Anda di halaman 1dari 2

Teruntuk Bunda Tersayang : Maafkan kesalahan ananda Aku, Cinta, dan Malaikatku Malam ini kau hadir lagi

bersama keangkuhan diriku Hanya senyum tanpa interupsi Namun demi Cinta !! Kudengar kicau riuh burung pipit surga dalam lemah suaramu Kulihat jejak-jejak langkah kecil tertatih dalam letih matamu Kurasakan gelora semesta dalam hangat senyummu Kaulah Malaikatku ?. Bahagia dan kerajaannya adalah tasbih suci malaikatku di ujung ujung malam Duka dan mahkotanya adalah haram dalam setiap tetes air matanya Terus memintal benang benang emas dalam tenunan air sungai hijau Malaikatku adalah harum bunga anggrek biru musim semiku Tungku tungku pemanas dalam musim dinginku Senandung rindu di musim gugurku Dan bukanlah fatamorgana yang menipu musafir dimusim panasku Namun demi Cinta, Cinta adalah musim itu sendiri Dan musim adalah waktu Dan waktu seperti setan mengubah putih menjadi hitam

Menaburkan benih benih ilalang di padang rerumputan Dan Malaikatku pun tertinggal di lembaran-lembaran lusuh Hingga aku terbang dengan sayap sayap cupid Berkelana di ratusan jiwa Menghadirkan cinta tanpa Cinta Dan sayap sayapku patah karena panah cintaku sendiri Dalam redup pijar lilin Malaikatku tertelungkup dengan tangan diwajahnya Melepuhkan patung patung emas sepuhan Mengirimkan sejuta kupu-kupu Untuk membawaku kembali Di lembaran-lembaran lusuh dan lilin yang tinggal sepenggal Dalam riuhnya kicau burung pipit surga dan jejak jejak kecil Kutemukan semesta berhenti dalam genggaman malaikatku Tanpa musim tanpa waktu Dan malam ini aku hadir lagi bersama malaikatku Hanya kaku tanpa kata Namun Demi Cinta!! Aku akan mengerti ?.

Anda mungkin juga menyukai