Anda di halaman 1dari 3

Aku Lebih Baik Dari Dia oleh Jalaluddin Rakhmat

Suatu hari, Allah swt berfirman kepada Nabi Musa as, "Hai Musa, bila nanti kau akan bertemu dengan-Ku lagi, bawalah seseorang yang menurutmu kamu lebih baik daripada dia." Nabi Musa as lalu pergi ke mana-mana ke !alanan, pasar, dan tempat-tempat ibadat. "a selalu menemukan dalam diri setiap orang itu suatu kelebihan dari dirinya. Mungkin dalam beberapa hal yang lain, orang itu lebih !elek dari Nabi Musa, tetapi Nabi Musa selalu menemukan ada hal pada diri orang itu yang lebih baik dari dirinya. Nabi Musa tidak mendapatkan seorang pun yang terhadapnya Nabi Musa dapat berkata, "Aku lebih baik dari dia." Karena gagal menemukan orang itu, Nabi Musa masuk ke tengah-tengah binatang. #alam diri binatang pun ternyata selalu ada hal-hal yang lebih baik daripada Nabi Musa. Seperti kita ketahui, burung Merak, misalnya, bulunya !auh lebih bagus dari bulu manusia. Sampai akhirnya Nabi Musa melewati seekor an!ing kudisan. Nabi Musa berpikir, "Mungkin sebaiknya aku pergi membawa dia." "a pun lalu mengikat leher an!ing itu dengan tali. Namun ketika sampai ke suatu tempat, Nabi Musa melepaskan an!ing itu. Ketika Nabi Musa datang untuk bermuna!at lagi di hadapan Allah swt, $uhan bertanya, "%a Musa, mana orang yang Aku perintahkan kepadamu untuk kaubawa&" Nabi Musa men!awab, "$uhanku, aku tidak menemukan seseorang pun yang aku lebih baik darinya." $uhan lalu berfirman, "#emi keagungan-Ku dan kebesaran-Ku, sekiranya kamu datang kepadaku dengan membawa seseorang yang kamu pikir kamu lebih baik darinya, Aku akan hapuskan namamu dari daftar kenabian." Kata ana khairun minhu atau "Aku lebih baik dari dia" pertama kali diu'apkan oleh "blis untuk menun!ukkan ketakaburannya. $uhan menyuruhnya untuk su!ud kepada Adam as tapi "blis tidak mau. "a beralasan, "Aku lebih baik dari dia. Kau 'iptakan aku dari api dan Kau 'iptakan dia dari tanah." $akabur yang dilakukan oleh "blis pertama kali itu adalah takabur karena nasab, takabur karena keturunan. Menurut Al-(ha)ali, di antara beberapa faktor yang menyebabkan orang men!adi takabur dan berfikir, "Aku lebih baik dari dia," adalah nasab. "blis adalah tokoh takabur karena nasab yang paling awal. Kebanggaan atau kesombongan karena nasab ini pernah men!adi satu sistem dalam masyarakat feodal. *eodalisme adalah sistem kemasyarakatan yang membagi masyarakat berdasarkan keturunannya. Sebagian masyarakat disebut berdarah biru dan sebagian lagi berdarah merah. Ada sebuah buku yang dengan se'ara terperin'i mengkritik sebagian sayyid atau keturunan +asulullah saw yang merasa bahwa mereka lebih utama dari orang yang bukan sayyid. Sebagian sayyid itu berpendapat bahwa !ika ada orang bukan sayyid yang beramal saleh sebanyak-banyaknya, dera!atnya akan tetap lebih rendah dari seorang sayyid yang beramal maksiat. Menurut penulis buku tersebut, seorang sayyid yang berpendapat seperti itu pastilah seorang sayyid yang ahmaq atau tolol. #alam salah satu buku itu, ia memberikan 'ontoh sayyid yang berpikiran seperti itu sebagai orang yang takabur karena nasabnya. $ernyata, penulis buku itu pun adalah seorang sayyid. Namanya Al-Sayyid Abdul Husain Asghai.,

