis yang mentransformasi obyeknya atau dunia dalam rangka
menyatakan esensinya. Kerja dan aksi revolusioner adalah contoh yang

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


baik dari praxis. Sedangkan "teori" yang dimaksudkan Marx adalah
aktivitas pikiran atau kesadaran. Contoh yang baik untuk hal ini adalah
kritisisme, ilmu, atau filsafat.
Keberadaan dan Kesadaran
Tentang kesadaran, dalam German Ideology, Marx menjelaskan
hubungan antara kesadaran dan kebutuhan itu bersifat historis. Menurut
Marx: "... dari hubungan historis yang asali, kita menemukan
bahwamanusia juga memiliki "kesadaran." Sekalipun begitu ini bukanlah
kesadaran "murni", asali. Dari permulaan, "jiwa" merana dengan "beban"
materi, yang muncul dalam kasus ini dalam bentuk lapisan-lapisan yang
bergerak-gerak di udara, suara, singkatnya bahasa. Bahasa itu sama tuanya
dengan kesadaran, bahasa ialah kesadaran yang praktis, sebagaimana ia
ada untuk manusia lain, dan karena itu sebagaimana ia ada pertama-tama
untuk saya sendiri. Bahasa, sebagaimana kesadaran, hanya berasal dari
kebutuhan, keperluan berhubungan dengan manusia lain. Ketika ada
hubungan, hubungan itu ada untuk saya; binatang tidak punya "hubungan"
dengan apa-pun, tidak mempunyai hubungan sama sekali. Bagi binatang,
hubun-gannya dengan yang lain tidak ada sebagai suatu hubungan. Kesa-
daran, karena itu, sejak awal mulanya sekali adalah produk so-sial, dan
tetap demikian selama manusia ada. Tentu saja, kesadar-an pertama-tama
hanyalah kesadaran tentang lingkungan dekatyang bisa diindera dan
kesadaran tentang kaitan terbatas dengan orang lain dan hal-ihwal di luar
individu yang menjadi sadar-diri. Pada saat yang sama, itu adalah
kesadaran tentang Alam, yang bagi manusia pertama-tama tampak asing
sama sekali, berkuasa, dan sebagai kekuatan yang tidak bisa diserang,

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


dengan apa hubungan manusia bersifat murni binatang dan dengan apa
mereka diambil-alih oleh binatang buas; karena itu ini adalah kesadaran
murni binatang tentang Alam (agama alamiah)".
Menurut Marx, pada saat yang sama jelas bahwa agama alamiah
ini, atau perilaku tertentu terhadap Alam, dikondisikan oleh bentuk-bentuk
masyarakat dan sebaliknya. Di sini, seperti di Štempat-tempat lain identitas
Alam dan manusia tampak, di dalamnya hubungan terbatas manusia
dengan Alam menentukan hubungan terba-tas satu sama lain, dan
hubungan terbatas mereka satu sama lain menentukan hubungan terbatas
mereka dengan Alam, hanya karena jarang modifikasi historis Alam telah
terjadi. Di pihak lain, terdapat kesadaran manusia tentang kebutuhan
berasosiasi dengan individu-individu di sekitarnya, dan awal mula
kesadarannya bahwa ia hidup dalam masyarakat. Awal mula ini sama
binatangnya dengan kehidupan sosial itu sendiri pada tahap ini. Ini
hanyalah kesa-daran-gerombolan, dan manusia hanyalah berbeda dengan
kambing pada titik ini, oleh kenyataan bahwa baginya kesadaran
mengganti-kan tempat naluri, atau bahwa nalurinya adalah naluri yang
disa-dari.
Dalam karya yang sama, Marx melanjutkan,"...Kesadaran yang
seperti domba atau kesadaran kesukuan mengalami perkembangan dan
perluasan lebih lanjut melalui peningkatan produktivitas, peli-pat-gandaan
kebutuhan, dan, apa yang mendasari keduanya, penin-gkatan jumlah
penduduk. Sejalan dengan perubahan-perubahan ini terdapat
perkembangan pembagian kerja dalam masyarakat yang pertama-tama
tidak lain adalah pembagian kerja dalam tindakan seksual, dan kemudian

