Anda di halaman 1dari 8

SEORANG PRIA DATANG DENGAN KEDUA MATA MERAH KELOMPOK V

03008023 Andhea D Pradhita 03008024 Andi Wahyudi 03008028 Andyan Yugatama 03008029 Anggia Dian P S 03008030 Anggun Renita 03008035 Aqsha Tiara V 03008036 Arevia Mega D U 03008040 Arini Nurlela 03008041 Ario Wahyu P 03008042 Aristha Sthavira 03008043 Audra Firthi Dea N 03008281 M Redzhuan bin Jokir 03008285 M Nuruddin bin Derahma 03008286 M syahfiq bin Isma

JAKARTA 4 OKTOBER 2010

I.

PENDAHULUAN

Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan kepada janin pada saat proses kelahiran berlangsung. Walaupun semua golongan rentan terinfeksi penyakit ini, tetapi insidens tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun. Di antara populasi wanita pada tahun 2000, insidens tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6 per 100.000) sebaliknya pada laki-laki insidens rata-rata tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun (589,7 per 100.000).1 Epidemiologi N. gonorrhoeae berbeda pada tiap tiap negara berkembang. Di Swedia, insiden gonore dilaporkan sebanyak 487/100.000 orang yang menderita pada tahun 1970. Pada tahun 1987 dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang yang menderita, pada tahun 1994 dilaporkan penderita gonore semakin berkurang yaitu hanya sekitar 31/100.000 orang yang menderita. Di Amerika Serikat, insiden dari kasus gonore mengalami penurunan. Pada tahun 1975 dilaporkan 473/100.000 orang yang menderita, dimana dengan angka tersebut menunjukkan bahwa kasus gonore di Amerika Serikat mengalami penurunan sampai tahun 1984. 1

II.

LAPORAN KASUS

Seorang pria berusia 35 tahun datang dengan keluhan kedua mata tampak merah keseluruhannya, bengkak seluruh palpebranya, dan terdapat kotoran mata berwarna putih seperti nanah. Kotoran matanya cukup mengganggunya, karena pasien tampak sering membersihkan dengan sapu tangannya. Kedua matanya masih dapat dibuka dengan sempurna, sehingga pasien masih dapat melihat dengan jelas. Pasien tidak menunjukkan rasa kesakitan ataupun pusing. Sikapnya cukup sopan.

III.

PEMBAHASAN

Identitas: Nama: Tn P Umur: 35 tahun Alamat:Pekerjaan: supir taxi

Keluhan utama: kedua mata merah merata. Oedem palpebra. Terdapat pus.

Riwayat penyakit sekarang: konjungtivitis. Injeksi siliar. Oedem palpebra. Pasien sering mengelap dengan sapu tangannya. Secret purulen.

Riwayat penyakit dahulu: uretritis gonore, urin terdapat pus.

Riwayat penyakit keluarga: -

Riwayat pengobatan: -

Pasien datang dengan keluhan konjungtivitis hiperemis merata yang tidak mengganggu visus. Berarti pada pasien ini termasuk ke dalam golongan mata merah merata visus normal. Bagian mata yang terlihat pada celah kelopak adalah: Sclera yang berwarna putih yang ditutupi konjungtiva transparan Kornea yang transparan sehingga kita dapat melihat iris dan pupil (manic mata)

Konjungtiva selain menutupi sclera yang terlihat juga menutupi tarsus sebelah belakang sehingga terdapat konjungtiva tarsal dan konjungtiva bulbi, dengan pertemuannya disebut fornik. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian:

Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal susah digerakkan dari tarsus. Konjungtiva bulbi menutupi sclera dan mudah digerakkan dari sclera dibawahnya Konjungtiva fornises atau fornik konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.2

Konjungtiva bulbi dan fornik berhubungan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak. Pada permukaan kornea terdapat film air mata yang membuat permukaan kornea licin. Lapis ini terdiri atas 3 lapis yaitu lemak (fat, mencegah penguapan), air (mengandung garam, glukosa, urea, protein, dan lisozim), mucin (pengatur agar permukaan mata tidak kering).3

Fungsi konjungtiva: o o o Membasahi mata dengan film air mata Reaksi imunologik mencegah masuk mikroba Sel goblet adalah sel yang terdapat pasa mukosa konjungtiva

Kelainan konjungtiva pada pasien ini terdiri dari: Secret Injeksi konjungtiva, melebarnya arteri konjungtiva posterior3

Hipotesis: - konjungtivitis akut Konjungtivitis bakteri Konjungtivitis virus Konjungtivitis alergi Konjungtivitis jamur

