Anda di halaman 1dari 11

Tugas : MK.

Rancangan Teknik RANCANGAN IRIGASI TAMAN BOLAK-BALIK

Oleh : 1. I PUTU AGUS OKA MAHENDRA 2. PUTU RIADI HANDIKA 3. PUTU WAHYU NIRMALA SARI 4. NI PUTU YULIASIH 5. NI PUTU DHARMAYANTI 6. NI MADE CISTA RESTITI SWARNA JAKTI 7. I WAYAN ADI GUNA 1111305016 1111305009 1111305020 1111305022 1111305023 1111305028 1111305029

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA 2013

BAB I PENDAHULUAN

3.1 Latar Belakang Irigasi adalah suatu sistem untuk mengairi suatu lahan dengan membendung sumber air atau dapat diartikan sebagai suatu usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang sistem pertanian. Sistem irigasi tersebut sudah dilakukan oleh manusia sejak zaman dahulu. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam pengairan lahan pertanian ataupun perkebunan terlebih jika wilayah tersebut mempunyai iklim dengan curah hujan yang tinggi. Sistem irigasi sudah mulai dikenal sejak peradaban Mesir Kuno yang

memanfaatkan Sungai Nil untuk pengairan pertanian mereka. Di Indonesia irigasi tradisional pun telah berlangsung sejak jaman nenek moyang. Hal tersebut dapat dilihat juga dalam cara pengairan dan bercocok tanam pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia yaitu dengan cara membendung sungai secara bergantian untuk dialirkan ke sawah-sawah. Cara lain untuk pengairan adalah mencari sumber air pegunungan dan dialirkan dengan bambu yang disambungankan da nada juga yang menggunakan cara dengan membawa ember yang terbuat dari daun pinang atau menimba dari kali yang dilemparkan ke sawah dengan ember daun pinang juga. Di dalam tulisan ini kami akan menuliskan tentang inovasi dari sistem irigasi bolak-balik pada taman dengan sistem penyimpanan dan pengeluaran(drenase). Sistem ini bisa dibuat di perkotaan dan di halaman yang luas, dengan debit air yang sesuai.

3.2 Sejarah dan Perkembangan Sistem Irigasi di Indonesia Sistem irigasi sudah mulai dikenal sejak peradaban Mesir Kuno yang

memanfaatkan Sungai Nil untuk pengairan pertanian mereka. Di Indonesia irigasi tradisional pun telah berlangsung sejak jaman nenek moyang. Hal tersebut dapat dilihat juga dalam cara pengairan dan bercocok tanam pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia yaitu dengan cara membendung sungai secara bergantian untuk dialirkan ke sawah-sawah. Cara lain untuk pengairan adalah mencari sumber air pegunungan dan dialirkan dengan bambu yang disambungankan da nada juga yang menggunakan cara dengan membawa ember yang terbuat dari daun pinang atau menimba dari kali yang dilemparkan ke sawah dengan ember daun pinang juga. Di Bali, irigasi juga sudah ada sebelum tahun 1343 M, hal ini terbukti dengan adanya sedahan atau disebut juga petugas yang melakukan koordinasi atas subak-subak dan mengurus pemungutan pajak atas tanah wilayahnya. Sedangkan pengertian subak sendiri adalah suatu masyarakat hukum adat di Bali yang bersifat sosio agraris relegius yang secara historis tumbuh dan berkembang sebagai suatu organisasi di bidang tata guna air di tingkat usaha tani. Menurut Hansen (1986) kegunaan dari Irigasi tetes adalah : a) Untuk menghemat penggunaan air tanaman. b) Mengurangi kehilangan air yang begitu cepat akibat penguapan dan infiltrasi. c) Membantu memenuhi kebutuhan air tanaman pada awal penanaman sehingga juga akan meningkatkan pemanfaatan unsur hara tanah oleh tanaman. d) Mengurangi stresing atau mempercepat adaptabilitas bibit sehingga meningkatkan keberhasilan tumbuh tanaman. e) Melakukan pemanenan air hujan lewat wadah irigasi tetes secara terbatas sehingga dapat digunakan tanaman.

