Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Kemuhammadiyahan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kemuhammadiyahan ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1; Latar Belakang
Kesinambungan sebuah organisasi selain didukung oleh banyak faktor seperti sumber
daya manusia yang selalu siap (regenerasi) untuk meneruskan langkah dan segala seluruh visi
dan misi yang telah ada beserta anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya (AD/ART)
sebuah organisasi, perhatian terhadap kemampuan finansial, kemampuan beradaptasi dengan
dinamisasi zaman dan segala problematika yang ada di dalamnya atau yang sedang
berlangsung serta yang tak kalah pentingnya adalah kepercayaan dari calon anggota terlebih
lagi loyalitas serta dedikasi dari anggota serta jajaran pengurus yang sudah lama berada
adalah bukti konkrit dari hal ini.
Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi yang keberadaannya sudah sejak lama
bahkan ikut berperan serta dalam perjuangan juga sebagai sebuah gerakan yang dahulunya
hanya memfokuskan pada penyebaran agama hal ini tidak dapat disepelekan begitu saja.
Dalam penyebaran agama yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri
Muhammadiyah tidak hanya menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran
semata. Akan tetapi di samping itu Muhammadiyah sebagai gerakan sekaligus organisasi juga
turut membantu bangsa ini agar bisa terlepas dari cengkeraman penjajah.
Berangkat dari hal ini maka Muhammadiyah sebagai bagian dari komponen bangsa
sekaligus sebagai warna dalam kemajemukkan bangsa tercinta ini. Kita akui sebagai bangsa
yang majemuk baik dari terdapatnya berbagai macam suku, bahasa dan kebudayaan serta
organisasi-organisasi kemasyarakatan (ORMAS) adalah warna yang masing-masing
mempunyai keunikan tersendiri.
1.2; Rumusan Masalah
Dari pendahuluan yang singkat di atas maka kali ini penulis mengangkat beberapa
rumusan dari makalah ini, yang berupa di antaranya adalah:
1; Urgensi ideologi dalam gerakan Muhammadiyah
2; Metode yang diterapkan Muhammadiyah dalam menghadapi problematika ideologi
3; Militansi kader dalam gerakan Muhammadiyah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1; Peran Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan
Secara umum konsep dasar pendidikan adalah suatu proses pembentukan kemampuan
dasar yang fundamental, baik menyangkut daya fikir (intelektual) maupun daya perasaan
(emosional).
Sementara itu konsep dasar pendidikan Muhammadiyah menurut KH Ahmad Dahlan adalah
sebagai berikut :
a;
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu
untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan
dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat . Tujuan Pendidikan
yang digagas KH Ahmad Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu
tampil sebagai "ulama-ulama intelek" atau "intelek ulama", yaitu sorang Muslim yang
memiliki keteguhan iman dan Ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Adapun tujuan
pendidikan Muhammadiyah mengacu pada tujuan Muhammadiyah yaitu:
a; Pada waktu pertama kali berdiri tujuannya adalah Menyebarkan ajaran Kanjeng
Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera didalam residenan
Yogyakarta menunjukan hal Agama Islamkepada anggotanya,
b; Setelah Muhammadiyah berdiri dan menyebar keluar Yogyakarta menjadi
memajukan dan menggembirakan pengajaran dan memajukan Agama Islam kepada
sekutu-sekutunya.
b;
Pendidik
Pendidik Secara etimologi berarti orang yang memberikan bimbingan. Pengertian ini
memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang
c;
d;
e;
pendidikan. Kata tersebut seperti teacher artinya guru yang mengajar dirumah.
Sedangkan secara Secara terminologi adalah: Ahmad D Marimba mengemukakan
bahwa "Pendidik adalah sebagai orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik"
adapun menurut Muri yusuf yaitu "Pendidik adalah individu yang mampu
melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan".
Peserta Didik
Peserta didik atau disebut juga Mutarabbi, hakikatnya adalah orang yang memerlukan
bimbingan. Secara kodrati, seorang anak memerlukan Pendidikan dan bimbingan dari
orang dewasa, paling tidak, karena ada dua aspek, yaitu aspek pedagogis dan sosiologis.
Kurikulum
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) No 20 Tahun
2003 pasal 1 ayat 19 kurikulum adalah sebagai berikut:
a; Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan tertentu.
b; Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam suatu sistem
Pendidikan, karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan Pendidikan
dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengjaran pada semua jenis dan
tingkat Pendidikan.
Metode
Metode mengajar adalah cara atau tekhnik untuk mencapai tujuan pelajaran, Metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh pendidik dalam
membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran.
