Anda di halaman 1dari 15

HERNIA INGUINAL

A. Epidemiologi Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis dan 1% sebagai hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus ( Widjaja, H,2007). Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis ( Schwartz,edisi6 ). Tabel 1. Frekuensi relatif Hernia abdominal external 3 Tipe Hernia Epigastric Umbilical Insisional Inguinal Femoral Lain-lain (jarang) Insidens (%) 1 3 10 78 7 1

( HenryMM,Thompson JN,2005 )

B. Definisi Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal (Lewis,SM, 2003). Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000).

Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital ( Cecily L. Betz, 2004). Hernia Inguinalis adalah suatu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding yang dalam keadaan normal tertutup (Ignatavicus,dkk 2004). Klasifikasi hernia inguinalis, terdiridari 2 macamyaitu : 1. Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran spermatic melalui kanalis inguinalis (Lewis,SM, 2003). 2. Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di area yang mengalami kelemahan otot melalui trigonumhesselbach bukan melalui kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia (Ignatavicus,dkk 2004).

C. Etiologi Menurut Black,J dkk (2002).Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania: W.B Saunders, penyebab hernia inguinalis adalah : 1. Kelemahan otot dinding abdomen. Kelemahan jaringan Adanya daerah yang luas diligamen inguinal Trauma

2. Peningkatan tekanan intra abdominal. Obesitas Mengangkat benda berat Mengejan ( Konstipasi ) Kehamilan Batuk kronik Hipertropi prostate

3. Faktor resiko: kelainan congenital

D. Patofisiologi Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat

parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren (Oswari, E. 2000). Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).

Pathway

E. Tanda dan gejala 1. Penonjolan di daerah inguinal 2. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi. 3. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan distensi abdomen. 4. Terdengar bising usus pada benjolan 5. Kembung 6. Perubahan pola eliminasi BAB

7. Gelisah 8. Dehidrasi 9. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri atau mendorong.

F. Pemeriksaanpenunjang 1. Pemeriksaan Fisik Inspeksi daerah inguinal dan femoral

Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di daerah inguinal. Biasanya, impuls hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Suruhlah pasien memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.

Palpasi hernia inguinal

Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan pemeriksa didalam skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap keluar dan bantalan jari kedalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan. Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan kulit skrotum yang

cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak menimbulkan nyeri. Uraian tentang ciri-ciri hernia akan dibahas berikutnya. Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasa lebih nyaman. Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan dignosis hernia inguinal indirek.

Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.

2. Pemeriksaan darah Leukosit : peningkatan jumlah leukosit mengindikasikan adanya infeksi Hb : Hb yang rendah dapat mengarah pada anemia atau kehilangan darah Hematokrit : jika meningkat mengindikasikan adanya infeksi Urinalisa : BUN, ceratinin, munculnya bakteri mengindikasikan infeksi Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan

hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.

G. Komplikasi Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis. Sedangkan komplikasi operasi hernia dapat berupa cidera vena femoralis, nervus ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia geser. Nervus ilioinguinalis harus dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak, maka dapat timbul nyeri pada jaringan parut setelah jahitan dibuka. Komplikasi dini setelah operasi dapat pula terjadi, seperti hematoma, infeksi luka, bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi lama merupakan atrofi

testis karena lesi arteri spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis, dan yang paling penting, terjadinya residif (kekambuhan). Insiden dari residif begantung pada umur pasien, letak hernia, teknik yang digunakan dalam pembedahan dan cara melakukannya (Sjamsuhidajat, 1997, hal 718-719 ).

H. Penatalaksanaanmedis 1. Konservatif a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong. b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali. c. Celana penyangga d. Istirahat baring e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya

Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit. f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.

2. Pembedahan (Operatif) : a. Herniaplasty:memperkecil memperkuatbelakang. b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong. c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal. anulus inguinalis internus dan

I. Pengkajiankeperawatan Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi : 1). Sirkulasi

Gejala :riwayatmasalahjantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatanrisikopembentukantrombus).

2). Integritas ego Gejala :perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gayahidup. Tanda :tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan : stimulasi simpatis.

3). Makanan / cairan Gejala :insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) malnutrisi (termasukobesitas); membrane mukosa yang kering (pembatasan

pemasukkan / periode puasa praoperasi).

4). Pernapasan Gejala :infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

5). Keamanan Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan Defisiensi immune (peningkatan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) Munculnya kanker; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi, riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi), Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse. Tanda: menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

6). Penyuluhan / Pembelajaran Gejala: pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, anti hipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, anti inflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan jugaobat yang dijual bebas, atauobatobatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pascaoperasi).

