Anda di halaman 1dari 7

BAB II SKIZOFRENIA 2.

1 Definisi Skizofrenia Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.1 Gangguan skizofrenia umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadarn yang jernih (clear conciousness)dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

2.2 Pedoman diagnostik Skizofrenia Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia : Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): a. Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya. b. Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar.

Delusional perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

c. Halusinasi auditorik: atau Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau d. jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,

Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dam kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: e. halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over- valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus; f. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme; g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor; h. Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan

diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

BAB III SKIZOFRENIA DAN KEHAMILAN

3.1 Hubungan Skizofrenia dengan Kehamilan Meskipun hubungan antara skizofrenia dengan kehamilan belum diketahui dengan jelas, namun pasien skizofrenia yang sedang hamil merupakan resiko tinggi. Pasien skizofrenia cenderung jarang melakukan antenatal care, memiliki nutrisi yang buruk, dan mengkonsumsi rokok, alkohol, dan obat-obatan lebih banyak daripada wanita yang tidak menderita skizofrenia. Anak dari ibu penderita skizofrenia akan memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita berat badan lahir rendah, APGAR score yang rendah, kemunduran pertumbuhan intrauterin, lahir prematur, malformasi, dan kematian janin. Psikosis itu sendiri dapat membahayakan janin; Nilsson dkk menemukan hasil yang buruk pada wanita hamil yang mengalami psikosis sebayak dua kali lipat. Hasil yang merugikan tersebut, termasuk kematian, prematur, dan berat badan lahir rendah ditemukan meskipun variabel lain terkontrol, termasuk orang tua tunggal, merokok, usia paritas, pengetahuan, dan hipertensi. Selain itu, wanita dengan psikosis sering agitasi dan cemas. Stres kehamilan, khususnya pada trimester ketiga, dihubungkan dengan dampak jangka panjang dari aksis hipotalamushipofisis-adrenal dan dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya malformasi kongenital dan berat badan lahir rendah. Penelitian lain menyebutkan bahwa perilaku cemas pada saat kehamilan dapat menimbulkan efek negatif pada perkembangan kognitif,emosi, dan tingkah laku anak. Jadi, meskipun pemberian obat-obatan berpengaruh pada kehamilan, gangguan mental ibudan resiko terhadap janin juga harus dievaluasi dengan jelas bila pemeberian obatobatan tersebut diberikan selama kehamilan.

3.2 Analisis Untung dan Ruginya. Mengingat resiko psikosis selama kehamilan, resiko paparan janin terhadap obatobatan harus dipertimbangkan. Sebagai contoh, menghentikan peberian obat sering menyebabkan kekambuhan. Trias resiko pemberian medikamentosa adalah : 1. Malformasi kongenital; dihubungkan dengan pemberian obat pada trimester pertama dimana pada tahap tersebut sedang terjadi organogenesis. 2. Komplikasi perinatal; mencerminkan pemberian obat pada trimester ketiga 3. Teratogenesis; yang menggambarkan kekacauan pada perkembangan kognitif dan tingkah laku anak. Antipsikotik atipikal merupakan agen lini pertama untuk skizofrenia onset baru, dan banyak pasien wanita dengan skizofrenia beralih untuk menggunakan obat tersebut. Karena itu, kelompok wanita usia produktif yang mengkonsumsi antipsikotik atipikal menunjukkan perkembangan yang lebih baik. Tetapi isu apakah penggunaan antipsikotik tipikal atau atipikal selama kehamilan sulit untuk ditentukan. Terdapat beberapa data mengenai antipsikotik tipikal potensi rendah, yang dapat menimbulkan malformasi kongenital yang lebih tinggi. Tingkat keamanan yang rendah pada agen potensi tinggi, dan obat ini memerlukan obat tambahan lain untuk mengurangi efek samping yang timbul. Disisi lain, data antipsikotik atipikal selama kehamilan sangat terbatas. Selain itu, obat ini berhubungan dengan kondisi medis yang dapat menimbulkan resiko untuk ibu dan janin.

Atypical Antipsychotics in the Treatment of Schizophrenia During Pregnancy and the Postpartum
Deborah Yaeger, M.D. Healy G. Smith, M.D. Lori L. Altshuler, M.D.
Am J Psychiatry 163:12, December 2006 Diakses tanggal 9 -08-2012 ajp.psychiatryonline.org

BAB IV ANTIPSIKOTIK UNTUK WANITA HAMIL

4.1 Antipsikotik Tipikal Dari banyak data yang ada, penggunaan antipsikotik tipikal selama kehamilan berasal dari studi tentang pengobatan hipremesis gravidarum, yang memerlukan dosis yang lebih rendah daripada yang digunakan untuk skizofrenia. Sebuah meta analisis oleh Altshuler dkk, terdapat 2591 bayi yang tertapapar obat antipsikotik tipikal pada trimester pertama. Studi tersebut menemukan sedikit namun secara statistik dominan terjadi peningkatan resiko malformasi kongenital dari 2-2,4% keturunan yang terpapar obat antipsikotik tipikal potensi rendah pada trimester pertama. Data mengenai antipsikotik potensi tinggi sangat terbatas. Ada 3 laporan terjadi malformasi ekstremitas pada keturunan yang terpapar haloperidol di trimester pertama dan 1 laporan lain setelah pemakaian penfluridol pada trimester kedua dan ketiga, yang menyimpulkan bahwa terdapat korelasi antara paparan antipsikotik potensi tinggi ( khususnya haloperidol) dengan deformitas ekstremitas. Studi laian tidak menemukan hubungan kasus tersebut. Studi prospektif terkontrol saat ini melibatkan 215 wanita hamil yang terpapar haloperidol atau penfluridol memiliki resiko 2 kali untuk mengalami prematuritas dan berat badan lahir rendah. Sindrom perinatal yang berhubungan dengan antipsikotik tipikal termasuk gejala depresi pernapasan, kesulitan menelan, hipertonik, refleks primitif lambat, gejala ekstrapiramidal, tremor, gerakan abnormal, iritabilitas, dan agitasi. Gejala tersebut jarang muncul dan umumnya hilang dalam beberapa hari.

Data mengenai teratogenik perilaku sangat jarang. Kris menemukan pada studi kohort pada 52 anak yang lahir dari ibu yang mengkonsumsi clorpromazin selama kehamilan bahwa perkembangan sosial, emosi dan kognitif anak-anak tersebut normal.

4.2 Antipsikotik Atipikal Sampai saat ini, pengetahuan kita, belum ada studi blind dan studi acak yang meneliti tentang hasil kelahiran pada wanita yang mengkonsumsi antipsikotik atipikal, dan ini tidak mungkin dilakukan karena pertimbangan etis. Ada satu studi prospektif dan dua laporan kasus melaporkan terdapat bias yang muncul pada tingkat hasil yang merugikan. a. Olanzapin Ditemukan 129 kasus dalam literatur yang membahas mengenai wanita hamil yang mengkonsumsi olanzapin. Tidak ada pola berulang yang ditemukan

Anda mungkin juga menyukai