Kelompok A-14
A. Deza Farista 1102011001 Adeprita Pratiwi H. 1102011004 Cattleya Ananda V. 1102011063 Dewi Arika H. 1102011075 Dira Sari Puji 1102011082 Eka Budi U. 1102011085 Luthfia Rozanah 1102011145 Hanifa Adani 1102010118
KEPUTIHAN
Pasien wanita, umur 26 tahun, ibu rumah tangga, baru 2 bulan menikah datang berobat ke dokter dengan keluhan keputihan yang banyak, cair, berbau anyir yang kadang-kadang disertai gatal sejak 3minggu yang lalu. Penderita mempunyai siklus menstruasi yang normal dan tidak menggunakan kontrasepsi. Suami penderita bekerja sebagai supir dan riwayat melakukan hubungan seksual dengan wanita lain disangkal. Pada pemeriksaan genitalia eksterna : labium mayus dan minus tampak eritema dan sedikit erosi. Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan : discharge vagina homogeny, keabu-abuan dan tampak melekat pada dinding vagina. Pasien disarankan melakukan Pemeriksaan PAPsmear.
DIAFRAGMA PELVIS
Keterangan: Nomor 4 = diameter oblique Nomor 5 = diameter transversa Nomor 6 = diameter conjugata
Conjugata vera = ukuran anteroposterior Jarak antara pinggir atas pubis sampai promontorium. Conjugata vera=conjugata diagonalis-1,5 cm Nilai normal 11-13 cm. Conjugata transversa Diukur dari titik terjauh linea terminalis kiri dan kanan. Nilai normal 13-14,5 cm. Conjugata diagonalis Jarak antara pinggir bawah pubis sampai promontorium.
Folikel Primordial
Folikel Primer
Folikel Sekunder
Folikel Atresia
Tuba Falopii
Lapisan Epitel Lumen epitel kolumnar dengan silia panjang pada permukaan selnya. Silia bergerak konsisten ke arah uterus untuk memfasilitasi pergerakan zygote ke dalam uterus agar mengadakan implantasi pada endometrium. epitel kolumnar tidak besilia untuk mensekresi mukus dan membantu transport ovarium.
Uterus
Lapisan Uterus: 1. Perimetrium 2. Myometriumhipertrofi dan penambahan miosit kehamilan 3. Endometriumorgan target dan kelenjar endokrin
Fase Sekresi
Fase Proliferasi
Fase Menstruasi
Serviks terdiri dari 1. Ektoservikalis lapis epitel kelenjar penghasil mukus 2. Endoservikalisepitel skuamosa berlapis 3. Jaringan ikat Zona transformasi Transisi epitel kelenjar dan skuamosa
INFEKSI
INFEKSI PADA VAGINA
Kandidiosis vulvovaginal (KV) Candida spp terutama Candida albicans. kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi, pemakaian kortikosteroid dan pada penderita Diabetes Melitus.
Trichomoniasis Trichonomas vaginalis infeksi pada epitel vagina, selain pada uretra, serviks, kelenjar Bartholini dan kelenjar skene. Hubungan seksual tanpa pengaman Vaginosis Bakterial (VB) Gardnerella vaginalis, Prevotella spp, Mobilancus spp, Mycoplasma spp dan Bacteroides spp. wanita yang masih aktif secara seksual, tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
Infeksi virus Herpes virus (H. Simplex, H. Zoster, Varicella) Poxvirus : Moluscum contagiosum Papovavirus : Condyloma Infeksi cacing Enterobius vermicularis
Leukorea Patologis
jumlahnya yang amat banyak, berwarna Berbau disertai keluhan-keluhan seperti gatal, nyeri, terjadi pembengkakan, panas dan pedih ketika buang air kecil, serta dan nyeri di perut bagian bawah.
aktivitas dari mikroorganisme patologis yang selama ini ditekan oleh flora normal vagina.