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


pembagian kerja yang yang muncul secara spontan atau "alamiah" berdasar
atas kemampuan alamiah (yaitu kekuatan badan), kebutuhan, kebetulan,
dsb..."(Marx, 1964:72).
Kerja mentransformasi alam dalam dua cara. Ia mentransformasi obyek
alam dan ia juga mentransformasi subyek. Dua perkembangan ini saling
tergantung secara dialektis. Di samping itu, kesadaran berkembang dengan
bertambahnya aktivitas produksi, kebutuhan baru, populasi yang
bertambah, hubungan yang sangat kompleks, dan pembagian kerja.
Dengan munculnya pembagian antara kerja mental dan kerja fisik, maka
muncullah teori abstrak, pandangan filsafat dan moralitas (Kain, 1986;49).
Manusia sangat tergantung pada produksi yang mereka lakukan,
tentang apa dan bagaimana mereka berproduksi. Subyek dan obyek itu
keduanya ditransformasikan secara historis. Dunia yang diin-drai bukanlah
sesuatu yang tak dapat dirubah. Obyek sederhana dari persepsi adalah
produk industri dan hubungan produksi. Dalam Economic dan
Philosophical Manuscripts, Marx menjelas-kan lebih lanjut soal ini:
"...Sejarah industri, dan industri sebagaimana ada secara objektif, adalah
buku terbuka tentang kemampuan manusia, dan psikologi manusia yang
bisa secara lang-sung dipahami. Sejarah ini sebelumnya tidak dipahami
dalam hubun-gan dengan alam manusia, tetapi hanya dari titik pandang
utili-taran yang superfisial, karena, dalam kondisi alienasi, kemungki-nan
satu-satunya ialah memandang kemampuan nyata manusia, dan tindakan-
spesies manusia, dalam bentuk keberadaan abstrak manusia, yaitu, agama,
atau sebagai sejarah dalam bentuk umum dan abstrak, politik, seni, dan
sastra. Industri sehari-hari, materialisme memperlihatkan kepada kita,

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


dalam bentuk objek-objek yang bisa diindera, eksternal, dan berguna dalam
bentuk teralien-asi, kemampuan esensial manusia ditransformasi menjadi
objek-objek. Tidak ada psikologi untuk mana buku ini, yaitu bagian dari
sejarah yang paling kelihatan dan bisa diperoleh, tetap tertutup, bisa
menjadi ilmu yang tulen dengan isi yang nyata. Apa yang harus dipikirkan
tentang ilmu yang masih tetap jauh dari bidang kerja manusia yang sangat
besar, bidang ilmu yang tidak mengakui ketidak-memadaiannya sendiri,
selama kekayaan besar aktivitas manusia tidak berarti apa-apa baginya,
kecuali barangkali apa yang bisa diekspresikan dalam satu kata
"kebutuhan" atau "kebutuhan bersama"?
Ilmu-ilmu alamiah telah mengembangkan aktivitas yang hebat
sekali dan telah mengumpulkan massa data yang terus bertambah. Tetapi
filsafat tetap jauh dari ilmu-ilmu itu sama seperti ilmu-ilmu itu jauh dari
filsafat. Mendekatnya mereka sementara waktu hanyalah khayalan
fantastik. Ada hasrat untuk menyatu, tetapi kekuatan untuk
mewujudkannya sangat kurang. Historiografi sendiri hanya mengambil
ilmu alam secara tidak sengaja ke dalam ka-jiannya, menganggapnya
sebagai satu faktor yang membuat pencera-han, untuk kegunaan praktis,
dan untuk penemuan-penemuan besar tertentu. Tetapi ilmu-ilmu alam telah
menyusupi semua dengan lebih praktis ke kehidupan manusia, melalui
transformasi mereka atas industri. Ilmu-ilmu alam telah mempersiapkan
emansipasi manusia, sekalipun akibat langsungnya menegaskan
dehumanisasi manusia. Industri adalah hubungan historis nyata Alam, dan
dengan demikian hubungan historis nyata ilmu-ilmu alamiah, dengan
manu-sia. Konsekuensinya, jika industri dianggap sebagai bentuk ekso-