-enulis itu mengingatkan saya kepada "mam Ali .ainal Abidin as. "a pernah menangis terisak-isak di hadapan /aitullah. $hawus Al-%amani mendekatinya dan bertanya, "0ahai "mam, mengapa engkau harus beribadat seperti ini& /ukankah kakekmu +asulullah saw dan ibumu *athimah as&" 1alu "mam dengan marah men!awab, "2angan sebut-sebut di hadapanku ibuku dan kakekku, karena Allah swt akan memberikan surga kepada siapa sa!a yang taat kepada-Nya, walaupun ia adalah seorang budak dari Afrika. #an Allah akan memasukkan ke neraka siapa sa!a yang maksiat kepada-Nya walaupun ia adalah seorang sayyid dari bangsa 3uraisy." /erbangga sebagai keturunan +asulullah saw sa!a adalah suatu perbuatan takabur, apalagi berbangga sebagai keturunan bukan +asulullah saw. 4rang yang berbangga karena keturunannya yang bukan +asulullah saw adalah seperti orang miskin yang takabur. Hal itu bukan berarti orang kaya boleh takabur. 4rang kaya yang takabur pun akan dimasukkan ke neraka. Kehormatan dalam "slam tidak ditegakkan berdasarkan nasab. $uhan berfirman, 5Inn akramakum indallhi atqkum. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling takwa." 63S. Al-Hu!rat 78 9 -ernah pada suatu hari, seseorang datang kepada +asulullah saw dengan membanggakan nasabnya. #i kalangan masyarakat Arab waktu itu, kebanggaan suatu nasab didasarkan pada !umlah !asa yang dilakukan nasab itu. Karena itu, mereka sering menyebut-nyebut !asa orang tua mereka. 4rang itu memperkenalkan dirinya dengan menyebut silsilah orang tuanya sampai keturunan kesembilan. +asulullah saw hanya men!awab pendek, " Wa anta syiruhum fin nr. #an engkau, keturunan yang kesepuluh, di neraka." "a masuk neraka karena ketakaburannya. Ketika berhadapan dengan orang yang takabur karena nasabnya, yang membanggakan kehebatan orang tuanya, Sayidina Ali berkata, ":'apan kamu benar. $api alangkah !eleknya yang dilahirkan oleh orang tuamu." Al-(ha)ali membagi takabur kepada dua bagian. Pertama, takabur dalam urusan agama dan kedua, takabur dalam urusan dunia. $akabur dalam urusan agama dibagi lagi men!adi dua takabur karena ilmu dan takabur karena amal. Menurut Al-(ha)ali, yang banyak takabur karena ilmu adalah para ilmuwan, filusuf, dan ulama. Apa tanda-tanda orang yang takabur karena ilmunya& "a tidak mau mendengarkan nasihat dari orang yang lebih bodoh darinya. "a merasa dirinya paling pintar dan tidak memerlukan bantuan orang lain. #aniel (oleman, dalam bukunya Emotional Intelligence, men'eritakan kisah dua orang yang lulus bersamaan dari perguruan tinggi. Satu orang di antaranya luar biasa pintar dan lulus dengan nilai tertinggi sementara seorang yang lain lulus dengan nilai paspasan. #ua tahun kemudian, diselidiki nasib kedua orang itu. 4rang yang pintar itu ternyata menganggur sementara orang yang tidak pintar telah men!adi mana!er di sebuah perusahaan. Selidik punya selidik, ternyata orang pintar itu tidak tahan beker!a di satu tempat, karena dia tidak bisa beker!a sama dengan orang lain. "a merasa dirinya pintar sehingga tidak memerlukan bantuan orang lain. $akabur yang kedua di dalam urusan agama adalah takabur karena amal. 2ika seseorang banyak beramal, ia bisa men!adi sombong. #alam sebuah hadis diriwayatkan seseorang yang datang ke ma!elis Nabi. 4rang itu dipu!i para sahabat karena kebagusan ibadatnya. $api Nabi mengatakan, "Aku melihat bekas tamparan setan di wa!ahnya." Nabi