Sistem irigasi tetes memang konsep pemanfaatan air tanaman yang belum populer Namun, sistem ini telah membumi di belahan bumi lain. Orang asing telah menginsyafi seberapa banyak porsi air minum yang bisa mengobati dahaga yang dirasakan tanaman. Tanaman diberi minum secukupnya. Jika kelebihan air, nutrisi yang mesti diserap tanaman bisa hanyut. Andai kebanyakan air pun batang tanaman bisa membusuk. Jadi, jangan menyiram tanaman sampai tampak seperti kebanjiran, Konsep taman kota maupun taman keluarga dianjurkan memakai sistem ini. Tanaman cukup ditetesi air sesuai porsi yang diperlukannya. Cara ini bukan hanya membantu tanaman tak sampai kelebihan mengonsumsi air. Sistem ini pun lebih bernilai ekonomis

( http://www.cybertokoh.com/mod.php) Sistem yang digunakan adalah dengan memakai pipa-pipa dan pada tempat-tempat tertentu diberi lubang untuk jalan keluarnya air menetes ke tanah. Perbedaan dengan sistem pancaran adalah besarnya tekanan pada pipa yang tidak begitu besar. Pemilihan jenis sistem irigasi sangat dipengaruhi oleh kondisi hidrologi, klimatologi, topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis tanaman, sosial ekonomi dan budaya, teknologi (sebagai masukan sistem irigasi) serta keluaran atau hasil yang akan diharapkan. Sedangkan cara pemberian air irigasi ini berdasarkan topografi, ketersediaan air, jenis pertimbangan lain. tergantung pada kondisi tanah, keadaan tanaman, iklim, kebiasaan petani dan Cara pemberian air irigasi yang termasuk dalam eara pemberian air lewat permukaan, dapat disebut antara lain : a) Wild flooding : air digenangkan pada suatu daerah yang luas pada waktu banjir cukup tinggi sehingga daerah akan eukup sempurna dalam pembasahannya, cara ini hanya cocok apabila eadangan dan ketersediaan air cukup banyak. b) Free flooding: daerah yang akan diairi dibagi dalam beberapa bagian, atau air dialirkan dari bagian yang tinggi ke bagian yang rendah. c) Check flooding : air dari tempat pengambilan (sumber air) dimasukkan ke dalam selokan, untuk kemudian dialirkan pada petak-petak yang kecil, keuntungan dari sistem ini adalah bahwa air tidak dialirkan pada daerah yang sudah diairi. d) Border strip method : daerah pengairan dibagi-bagi dalam luas yang keeil dengan galengan berukuran 10 x 100 m2 sampai 20 x 300 m2, air dialirkan ke dalam tiap petak melalui pintu-pintu. e) Zig-zig method: daerah pengairan dibagi dalam sejumlah petak berbentuk jajaran atau persegi panjang, tiap petak dibagi lagi dengan bantuan galengan dan air akan

mengalir melingkar sebelum meneapai lubang pengeluaran. Cara ini menjadi dasar dari pengenalan perkembangan teknik dan peralatan irigasi. f) Bazin method : cara ini biasa digunakan di perkebunan buah-buahan. Tiap bazin dibangun mengelilingi tiap pohon dan air dimasukkan ke dalarnnya melalui selokan lapangan seperti pada chek flooding. g) Furrow method : cara ini digunakan pada perkebunan bawang dan kentang serta buahbuahan lainnya. Tumbuhan tersebut ditanam pada tanah gundukan yang paralel dan diairi melalui lembah di antara gundukan.

BAB III PEMBAHASAN

2.1 Irigasi Taman Bolak-Balik Bila halaman rumah anda cukup luas, biasanya sebuah kolam bisa dikombinasikan dengan sebuah taman. Kombinasi ini akan menciptakan sinergi yang menarik. Selain akan memberi nuangsa alami, sebuah kolam akan seperti sebuah danau kecil, yang dikelilingi sebuah taman, seperti layaknya sebuah hutan. Kombinasi antara kolam ikan dengan taman ini sudah lama menjadi idaman semua orang. Sering halaman sempitpun dibuatkan kolam dan taman di atasnya. Namun pada sinergi yang baik, akan menghemat konsumsi air untuk pemeliharaan keduanya. Karena air kolam bisa digunakan untuk irigasi taman tersebut. Memang dibutuhkan pengaturan yang seideal mungkin, sehingga tidak perlu menggunakan energi tambahan untuk memindahkan air tersebut. Bahkan kalau bisa air mengalir dengan sendirinya. Yaitu dengan mengatur ketinggian di antara kedua kolam dan taman tersebut.Beberapa taman, bahkan disinergikan dengan kolam dan sumber air. Sehingga tidak ada energi yang terbuang, untuk melakukan sirkulasi air di antara ketiganya. Bahkan menghasilkan nilai tambah terhadap kesuburan tanah di taman tersebut.