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


teris dari realisasi kemampuan esensial manusia, kita mampu memperoleh
juga esensi manusiawi dari Alam atau esensi alamiahmanusia. Ilmu-ilmu
alam akan meninggalkan orientasi abstrak materialis, atau tepatnya idealis,
dan akan menjadi basis dari ilmu manusia, sebagaimana mereka telah
menjadi --meskipun dalam bentuk teralienasi--basis dari kehidupan
manusia sebenarnya. Satubasis untuk kehidupan dan basis yang lain untuk
ilmu adalah suatu kesalahan a priori. Alam, sebagaimana berkembang
dalam sejarah manusia, dalam asal mula masyarakat manusia, adalah alam
nyatamanusia; maka Alam, sebagaimana ia berkembang melalui industri,
walaupun dalam bentuk teralienasi, adalah Alam antropolgis yang
sebenarnya (Marx, 1964;73).
Marx mengatakan bahwa tingkat sejauh mana solusi persoalan
teoretis adalah tugas praktis, dan dilakukan melalui praktek, dan tingkat
sejauh mana praktek yang tepat adalah kondisi dari teori yang benar dan
positif, diperlihatkan misalnya dalam kasus fetishisme. Persepsi indera dari
fetishist berbeda dengan persep-si indera seorang Yunani karena
keberadaan inderawinya berbeda. Permusuhan abstrak antara indera dan
jiwa tidak bisa dihindari sejauh indera manusia untuk Alam, atau makna
manusia tentang Alam, yakni, konsekuensinya, indera alamiah manusia,
belum dipro-duksi melalui kerja manusia sendiri.
Karena itu faktanya ialah bahwa individu-individu tertentu, yang
aktif secara produktif dalam cara tertentu, memasuki hubungan-hubungan
sosial dan politik tertentu ini. Dalam tiap-tiap kasus partikular, observasi
empiris harus memperlihatkan secara empiris, dan tanpa mistifikasi atau
spekulasi, hubungan antara struktur sosial dan politik dengan produksi.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Struktur sosial dan Negara secara terus menerus berkembang dari proses-
hidup indivi-du-individu tertentu, individu-individu tidak seperti yang terli-
hat dalam imajinasi mereka sendiri atau orang lain, tetapi seba-gai
nyatanya mereka: yakni, sebagaimana mereka bertindak, mengha-silkan
kehidupan material, dam tinggal dalam batas-batas, per-sangkaan-
persangkaan, dan kondisi-kondisi material tertentu, yang bebas dari
kehendak mereka.
Dalam German Ideology ia menambahkan, "Produksi gagasan,
konsepsi, dan kesadaran pertama-tama saling berkait secara lang-sung
dengan aktivitas material dan hubungan material manusia, bahasa dari
kehidupan nyata. Representasi dan pemikiran, hubungan mental manusia,
tetap terlihat pada tahap ini sebagai berasal langsung dari perilaku mental
mereka. Hal yang sama berlaku untuk produksi mental sebagai
diekspresikan dalam bahasa politik, hukum, moral, agama, dan metafisik
dari orang-orang".
Manusia adalah penghasil konsepsi dan gagasan. Mereka--
manusia nyata yang aktif, sebagaimana mereka dikondisikan oleh
perkembangan tertentu kekuatan produktif mereka, dan perkem-bangan
hubungan-hubungan yang berkorespondensi dengan ini, sampai bentuknya
yang paling ekstensif. Kesadaran tidak pernah merupakan sesuatu selain
keberadaan yang sadar, dan keberadaan manusia Šadalah proses hidup
aktual mereka.
Marx mengatakan bahwa pandangan filsafatnya berbeda filsafat
Jerman, yang menurutnya, "...turun dari langit ke bumi, di sini kita naik
dari bumi ke langit. Yakni kita tidak berangkat dari apa yang dikatakan,