-konjungtivitis kronis Pada pasien tajam pengelihatannya normal, merasa kelilipan, secret purulen, lengket kelopak di pagi hari, pupil normal yang merupakan gejala dari konjungtivitis. Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva, umumnya diakibatkan reaksi alergi, infeksi bakteri,jamur, parasit, klamidia, dan kadang-kadang virus. Konjungtivitis merupakan peradangan

konjungtiva atau radang selaput lender yang menutupi belakang kelopak dan bola mata atau merahnya selaput mata yang biasanya berwarna putih yang dapat karena infeksi, reaksi alergi atau fisik seperti ultraviolet yang dapat bersifat akut atau menahun.

Gejala pada konjungtivitis dapat disertai dengan keluhan dan tanda berikut: Pengelihatan tidak terganggu Mata kotor Mata merah Mata merasa ada benda asing atau kelilipan -> pasien sering mengelap matanya Edem palpebra pseudoptosis Lakrimasi

Mata merah dapat disebabkan: Injeksi konjungtival Injeksi siliar Injeksi episkleral Hematom subkonjungtiva

Pasien tidak merasa sakit karena termasuk dalam injeksi konjungtiva. Injeksi konjungtiva adalah melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior. Pembuluh darah mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri konjungtiva posterior melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah dilepas dari sclera dasarnya. Pada radang konjungtiva pembuluh darah ini terutama didapatkan di daerah forniks. Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian perifer, karena asalnya dari bagian perifer atau arteri siliar anterior. Berwarna pembuluh darah yang masih segar. Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi lenyap sementara. Gatal, pupil ukuran normal dengan reaksi normal, tidak ada reaksi fotofobia. Pasien tidak pusing karena tidak ada peningkatan atau gangguan pada tekanan intraokulernya. Secret merupakan produk kelenjar, yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet. Pada pasien ini sekretnya bisa purulen atau hiperpurulen kaarena pada anamnesis mata pasien keluar nanah. Secret yang purulen bisa disebabkan bakteri atau klamidia. Sedangkan secret yang hiperpurulen disebabkan gonokok atau meningokok.

Anamnesis tambahan: 1. Onsetnya, sudah berapa lama konjungtivanya hiperemis?

2. Sejak kapan mulai terbentuk pus? 3. Apa disertai demam? 4. Apakah ada gatal pada mata? 5. Bagaimana riwayat hubungan seksual? 6. Apakah pasien mengalami kencing nanah? Atau adanya lesi di skitar kelamin? 7. Riwayat pengobatan, riwayat penyakit keluarga? dll Pada riwayat pasien yang pernah berhubungan seksual dengan waita tuna susila dan kencing yang berwarna putih mendukung diagnosis kamu yakni Konjungtivitis gonore. Patofisiologi konjungtivitis adalah karena kontak yang kurang higienis oleh pasien.

Konjungtivitis bakteri purulen dapat disebabkan oleh Neiseria gonore, spesies gram negative, bakteri aerob yang ditemukan pada secret kelamin yg dapat menyebabkan perforasi.4 Peradangan konjungtiva disertai dengan edema kelopak yang biasanya menyerang mata kanan terlebih dahulu. Pada dewasa terdapat 3 stadium penyakit: 1. Infiltrative. Ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kakudisertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sulit dibuka. 2. Supuratif. Terdapat secret yang kental namun tidak sekental pada bayi. 3. Penyembuhan. Pada orang dewasa penyakit brlangsung 6 minggu..5 semua gejala berkurang. Pemeriksaan tambahan yang perlu diakukan adalah sediaan secret konjungtiva dengan pewarnaan metilen blue dimana akan terlihat diplokok didalam sel leukosit. Dengan

pewarnaan gram dapat membedakan sel intraseluler, ekstraseluler, dengan sifat gram negative. Serta pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat.

IV. V. VI.

TINJAUAN PUSTAKA KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

1. Irga. 2010. Gonore. Available at: http://www.irwanashari.com/2009/04/gonore.html. access on October 30th, 2010. 2. Ilyas S, Mailangkay, Taim H, Saman R, Simarmata M, Widodo P. 2002. Ilmu Penyakit Mata ed ke-2. Jakarta: Sagung Seto. 3. Ilyas S. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI. 4. James B, Chew C, Bron A. 2005. Lecturer Notes Oftalmologi ed ke-9. Jakarta: Erlangga. 5. Ilyas S. 2010. Ilmu Penyakit Mata ed ke-3. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai