Anda di halaman 1dari 92

SISTEM PENGAMAN SEPEDA MOTOR DENGAN FASILITAS TELEPON SELULAR PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas

Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Disusun Oleh : Budi Prasetyo Nugroho 035113755

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JUNI 2008

SISTEM PENGAMAN SEPEDA MOTOR DENGAN FASILITAS TELEPON SELULAR

Penulis NIM

: Budi Prasetyo Nugroho : 035113755

Pembimbing : Drs.Sardjiman Djojopernoto NIP : 130681043

ABSTRAK

Tujuan dari proyek akhir ini adalah mampu mendapatkan suatu sistem pengaman kendaraan bermotor yang mudah digunakan, dapat dihandalkan kegunaannya, dan lebih bermanfaat daripada sistem pengaman pada umumnya yang berada dipasaran karena sistem pengaman ini diharapkan mampu menangkap si pelaku pencurian. Rancangan sistem pengaman ini terdiri dari empat komponen utama yaitu relay, IC Timer 555, telepon seluler, dan regulator tegangan. Regulator digunakan untuk mensuplay tegangan dari accu kendaraan bermotor ke telepon seluler. Proyek akhir ini diharapkan dapat diaplikasikan pada kendaraan bermotor sebagai sistem pengaman untuk mencegah dan mengurangi tindak kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Metode yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah pengembangan dari sistem pengaman pada umumnya. Sistem pengaman ini bisa kita katakan sebagai silent alarm karena sistem pengaman ini tidak memberikan tanda berupa suara ketika terjadi pencurian. Cara kerja sistem pengaman ini yaitu ketika ada seseorang yang mencoba menghidupkan kendaraan yang dipasangi sistem pengaman ini tanpa men-switch off terlebih dahulu alat ini maka dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya alat ini akan menghubungi nomor telepon si pemilik sepeda motor atau nomor yang telah diatur terlebih dahulu yang kemudian alat ini akan menghubung singkat CDI sepeda motor sehingga sepeda motor tidak akan bisa menyala sampai kita mematikan sistem pengaman ini. Hasil dari Proyek Akhir ini menunjukkan sistem pengaman telah bekerja sesuai yang telah diharapkan. Setelah 5 detik maka telepon seluler akan menyala dan pada detik ke 30 akan terjadi proses speed dial yang berarti sistem pengaman telah menghubungi nomor telepon si pemilik kendaraan. Kemudian pada detik ke36 sistem pengaman akan menghubung singkat CDI sepeda motor yang berakibat sepeda motor akan mati. Dengan demikian sistem pengaman kendaraan bermotor ini dapat digunakan dengan aman dan mempunyai nilai lebih ketika kita berhasil menangkap si pelaku pencurian.

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul SISTEM PENGAMAN SEPEDA MOTOR DENGAN FASILITAS TELEPON SELULAR " Dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari segala hambatan dan rintangan, namun demikian berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka hambatan dan rintangan tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Wardan Suyanto, Ed.D, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2. Bapak Muttaqin, M.Pd, MT, selaku Ketua Jurusan pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 3. Bapak Drs.Sardjiman, selaku Dosen pembimbing yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Proyek Akhir. 4. Bapak/Ibu Dosen Elektro FT UNY yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Proyek Akhir. 5. Kedua Orang Tuaku yang telah memberi dorongan lahir dan batin. 6. Kakak-kakakku yang telah memberikan aku motivasi dalam

menyelesaikan kuliahku. 7. Semangatku yang selalu memberi arti dalam perjalanan hidupku ini dan semua cerita yang membuatku menjadi lebih bisa menerima arti dari

vi

sebuah kekalahan, karena dengan sebuah kekalahan seorang menjadi lebih tegar. For my everything ... Sri Maniwi. 8. Oktaviana Putri Nugraheni yang selalu menginspirasiku, thanks for your spirit ... succes with Sexy Studio Dancer-nya 9. Novie Perdana RM yang mau dengerin semua keluh-kesahku selama ini dan memberiku semangat saat-saat terakhir kuliahku. Thanks so much ! 10. Alym Istiqomah, terima kasih atas perhatiannya selama ini. 11. Teman-teman kampus angkatan 03 ( Elektro Hell ) yang selalu membantu dalam penyusunan laporan tugas akhir. Specially for my super bezt friend Fendi, terima kasih Bro udah mau jadi teman disaat aku sedih, senang, takut, tegar, dan mungkin disaat semua frustasiku mikirin semua hal di dunia ini. Ill miss U Bro ... 12. Teman-temanku semua yang banyak memberi dorongan kepadaku. 13. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Penyusun menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, sehingga dengan kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sebagai langkah penyempurnaan penyusunan tugas akhir ini, dan berharap dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang membutuhkan. Yoyakarta, Juni 2008 Penulis

vii

MOTTO

Today must be better than yesterday and tomorrow must be better than today

PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan kasih, doa, dan
pengorbanannya demi mewujudkan cita-cita semua anak-anaknya

Kedua kakakku ( Dewi & Rini ) serta saudara-saudara dalam keluarga


besarku

Seseorang yang selalu ada dihatiku, yang telah menemani perjalanan


hidupku 7 tahun terakhir ini. Terima kasih untuk semua keindahan yang telah kau berikan

Sahabat-sahabatku yang telah memberikan bantuan dan dorongan


sehingga dapat terselesaikan Tugas Akhir ini.

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................

i ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iv ABSTRAK ................................................................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................. vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang ...................................................................... B Identifikasi Masalah .............................................................. C Batasan Masalah ................................................................... D Rumusan Masalah ................................................................. E Tujuan ................................................................................... F Manfaat ................................................................................ G Keaslian Gagasan .................................................................. BAB II KAJIAN TEORI A. GSM ...................................................................................... 1. Spesifikasi Jaringan GSM............................................ 2. Jaringan GSM selular .................................................. 7 8 8 1 3 3 4 4 4 5

B. SIM CARD............................................................................. 12 C. Power Supply ( Catu Daya ) .................................................. 13 D. Relay ..................................................................................... 16 E. IC 555/556 Timer .................................................................. 19

ix

F. Penguat CE Bersama ............................................................. 23 1. Analisa Penguat CE .................................................... 26 2. Ciri Masukan ............................................................... 32 3. Ciri Keluaran ............................................................... 33 BAB III PERANCANGAN ALAT A. Konsep Perancangan ............................................................. 35 B. Perancangan Alat ................................................................... 37 1. Perancangan power supply .............................................. 37 2. Perancangan rangkaian pemutus tegangan...................... 38 3. Perancangan rangkaian penguat tegangan ...................... 40 4. Perancangan speed dial ................................................... 41 5. Perancangan rangkaian.................................................... 42 6. Perancangan PCB ............................................................ 42 7. Perancangan Box Rangkaian .......................................... 43 C. Pembuatan Alat ..................................................................... 43 D. Perencanaan Pengujian dan Pengambilan Data .................... 45 BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian ............................................................................... 49 B. Tempat dan Waktu Pengambilan Data.................................. 49 C. Instrumen yang Digunakan ................................................... 49 D. Pengujian Alat ....................................................................... 50 E. Pembahasan ........................................................................... 53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................... 56 B. Keterbatasan Alat .................................................................. 56 C. Saran...................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 59 LAMPIRAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Panggilan Pada Sistem Telekomunikasi GSM ................. 10 Gambar 2. Regulator Zener ........................................................................... 13 Gambar 3. Regulator Pada Rangkaian Alarm ............................................... 14 Gambar 4. Regulator Zener Follower ........................................................... 15 Gambar 5. Regulator Dengan Op-amp.......................................................... 16 Gambar 6. Konstruksi Relay ......................................................................... 18 Gambar 7. Tampak Atas IC 555 ................................................................... 19 Gambar 8. Rangkaian IC 555 Sebagai Multivibrator Monostabil ................ 20 Gambar 9. Gelombang Keluaran Multivibrator Monostabil IC 555 ............. 20 Gambar 10. Fungsional IC 555 ..................................................................... 22 Gambar 11. Transistor n-p-n digunakan pada penguat emitor ditanahkan ... 24 Gambar 12. Penguat Emitor Ditanahkan dengan VCC dan VBB ................... 25 Gambar 13. Penguat Emitor Ditanahkan dengan Catu Daya Tunggal.......... 25 Gambar 14. Rangkaian Penguat CE .............................................................. 27 Gambar 15. Rangkaian Ekivalen AC dari Gambar 14 .................................. 28 Gambar 16. Lengkung Ciri statik masukan transistor dengan hubungan emitor ditanahkan ........................................ 32 Gambar 17. Lengkung Ciri Statik Keluaran Transistor dengan hubungan emitor ditanahkan ........................................ 33 Gambar 18. Blok Diagram Sistem Pengaman Kendaraan ............................ 36 Gambar 19. Rangkaian Regulator dengan transistor..................................... 38 Gambar 20. Rangkaian pemutus tegangan .................................................... 39 Gambar 21. Rangkaian Penguat Emiter Ditanahkan..................................... 40 Gambar 22. Rancangan Rangkaian Speed Dial ............................................ 41 Gambar 23. Gambar PCB rangkaian sistem pengaman ................................ 43 Gambar 24. Rancangan Box ......................................................................... 43 Gambar 25. Regulator Pada Rangkaian Sistem Pengaman ........................... 50