Sinergi ini ada yang dilakukan pada sebuah peternakan ikan dengan sebuah kebun buah-buahan. Hasilnya sungguh diluar dugaan, bahkan menambah efisiensi dalam pemeliharan di antara keduanya. Karena air dari kolam bisa menjadi pupuk alami bagi perkebunan buah tersebut.

2.2 Kolam terletak lebih tinggi dari taman. Metode sistem terasering dalam pengaturan antara kolam dan taman bisa diterapkan disini. Kolam dibangun lebih tinggi dari taman tersebut. Kemudian sistem pembuangan dari kolam disambungkan dengan paralon kecil yang berlubang. Dan dipasang di jalur taman secara merata. Ada yang merubah paralon yang berlubang tadi dengan semprotan berputar di ujung paralon. Memang sedikit lebih mahal, namun memberikan hasil yang sama. Yaitu air kolam bisa digunakan untuk irigasi taman. Semakin besar tamannya akan memberi efisiensi dan penghematan yang lebih besar. Karena nilai otomatisasinya semakin tinggi dan bermanfaat. Meskipun perlu infrastruktur di awal yang cukup besar. 2.3 Otomatisasi irigasi taman. Sinergi antara taman dan kolam ini adalah simple otomatisasi irigasi taman. Dan banyak dikembangkan untuk sistem taman atau kebun yang lebih besar. Sistem otomatisasi ini diusahakan menghemat biaya pemeliharan, serta efisiensi waktu dan penggunaan air secara optimal. Karena bagaimanapun air begitu berguna atau sulit dicari saat musim kering. Ini sangat cocok diterapkan di daerah yang kekurangan air. Karena akan menghemat penggunaan air dalam distribusi, dan lebih berdaya guna. Kekurangannya memang terletak di awal instalasinya, karena akan memerlukan dana lebih besar dari sebuah kolam yang biasa. Namun bisa juga dibangun secara bertahap, dan dirangkai mengikuti perkembangan taman. Jadi tidak harus langsung membuat instalasi secara keseluruhan. Pada beberapa kasus membangun sistem irigasi secara bertahap, lebih berdaya guna.

Gambar irigasi taman bolak-balik Keterangan Gambar : A. B. C. D. E. F. G. Sumber air (kran) Kolam Penampungan Tangki penampungan penyaluran ke tanaman Selang penyiraman Tanaman sayuran Taman kecil Tangki tempat pembuangan air

Fungsi dari beberapa komponen : A. Sumber Air (keran ) memiliki fungsi sebagai saluran pengairan untuk penyiraman yang dilakukan dengan penyimpanan dalam kolam. B. Kolam Penampungan memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan air dari sumber air (kran) C. Tangki penampungan penyaluran ke tanaman memiliki fungsi sebagai penampungan ke dua yaitu untuk penyaluran ke tanaman. D. Selang penyiraman memiliki fungsi sebagai penghantar air dari penampungan air ke tanaman. E. Tanaman sayuran memiliki fungsi sebagai unsur utama dalam penyiraman (irigasi) F. Taman kecil memiliki fungsi sebagai tempat pembuangan air sekaligus untuk memutar air G. Tangki tempat pembuangan air memiliki fungsi sebagai tempat pembuangan air ( drenase) dan di dalamnya terdapat penyaring air.

Cara kerja dari sistem irigasi bolak balik : 1. Pertama air pada keran di alirkan ke bak penampungan pertama dari bak penampungan menuju ke tangki penampungan yang akan di pompa naik dengan menggunakan alat dan pipa. 2. Dari pipa air akan mengairi tanaman dari atas dan akan mengalir ke bawah mengikuti sistem dari penanaman.

3. Drenase atau pembuangan air akan di bawa ke taman mini yang bertujuan untuk penyiraman dan juga pemutaran air 4. Dari taman mini menuju ke penampuangan ke dua yang akan kembali ke kolam, air akan kembali ke posisi awal.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan, dimana perancangan alat irigasi taman bolak balik ini adalah bertujuan untuk menambahkan wawasan dan pemahaman dan berinovasi atau berkreasi lebih kreatif untuk mengasilkan alat yang lebih ugul dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

2013/02/air-kolam-untuk-irigasi-taman.html( diakses pada senin 25 november 2013) Herawati, Isni. (1989). Peralatan Produksi Tradisional dan Perkembangannya Di Derah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ( diakses pada senin 25 november 2013) Ahira, Anne. (2011). Sistem Irigasi di Indonesia. Tersedia http://www.anneahira.com/irigasi.htm ( diakses pada senin 25 november 2013)

Anda mungkin juga menyukai