J. Diagnosa yang mungkinmuncul

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik 2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, lika post pembedahan

K. Rencanakeperawatan No Diagnosa Dx keperawatan 1 Nyeri akut b.d agen injuri fisik:insisi bedah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat mengetahui tingkatan nyeri dengan indicator : - melaporkan adanya nyeri -observasi non verbal dari - luas bagian tubuh yang terpengaruh, frekuensi nyeri - ekspresi nyeri pada wajah -pilih dan lakukan penanganan - Pernyataan nyeri - perubahan RR, nadi, TD Paint control nyeri ( farmakologi, non farmakologi, interpersonal ) Ajarkan tentang tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien -berikan analgetik untuk mengurangi nyeri -kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri ( suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan ) ketidaknyamanan -lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif ( lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, factor presipitasi ) Paint level Manajemen nyeri : Definisi : mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat nyeri yang dirasakan pasien Intervensi : NOC NIC

dapat mengontrol nyeri dengan indicator :

-evaluasi keefektifan control nyeri -tingkatkan istirahat

-mengenali factor penyebab,lamanya sakit -menggunakan metode non analgetik untuk mengurangi nyeri -menggunakan analgetik sesuai kebutuhan -mencari bantuan tenaga kesehatan -mwlaporkan gejala pada tenaga kesehatan -melaporkan nyeri sudah terkontrol Analgetik administration Definisi :penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi atau menghentikan nyeri -tentukan lokasi,karakteristik,kualitas, derajat nyeri sebelum pemberian obat -cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, rute dan frekuensi -tentukan analgetik pilihan,rute pemberian, dosis optimal Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri -berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat -evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala ( efek samping ) -kolaborasikan dengan dokter jika keluhan dan tindakan tidak berhasil

No

Diagnosa

NOC

NIC

DX keperawatan 2 Reasiko infeksi b.d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam status kekebalan pasien meningkat dengan indicator : -tidak didapatkan infeksi berulang -tidak didapatkan tumor -status respirasi sesuai yang diharapkan -tingkatkan intake nutrisi -temperatur badan sesuai yang diharapkan -observasi dan laporkan -integritas kulit -integritasmukosa -kaji warna kulit, turgor, -WBC absolute dbn Knowledge : infection control -pastikan tehnik aseptic pada Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mengetahui cara mengontrol infeksi dengan indicator : -berikan antibiotic sesuai -mendiskripsikan proses penularan penyakit, factor aturan -pastikan tehnik perawatan luka yang tepat iv line tekstur -ganti iv line sesuai aturan tanda, gejala infeksi ( kemerahan, panas, nyeri ) dan cairan Imune status Control infeksi : Intervensi : -pertahankan tehnik isolasi -batasi pengunjung Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan -gunakan universal precaution dan gunakan sarung tangan selama kontak dengan kulit yang tak utuh

yang mempengaruhi proses penularan penyakit -mendiskripsikan tindakan yang dapat dilakukan untuk pencegahan penularan penyakit -mendiskripsikan penatalaksanaan lengkap/tepat untuk infeksi

-ajari pasien dan keluarga tanda dan gjala infeksi,jika terjadi melaporkan pada perawat -ajarkan klien dan keluarga bagaimana mencegah infeksi Proteksi infeksi

Intervensi : -memeonitor tanda dan gejala infeksi -monitor hitung granulosit, WBC -monitor kerentanan terhadap infeksi -batasi pengunjung

DaftarPustaka

1. Barbara Engram.(1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah.Jakarta: EGC. 2. Doenges, Marilynn E.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, ed.3.Jakarta: EGC. 3. Griffith H. Winter.(1994). BukuPintarKesehatan. Jakarta: EGC. 4. Henry MM, Thompson JN. (2005). Principles of Surgery, 2nd edition,Elsevier. 5. Lynda Juallcarpernito.(1995). Rencana Asuhan keperawatan dan Dokumentasi keperawatan. Jakarta: EGC. 6. Nettina, S.M.(2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC. 7. Oswari, E. (2000). Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI. 8. Schwartz, Shires, Spencer.Intisari Prinsip-prinsip IlmuBedah, Edisi 6. Jakarta: EGC, Hal : 509 517. 9. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar IlmuBedah, edisi 2. Jakarta : EGC. 10. W.A. Dorland Newman. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. 11. Widjaja, H. (2007). Anatomi abdomen.Jakarta: EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT II HERNIA INGUINALIS ICU RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

Penyusun :

LENNA ANUGRAHENI 321008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL AHMAD YANI YOGYAKARTA 2013

LEMBAR PENGESAHAN

LaporanPendahuluanPraktikKeperawatanGawatDarurat II AsuhanKeperawatanpadaPasiendengan Post Op Hernia Inguinalis di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD PanembahanSenopatiBantul Yogyakarta yang telah disahkan olehPembimbing.

Yogyakarta,Desember2013

Mahasiswa

(LennaAnugraheni) 3210081

Mengetahui :

PembimbingAkademik

PembimbingKlinik (CI)

(Dwi Kartika Rukmin, S.Kep,.Ns.,Sp.KMB)

(Sihono, S.Kep )

Anda mungkin juga menyukai