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1. Parameter h pada penguat ............................................................. 30 Tabel 2. Perencanaan Pengamatan Pertama ................................................ 46 Tabel 3. Perencanaan Pengamatan Kedua .................................................. 46 Tabel 4. Perencanaan Pengamatan Ketiga .................................................. 47 Tabel 5. Perencanaan Hasil Penghitungan Waktu Pengisian Timer Rata-Rata Secara Manual Dengan Menggunakan Stopwatch ....... 47 Tabel 6. Perencanaan Penghitungan Waktu Pengisian Timer dengan menggunakan Rumus ....................................................... 48 Tabel 7. Perencanaan Perbandingan Waktu Pengisian Timer Antara Penghitungan Secara Manual Dengan Penghitungan Menggunakan Rumus ................................................................... 48 Tabel 8. Pengamatan Pertama ..................................................................... 51 Tabel 9. Pengamatan Kedua........................................................................ 51 Tabel 10. Pengamatan Ketiga ....................................................................... 52 Tabel 11. Hasil Penghitungan Waktu Pengisian Timer Rata-Rata Secara Manual Dengan Menggunakan Stopwatch ....... 52 Tabel 12. Penghitungan Waktu Pengisian Timer dengan menggunakan Rumus ....................................................... 53 Tabel 13. Perbandingan Waktu Pengisian Timer Antara Penghitungan Secara Manual Dengan Penghitungan Menggunakan Rumus ................................................................... 53

xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Selain sebagai alat komunikasi masa kini, ponsel (telepon seluler) memiliki berbagai macam kegunaan bagi kebutuhan umat manusia. Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, ponsel menjadi suatu alat yang bisa kita andalkan dalam berbagai macam kegiatan. Dari sekedar bertelepon, ber-SMS, sampai menjadi alat penunjuk jalan di beberapa kota. Terlebih lagi dengan ditemukannya teknologi 3G yang memungkinkan kita dapat berkomunikasi dengan lawan bicara kita melalui komunikasi suara dan visual, serta kecepatan akses data yang sangat cepat dibandingkan dengan generasi yang terdahulu, maka lengkap pula kegunaan dari ponsel bagi umat manusia. Dengan sedikit memodifikasi maka ponsel akan mempunyai tambahan nilai guna. Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah memodifikasi ponsel menjadi alat pengaman bagi kendaraan bermotor. Karena pada akhir-akhir ini angka pencurian kendaraan bermotor semakin meningkat. Mungkin sistem pengaman dari kendaraan itu masih kurang atau mungkin si pencuri memang sudah tahu dan hafal bagaimana memperdayai sistem pengaman konvensional pada kendaraan bermotor tersebut. Oleh karena itu tidak salah kalau kita melakukan suatu modifikasi sistem pengaman pada kendaraan bermotor tersebut dengan menggabungkan

sistem pengaman konvensional pada kendaraan bermotor (kunci stang) dengan ponsel. Diharapkan hal ini menjadi nilai tambah bagi kita dalam menggunakan ponsel, selain berkomunikasi ponsel juga digunakan sebagai sistem pengaman pada kendaraan bermotor. Ada beberapa macam fasilitas yang bisa kita gunakan dalam telepon seluler. Diantaranya divert calls, accept calls, voice mail, speed dial, dan beberapa fasilitas lagi yang sudah dibenamkan dalam teknologi seluler masa kini. Dan pada Tugas Akhir ini penulis menggunakan fasilitas speed dial pada telepon seluler dipadukan dengan sistem alarm sehingga menjadi sebuah alarm motor yang handal. Pengertian speed dial itu sendiri adalah fasilitas yang diberikan oleh produsen telepon seluler kepada telepon seluler tertentu untuk dapat melakukan suatu panggilan hanya dengan menekan satu tombol pada telepon seluler antara tombol 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 yang telah di setting terlebih dahulu. Tombol 1 tidak bisa digunakan untuk speed dial karena sesuai peraturan internasional tombol 1 digunakan untuk fasilitas voice mail. Setelah disetting terlebih dahulu maka pengguna telepon seluler jika ingin melakukan suatu panggilan tinggal menekan dan menahan selama +/- 3 detik tombol yang dimaksud maka secara otomatis telepon seluler akan menghubungi nomer yang dituju seperti saat kita melakukan panggilan biasa. Fasilitas speed dial ini yang mengilhami penulis untuk

mengembangkan sebuah alarm sepeda motor yang lebih handal dan lebih bermanfaat bagi kita. Karena dengan sebuah alarm sepeda motor yang

handal maka secara tidak langsung akan mengurangi angka pencurian sepeda motor yang meningkat akhir-akhir ini. B. Identifikasi Masalah Permasalahan utama dibuatnya alat ini adalah untuk sebisa mungkin mencegah kendaraan bermotor kita agar tidak dicuri. Akan tetapi sistem pengaman pada kendaraan bermotor yang baik harus memenuhi syarat, diantaranya : 1. 2. Kehandalan sistem pengaman kendaraan bermotor tersebut. Bentuk yang praktis sehingga memudahkan dalam proses

pemasangan alat pengaman pada kendaraan bermotor tersebut. 3. Penggunaan komponen yang efisien dalam merancang sistem rangkaian pengaman tersebut sehingga diharapkan dapat menekan biaya dalam proses pembuatannya. C. Batasan Masalah Batasan masalah dari pembuatan alat ini terletak pada pemanfaatan sistem speed dial pada telepon selular yang berfungsi sebagai pengganti sirine alarm yang mudah dipatahkan pencuri yang sistem kerjanya dengan menghubungi nomer telepon pemilik motor tersebut yang telah di setting pada sistem speed dial pada ponsel tersebut. Karena dengan menghilangkan sirine alarm atau bunyi-bunyian yang dipakai alarm pada umumnya, penulis berharap bahwa si pencuri akan lengah karena merasa kendaraan tersebut aman untuk dicuri. Sehingga dengan maksud tersebut ( menghilangkan

sirine atau bunyi-bunyian ) maka akan memudahkan kita untuk menangkap si pelaku kejahatan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan berbagai hal yang telah dikemukakan diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana merancang suatu sistem pengaman kendaraan bermotor yang mudah digunakan, dapat dihandalkan, efisien dan murah dalam segi biaya pembuatannya. 2. Bagaimana dapat menjelaskan kinerja dari sistem pengaman sepeda motor dengan fasilitas telepon seluler. E. Tujuan 1. Mampu mendapatkan suatu sistem pengaman kendaraan bermotor yang mudah digunakan, dapat dihandalkan, efisien dan murah dalam segi biaya pembuatannya. 2. Dapat menjelaskan kinerja dari sistem pengaman sepeda motor dengan fasilitas telepon seluler. F. Manfaat Adapun manfaat yang didapat dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah : 1. Bagi mahasiswa a. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas mengenai ragam sistem pengaman.

b.

Menerapkan teori yang didapat dibangku kuliah untuk diterapkan ke dalam sebuah karya nyata.

c.

Memperoleh pengalaman dalam perancangan dan proses pembuatan pengaman sepeda motor dengan fasilitas telepon selular.

2.

Bagi lembaga pendidikan a. Dapat dimanfaatkan sebagai sarana praktek mata kuliah Praktek Dasar Listrik. b. Dapat mendorong munculnya ide-ide baru untuk mencari metode terbaik dalam pembuatan sistem pengaman sepeda motor.

3.

Bagi masyarakat dan industri Masyarakat dan industri dapat memanfaatkan sistem pengaman sepeda motor ini pada kendaraan yang diinginkan untuk menghindari terjadinya pencurian sepeda motor.

G.

Keaslian Gagasan Ide pembuatan dari sistem pengaman kendaraan bermotor ini adalah diilhami oleh keprihatinan kita akan meningkatnya aksi pencurian kendaraan bermotor pada akhir-akhir ini. Oleh karena itu maka dari hasil pengamatan dan pengalaman, maka kami menggabungkan antara sistem pengaman konvensional baik kunci stang maupun sistem pengaman tambahan biasa yang kebanyakan hanya menekankan pada keamanan kendaraan saja dengan sebuah fasilitas speed dial pada ponsel. Yang

diharapkan sistem pengaman tersebut dapat membantu kita untuk menangkap si pelaku kejahatan tersebut dan mengurangi angka kejahatan khususnya pencurian sepeda motor.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

A.

GSM ( Global System for Mobile Communication ) Global System for Mobile communication (GSM) adalah sebuah standar global untuk komunikasi bergerak digital. GSM adalah nama dari sebuah group standarisasi yang dibentuk di Eropa tahun 1982 untuk

menciptakan sebuah standar bersama telepon bergerak selular di Eropa yang beroperasi pada daerah frekuensi 900 MHz. GSM saat ini banyak digunakan di negara-negara di dunia. Dalam konferensi WARC (World Administrative Radio Conference) tahun 1979, ditetapkan bahwa frekwensi 860 Mhz - 960 Mhz dialokasikan untuk komunikasi selular di kemudian hari. Dengan penetapan ini berarti band frekuensi selebar 2 x 25 Mhz khusus disiapkan untuk sistem selular digital. Tahun 1982, dengan dipelopori oleh Jerman dan Perancis, maka CEPT (Conference Europeance d'Administration de Post et

Telecommunication) menetapkan GSM sebagai standar digital selular untuk Eropa. Dan tahun 1985, Jerman, Perancis, Itali dan Inggris bersatu untuk mengembangkan standarisasi GSM. Tahun 1987 di tanda tangani Memorandum of Understanding pemakaian GSM oleh 14 negara Eropa. Walaupun standarisasi GSM baru saja terselesaikan dan pengoperasiannya baru saja dimulai, bahkan belum merata ke seluruh Eropa, namun dengan

mengantisipasi perkembangan GSM yang sangat pesat serta tingkat kepadatan pelayanan per area yang tinggi, maka arah perkembangan teknologi GSM adalah DCS 1800, yakni Digital Celular System pada alokasi frekwensi 1.800 MHz. 1. Spesifikasi Jaringan GSM a. Alokasi frekwensi : 1) Transmit : 935 MHz - 960 MHz 2) Receive : 890 MHz - 915 MHz b. c. 2. Modulasi : TDMA (Time Division Multiple Access) Caarier spacing : 200 KHz untuk 8 kanal

Jaringan GSM selular a. MSC (Mobile Switching Center) MSC merupakan inti dari jaringan selular, dimana MSC berperan untuk inter koneksi hubungan pembicaraan, baik antar pelanggan selularr maupun antar selular dengan jaringan telepon kabel PSTN, ataupun dengan jaringan data. MSC memberikan pelayanan kepada pelanggan meliputi : 1) Bearer Services : a) 3,1 KHz telephony b) Synchronous data 0,3 Kbit/s - 2,4 Kbit/s c) PAD Services d) Alternated speech/data

2) Teleservices : a) Telephony b) Emergency calls c) Telefax d) Short message services 3) Supplementary services : a) Call forwading b) Charging services c) Call bearing services d) Closed user group

b.

BSS (Base Station Subsystem) BSS adalah suatu alat yang berfungsi sebagai pengirim dan penerima sinyal radio dari dan ke pelanggan. Pada umumnya setiap BSS terdiri atas beberapa Base Transceiver Station, dengan masingmasing BTS mempunyai area yang berbeda. BTS berfungsi sebagai interkoneksi antara infra struktur sistem selular dengan Out Station. BTS harus selalu memonitor Out Station yang masuk ataupun yang keluar dari sel BTS tersebut. Luas jangkauan dari BTS sangat dipengaruhi oleh lingkungan, antara lain topografi dan gedung tinggi. BTS sangat berperan dalam menjaga kualitas GSM, terutama dalam hal frekwensi hoping dan antena diversity.

10

Sehingga tugas dari BSS itu sendiri adalah mengatur traffic BTS BTS yang dibawahinya. Namun demikian selalu ada area yang over lapping, sehingga kontinuitas komunikasi Out Station dengan infrastruktur selular tetap terjaga. BSC sangat diperlukan untuk mengatur perpindahan Out Station dari satu BTS ke BTS lainnya.Perpindahan area ditentukan dari beda kekuatan sinyal antara 2 (dua) BTS Over Lapping. c. OS (Out Station), Sebagai terminal pelanggan yang bersifat bergerak.