kemudian menyuruh sahabat membunuh orang itu. 4rang itu merasa amal dirinya paling baik di antara orang lain. #i waktu lain, +asulullah saw bersabda, "2ika ada seseorang yang berkata, ;Manusia ini semuanya sudah rusak,<6dan ia merasa bahwa hanya dirinya yang tidak rusak9 maka ketahuilah bahwa sesungguhnya dia yang paling rusak." Ada orang yang merasa amalnya sudah bagus sehingga dia merendahkan orang lain. Ada !uga orang yang merasa dirinya amat saleh dan segera menganggap rendah orang lain yang tidak salat ber!emaah di mas!id seperti dirinya. "a pun menge'am orang lain yang salatnya di!amak. 4rang-orang seperti itu termasuk orang yang takabur karena amalnya. Sayidina Ali menga!arkan kepada para pengikutnya, "Kalau kamu ber!umpa dengan orang yang lebih muda, berpikirlah dalam hatimu= -asti dosanya lebih sedikit dari dosaku. Kalau kamu ber!umpa dengan orang yang lebih tua, berpikirlah dalam hatimu= -asti amalnya lebih banyak dari amalku." Setiap orang pasti ada kelebihannya. Kita !uga punya kelebihan, tetapi hal itu tidak menyebabkan kita men!adi lebih mulia daripada orang lain. /egitu kita merasa diri kita lebih mulia dari orang lain dan ingin diperlakukan sebagai orang mulia se'ara diskriminatif, kita sudah !atuh kepada takabur. $akaburnya bisa karena ilmu atau karena amal. $akabur bagian kedua menurut Al-(ha)ali adalah takabur dalam urusan dunia. $akabur dalam urusan dunia disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, karena nasab, seperti telah di!elaskan di atas. Kedua, karena harta kekayaan. Ketiga, karena kekuasaan. Keempat, karena ke'antikan. Kelima, karena banyaknya anak buah dan pengikut. -enyakit yang terakhir ini biasanya diderita oleh para ulama. +asulullah saw bersabda, "$idak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat takabur walaupun hanya sebesar bi!i sawi." Kita dapat mengukur hati kita, apakah terdapat sebutir takabur atau tidak, dengan men!awab beberapa pertanyaan. -ertanyaanpertanyaan itu sebagai berikut= Ketika Anda masuk ke dalam sebuah ma!elis dan melihat kawan Anda yang setara dengan Anda duduk di tempat yang lebih mulia, sementara Anda duduk di tempat yang lebih rendah, apakah ada perasaan berat dalam diri Anda& Ketika Anda akan memilih menantu dan memperhatikan keturunan 'alon menantu itu, lalu ternyata keturunannya tidak sebanding dengan Anda, apakah Anda merasa berat menerimanya& Apakah Anda merasa berat menerima nasihat dari orang yang lebih rendah daripada Anda& Apakah Anda merasa berat untuk memakai pakaian yang !elek ketika menghadiri penga!ian& 2ika Anda men!awab "ya" untuk salah satu dari pertanyaan di atas, ketahuilah, Anda sudah !atuh ke dalam takabur. Saya akhiri tulisan ini dengan sebuah hadis. +asulullah saw bersabda, "-astilah orang yang takabur itu punya 'a'at dalam dirinya yang ia sembunyikan." Hadis itu saya kira sangat modern. Menurut -sikologi mutakhir, orang-orang yang arogan atau sombong di dunia ini sebetulnya adalah orang yang menderita 'a'at tertentu yang tidak kita ketahui dan mereka berusaha menutupinya. Kita dapat mengobati perasaan takabur dengan istighfar dan bersikap tawadhu. $idak ada obat bagi takabur selain bersikap rendah hati. +asulullah saw bersabda, "2ika kamu temukan di antara umatku orang yang bersikap tawadhu, maka hendaklah kamu bersikap lebih tawadhu lagi kepada mereka. #an apabila kamu temukan di antara umatku orang yang bersikap takabur, maka hendaklah kamu bersikap lebih takabur lagi kepada mereka."

Anda mungkin juga menyukai