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


dibayangkan, atau dianggap orang, tidak juga dari apa yang dikatakan,
dipikirkan, dibayangkan, dianggap ten-tang manusia, untuk mencapai
manusia dalam daging itu. Kita memulai dari manusia nyata, aktif, dan dari
proses-hidup nyata mereka memperlihatkan perkembangan cerminan-
cerminan ideologis dan gaung-gaung proses-hidup ini. Hantu-hantu otak
manusia juga perlu sublimasi-sublimasi dari proses-hidup material
manusia, yang bisa secara empiris ditetapkan dan yang terikat pada
prakon-disi-prakondisi material.
Moralitas, agama, metafisika, dan ideologi-ideologi lain, dan
bentuk-bentuk kesadaran mereka yang berkorespondensi, karena itu tidak
lagi memelihara/memakai penampakan keberadaan otonom mereka.
Mereka tidak memiliki sejarah, perkembangan; adalah manusia, yang,
dalam mengembangkan produksi material mereka dan hubungan material
mereka, merubah, sejalan dengannya, keberadaan nyata mereka, pemikiran
mereka dan produk-produk pemikiran mere-ka. Kehidupan tidak
ditentukan oleh kesadaran, tetapi kesadaran oleh kehidupan. Mereka yang
mengambil metode pendekatan pertama memulai dengan kesadaran,
menganggapnya sebagai individu yang hidup; mereka yang mengambil
metode kedua, yang berkorespondensi dengan kehidupan nyata, memulai
dengan individu-individu itu sendiri nyata yang hidup, dan menganggap
kesadaran hanya sebagai kesadaran mereka," kata Marx.
Metode pendekatan ini, menurutnya, bukannya tanpa praangga-
pan, tetapi ia memulai dengan praanggapan-praanggapan yang nyata dan
tidak meninggalkannya untuk sementara waktu. Premisnya ialah manusia,
tidak dalam kondisi pemenuhan atau stabilitas yang imajiner, tetapi dalam

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


proses perkembangan aktual mereka yang bisa diamati secara empiris di
bawah kondisi-kondisi tertentu. Segera setelah proses-hidup aktif ini
dilukiskan, sejarah tidak lagi menjadi kumpulan fakta mati seperti
sejarahnya kaum empirist (mereka sendiri tetap abstrak), atau aktivitas
rekaan dari sub-yek-subyek rekaan, sebagaimana dengan kaum idealis.
"Di mana spekulasi berhenti -- dalam hidup nyata -- ilmu nyata,
positif, representasi aktivitas praktis dan proses prak-tis perkembangan
manusia, dimulai. Pembuatan-ungkapan tentang kesadaran berhenti, dan
pengetahuan nyata harus menggantikan tempatnya. Ketika realitas
digambarkan, filsafat sebagai aktivi-tas independen kehilangan medium
keberadaannya. Paling banyak tempatnya hanya bisa diambil oleh ikhtisar
hasil-hasil umum, yang berasal dari pengkajian tentang perkembbangan
historis manusia. Dalam dirinya dan dipisahkan dari sejarah nyatan,
abstraksi-abstraksi ini tidak memiliki nilai sama sekali. Mereka hanya bisa
mendorong aransemen bahan-bahan sejarah, dan mengindikasikan urutan
lapisan-lapisannya yang terpisah. Merka tidak memberikan, seperti filsafat,
resep atau skema, dengan apa zaman-zaman sejarah bisa dibedakan dengan
tepat. Sebaliknya, kesulitan-kesu-litan hanya muncul ketika kita memulai
pengkajian dan aransemen bahan-bahan, dari zaman yang lalu maupun
sekarang, dan represen-tasi kenyataan", tulis Marx dalam German
Ideology.
Dalam Economic and Philosophical Manuscript, Marx
melanjutkan bahwa aktivitas sosial dan benak sosial tidaklah ada hanya
dalam bentuk aktivitas atau benak yang sosial secara manifest. Akan tetapi,
aktivitas dan benak sosial, yakni aktivitas dan benak yang memperlihatkan