Gambar 1. Proses Panggilan Pada Sistem Telekomunikasi GSM

11

Berikut adalah proses terjadinya sebuah panggilan pada sistem sistem telekomunikasi GSM 1) :

Permintaan panggilan akan diteruskan ke seluruh Base Station diseluruh lokasi area.

2)

Ketika MS yang dituju ditemukan, MS akan meminta sebuah interface kanal radio, dan BSC akan memberikannya.

3)

Ketika kanal aktif, MS akan mengirim sinyal sebagai tanda bisa dipanggil, dan siap untuk menjawab panggilan.

4)

MSC akan mengomentari authentikasi dari MS dan parameter harus dicek di HLR, dengan mengirim permintaan send parameter.

5) 6)

Proses Encripsi diinisialisasi dengan sinyal. Jika sukses, panggilan akan dikirim ke MS, yang merespon dengan CALL Configuration untuk menandai MS dapat merespon semua jenis panggilan.

7)

Jika sukses, sebuah kanal trafik akan dialokasikan dengan sinyal, terdengar alarm dan terjadi hubungan.

GSM memberikan banyak keunggulan dibandingkan dengan sistem analog yang ada. Diantaranya adalah : 1) 2) 3) Dapat melakukan International Roaming Tidak terpaku kepada satu pemasok, sehingga tidak terjadi monopoli Validitas pelanggan diperiksa sebelum hubungan pembicaraan terlaksana

12

4) 5) 6)

Kualitas suara yang lebih baik dan lebih peka. Kapasitas pelanggan yang lebih besar. Features pelanggan yang lebih beragam, paging, facsimile, dan ISDN

B.

SIM Card SIM (Subscriber Identity Module) card atau kartu chip yang digunakan pada handphone GSM maupun CDMA merupakan suatu objek yang sangat berperan penting, SIM card digunakan sebagai penyimpan nomor ICCID (International Circuit Card ID) yang unik dan menentukan nomor handphone, akan tetapi fungsi utama dari SIM card adalah untuk bertelepon dan berkirim pesan atau SMS (Short Massage Service). SIM card juga dapat menyimpan beberapa informasi lainya seperti SMS dan phonebook walaupun jumlahnya tidak banyak tapi cukup untuk mayoritas pengguna handphone. Ada beberapa provider telekomunikasi ternama yang berada di

Indonesia yang menyediakan SIM card dengan tujuan bisnis yang beragam. Diantaranya Telkomsel, Indosat, Exelindo, Mobile 8, Bakrie Telecom, dan beberapa provider lagi yang sedang berkembang di Indonesia. Akan tetapi fungsi SIM card pada dasarnya sama. Prinsip kerja dari SIM card dalam berkomunikasi secara umum yaitu menghubungkan telepon seluler dengan provider sehingga dapat terhubung dengan telepon seluler yang dituju.

13

C.

Power Supply ( Catu Daya ) Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat berfungsi dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya yang lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. Ada beberapa prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada catu daya yang terregulasi. Rangkaian regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 2. Pada rangkaian ini, zener bekerja pada daerah breakdown, sehingga menghasilkan tegangan output yang sama dengan tegangan zener atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebih dari 50 mA.

Gambar 2. Regulator Zener

14

Gambar 3. Regulator Pada Rangkaian Alarm Prinsip rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt regulator, salah satu ciri khasnya adalah komponen regulator yang paralel dengan beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah, rentan terhadap short-circuit. Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka arusnya tetap I = Vin/R1. Disamping shunt regulator, ada juga yang disebut dengan regulator seri. Prinsip utama regulator seri seperti rangkaian pada gambar 3. Pada rangkaian tersebut tegangan keluarannya adalah : Vout = VZ + VBE ........................................................................................................................... (1) VBE adalah tegangan base-emitor dari transistor Q1 yang besarnya antara 0.2 - 0.7 volt tergantung dari jenis transistor yang digunakan. Dengan mengabaikan arus IB yang mengalir pada base transistor, dapat dihitung besar tahanan R2 yang diperlukan adalah : R2 = (Vin - Vz)/Iz ........................................................................................................................ (2) Iz adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda zener untuk mencapai tegangan breakdown zener tersebut. Besar arus ini dapat diketahui dari datasheet yang besarnya lebih kurang 20 mA.

15

Gambar 4 : Regulator Zener Follower Jika diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base IB pada rangkaian di atas tidak bisa diabaikan lagi. Dimana seperti yang diketahui, besar arus IC akan berbanding lurus terhadap arus IB atau dirumuskan dengan IC = b IB. Untuk keperluan itu, transistor Q1 yang dipakai bisa diganti dengan transistor darlington yang biasanya memiliki nilai b yang cukup besar. Dengan transistor darlington, arus base yang kecil bisa menghasilkan arus IC yang lebih besar. Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan menggunakan OpAmp untuk men-drive transistor Q, seperti pada rangkaian gambar 4. Dioda zener disini tidak langsung memberi umpan ke transistor Q, melainkan sebagai tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan balik pada pin negatif Op-amp adalah cuplikan dari tegangan keluar regulator, yaitu : Vin(-) = (R2/(R1+R2)) Vout ....................................................................................................... (3) Jika tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga akan menaik sampai tegangan ini sama dengan tegangan referensi Vz. Demikian sebaliknya jika tegangan keluar Vout menurun, misalnya karena suplai arus

16

ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan di titik referensi Vz dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada setiap saat Op-amp menjaga kestabilan : Vin(-) = Vz .......................................................................................................................................... (4)

Gambar 5 : Regulator Dengan Op-amp Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi rumus (4) ke dalam rumus (3) maka diperoleh hubungan matematis : Vout = ( (R1+R2)/R2) Vz .......................................................................................................... (5) Pada rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur besar R1 dan R2.

D.

Relay Relay adalah suatu peralatan elektronik yang berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan suatu rangkaian elektronik yang satu dengan rangkaian elektronik yang lainnya, contoh pada rangkaian

17

pengontrol motor mengunakan relay. Pada dasarnya relay adalah saklar elektromagnetik yang akan bekerja apabila arus mengalir melalui kumparan, inti besi akan menjadi magnet dan akan menarik kontak-kontak relay. Kontak-kontak dapat ditarik apabila garis magnet dapat mengalahkan gaya pegas yang melawannya. Besarnya gaya magnet yang ditetapkan oleh medan yang ada pada celah udara pada jangkar dan inti magnet, dan banyaknya lilitan kumparan, kuat arus yang mengalir atau disebut dengan inperal lilitan dan pelawan magnet yang berada pada sirkuit pemagnetan. Untuk memperbesar kuat medan magnet dibentuk suatu sirkuit. Kontak-kontak atau kutub-kutub dari relay umumnya memiliki tiga dasar pemakaian yaitu : 1. Apabila kumparan dialiri arus listrik maka kontaknya akan menutup dan ketika tidak dialiri arus listrik kontaknya akan membuka maka kontak itu disebut sebagai kontak Normally Open ( NO ). 2. Apabila kumparan dialiri arus listrik maka kontaknya akan membuka dan ketika tidak dialiri arus listrik kontaknya akan menutup maka kontak itu disebut dengan kontak Normally Close ( NC ). 3. Tukar-sambung ( Change Over/CO ), relay jenis ini mempunyai kontak tengah yang normalnya tertutup apabila tidak dialiri arus listrik. Tetapi melepaskan diri dari posisi ini dan membuat kontak dengan yang lain bila relay dialiri listrik.

18

Berikut ini memperlihatkan beberapa bentuk kontak dari sebuah relay :

1 5

4 8 12 14

1 3

9 13

Gambar 6. Konstruksi Relay Sifat sifat relay : 1. Impedansi kumparan, biasanya impedansi ditentukan oleh tebal kawat yang digunakan serta banyaknya lilitan. Biasanya impedansi berharga 1 50 KU guna memperoleh daya hantar yang baik. 2. Kuat arus yang digunakan untuk menggerakkan relay, biasanya arus ini diberikan oleh pabrik. Relay dengan perlawanan kecil memerlukan arus besar sedangkan relay dengan perlawanan besar memerlukan arus yang kecil. 3. 4. Tegangan yang diperlukan untuk menggerakkan relay. Daya yang diperlukan untuk mengoperasikan relay besarnya sama dengan nilai tegangan dikalikan arus. 5. Banyaknya kontak-kontak jangkar dapat membuka dan menutup lebih dari satu kontak sekaligus tergantung pada kontak dan jenis relaynya. Jarak antara kontak-kontak menentukan besarnya tegangan maksimum yang diizinkan antara kontak tersebut.

19

E.

IC 555/556 Timer Pewaktu IC 555 adalah salah satu IC yang paling popular dan banyak kemampuannya yang pernah diproduksi. Digunakan pada rangkaian yang memerlukan fungsi tunda waktu. Pewaktu tersebut juga digunakan sebagai osilator yang menyediakan pulsa yang diperlukan untuk mengoperasikan rangkaian digital. Keluaran IC pewaktu adalah sinyal digital. IC 555 merupakan serpih rangkaian terpadu (integrated circuit) yang dirancang sebagai pembangkit sinyal dan fungsi pewaktu (timing). Komponen ini pertama kali diperkenalkan oleh signetik corporation pada tahun 1972, tetapi kini telah diproduksi oleh hampir setiap pabrik semikonduktor. IC ini dikemas dalam tiga ragam SOIC (molded small outline package), MSOP (molded mini small outline package) dan dalam MDIP (molded dual-in-line package) 8 kaki seperti pada gambar.

Gambar 7. Tampak Atas IC 555 Komponen ini dapat beroperasi pada jangkauan catu daya yang luas dari 5 volt sampai 18 volt sehingga untuk mengoperasikan TTL atau CMOS dan dibebani atau menyerap arus hingga 200 mA.

20

Bila keluaran tinggi, IC 555 sendiri membutuhkan arus catu daya 10 mA dan bila dalam kondisi reset / keluaran rendah akan dibutuhkan arus catu daya 3 mA dalam tagangan 5 volt dan arus beban masih ditambahkan lagi pada arus tersebut.

Gambar 8. Rangkaian IC 555 Sebagai Multivibrator Monostabil

Vo

ttinggi Ov t

Gambar 9. Gelombang Keluaran Multivibrator Monostabil IC 555 Dengan menambah sedikit komponen luar dapat dihasilkan interval pewaktu dari orde mikrodetik hingga beberapa jam dan yang dapat diatur.