Gejala
Gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital
tidak khas
Inflamasi
eritem, edem, ektopi dan mudah berdarah saat pengambilan bahan pemeriksaan
serviks tampak eritem, ektopi dan mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan dari mukosa endoserviks
Anamnesis Riwayat kapan gejala serupa terjadi, Riwayat STD, aktivitas seksual, kontrasepsi, periode menstruasi, penggunaan antibiotik, penggunaan produk kebersihan pribadi, riwayat medis umum Pemeriksaan Klinis Sekret: Jumlah, Kekentalan, Warna, Konsistensi, Bau Pemeriksaan Laboratorium Wet mount Whiff test Vaginal pH Oligunocleotide probes jarang Kultur Perwarnaan Gram
Trikonomiasis
Kandidiasis
Bakterial Vaginosis
pH
>4,5
<4,5
pH >4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 (+) clue cell (+) jarang terdapat leukosit
(+)
Trichonomas Pergerakan ovoid ukuran lebih besar dari PMN flagel leukosit (+) clue cell bisa (+)
(-)
*) dengan KOH 10% atau Gram blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang kadang hifa asli bersepta
Strawberry Cervix
Servisitis Gonore Laboratorium: kultur media Thayer Martin pada Chocolate Agar Gramdiplokokus gram negatif, intraseluler; ekatraseluler
Servisitis Klamidia Laboratorium: pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen ELISA Giemsa badan elementer dan badan retikular
Diagnosis Banding Desquamative Inflammatory Vaginitis Cervicitis Estrogen Deficiency Sekresi vagina fisiologis
Terapi Nonfarmakologi Perubahan Tingkah Laku menjaga kebersihan alat kelamin pakaian dalam tidak ketat Pengobatan pasangan Personal Hygiene Pengobatan Psikologis
Servisitis
2.9 PENCEGAHAN
Selalu cuci daerah kewanitaan dengan air bersih setelah buang air, jangan hanya menyekanya dengan tisu. Jaga daerah kewanitaan tetap kering. Hindari bertukar celana dalam dengan teman atau saudara. Potonglah secara berkala bulu disekitar kemaluan. Dalam kasus keputihan pencegahan bisa dilakukan menggunakan alat pelindung (kondom )
2.10 KOMPLIKASI
Menyebar ke traktus reproduksi bagian atasinfertilitas toxic shock syndrome akibat benda asing di tubuh terlalu lama Polip servikalis Kehamilankelahiran prematur, ruptur membrane yang prematur, berat badan bayi lahir rendah, dan endometritis paska kelahiran.
2.11 PROGNOSIS
Sembuh: Vaginosis bakterial 70 80% Kandidiasis 80 - 95%. Trikomoniasis 95%.
3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKULO DAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR
PEMERIKSAAN INSPEKULO
Ambil spekulum cocor bebek dengan tangan kanan - masukkan ujung telunjuk tangan kiri di commisura posterior untuk sedikit membuka introitus vaginae masukkan spekulum dalam keadaan tertutup dan miring sejajar dengan introitus vaginae dorong masuk kedalam vagina dengan menghindari meatus urethra . Setelah setengah vagina, putar spekulum 900 sehingga tangkai spekulum mengarah tegak lurus kebawah. Masukkan spekulum lebih jauh sehingga mencapai forniks posterior. Buka spekulum dengan menekan tuas dan atur Kedudukan spekulum sehingga masing-masing bilah menyentuh dinding depan dan belakang vagina. Buka spekulum lebih lanjut sehingga portio servik terlihat jelas perhatikan bentuk,ukuran dan warna porsio perhatikan sekrete vagina. Setelah inspeksi selesai, lepas pengungkit dan pengatur jarak bilah putar tangkai spekulum 900 berlawanan dengan arah jarum jam sambil mengamati keadaan mukosa vagina. Keluarkan spekulum dari vaginae secara hati-hati dengan kedua bilah dalam keadaan tertutup . Letakkan spekulum di bengkok yang berada dimeja instrumen.
Metode Konvensional
sample di ambil dari luar serviks dan liang serviks dengan menggunakan brush (sikat berbahan halus) kemudian di buat hapusan dengan cara mengusapkan brush tersebut pada obyek glass secara merata hapusan yang telah di buat harus segera difiksasi dengan menggunakan alkohol 95 % supaya bentuk sel tidak berubah, kemudian di lakukan pewarnaan dengan pengecatan papanikolaou.
