ALIRAN REALISME
Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
KELOMPOK II AULIAFANI KRISIA DEFIYONA KARTIKA YUNANTI RAHMI M Dosen Pembimbing : Dr.Rhida Ahida M.Hum 2309 041 2309 066 2309 067 2309 039
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI 1431 H /2010M
KATA PENGANTAR
Segala puji dan puncak keagungan dan kekaguman hanya semata tertuju pada Allah, Dia-lah yang telah menganugrahkan al-Quran dan sunnah sebagai petunjuk bagi manusia, salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad dan manusia pilihan-Nya. Dengan pertolongan dan hidayah-Nya penulis dapat menyelersaikan makalah ini, yang berjudul Filsafat Pendidikan Realisme dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan. Karena penulis merupakan manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, maka jika terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam makalah ini penulis minta maaf. Merupakan suatu harapan semoga makalah ini dapat menunjang dan bermanfaat untuk kegiatan perkuliahan kita dan menjadi amal ibadah bagi penulis.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai keberhasilan substantif. Dalam sejarah filsafat pendidikan telah melahirkan berbagai pandangan atau aliran. Salah satu aliran pendidikan tersebut adalah aliran realisme. Realisme sekarang ini menerima dunia kesungguhan di luar kesadaran. Realitas yang diberikan tidak melalui pengetahuan langsung melainkan yang adanya diketahui dari pengalaman. Dalam kegiatan pendidikan akan muncul masalah yang lebih luas, kompleks, dan mendalam serta tidak terbatas oleh pengalaman indrawi maupun fakta-fakta sehingga tidak dapat dijangkau oleh ilmu pendidikan (science of education). Masalah-masalah tersebut antara lain adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup manusia. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan suatu fakta, namun pembahasannya tidak dapat dikaji hanya dengan menggunakan pendekatan sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam melalui filsafat.
B. SEJARAH REALISME Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh yang bersifat dualistis yaitu hal fisik dan rohani, dalam pendidikan ada subjek
1 2
yang mengetahui tentang manusia dan alam. Kajian yang mendalam mengenai realisme ini lebih cenderung kepada politik, namun beberapa subjek membahas mengenai pendidikan. Realisme pendidikan dipelopori oleh beberapa orang filosuf diantaranya David Hume, John Stuart Mill. Mereka membagi aliran ini menjadi tiga bagian yaitu: 1. Materialisme 3. : prinsip filsafat yang berhubungan dengan materi. realisme : prinsip filsafat yang memadukan aliran idealisme. 2. idealisme : prinsip filsafat yang berhubungan dengan ruh. materialisme dengan
Di samping realisme pendidikan, realisme membagi subjek pengetahunannya diantaranya realisme sebagai gerakan kebudayaan dan realisme dalam seni rupa. C. BENTUK-BENTUK REALISME 1. Realisme Ekstrem Atau Primitif Realisme ekstrem, yang berpendapat bahwa abstraksi itu ada sebagai entitas riil dalam dimensi lain realitas dan bahwa konkret yang kita persepsi hanyalah merupakan cerminan yang tidak sempurna, namun konkret tersebut menyebabkan timbulnya abstraksi dalam pikiran kita. Mazhab realisme ekstrem, pada hakikatnya, berusaha untuk memelihara keunggulan eksistensi (realitas) dengan melepaskan kesadaran yaitu dengan memasukan konsep ke dalam yang ada konkret dan mereduksi kesadaran pada tingkat perseptual, yaitu pada fungsi otomatis pemahaman persep (dengan sarana adikodrati, karena persep seperti itu tidak ada).3 Kelemahan realisme ekstrem adalah ada pengalaman universal kekeliruan menilai persepsi; tidak ada penjelasan mengenai objek khayalan/halusinasi; semua persepsi tergantung konteks visual.
3
Norman L. Geisler dan Paul D. Feinberg, Filsafat Dari Perspektif Kristiani, (Malang: Gandum Mas, 2002), hal. 141-142
2.
Pada awalnya, realisme akal sehat tampaknya memperlunak masalah-masalah realisme ekstrem, tetapi menghindari kepalsuan yang segera dirasakan orang dengan adanya dualisme dan idealisme. Realisme akal sehat sepakat dengan realisme ekstrem atau primitif bahwa obyek-obyek fisik tidak bergantung pada pikiran atau berada di luar pikiran, walaupun obyek-obyek itu secara langsung dan seketika dapat diobservasi oleh pikiran. Hal yang membedakan dua pandangan ini adalah pemahaman realisme akal sehat tentang obyek yang tidak nyata, yang khayalan atau yang merupakan halusinasi. Persepsi semacam ini bersifat subyektif, dan obyek-obyeknya seluruhnya terdapat di dalam pikiran. Realisme akal sehat memiliki kelebihan dalam mengatasi kritik kedua yang diajukan terhadap realisme ekstrem atau primitif. Menurut realisme akal sehat, obyek yang khalayan tidak berdiri sendiri dan berada di luar pikiran, tetapi dalam beberapa hal merupakan produk pikiran.