4;
5;
6;
Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material maupun mental
spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu perkembangan
kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh
kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses alkulturasi
yaitu pertukaran dan saling berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yang
lainnya. Dari sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan
adanya alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan,
moral dan akhlak anak. Oleh karena itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikan
islam untuk memfilter budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh
budaya-budaya barat.
Permasalahan Strategi Pembelajara
Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik.
Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran
tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan paradigma
pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal, berlangsung
secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi dan pengajaran
berbasis factual atau pengetahuan
Dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model tradisional
ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih
banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru. Hal ini
agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru.
Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sebagimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada kemajuan
teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif (memudahkan). Teknologi menawarkan
berbagai kesantaian dan ketenangan yang semangkin beragam. Dampak negatif dari
teknologi moderen telah mulai menampakan diri di depan mata kita, yang pada
prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa yang sedang tumbuh berkembang
dalam berbagai bentuk penampilannya. Pengaruh negatif dari teknologi elektronik dan
informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti kecerdasan
pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan aktualnya
dengan alat-alat teknologi-elektronis dan informatika seperti Komputer, foto copy dan
sebagainya.
Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya, krisis moral.
Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya, yang
menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika,
perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada
perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah,
penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas belajar dan
tidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.
Kelemahan praktek ajaran agama Islam dapat dijelaskan melalui dua bentuk.
a; Tradisionalisme
Pemahaman dan praktek Islam tradisionalisme ini ditandai dengan
pengukuhan yang kuat terhadap khasanah intelektual Islam masa lalu dan
menutup kemungkinan untuk melakukan ijtihad dan pembaharuan
pembaharuan dalam bidang agama. Paham dan praktek agama seperti ini
mempersulit agenda umat untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan
baru yang banyak datang dari luar (barat). Tidak jarang, kegagalan dalam
melakukan adaptasi itu termanifestasikan dalam bentuk bentuk sikap
penolakan terhadap perubahan dan kemudian berapologi terhadap
kebenaran tradisional yang telah menjadi pengalaman hidup selama ini.
b; Sinkretisme
2;
b;
c;
2.5;
Sebagai gerakan dakwah Islam amar maruf nahi mungkar, Muhammadiyah dituntut
untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah pengetahuan
melalui jalur pendidikan. Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan
Muhammadiyah yang tetap dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran
Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK) di semua lembaga pendidikan (formal) milik
Muhammadiyah. Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang memelopori
pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah menurut
Mukti Ali ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda,
sehingga Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran
dan pendidikan Islam. Kini pendidikan Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan
segala kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah berat. Dalam sejumlah
hal bahkan dikritik kalah bersaing dengan pendidikan lain yang unggul. Pendidikan AIK pun
dipandang kurang menyentuh subtansi yang kaya dan mencerahkan. Kritik apapun harus
diterima untuk perbaikan dan pembaharuan. Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian
yang terintegrasi dengan gerakan Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur
Muhammadiyah. Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan :
a; Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang beragama Islam
dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
b; Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik dapat tersentuh dan
sekaligus mengamalkannya, dan.
c; Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di lembaga pendidikan
Muhammadiyah
2.6;
Visi Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah
dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif dalam melaksanakan
dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar di semua bidang dalam upaya mewujudkan Islam
sebagai rahmatan lil'alamin menuju terciptanya/terwujudnya masyarakat Islam yang sebenarbenarnya.
2.7;
2.8;
Misi Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma'ruf nahi munkar memiliki
misi :
1; Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang dibawa
oleh para Rasul sejak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad saw.
2; Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam
2;
3;
Kata dasar dari revitalisasi yaitu vital, artinya penting. Kata re sebelum kata
vital bisa diartikan sebagai proses pengulangan, dan atau sikap sadar untuk
melakukan upaya atau usaha. Jadi kata revitalisasi itu berarti upaya untuk
melakukan perbaikan (pementingan) dari beberapa kekurangan yang yang ada
dan diketahui sebelumnya. Perbaikan, maksud arti dari kata revitalisasi biasanya
lebih sering digunakan untuk hal-hal yang tidak nampak secara kasat mata.
Seperti paradigma, konsep dan yang lain-lain. Sementara dalam kamus besar
Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan
kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya.