21

IC 555 dapat beroperasi baik dalam ragam tak stabil (astable) maupun ragam stabil (monostable). Bagian utama dari pewaktu 555 adalah sebuah pembagi tegangan dengan dua komparator sebuah R S flip flop, dan dua transistor. Gambar 8 menunjukan pewaktu 555 yang dihubungkan sebagai timer one-shot (juga disebut multivibrator monostabil). Rangkaian sederhana ini hanya terdiri atas dua komponen pengatur waktu R dan C. Cara kerja dari rangkaian IC 555 sebagai pewaktu dapat dijelaskan melalui gambar 10 di bawah. Bila pemicu diberi tegangan tinggi, yaitu lebih besar dari tegangan ambang bawah VAB atau V1 yang besarnya Vcc /3, maka keluaran pembanding B pada gambar 10 berlogika rendah sehingga masukan S pada flip-flop dan keluaran Q sama dengan logika rendah. Sebaliknya keluaran Q yang berhubungan dengan transistor pembuangan berlogika tinggi sehingga pasak 7 berhubungan dengan ground yang menyebabkan kapasitor C pada gambar 8 mengalami pengosongan.

Vcc
8

22
Reset 4

VRef

Tingkat Keluaran

Keluaran

Ambang Teg

6
V2

R=5k
+ -

7 A S Q

Pengosongan

5
V1

R=5k
+ -

Flip-flop B R 2

R=5k

Pemicua

Gambar 10. Fungsional IC 555 Bola pemicu diberi tegangan rendah, yaitu kurang dari tegangan ambang bawah VAB, maka keluaran pembanding B berlogika tinggi. Masukan S pada flip-flop berlogika tinggi dan keluaran Q berlogika tinggi. Sebaliknya , keluaran Q yang berhubungan dengan transistor pembuangan berlogika rendah dan pasak 7 terputus yang menyebabkan kapasitor C mengalami pengisian (charge) melalui RA menuju Vcc yang dapat dilihat pada gambar 8. Meskipun tegangan pemicu sudah dialihkan ke tegangan tinggi (lebih besar dari VAB), maka masukan flip-flop S=0 dan R=O sehingga keluaran flip-flop masih bertahan pada nilai terakhir. Pengisian kapasitor akan berhenti jika tegangan kapasitor Vc yang sama dengan tegangan ambang pasak 6 lebih besar dari tegangan ambang atas VAA atau V2 , yang besarnya sama dengan 2Vcc/3 sehingga sehingga keluaran pembanding A (gambar 10) berlogika tinggi. Masukan R pada flip-flop berlogika tinggi yang menyebabkan keluaran Q berlogika tinggi

23

dan

keluaran

berlogika

rendah.

Jika

berlogika

tinggi,

maka transistor pembuangan pasak 7 berhubungan dengan ground sehingga kapasitor akan mengalami pengosongan (discharge) dan menunggu sampai ada pemicuan kembali. Pengisian (charge) kapasitor tergantung pada konstanta waktu = RAC . Untuk tegangan kapasitor Vcap adalah : Vcap (t) = Vcc Vcc e-t/ = Vcc (1-e-t/) ...................................................................(6) Karena = RAC , maka untuk menentukan waktu pengisian adalah : ..................................................................................(7) Pengisian kapasitor (charge) berhenti pada saat t1. Vcap (t1) = V2 atau VAA yang besarnya adalah : ............................................................................(8) T = ln 3 = 1,1 RAC ................................................................................(9) Waktu pengisian sama dengan lebar pulsa (PW) sehingga : PW = 1,1 RAC .......................................................................................(10) F. Penguat CE Bersama Fungsi dasar dari sebuah penguat daya adalah untuk memperkuat daya dari output sebuah exciter sampai level atau tingkat yang diinginkan. Untuk mencapainya maka daya dari level yang rendah ditingkatkan secara bertahap atau bertingkat sampai tercapai nilai yang diinginkan. Pada penguat emitor ditanahkan isyarat masuk melalui basis dan emitor

24

dihubungkan dengan tanah, sedangkan keluaran diambil dari kolektor. Penguat emitor ditanahkan mempunyai impedansi masukan kali lebih

besar daripada penguat basis ditanahkan, dan impedansi keluaran transistor (1-) lebih kecil daripada penguat basis ditanahkan. Impedansi masukan yang tak terlalu besar dan impedansi keluaran yang tak terlalu kecil membuat penguat emitor ditanahkan sangat baik digandengkan dalam beberapa tahap tanpa banyak ketaksesuaian impedansi pada alih tegangan

dari satu tahap ke tahap berikutnya.

Gambar 11. Transistor n-p-n digunakan pada penguat emitor ditanahkan Gambar 11 di atas menunjukkan transistor n-p-n dipasang dengan hubungan emitor ditanahkan. Seperti pada penguat basis ditanahkan, sambungan emitor basis diberi tegangan panjar maju dan sambungan basis kolektor diberi tegangan panjar mundur.

25

Gambar 12. Penguat Emitor Ditanahkan dengan VCC dan VBB

Gambar 13. Penguat Emitor Ditanahkan dengan Catu Daya Tunggal Dari gambar 13 di atas dapat dinyatakan IE = IB + IC .....................................................................................(11) Sedangkan IC = IE .............................................................................................(12)

26

sehingga IB = IE IC = (1 ) IE .......................................................................(13) dan IC/IB = /(1 ) = ............................................................................ (14)

Parameter menyatakan nisbah arus keluaran IC dan arus masukan IB, dan disebut penguatan arus emitor ditanahkan. Parameter mempunyai nilai antara 100 hingga 300, jika mempunyai nilai antara 0,99 dan 0,997. Isyarat masukan dan keluaran dihubungkan pada penguatan seperti gambar 16. Karena kekutuban catu daya VCC dan VBB sama, maka kebanyakan orang menggunakan satu catu daya saja seperti gambar 13. 1. Analisa Penguat CE Rangkaian penguat CE seperti gambar 18 di bawah akan dianalisa untuk mendapatkan beberapa parameter penguat seperti : resistansi input (Rin), penguatan tegangan (Av), penguatan arus (Ai), dan resistansi output (Ro). Oleh karena itu rangkaian penguat tersebut perlu diubah menjadi rangkaian ekivalen AC menggunakan

parameter-h. Parameter-h atau parameter hibrid adalah parameter yang menghubungkan empat variabel pada jaringan dua pasang terminal (two-port network) yaitu arus input (Iin), tegangan input (Vi), arus output (Io), dan tegangan output (Vo). Sebagaimana tercantum dalam tabel 1 di bawah bahwa harga tipikal parameter hre dan hoe sangat kecil, sehingga dalam berbagai analisa kedua parameterh tersebut

27

sering diabaikan atau dianggap nol. Dalam pembahasan inipun, kedua parameter-h tersebut juga diabaikan. Tabel 1. Parameter h pada penguat Parameter hi hr hf ho 1/ho CE 1 k 2.5 x 10-4 50 25 A/V 40 k CC 1 k 1 -50 25 A/V 40 k CB 20 k 3.0 x 10-4 -0.98 0.5 A/V 2 M

Gambar 14. Rangkaian Penguat CE Dalam membuat rangkaian ekivalen ac yang perlu diperhatikan adalah bahwa sumber tegangan dc ( power suplay ideal) dianggap hubung singkat

28

dan semua kapasitor (dalam frekuensi menengah) dianggap hubung singkat. Dengan demikian R1 dan R2 terhubung secara paralel pada basis-emitor, dan juga antara RO dan RL terhubung pada paralel pada kolektor-emitor. Pada rangkaian ekivalen ac, resistor RE tidak tampak karena telah dihubung singkat oleh C by-pass. Rangkaian ekivalen AC dari penguat CE adalah seperti ditunjukkan pada gambar 15.

Gambar 15. Rangkaian Ekivalen AC dari Gambar 14 Setelah rangkaian ekivalen AC dapat digambar dengan benar, maka analisis selanjutnya hanya terfokus pada rangkaian ekivalen tersebut . Pemakaian hokum Kirchhoff baik tegangan maupun arus dalam analisis ini sangat dominan demikian juga dengan hokum ohm. Analisis pertama adalah menentukan Resistansi input (Rin). Sesuai dengan hokum ohm, maka dari rangkaian ekivalen tersebut diperoleh :

Karena : R1 // R2 = RB = Maka diperoleh Rin = (RB // hie) .................................................................................... (15)

29

Jadi harga Rin adalah jumlah parallel dari R1, R2, dan hie Hal ini terlihat dengan jelas dari gambar rangkaian ekivalen AC bahwa Rin merupakan resistansi total yang dipandang dari depan rangkaian tersebut (tanda panah Rin). Oleh karena itu resistansi totalnya adalah parallel dari R1, R2, dan hie. Selanjutnya adalah menentukan penguatan tegangan (Av). Definisi penguatan tegangan (Av) yaitu :

Sehingga diperoleh ................................................................... ....... (16)

Tanda negatip di depan persamaan diatas artinya bahwa sinyal output dan sinyal input pada penguat CE berlawanan fase (atau berbeda fasa 1800). Apabila dalam rangkaian penguat gambar 14 tersebut resistor beban (RL) tidak ada atau dilepas ,maka persamaannya menjadi : ..................................................................................... (17)

30

Berikutnya adalah menentukan penguatan arus (Ai). Persamaan di atas mendefinisikan bahwa penguatan arus (Ai) adalah perbandingan arus output dengan arus input. Dalam rangkaian penguat ini arus output adalah iL dan arus input adalah iin sehingga diperoleh :

Karena : Maka Dimana :

Selanjutnya dengan memasukkan harga iin diperoleh :

31

Sehingga diperoleh : ................................................................ (18)

Seperti halnya pada penguatan tegangan, tanda negatif di depan persamaan artinya bahwa sinyal output dan sinyal input pada penguat CE berlawanan fasa ( atau berbeda fasa 180o ). Apabila dalam rangkaian penguat gambar 13 tersebut resistor beban (RL) tidak ada atau dilepas , maka persamaannya menjadi : ..................................................................................... (19)

Impendansi output (Zo) dari transistor pada penguat tersebut adalah tak terhingga . Hal ini disebabkan karena parameter hC dalam pembahasan ini diabaikan atau dianggap nol karena nilainya sangat kecil. Akan tetapi impedansi output (Ro) dari rangkaian penguat CE tersebut adalah jumlah parallel RC dengan RL, yakni Ro = RC II RL. Sedangkan apabila RL tidak ada , maka impedansi output (Ro) dari rangkaian penguat tersebut adalah Ro = RC.

32

2.

Ciri Masukan Lengkung ciri statik masukan penguat untuk transistor dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 16. Lengkung Ciri statik masukan transistor dengan hubungan emitor ditanahkan a. Sumbu tegak adalah arus basis IB yang mempunyai nilai dalam A dan sumbu datar adalah VBE . Jika dibandingkan dengan transistor dengan basis ditanahkan, impedansi masukan adalah (1+) kali lebih besar dari pada penguat emitor ditanahkan, karena Dengan demikian kemiringan lengkung adalah . kali lebih

kecil, yang berarti impedansi masukan (1+) kali lebih besar pada penguat emitor ditanahkan. b. Pada VCE = 0 arus basis naik dengan cepat dibandingkan dengan nilai VCE yang lain. Ini berlawanan dengan yang terjadi pada penguat basis ditanahkan, dimana untuk nilai VCB besar kurva ciri statik masukan lebih cepat naik.

33

Hal ini disebabkan karena pada VCE = 0 sambungan emitor basis dan basis kolektor sama-sama mendapat tegangan panjar maju sehingga arus maju dari emitor ke basis sama besar dengan arus maju dari kolektor ke basis yang mangakibatkan arus kolektor total IC = 0 jika VCE = 0. Kedua arus maju diatas menyebabkan banyak terjadinya pembawa muatan ekstrinsik dalam basis yang mengakibatkan banyak terjadinya rekombinasi di dalam basis. Karena arus basis adalah aliran elektron yang menetralkan muatan listrik yang terjadi akibat rekombinasi dalam basis maka pada VCC = 0 arus basis mempunyai nilai besar.

3. Ciri Keluaran Lengkung ciri statik keluaran transistor jika dihubungkan emitor ditanahkan ditunjukkan seperti gambar berikut :

Gambar 17. Lengkung Ciri Statik Keluaran Transistor dengan hubungan emitor ditanahkan.

34

a. Sumbu tegak adalah arus kolektor IC , sumbu datar adalah beda tegangan antara kolektor dan emitor VCE dengan parameter arus basis IB. b. yang pada gambar 13 mempunyai nilai kira-kira 100, sehingga arus basis mempunyai nilai kecil. Jika arus kolektor terdapat dalam orde 1 mA, maka arus basis yang masuk adalah orde puluhan mikro amper. c. Jika arus IB = 0 , maka IC = 0 Lengkungan ciri statik masing-masing arus basis IB mempunyai kemiringan yang benar, yang berarti impedansi keluaran transistor yang sebanding dengan kebalikan kemiringan lengkungan.

BAB III PERANCANGAN ALAT

A.

Konsep Perancangan Alat ini merupakan pengembangan dari sistem pengaman kendaraan bermotor yang ditujukan untuk lebih memudahkan pemilik mengetahui keadaan kendaraan bermotornya yang sedang diparkirkan. Pengembangan alat pengaman ini ada pada penambahan fungsi speed dial dari telepon selular sebagai bagian dari sistem pengaman kendaraan bermotor tersebut. Sistem pengaman kendaraan bermotor yang biasanya hanya mengandalkan sirine alarm sebagai pemberitahu jika kendaraan bermotornya dicuri,maka pada sistem ini dimodifikasikan dengan mengganti sirine alarm dengan fungsi speed dial telepon selular. Modifikasi juga dilakukan dengan menambahkan fungsi pemutus aliran kelistrikan pada motor yang dikendalikan dengan timer sehingga menyulitkan pencuri dalam melakukan aksinya.dimana pengendali dari timer dan sistem speed dial ini adalah relay yang berfungsi sebagai saklar pengaktif rangkaian.dan penggunaan micro switch sebagai tombol reset. Alasan mengapa alat pengaman ini tidak dilengkapi dengan sirine adalah karena dengan menghilangkan sirine dapat membuat si pencuri lengah. Si pencuri tidak akan mengira keberadaan sistem keamanan pada kendaraan bermotor tersebut. Berdasarkan analisa diatas dapat kita

bandingkan dengan sistem pengaman yang lain bahwa sistem pengaman ini

35

36

mempunyai cara yang berbeda dengan sistem pengaman pada umumnya. Diantaranya adalah : 1. 2. Tujuan utama pengaman ini adalah menangkap si pencuri. Memberikan tanda yang berbeda ke pemilik kendaraan ( dengan menghubungi handphone atau telepon rumah si pemilik kendaraan ). Adapun dalam pembuatan sistem pengaman kendaraan bermotor dengan fasilitas telepon selular ini mempunyai bagian-bagian rancang bangun alat yaitu rangkaian pemutus kelistrikan kendaraan bermotor dan rangkaian pengaktif fungsi speed dial telepon selular. Susunan bagianbagian dari sistem alarm tersebut secara blok diagram ditunjukkan sebagai berikut :

CDI Accu Regulator Relay Timer Handphone

Gambar 18. Blok Diagram Sistem Pengaman Kendaraan

37

B.

Perancangan Alat Dalam pembuatan sebuah alat dalam tugas akhir diperlukan sebuah konsep/gambaran sebelum alat itu dibuat dalam satu kesatuan. Dalam perancangan alat ini tidak terdapat perangkat lunak hanya terdiri dari perangkat keras. Berikut pemaparan dari perangkat keras yang digunakan dalam alat ini. 1. Perancangan power supply Perancangan power supply ini menggunakan rangkaian regulator dengan transistor yang berfungsi sebagai penurun tegangan pada kendaraan bermotor karena pada piranti ini hanya dibutuhkan tegangan sebesar 3,6V pada telefon selular. Penurunan tegangan keluaran terjadi karena terdapat hambatan dalam yang terdiri dari hambatan gulungan generator pada kendaraan bermotor dan hambatan dalam dioda. Pada arus beban yang besar terjadi jatuh tegangan pada hambatan dalam ini sehingga tegangan keluaran berkurang. Tegangan yang semula sebasar 12 V diturunkan menjadi sebesar 3,8 V agar dapat memasok tegangan pada telefon seluler. Rangkaian regulator ini dapat dilihat pada gambar berikut.

38

Gambar 19. Rangkaian Regulator dengan transistor

2.

Perancangan rangkaian pemutus tegangan Perancangan pemutus tegangan ini menggunakan IC timer 555/556 yang diaktifkan oleh relay yang mana dalam hal ini berfungsi sebagai saklar pengaktif. Accu sebagai sumber tenaga rangkaian alarm menyuplai kebutuhan daya alarm tersebut. Tegangan DC yang dikeluarkan accu masuk regulator tegangan untuk menyuplai daya rangkain alarm. Tegangan dari regulator mengaktifkan timer 3 setelah 5,17 detik kemudian relay 2 aktif sehingga HP On. Kemudian timer 2 aktif setelah detik ke 29,7 yang akan mengaktifkan relay 5 sehingga terjadi speed dial ke nomer HP yang sudah diatur sebelumnya. Selanjutnya pada detik ke 36,3 timer 1 aktif yang akan mengaktifkan relay 4 yang akan memutuskan hubungan CDI pada kendaraan bermotor yang dimaksud. Setelah itu mesin kendaraan akan mati. Pemilihan untuk menggunakan IC timer 555/556 adalah karena komponen ini dapat beroperasi pada jangkauan catu daya yang luas dari 5V sampai 18V dan dibebani

39

atau menyerap arus hingga 200 mA dimana dalam hal ini tegangan masukan accu kendaraan bermotor roda dua adalah sebesar 12V sehingga dapat aman digunakan. Rangkaian pemutus tegangan ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 20. Rangkaian pemutus tegangan

40

3.

Perancangan rangkaian penguat tegangan Pada perancangan penguat tegangan ini digunakan transistor npn dengan tipe BD 135/PLP yang ditambahkan 2 buah resistor. Pada penguat ini isyarat masuk melalui basis dan emitor dihubungkan dengan ground sedangkan keluaran diambil dari kolektor. Pemilihan penguat tipe ini dikarenakan penguat emitor ditanahkan mempunyai impedansi masukan 1 kali lebih besar dari pada penguat basis 1-

ditanahkan dan impedansi keluaran transistor (1-) lebih kecil dari pada penguat basis ditanahkan. Impedansi masukan yang tak terlalu besar dan impedansi keluaran yang tak terlalu kecil membuat penguat emitor ditanahkan ini sangat baik digandengkan dengan rangkaian pengaman kendaraan bermotor karena tidak banyak ketaksesuaian impedansi pada alih tegangan dari satu tahap ketahap berikutnya. Rangkaian penguat emitor ditanahkan ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 21. Rangkaian Penguat Emiter Ditanahkan

41

4.

Perancangan speed dial Pada perancangan speed dial ini hanya menggunakan salah satu tombol dari beberapa tombol speed dial yang biasa terdapat pada telepon selular. Biasanya perusahaan telepon selular menggunakan tombol 2-9 sebagai tombol fungsi speed dial yang memudahkan pengguna dalam melakukan panggilan. Pada sistem pengaman ini untuk perancangan fungsi speed dial tidak serumit seperti perancangan sistem lainnya. Proses pemasangan kabel yang terhubung dengan speed dial dipasangkan pada positif dan negatif pada tombol yang biasanya ditekan oleh keypad pada handphone. Sebelum kabel dipasang pada keypad, handphone harus terlebih dahulu diset tombol mana yang akan digunakan untuk meng-speed dial nomer pemilik kendaraan bermotor. Rancangan speed dial ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 22. Rancangan Rangkaian Speed Dial

42

5.

Perancangan rangkaian Perancangan rangkaian yang digunakan dalam pembuatan skema rangkaian alarm ini menggunakan software Multisim versi 7 dan OrCad.

6.

Perancangan PCB Perancangan PCB menggunakan program PCB Designer versi 1.5.4. Proses penggambaranya dilakukan secara manual dengan menyesuaiakan rangkaian yang telah ada. Selanjutnya perancangan pada PCB Designer tersebut dicetak kedalam kertas Glosy, hasil cetakan tersebut ditempelkan dan ditempel ke lapisan PCB

menggunakan setrika dengan suhu yang stabil (tidak terlalu panas) pada PCB sehingga PCB ini telah ditutupi dengan jalur-jalur komponen yang telah dirancang. Dalam proses pelarutan lapisan tembaga menggunakan larutan feroklorida. Proses selanjutnya adalah mengebor bagian-bagian yang akan dipasang komponen. PCB siap digunakan untuk meletakkan komponen dan kemudian PCB siap dipasang komponen. Berikut gambar PCB yang digunakan dalam pembuatan sistem pengaman kendaraan bermotor :

43

Gambar 23. Gambar PCB rangkaian sistem pengaman 7. Perancangan Box Rangkaian Perancangan Box yang digunakan untuk menempatkan

rangkaian ini menggunakan mika yang tebalnya 1 mm. Mika dipotong dengan gergaji mika dibentuk menjadi beberapa buah persegi empat selanjutnya di gabung menjadi satu menggunakan mur dan alumunium pembatas sehingga menjadi sebuah kotak.
165 mm 130 mm

50 mm

Gambar 24. Rancangan Box C. Pembuatan Alat Dalam pembuatan rangkaian tentu membutuhkan beberapa peralatan dan bahan yang dipersiapkan terlebih dahulu, seperti : 1. Komputer untuk menggambar rangkaian dan membuat lay out pada PCB.

44

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Komponen yang diperlukan. Papan PCB. Larutan Ferry Clorida (FeCl) untuk melarutkan PCB Bor PCB. Multitester Kabel Solder dan Timah solder

10. Lem Perekat. Dalam penyelesaiannya menjadi sebuah alat ini harus melalui beberapa langkah kerja sebagai berikut : 1. Membuat gambar rangkaian pada program software Multisim versi 7 dan OrCad 2. Merancang layout pada komputer menggunakan software PCB Designer 3. 4. Mengeprint layout yang telah dirancang ke kertas HVS Membuat layout dalam PCB dengan menggunakan sablon ataupun dengan menyetrika ke PCB 5. Melarutkan tembaga PCB dengan menggunakan larutan Ferry Clorida 6. 7. Mengumpulkan komponen dan bahan-bahan yang diperlukan Pengeboran PCB, pemasangan, penyolderan, dan pengawatan komponen

45

8.

Uji coba tiap blok rangkaian untuk mengetahui karakeristik fungsinya

9.

Uji coba keseluruhan alat untuk kinerja alat sehingga sesuai dengan yang diharapkan.

10. 11. 12. D.

Mengamati cara kerja rangkaian Manganalisa hasil pengujian Selesai

Perencanaan Pengujian dan Pengambilan Data Tujuan dari pengambilan data adalah mengetahui kebenaran rangkaian dan untuk mengetahui kinerja dari sistem pengaman kendaraan bermotor tersebut. Dari pengambilan data ini diharapkan dapat diketahui cara kerja sistem pengaman kendaraan bermotor secara keseluruhan. Alat dan Bahan yang diperlukan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Sepeda motor Alat yang akan diuji Multimeter Stop Watch Kabel

46

Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut 1. 2. Memasang alat pada sepeda motor.

Menghubungkan alat pada jalur kelistrikan sepeda motor agar alat tersebut selain mendapat pasokan tenaga juga dapat bekerja sesuai fungsi operasionalnya.

3. 4. 5.

Menghidupkan sepeda motor tanpa men-switch off sistem pengaman. Mengukur tegangan keluaran pada regulator Mengamati berapa waktu yang dibutuhkan sistem pengaman untuk dapat bekerja ( dihitung dari ketika kita men-starter sepeda motor). Dilakukan sebanyak tiga kali untuk menghitung waktu rata-rata. Setelah itu hasil penghitungan manual ini (dengan menggunakan stopwatch) dicatat pada tabel 2, tabel 3, dan tabel 4.

Tabel 2. Perencanaan Pengamatan Pertama Timer Timer 3 Timer 2 Timer 1 Aktif pada detik ke-

Tabel 3. Perencanaan Pengamatan Kedua Timer Timer 3 Timer 2 Timer 1 Aktif pada detik ke-

47

Tabel 4. Perencanaan Pengamatan Ketiga Timer Timer 3 Timer 2 Timer 1 Aktif pada detik ke-

6.

Setelah itu hasil penghitungan manual dihitung waktu rata-ratanya dengan menggunakan rumus :

T ta tb tc

= = = =

Waktu pengisian pada timer waktu pengisian pada pengamatan pertama waktu pengisian pada pengamatan kedua waktu pengisian pada pengamatan ketiga

setelah didapat waktu rata-rata maka hasilnya dimasukkan kedalam tabel 5. Tabel 5. Perencanaan Hasil Penghitungan Waktu Pengisian Timer Rata-Rata Secara Manual Dengan Menggunakan Stopwatch

Timer Timer 3 Timer 2 Timer 1

Aktif pada detik ke-

48

7.

Menghitung waktu yang dibutuhkan alarm untuk bekerja dengan rumus PW = 1,1 RAC setelah itu mencatat hasil penghitungan pada tabel 6. Tabel 6. Perencanaan Penghitungan Waktu Pengisian Timer dengan menggunakan Rumus
Timer Timer 3 Timer 2 Timer 1

RA

PW

8.

Setelah itu membandingkan antara hasil penghitungan teori dengan hasil yang didapat dari pengukuran manual (menggunakan stopwatch) pada tabel 7.

Tabel 7. Perencanaan Perbandingan Waktu Pengisian Timer Antara Penghitungan Secara Manual Dengan Penghitungan Menggunakan Rumus.

Timer Timer 3 Timer 2 Timer 1

Penghitungan Waktu Pengisian Timer Secara Manual (Dengan Menggunakan Stopwatch)

Penghitungan Waktu Pengisian Timer Dengan Menggunakan Rumus

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Pengujian Tujuan pengambilan data ini adalah untuk mengetahui kinerja dari rangkaian dalam mengendalikan relay untuk mengaktifkan timer yang dalam rangkaian ini digunakan untuk mengaktifkan telepon seluler dan menghubung singkat CDI pada kendaraan bermotor sehingga dapat diketahui kinerja dari sistem pengaman kendaraan tersebut secara keseluruhan.

B.

Tempat dan Waktu Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan di Laboratorium Listrik Dasar, Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta pada bulan Juni tahun 2008.

C.

Instrumen yang Digunakan a. b. c. d. e. Sepeda motor Alat yang akan diuji Multimeter Stopwatch Kabel

49

50

D.

Pengujian alat Alat dihidupkan secara manual dengan menekan saklar on/off ke posisi on. Dengan keadaan seperti ini berarti telah mengaktifkan sistem pengaman tersebut. Setelah itu untuk menguji kinerja dari alat tersebut maka dilakukan simulasi pencurian kendaraan bermotor. Pertama-tama kunci kendaraan dihidupkan. Dengan cara seperti itu berarti telah memberikan suplai daya ke rangkaian pengaman tersebut. Selanjutnya dilakukan pengukuran tegangan keluaran pada regulator Tegangan sumber pada rangkaian alarm ini yaitu 12 volt yang berasal dari accu sepeda motor. Tegangan keluaran (VO) pada regulator ini adalah 3,8 volt yang berfungsi untuk menyuplai telepon seluler. Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap rangkaian catu daya, telah diperoleh hasil pengukuran tegangan keluaran sebesar 3,8 volt. Keluaran tegangan sebesar ini telah mewakili informasi bahwa rangkaian catu daya berada pada kondisi baik untuk menyuplai tegangan ke telepon seluler.

Gambar 25. Regulator Pada Rangkaian Sistem Pengaman

51

Vo = Vz + 0,6 Vo = 3,2 + 0,6 = 3,8 volt Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan penghitungan waktu yang dibutuhkan sistem pengaman tersebut dari ketika motor dihidupkan, sampai dengan sistem pengaman tersebut melakukan panggilan ke nomor telepon pemilik kendaraan bermotor yang menandakan bahwa sepeda motornya telah dicuri. Berikut adalah hasil waktu yang diperoleh dengan menggunakan stopwatch sebagai penghitungnya : Tabel 8. Pengamatan Pertama Timer Timer 3 Timer 2 Timer 1 Aktif pada detik ke4,7 29,5 36

Tabel 9. Pengamatan Kedua Timer Timer 3 Timer 2 Timer 1 Aktif pada detik ke5,1 31 36,5

52

Tabel 10. Pengamatan Ketiga Timer Timer 3 Timer 2 Timer 1 Aktif pada detik ke4,9 30,5 35,8

Tabel 11. Hasil Penghitungan Waktu Pengisian Timer Rata-Rata Secara Manual Dengan Menggunakan Stopwatch

Timer Timer 3 Timer 2 Timer 1

Aktif pada detik ke4,9 30,33 36,1

Penghitungan waktu Pengisian timer dengan menggunakan rumus : PW = 1,1 RAC

53

Hasilnya dapat kita lihat sebagai berikut : Tabel 12. Penghitungan Waktu Pengisian Timer dengan menggunakan Rumus Timer Timer 3 Timer 2 Timer 1 RA () 470k 270k 330k C (f) 10 100 100 PW (s) 5,17 29,7 36,3

Kemudian hasilnya dibandingkan dengan penghitungan secara manual, hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 13. Perbandingan Waktu Pengisian Timer Antara Penghitungan Secara Manual Dengan Penghitungan Menggunakan Rumus. Penghitungan Waktu Pengisian Timer Secara Manual Dengan Menggunakan Stopwatch (dalam detik) 4,9 30,33 36,1 Penghitungan Waktu Pengisian Timer Dengan Menggunakan Rumus (dalam detik) 5,17 29,7 36,3

Timer Timer 3 Timer 2 Timer 1

E.

Pembahasan Pada saat sepeda motor dihidupkan maka telepon seluler juga akan hidup karena relay untuk menghidupkan saklar on/off telepon seluler dalam keadaan tertutup. Setelah 5 detik maka timer 3 akan memutus relay yang

54

menghubungkan saklar pada tombol power telepon seluler. Karena untuk menghidupkan telepon seluler tombol on/off harus ditekan dan ditahan sekitar 3-5 detik. Keputusan diambil waktu 5 detik adalah dengan alasan karena jika waktu kurang dari 3 detik maka telepon seluler tidak akan hidup sedangkan jika lebih dari 5 detik maka telepon seluler akan mati lagi. Setelah itu pada detik ke-30 timer 2 akan aktif sehingga terjadi proses speed dial pada telepon seluler. Proses speed dial dilakukan pada detik ke-30 tidak serta merta karena kita menghendaki detik ke-30 sebagai waktu yang tepat untuk melakukan panggilan, karena pada prinsipnya sistem pengaman ini akan lebih baik jika waktu yang diperlukan untuk melakukan speed dial semakin sedikit. Akan tetapi karena dengan pertimbangan bahwa telepon seluler yang dipakai pada sistem pengaman ini membutuhkan waktu sekitar 25-30 detik agar siap dalam memulai proses speed dial. Karena sampai saat ini belum ada telepon seluler yang langsung siap dipakai setelah kita

menekan tombol on pada telepon seluler itu. Sehingga kita memilih waktu 30 detik untuk memulai proses speed dial ini. Proses speed dial terjadi dengan cara menekan dan menahan tombol diantara tombol 2-9 pada keypad telepon seluler yang telah kita atur terlebih dahulu. Pada sistem pengaman ini kita menggunakan tombol 2 sebagai tombol speed dial-nya. Pada proses speed dial ini maka akan terjadi panggilan dari sistem pengaman ke telepon seluler pemilik kendaraan bermotor. Oleh karena pada proses speed dial tombol harus ditekan dan ditahan sekitar 5 detik ke atas maka kita menggunakan waktu 6 detik untuk lebih amannya. Sehingga pada detik ke-

55

36 timer 1 memutuskan relay yang digunakan dalam proses speed dial karena relay tersebut dalam keadaan tertutup. Pada saat yang bersamaan ketika timer 1 aktif maka CDI pada kendaraan tersebut akan terhubung singkat sehingga sepeda motor akan mati dan tidak bisa dihidupkan kembali sampai kita mematikan sistem pengaman tersebut dengan menekan tombol off pada saklar dan mengosongkan tegangan yang mengunci relay pada sistem pengaman tersebut dengan menggunakan tombol microswitch. Setelah detik ke-36 sistem pengaman akan melakukan panggilan secara terus menerus karena semua timer dalam posisi on. Hal itu dilakukan dengan mengatur perintah panggilan pada telepon seluler tersebut yang mana telepon seluler akan melakukan panggilan secara terus menerus sampai kita menjawab panggilan tersebut. Dari pengujian alat yang telah dilakukan diatas diperoleh kesimpulan bahwa sistem pengaman kendaraan bermotor dengan fasilitas telepon seluler yang dirancang telah bekerja dengan baik.