D. KONSEP-KONSEP PENDIDIKAN REALISME Berdasarkan aliran realisme, maka tujuan pendidikan akan dirumusakan sebagai upaya pengembangan potensi-potensi yang ada dan dimiliki oleh peserta didik untuk menjadi seoptimal mungkin. Menurut Realisme, yang dimaksud dengan hakikat kenyataan itu berada pada hal atau benda. Jadi, bukan sesuatu yang terlepas atau dilepaskan dari pemiliknya. Oleh karena itu, wajar bila yang menjadi perhatian pertama dalam pendidikan adalah apa yang ada pada peserta didik4. 1. Tujuan Pendidikan Tujuan-tujuan jawab sosial. 2. Prinsip-Prinsip Pendidikan Realisme
4
pendidikan
dalam
aliran
realisme
adalah
dapat
menyesuaikan diri secara tapat dalam hidup dan dapat melaksanakan tang
Prof. Imam Barnadib, M.A., Ph.D., Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 2002), hal. 15
1.
Belajar pada dasarnya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya.
2.
Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak.
3.
Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek mater yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti oleh guru. Secara luas lingkungan materiil dan sosial, manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup.
3. Isi Pendidikan atau Kurikulum a. Kurikulum komprehensif yang berisi semua pengetahuan yang berguna bagi penyesuaian diri dalam idup dan tanggung jawab sosial. b.Kurikulum berisi unsure-unsur pendidikan liberal/pendidikan umum untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan pendidikan praktis untuk kepentingan bekerja. c. Semua kegiatan belajar berdasarkan pengalaman baik langsung maupun tidak langsung. d. Metode mengajar hendaknya bersifat logis, bertahap atau berurutan. e. .Pembiasaan merupakan sebuah metode pokok yang dipergunakan baik oleh kalangan penganut realisme maupun behaviorisme. 4. Peranan Peserta Didik dan Pendidik a.Dalam hubungannya dengan pengajaran, peranan peserta didik adalah penguasaan pengetahuan adalah yang dapat berubah-ubah. b. Dalam hubungannya dengan disiplin, tata cara yang baik sangat penting adalam belajar. Peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebajikan. c.Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, keterampilan teknikteknik pendidikan dengan kewenagan untuk mencapai hasil pendidikan yang dibebankan padanya.
E. FILOSOF-FILOSOF FILSAFAT PENDIDIKAN REALISME Adapun filosof-filosof filsafat pendidikan realisme adalah: 1. Aristoteles 2. Johan Amos Comenius 3. Wiliam Mc Gucken 4. Francis Bacon 5. John Locke 6. Galileo 7. David Hume 8. John Stuart Mill.
Pengetahuan menurut relisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah kopi dari yang asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan. Ajaran realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang hanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, serta yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. Contohnya, fakta menunjukkan, suatu meja tetap sebagaimana adanya, kendati tidak ada orang di dalam ruangan itu yang menangkapnya. Jadi meja itu tidak tergantung kepada gagasan kita mengenainya, tetapi tergantung pada meja tersebut. B. Kesesuaian Filsafat Pendidikan Realisme Dengan Pendidikan Nasional Dan Regional Di Indonesia. Seperti halnya tujuan pendidikan dalam konsep realisme yaitu dapat menyesuaikan diri secara tepat dalam hidup dan melaksanakan tanggung jawab
sosial, sama halnya dengan salah satu tujuan pendidikan nasional di Indonesia yang menuntut objek pendidikan berfungsi sosial dalam masyarakat. Filsafat pendidikan realisme juga memberikan arahan dalam pengembangan kemampuan berfikir, dan pendidikan praktis untuk kepentingan kerja. Namun pendidikan nasional yang menuntut keseimbangan antara teori dan praktik pembelajaran tidak hanya membutuhkan pengalaman semata dalam kegiatan belajar. Jadi tidak semua konse-konsep pendidikan filsafat realisme dapat diaktualisasikan dalam pendidikan nasional. Selanjutnya, dilihat dari perkembangan pendidikan regional di Indonesia, konsep pendidikan filsafat realisme mempunyai kesesuaian yang dapat menjadi acuan untuk kegiatan pendidikan seperti kurikulum yang bisa disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing dengan penambahan materi pembelajaran seperti muatan lokal, yang berkaitan dengan metode pendidikan pembiasaan pada aliran realisme.
DAFTAR PUSTAKA
1. Salam,Burhanuddin.2002.Pengantar Pedagogik.Jakarta:Rineka Cipta. 2. Hardjana A. Mangun, 1997 Isme-Isme dalam Etika A-Z.Yogyakarta:Kanisius. 3. Geisler Norman L dan Paul D.2002.einberg.Filsafat Dari Perspektif Kristiani.Malang: Gandum Mas. 4. Rand, Ayn.2003.Pengantar Epistemologi Objektif.Yogyakarta: Bentang Budaya. 5.Barnadib,Imam.2002 Filsafat Pendidikan.Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
6. Bakhtiar,Amsal.2004.Filsafat Ilmu.Jakarta:Raja Grafindo Persada. 7. Hasta.Apa Itu yang Dinamakan Ilmu Filsafat.Jakarta:Mitra. 8. Poedjawijadna.Pembimbing Kearah Filsafat.Jakarta:Rineka Cipta. 9. Http//www.aliran filsafat pendidikan realisme.com