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


diri sendiri lansung dalam asosiasi nyata dengan orang lain, terealisasi di
mana-mana di mana ekspresi langsung sosiabilitas ini didasarkan pada
sifat-dasar aktivitas atau berkorespondensi dengan sifat-dasar benak.
Menurut Marx, "Bahkan ketika saya melakukan kerja ilmiah,
dsb.--suatu aktivitas yang jarang bisa saya lakukan dalam asosia-si
langsung dengan orang lain -- saya melakukan tindakan, karena
manusiawi, sosial. Ini bukan hanya karena material dari aktivitas saya--
seperti bahasa sendiri yang digunakan pemikir -- yang diberikan kepada
saya sebagai produk sosial. Keberadaan saya sendiri adalah aktivitas sosial.
Karena alasan ini, apa yang saya sendiri hasilkan, saya hasilkan untuk
masyarakat dan dengan kesadaran bertindak sebagai makhluk sosial"
(Marx, 1964:77).

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Catatan akhir
Seperti yang kita ketahui, Marx menolak subyektivisme seperti
yang dipegang oleh para empirisis. Jadi, tak ada "benda-pada-dirinya"
(thing-in-itself) yang tidak diketahui muncul dalam pandangannya. Marx
juga menolak pandangan Idealis Jerman bahwa yang nyata adalah suatu
hasil pikiran--suatu dunia pikiran yang dari waktu ke waktu "menerima
sentakan dari luar" (Kain, 1986;85). Marx menolak benda-pada-dirinya
yang tak diketahui ini, atau impuls Fichtean seperti apa yang ditulisnya
dalam "German Ideology".
Marx berpendapat bahwa kapitalisme yang menciptakan ilusi
antara suatu yang tampak pada kita dan benda-pada-dirinya. Kecen-
derungan fetishistis dari kapitalisme memperlihatkan untuk men-yerap
alam secara total ke kategori sosial. Segalanya dilihat sebuah "alat
produksi" atau "benda yang berguna". Obyek alam berhenti untuk
mendapatkan sebuah pengesahan "untuk dirinya di luar lingkaran produksi
dan pertukaran".
Fetihisme, bagi Marx, bermakna bahwa relasi antara orang
menjadi tampak sebagai hubungan antar benda. Produser bebas meletakkan
produk mereka di pasar, hukum pasar dipakai, dan mereka mulai
menguasai individu-individu ini. Hubungan antara benda (produk) terlihat
independen, otonom, dan alami. Konsep fetihisme ini bagi Marx menjadi
suatu kategori epistemologis yang penting.

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009


Daftar Pustaka

1. Kain, Philip J., 1986, Marx' Method, Epistemology, and


Humanism, A Study in the Development of His Thought, D.
Reidel [Publishing Company, Dordrecht, Holland]
2. Marx, Karl, 1964, [Selected Writings in Sociology and Social]
3. Philosophy, [foreword by Erich Fromm, T.B. Bottomore and
Maxmillien Rubel (editor), McGraw-Hill, New York]
4. Marx,Karl and F. Engels, 1981, [On Religion, Progress, Publisher,
Moscow]

UNI INTERNATIONALE DEVADATTA 2009

Anda mungkin juga menyukai