Pendidikan
Pendidikan adalah proses yang secara sengaja direncanakan oleh pendidik dan
dialami oleh peserta didik dalam bentuk interaksi antara pendidik dan peserta
didik di lingkungan pendidikan dan menjadikan materi pendidikan sebagai
sarana pembelajaran menuju perbaikan tingkah laku, sikap, pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan seperti yang diinginkan pendidik. Sedangkan
Ahmad Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai suatu bimbingan atau
pembinaan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasamani dan
rohani peserta didik menuju kepribadian yang utama. Prinsip dari rencana
pendidikan itu biasanya dilakukan dengan penuh sadar untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan dan keterampilan
yang diperlukan dirinya untuk terjun di tengah-tengah masyarakat.
Pendidikan Muhammadiyah
Prof. M. Yunan Yusuf, Ketua Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah
(Dikdasmen) Muhammadiyah Pusat periode 2000-2005, acapkali melontarkan
wacana Robohnya Sekolah Muhammadiyah untuk menggambarkan betapa
rendahnya rata-rata kualitas dan mutu sekolah yang diselenggarakan
Muhammadiyah. Kritisi atas pendidikan Muhammadiyah juga muncul
berkenaan dengan belum tercerminnya nilai-nilai Islam dalam perilaku warga
sekolah, belum berhasil menekan ongkos pendidikan sampai ke batas termurah,
belum sanggup menciptakan kultur islami yang representatif, telah kehilangan
identitasnya, dan lebih kooperatif dengan kelompok penekan. Berbagai kritik
tersebut tidak cukup dijawab hanya dengan perombakan kurikulum, peningkatan
gaji guru, pembangunan gedung sekolah ataupun pengucuran dana. Untuk
menyahuti dan menuntaskan problem-problem itu harus ada keberanian untuk
membongkar akar permasalahan yang sesungguhnya, yaitu karena belum
tersedianya orientasi filosofi pendidikan Muhammadiyah dan teori-teori
pendidikan modern dan islami. Karena adakalanya keterbelakangan sektor
kependidikan suatu bangsa atau suatu umat disebabkan tidak terutama oleh
keterbelakangan infrastruktur yang mendukungnya tetapi oleh perangkat konsep
yang mendasarinya. Dalam usia Muhammadiyah menjelang satu abad dengan
4;
BAB III
PENUTUP
3.1; Kesimpulan
Dari paparan yang cukup singkat di atas maka dapat diketahui bahwa ideologi
merupakan ruh dalam sebuah organisasi. Kesamaan ideologi bagi warga dalam sebuah
organisasi menjadikan ia sebagai petunjuk dari sistem yang akan dijalankan oleh warga
terlebih bagi pemimpinnya. Solidaritas kolektif, pembentukan karakter, penusunan strategi
langkah-langkah dan mobilisasi anggota, kader, dan pimpinan adalah merupakan buah dari
kesamaan dari ideologi yang dianut oleh sebuah organisasi gerakan.
Urgensi dari ideologi merupakan hal yang cukup serius demi kelangsungan dan
keberlanjutan organisasi. Maka, dari itu segala problematika yang menyangkut tentang
ideologi harus selalu mendapat perhatian serius dan mendapat prioritas. Oleh karena itu
revitalisasi yang dilakukan oleh organisasi harus mampu beradaptasi dengan dinamisasi
zaman yang cukup pesat dari hari ke hari.
Dengan adanya revitalisasi yang dilakukan bukan untuk semata-mata demi kepentingan
suatu golongan dalam organisasi saja, akan tetapi hal itu juga menuntut dedikasi dari seluruh
warga, baik kader, terlebih lagi pimpinan dari organisasi. Kesempatan atau kelebihan dalam
organisasi merupakan salah satu pengukur dari loyalitas seseorang kepada organisasi yang
diikutinya. Hendaklah loyalitas itu merupakan bukti dari kesungguhan dan dedikasi yang
semestinya diberikan kepada organisasi sehingga nantinya revitalisasi yang dicanangkan oleh
organisasi bukan merupakan hal yang memberatkan akan tetapi hal ini menunjukkan bahwa
revitalisasi dapat dibuktikan dengan loyalitas serta dedikasi yang nyata dari para warga dari
organisasi tersebut.
3.2; Saran
Setelah penulis gali, kaji dan simpulkan maka penulis hanya dapat memberikan sarah
bahwa karena Muhammadiyah bergerak dalam bidang nahi mungkar, maka lembaga
pendidikan Muhammadiyah tidak boleh terlepas sifat gerakan yang telah dirumuskan dalam
Kepribadian Muhammadiyah dan hakikat Muhammadiyah sebagai gerakan islam dan
dakwa amar maruf nahi mungkar harus diterjemahkan kedalam pendidikan sekolah
Muhammadiyah tersebut. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Amin...