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN ALAT, DAN SARAN

A.

Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem pengaman sepeda motor dengan fasilitas telepon seluler yang dibuat telah dapat bekerja dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang direncanakan pada tahap awal perencanaan alat. 2. Kinerja dari sistem pengaman sepeda motor dengan menggunakan fasilitas telepon seluler dapat dihandalkan kegunaannya. Karena sebagai salah satu sistem pengaman sepeda motor, sistem pengaman ini memiliki nilai lebih dari pada sistem pengaman pada umumnya yaitu sebagai silent alarm. Karena pada dasarnya sistem pengaman ini tidak akan disadari keberadaannya oleh si pencuri. Sehingga ketika si pencuri lengah dengan keadaan tersebut maka diharapkan kita akan bisa menangkap si pelaku pencurian.

B.

Keterbatasan Alat 1. Dengan menggunakan telepon seluler sebagai komponen utamanya maka sistem pengaman ini mempunyai keterbatasan. Salah satunya adalah bahwa pada dasarnya untuk melakukan suatu panggilan dari telepon seluler satu ke telepon seluler yang lain memerlukan nominal pulsa tertentu dan dalam masa aktif pulsa. Sehingga dalam

56

57

pelaksanaanya kita harus meng-kloning terlebih dahulu nomor yang akan digunakan sehingga kita tidak perlu repot-repot membuka rangkaian sistem pengaman ini hanya untuk melakukan transfer pulsa. Dan tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sistem pengaman ini sangat membutuhkan ketersediaan jaringan (sinyal telepon). 2. Karena komponen-komponen yang terlalu banyak maka box rangkaian juga harus disesuaikan dengan bentuk dari rangkaian tersebut yang berarti akan memerlukan ruang yang terlalu banyak pada sepeda motor.

C.

Saran 1. Agar dapat diperoleh sistem pengaman yang baik dan efisien maka sebisa mungkin rangkaian dibuat sekecil mungkin tanpa mengurangi fungsi dari sistem pengaman itu sendiri. 2. Oleh karena dalam pengerjaan sistem alarm ini masih banyak kekurangan, maka diharapkan dalam pengembangan sistem

pengaman selanjutnya dapat disempurnakan pembuatannya. Semisal bentuk fisik dari sistem pengaman agar pas ketika dipasangkan pada kendaraan bermotor. Begitu juga dengan fasilitas yang digunakannya sebagai penghubung, sebisa mungkin mengganti dengan alat yang lebih hemat dan efisien. 3. Dengan prinsip sebagai sistem pengaman kendaraan maka

sebenarnya sistem pengaman ini dapat dikembangkan sehingga dapat

58

di pasang pada mobil atau sejenisnya hanya dengan mengubah beberapa komponen didalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Malvino, A.P. (2004). Prinsip-prinsip Elektronika ( Terjemahan ). Jakarta: Salemba Teknika. Buku asli diterbitkan tahun 1999 Grob, Bernard. (1982). Electronic Circuit and Applications. USA: McGraw-Hill Buban, Peter. (1987). Understanding Electricity and Electronics Technology. USA: McGraw-Hill Pantur Silaban. (1985). Dasar-dasar Elektronik Edisi ke Lima Jilid Dua Jakarta: Erlangga STMicroelectronics Group of Companies. (1999). Complementary Silicon High Power Transistor Data Sheet. http://www.st.com STMicroelectronics Group of Companies. (1999). Complementary Silicon Power Darlington Transistor Data Sheet. http://www.st.com STMicroelectronics Group of Companies. (1999). Complementary Low Voltage Transistor Data Sheet. http://www.st.com Philips Electronics N.V. (1999). Discrete Semiconductors Data Sheet. http://www.semiconductors.philips.com Philips Electronics N.V. (1994). IC Timer 555 Data Sheet. http://www.semiconductors.philips.com SHW Companies (1999). Relay JZC-20F Datasheet. http://www.shw-relay.com

59

LAMPIRAN

G a mb a r R a n g k a i a n S e c a r a K e s e l u r u h a n

TIP35C TIP36B/TIP36C
COMPLEMENTARY SILICON HIGH POWER TRANSISTORS

STMicroelectronic PREFERRED SALESTYPES

DESCRIPTION The TIP35C is a silicon Epitaxial-Base NPN transistor mounted in TO-218 plastic package. It is intented for use in power amplifier and switching applications. The complementary PNP type is TIP36C. Also TIP36B is a PNP type.

3 2 1

TO-218

INTERNAL SCHEMATIC DIAGRAM

ABSOLUTE MAXIMUM RATINGS


Symbol Parameter NPN PNP V CBO V CEO VEBO IC ICM IB P tot Tstg Tj Collector-Base Voltage (I E = 0) Collector-Emitter Voltage (I B = 0) Emitter-Base Voltage (I C = 0) Collector Current Collector Peak Current Base Current Total Dissipation at T case 25 C Storage Temperature
o

Value TIP35C TIP36B 80 80 5 25 50 5 125 -65 to 150 150 TIP36C 100 100

Unit

V V V A A A W
o o

C C

Max. Operating Junction Temperature

For PNP types voltage and current values are negative.

October 1999

1/4

TIP35C / TIP36B / TIP36C


THERMAL DATA
R thj-case Thermal Resistance Junction-case Max 1
o

C/W

ELECTRICAL CHARACTERISTICS (Tcase = 25 oC unless otherwise specified)


Symbol I CEO IEBO I CES Parameter Collector Cut-off Current (I B = 0) Emitter Cut-off Current (I C = 0) Collector Cut-off Current (V BE = 0) Test Conditions V CE = 60 V V EB = 5 V V CE = Rated V CEO I C = 30 mA for TIP36B for TIP35C/36C I C = 1.5 A I C = 15 A I C = 15 A I C = 25 A I C = 15 A I C = 25 A IC = 1 A IC = 1 A V CE = 10 V V CE = 10 V V CE = 4 V V CE = 4 V I B = 1.5 A IB = 5 A V CE = 4 V V CE = 4 V f = 1 MHz f = 1 KHz 3 25 Min. Typ. Max. 1 1 0.7 Unit mA mA mA

V CEO(sus) * Collector-Emitter Sustaining Voltage (I B = 0) h FE * VCE(sat) * V BE(on) * fT h fe DC Current Gain Collector-Emitter Saturation Voltage Base-Emitter Voltage Transition Frequency Small Signal Current Gain

80 100 25 10 50 1.8 4 2 4

V V

V V V MHz

Pulsed: Pulse duration = 300 s, duty cycle 2 % For PNP types voltage and current values are negative.

2/4

TIP35C / TIP36B / TIP36C

TO-218 (SOT-93) MECHANICAL DATA


mm MIN. A C D E F G H L2 L3 L5 L6 R 4 3.95 31 12.2 4.1 0.157 0.5 1.1 10.8 14.7 18 4.15 0.155 1.220 0.480 0.161 4.7 1.17 2.5 0.78 1.3 11.1 15.2 16.2 0.019 0.043 0.425 0.578 0.708 0.163 TYP. MAX. 4.9 1.37 MIN. 0.185 0.046 0.098 0.030 0.051 0.437 0.598 0.637 inch TYP. MAX. 0.193 0.054

DIM.

L5 L3 L2

L6

E H

1 2 3

P025A

G
3/4

TIP35C / TIP36B / TIP36C

Information furnished is believed to be accurate and reliable. However, STMicroelectronics assumes no responsibility for the consequences of use of such information nor for any infringement of patents or other rights of third parties which may result from its use. No license is granted by implication or otherwise under any patent or patent rights of STMicroelectronics. Specification mentioned in this publication are subject to change without notice. This publication supersedes and replaces all information previously supplied. STMicroelectronics products are not authorized for use as critical components in life support devices or systems without express written approval of STMicroelectronics. The ST logo is a trademark of STMicroelectronics 1999 STMicroelectronics Printed in Italy All Rights Reserved STMicroelectronics GROUP OF COMPANIES Australia - Brazil - China - Finland - France - Germany - Hong Kong - India - Italy - Japan - Malaysia - Malta - Morocco Singapore - Spain - Sweden - Switzerland - United Kingdom - U.S.A. http://www.st.com .

4/4

TIP132 TIP135 TIP137


COMPLEMENTARY SILICON POWER DARLINGTON TRANSISTORS

STMicroelectronics PREFERRED SALESTYPES

APPLICATION LINEAR AND SWITCHING INDUSTRIAL EQUIPMENT


3 1 2

DESCRIPTION The TIP132 is a silicon Epitaxial-Base NPN power transistor in monolithic Darlington configuration, mounted in Jedec TO-220 plastic package. It is intented for use in power linear and switching applications. The complementary PNP type is TIP137 . Also TIP135 is a PNP type.

TO-220

INTERNAL SCHEMATIC DIAGRAM

R1 Typ. = 5 K

R2 Typ. = 150

ABSOLUTE MAXIMUM RATINGS


Symbol Parameter NPN PNP V CBO V CEO VEBO IC ICM IB P tot Tstg Tj Collector-Base Voltage (I E = 0) Collector-Emitter Voltage (I B = 0) Emitter-Base Voltage (I C = 0) Collector Current Collector Peak Current Base Current Total Dissipation at T case 25 o C T amb 25 o C Storage Temperature Max. Operating Junction Temperature TIP135 60 60 5 8 12 0.3 70 2 -65 to 150 150 Value TIP132 TIP137 100 100 V V V A A A W W
o o

Unit

C C

* For PNP types voltage and current values are negative.

October 1999

1/4

TIP132 / TIP135 / TIP137


THERMAL DATA
R thj-case R thj-amb Thermal Resistance Junction-case Thermal Resistance Junction-ambient Max Max 1.78 63.5
o o

C/W C/W

ELECTRICAL CHARACTERISTICS (Tcase = 25 oC unless otherwise specified)


Symbol I CEO I CBO IEBO Parameter Collector Cut-off Current (I B = 0) Collector Cut-off Current (I E = 0) Emitter Cut-off Current (I C = 0) Test Conditions V CE = Half Rated V CEO V CB = Rated VCBO V EB = 5 V I C = 30 mA for TIP135 for TIP132/TIP137 IC = 4 A IC = 6 A IC = 4 A IC = 1 A IC = 4 A I B = 16 mA I B = 30 mA V CE = 4 V V CE = 4 V V CE = 4 V 500 1000 Min. Typ. Max. 0.5 0.2 5 Unit mA mA mA

V CEO(sus) * Collector-Emitter Sustaining Voltage (I B = 0) VCE(sat) * VBE * h FE * Collector-Emitter Saturation Voltage Base-Emitter Voltage DC Current Gain

60 100 2 4 2.5 15000

V V V V V

Pulsed: Pulse duration = 300 s, duty cycle 1.5 % For PNP types voltage and current values are negative.

Safe Operating Areas

Power Derating Curve

2/4

TIP132 / TIP135 / TIP137

TO-220 MECHANICAL DATA


DIM. MIN. A C D D1 E F F1 F2 G G1 H2 L2 L4 L5 L6 L7 L9 DIA. 13.0 2.65 15.25 6.2 3.5 3.75 0.49 0.61 1.14 1.14 4.95 2.4 10.0 16.4 14.0 2.95 15.75 6.6 3.93 3.85 0.511 0.104 0.600 0.244 0.137 0.147 4.40 1.23 2.40 1.27 0.70 0.88 1.70 1.70 5.15 2.7 10.40 0.019 0.024 0.044 0.044 0.194 0.094 0.393 0.645 0.551 0.116 0.620 0.260 0.154 0.151 mm TYP. MAX. 4.60 1.32 2.72 MIN. 0.173 0.048 0.094 0.050 0.027 0.034 0.067 0.067 0.203 0.106 0.409 inch TYP. MAX. 0.181 0.051 0.107

P011C
3/4

TIP132 / TIP135 / TIP137

Information furnished is believed to be accurate and reliable. However, STMicroelectronics assumes no responsibility for the consequences of use of such information nor for any infringement of patents or other rights of third parties which may result from its use. No license is granted by implication or otherwise under any patent or patent rights of STMicroelectronics. Specification mentioned in this publication are subject to change without notice. This publication supersedes and replaces all information previously supplied. STMicroelectronics products are not authorized for use as critical components in life support devices or systems without express written approval of STMicroelectronics. The ST logo is a trademark of STMicroelectronics 1999 STMicroelectronics Printed in Italy All Rights Reserved STMicroelectronics GROUP OF COMPANIES Australia - Brazil - China - Finland - France - Germany - Hong Kong - India - Italy - Japan - Malaysia - Malta - Morocco Singapore - Spain - Sweden - Switzerland - United Kingdom - U.S.A. http://www.st.com .

4/4

BD135 - BD136 BD139 - BD140


Complementary low voltage transistor
Features

Products are pre-selected in DC current gain

Application

General purpose
3 2 1

Description
These epitaxial planar transistors are mounted in the SOT-32 plastic package. They are designed for audio amplifiers and drivers utilizing complementary or quasi-complementary circuits. The NPN types are the BD135 and BD139, and the complementary PNP types are the BD136 and BD140.

SOT-32

Figure 1.

Internal schematic diagram

NPN

PNP

Table 1.

Device summary
Marking BD135 BD135-16 BD136 BD136-16 BD139 SOT-32 BD139-10 BD139-16 BD140 BD140-10 BD140-16 BD139-10 BD139-16 BD140 BD140-10 BD140-16 Rev 5 1/9
www.st.com 9

Order codes BD135 BD135-16 BD136 BD136-16 BD139

Package

Packaging

Tube

May 2008

Contents

BD135 - BD136 - BD139 - BD140

Contents
1 2 Electrical ratings . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 Electrical characteristics . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.1 Electrical characteristics (curves) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

3 4

Package mechanical data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6 Revision history . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

2/9

BD135 - BD136 - BD139 - BD140

Electrical ratings

Electrical ratings
Table 2. Absolute maximum ratings
Value Symbol Parameter NPN PNP Unit

BD135 BD139 BD136 BD140 VCBO VCEO VEBO IC ICM IB PTOT PTOT Tstg Tj Collector-base voltage (IE = 0) Collector-emitter voltage (IB = 0) Emitter-base voltage (IC = 0) Collector current Collector peak current Base current Total dissipation at Tc 25 C Total dissipation at Tamb 25 C Storage temperature Max. operating junction temperature 45 45 5 1.5 3 0.5 12.5 1.25 -65 to 150 150 80 80 -45 -45 -5 -1.5 -3 -0.5 -80 -80 V V V A A A W W C C

Table 3.
Symbol

Thermal data
Parameter Max value 10 100 Unit C/W C/W

Rthj-case Thermal resistance junction-case Rthj-amb Thermal resistance junction-ambient

3/9

Electrical characteristics

BD135 - BD136 - BD139 - BD140

Electrical characteristics
(Tcase= 25 C unless otherwise specified) Table 4.
Symbol

On/off states
Value Parameter Polarity Test conditions Min. Typ. Max. NPN VCB = 30 V VCB = 30 V, TC = 125 C VCB = -30 V VCB = -30 V, TC = 125 C VEB = 5 V VEB = -5 V IC = 30 mA BD135 BD139 IC = -30 mA BD136 BD140 IC = 0.5 A, IB = 0.05 A IC = -0.5 A, IB = -0.05 A IC = 0.5 A, VCE = 2 V IC = -0.5 A, VCE = -2 V IC = 5 mA, VCE = 2 V IC = 150 mA, VCE = 2 V IC = 0.5 A, VCE = 2 V IC = -5 mA, VCE = -2 V IC = -150 mA, VCE = -2 V IC = -0.5 A, VCE = -2 V IC = 150 mA, VCE = 2 V BD139-10 BD135-16/BD139-16 25 40 25 25 40 25 63 100 45 80 -45 -80 0.5 -0.5 1 -1 250 0.1 10 -0.1 -10 10 -10 A A A A A A V V V V V V V V Unit

ICBO

Collector cut-off current (IE=0) PNP Emitter cut-off current (IC=0) NPN PNP NPN

IEBO

Collector-emitter VCEO(sus)(1) sustaining voltage (IB=0) PNP NPN PNP NPN Base-emitter voltage PNP NPN hFE (1) DC current gain PNP

VCE(sat) (1) VBE (1)

Collector-emitter saturation voltage

250

NPN hFE (1) hFE groups PNP


1. Pulsed: pulse duration = 300 s, duty cycle 1.5%

160 250 160 250

IC = -150 mA, VCE = -2 V BD140-10 63 BD136-16/BD140-16 100

4/9

BD135 - BD136 - BD139 - BD140

Electrical characteristics

2.1
Figure 2.

Electrical characteristics (curves)


Safe operating area Figure 3. Derating

5/9

Package mechanical data

BD135 - BD136 - BD139 - BD140

Package mechanical data


In order to meet environmental requirements, ST offers these devices in ECOPACK packages. These packages have a lead-free second level interconnect. The category of second level interconnect is marked on the package and on the inner box label, in compliance with JEDEC Standard JESD97. The maximum ratings related to soldering conditions are also marked on the inner box label. ECOPACK is an ST trademark. ECOPACK specifications are available at: www.st.com

6/9

BD135 - BD136 - BD139 - BD140

Package mechanical data

7/9

Revision history

BD135 - BD136 - BD139 - BD140

Revision history
Table 5.
Date 16-Sep-2001 22-May-2008

Document revision history


Revision 4 5 Mechanical data has been updated. Changes

8/9

BD135 - BD136 - BD139 - BD140

Please Read Carefully:

Information in this document is provided solely in connection with ST products. STMicroelectronics NV and its subsidiaries (ST) reserve the right to make changes, corrections, modifications or improvements, to this document, and the products and services described herein at any time, without notice. All ST products are sold pursuant to STs terms and conditions of sale. Purchasers are solely responsible for the choice, selection and use of the ST products and services described herein, and ST assumes no liability whatsoever relating to the choice, selection or use of the ST products and services described herein. No license, express or implied, by estoppel or otherwise, to any intellectual property rights is granted under this document. If any part of this document refers to any third party products or services it shall not be deemed a license grant by ST for the use of such third party products or services, or any intellectual property contained therein or considered as a warranty covering the use in any manner whatsoever of such third party products or services or any intellectual property contained therein.

UNLESS OTHERWISE SET FORTH IN STS TERMS AND CONDITIONS OF SALE ST DISCLAIMS ANY EXPRESS OR IMPLIED WARRANTY WITH RESPECT TO THE USE AND/OR SALE OF ST PRODUCTS INCLUDING WITHOUT LIMITATION IMPLIED WARRANTIES OF MERCHANTABILITY, FITNESS FOR A PARTICULAR PURPOSE (AND THEIR EQUIVALENTS UNDER THE LAWS OF ANY JURISDICTION), OR INFRINGEMENT OF ANY PATENT, COPYRIGHT OR OTHER INTELLECTUAL PROPERTY RIGHT. UNLESS EXPRESSLY APPROVED IN WRITING BY AN AUTHORIZED ST REPRESENTATIVE, ST PRODUCTS ARE NOT RECOMMENDED, AUTHORIZED OR WARRANTED FOR USE IN MILITARY, AIR CRAFT, SPACE, LIFE SAVING, OR LIFE SUSTAINING APPLICATIONS, NOR IN PRODUCTS OR SYSTEMS WHERE FAILURE OR MALFUNCTION MAY RESULT IN PERSONAL INJURY, DEATH, OR SEVERE PROPERTY OR ENVIRONMENTAL DAMAGE. ST PRODUCTS WHICH ARE NOT SPECIFIED AS "AUTOMOTIVE GRADE" MAY ONLY BE USED IN AUTOMOTIVE APPLICATIONS AT USERS OWN RISK.

Resale of ST products with provisions different from the statements and/or technical features set forth in this document shall immediately void any warranty granted by ST for the ST product or service described herein and shall not create or extend in any manner whatsoever, any liability of ST.

ST and the ST logo are trademarks or registered trademarks of ST in various countries. Information in this document supersedes and replaces all information previously supplied. The ST logo is a registered trademark of STMicroelectronics. All other names are the property of their respective owners.

2008 STMicroelectronics - All rights reserved STMicroelectronics group of companies Australia - Belgium - Brazil - Canada - China - Czech Republic - Finland - France - Germany - Hong Kong - India - Israel - Italy - Japan Malaysia - Malta - Morocco - Singapore - Spain - Sweden - Switzerland - United Kingdom - United States of America www.st.com

9/9

JZC-20F

CLASSIFICATION Appearance Outline Dimension(LWH) (mm) Contact Form Contact Resistance Coil Voltage Pick-up Voltage Release Voltage Coil Power(W) Contact Rating Insulation Resistance Dielectric Strengh Life Temperature Range Terminal Layout Mounting Holes(mm) Mounting Form Weight Salty Approval Cross-Reference Between Open Contact Electrical Mechanical

GENERAL PURPOSE RELAY JZC-20F 22.516.524 1A 1C 100m 5VDC 48VDC 75 10 0.36 5A/10A 120VAC 5A/10A 28VDC 5A 240VAC 100M 750VAC 1105 1107 -40C +55C Between Coil and Contact 1000VAC

PCB Terminal 13g

Anda mungkin juga menyukai