Anda di halaman 1dari 2

Sistem Pengawasan Distribusi BBM di Indonesia

Dalam mengawasi kegiatan pendistribusian serta penyediaan BBM, Presiden membentuk Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) berdasarkan amanat UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi melalui Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 2002 jo Keputusan Presiden No. 86 Tahun 2002. Badan ini memiliki tugas untuk melakukan fungsi pengaturan, pengawasan, serta penyelesaian permasalahan di sektor hilir migas. Pengawasan terhadap penyediaan dan pendistribusian BBM Bersubsidi memang diperlukan kerja ekstra untuk mempersempit ruang gerak pelaku dalam melakukan aksinya menyelundupkan BBM Bersubsidi untuk kembali dijual ke industri dengan harga yang lebih mahal. Untuk mengoptimalisasikan tugasnya dalam fungsi pengawasan tersebut, BPH Migas mengembangan suatu sistem yang bernama SIMTURWASVOL (Sistem Pengaturan dan Pengawasan Volume) yang telah diujicoba di Bintan. Sistem ini dalam mengendalikan pendistribusian BBM (subsidi) dengan menggunakan Kartu Fasilitas. Hanya orang orang dengan Kartu Fasilitas saja yang dapat membeli BBM bersubsidi. BPH Migas dalam rangka penyiapan sarana dan prasarana pendukung pengawasan penyediaan maupun pendistribusian BBM dilakukan dengan penyiapan sarana teknologi informasi (TI) dan teknologi penanda (tagging). Mereka beralasan bahwa BBM bersubsidi perlu diberikan autentifikasi untuk memberikan tanda dalam rangka melindungi dari penyalagunaan oleh oknum yang mencari keuntungan, sehingga fuel tagging akan dicoba diterapkan pada rantai distribusi BBM bersubsidi pada tahun 2013. Disamping BPH Migas, pengawasan dan pengendalian pendistribusian BBM di tingkat depot dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero). Dalam implementasinya, Pertamina menggunakan sebuah sistem komputerisasi yang canggih, sehingga data penjualan BBM bersubsidi tidak bisa dimanipulasi. Teknologi tersebut dapat memantau data penjualan BBM bersubsidi di tiap stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Selain itu ada juga cara lain, yaitu dengan memanfaatkan database nomor polisi kendaraan. Semua nomor polisi dari kendaraan yang masih aktif didata dalam database yang terintegrasi dengan database kepolisian. Praktiknya, SPBU akan dilengkapi dengan alat pencatat nopol yang akan mencatat setiap transaksi yang dilakukan. Database transaksi itu dapat digunakan sebagai alat pengontrol pembelian yang dilakukan. Dalam mencegah terjadinya penimbunan BBM yang dilakukan oleh pihak pihak tak bertanggung jawab, berbagai pihak seperti BPH Migas, Pertamina, Hiswanamigas (Himpunan

Wirausaha Nasional Minyak dan Gas), hingga kepolisian saling berkoordinasi. Koordinasi tersebut dilakukan dengan membentuk satgas dalam memeriksa langsung ke lapangan dan merazia SPBU SPBU yang ada. Terlebih lagi diwaktu waktu menjelang adanya kenaikan harga BBM. Karena disaat saat itulah penimbunan BBM secara illegal banyak dilakukan. Guna mendukung upaya penindakan hukum terhadap pelaku tindak penyalahgunaan BBM Bersubsidi tersebut BPH Migas dan Kepolisian Republik Indonesia melakukan koordinasi bersama, sehingga diharapkan dapat menekan terjadinya penyalahgunaan BBM.

Anda mungkin juga menyukai