Persiapan : Tidak dalam masa menstruasi Pemeriksaan dilakukan 2 minggu setelah menstruasi, bagi perempuan yang sudah menopause dapat melakukan pemeriksaan Pap Smear kapanpun. Tidak melakukan hubungan seksual selama 2-3 hari Tidak menggunakan obat obatan yang dimasukkan kedalam vagina 2 hari sebelum pemeriksaan.
Prosedur Pemeriksaan Pap Smear Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve (cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%. Pasien berbaring dengan posisi litotomi. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis. Periksa serviks apakah normal atau tidak. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360 searah jarum jam. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli patologi anatomi.
CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang dari sepertiga lapisan epitelium. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah melibatkan sampai ke basement membrane dari epitelium.
Sel skuamosa Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US) Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL) High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL) Squamous Cells Carcinoma
Sel glandular Atypical Endocervical Cells Atypical Endometrial Cells Atypical Glandular Cells Adenokarsinoma Endoservikal In situ Adenokarsinoma Endoserviks Adenokarsinoma Endometrium Adenokarsinoma Ekstrauterin Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)
PEMERIKSAAN INSPEKULO
Ambil spekulum cocor bebek dengan tangan kanan - masukkan ujung telunjuk tangan kiri di commisura posterior untuk sedikit membuka introitus vaginae masukkan spekulum dalam keadaan tertutup dan miring sejajar dengan introitus vaginae dorong masuk kedalam vagina dengan menghindari meatus urethra . Setelah setengah vagina, putar spekulum 900 sehingga tangkai spekulum mengarah tegak lurus kebawah. Masukkan spekulum lebih jauh sehingga mencapai forniks posterior. Buka spekulum dengan menekan tuas dan atur Kedudukan spekulum sehingga masing-masing bilah menyentuh dinding depan dan belakang vagina. Buka spekulum lebih lanjut sehingga portio servik terlihat jelas perhatikan bentuk,ukuran dan warna porsio perhatikan sekrete vagina. Setelah inspeksi selesai, lepas pengungkit dan pengatur jarak bilah putar tangkai spekulum 900 berlawanan dengan arah jarum jam sambil mengamati keadaan mukosa vagina. Keluarkan spekulum dari vaginae secara hati-hati dengan kedua bilah dalam keadaan tertutup . Letakkan spekulum di bengkok yang berada dimeja instrumen.
Kitab shahih Bukhari suatu ketika ada beberapa sahabat perempuan datang bertanya kepada Aisyah radhiallahu anha tentang batasan berakhirnya haidh. Beliau menjawab : Jangan kalian tergesa-gesa (menetapkan akhir haidh) hingga kalian melihat cairan putih Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya fathul bari menjelaskan bahwa cairan putih sebagaimana di sebut hadits di atas menjadi salah satu tanda akhir masa haidh.
Dalam khazanah Islam, keputihan akibat infeksi kuman bakteri biasa disebut dengan cairan putih kekuningan (sufrah )atau cairan putih kekeruhan (kudrah ). Kitab shahih Bukhari: Sahabat bernama Ummu Athiyyah radhiallahuanhaberkata Kami tidak menganggap al-kudrah (cairan keruh) dan as-sufrah (cairan kekuningan) sama dengan haidh
Berdasarkan kedua hadis tersebut dapat disimpulkan : Hukum orang yang mengalami keputihan =/= hukum orang yang mengalami menstruasi. Orang yang sedang keputihan tetap mempunyai kewajiban melaksanakan shalat dan puasa, serta tidak wajib mandi. Cairan keputihan tersebut hukumnya najis, sama dengan hukumnya air kencing. Oleh karenanya, apabila ingin melaksanakan shalat, sebelum mengambil wudhu, harus istinjak (cebok), dan membersihkan badan atau pakaian yang terkena cairan keputihan terlebih dahulu. Sedangkan apabila cairan keputihan keluar terus-menerus, maka orang yang mengalaminya dihukumi dharurah/terpaksa, artinya orang tersebut tetap wajib melaksanakan shalat walaupun salah satu syarat sahnya shalat tidak terpenuhi, yakni sucinya badan dan pakaian dari najis. Menurut ulama Syafiiyah, ketentuan tersebut bisa dilaksanakan dengan syarat diawali dengan proses membersihkan, istinjak, wudhu dan kemudian shalat dilakukan secara simultan setelah waktu shalat masuk.