Anda di halaman 1dari 3

Imunologi Virus

A. Struktur virus Struktur virus terdiri atas kapsid yang melindungi bahan genetik. Bahan genetik dan kapsid disebut nukleokapsel peran kapsid adalah melindungi bahan genetik virus terhadap nuklease asal pejamu. Kapsid terdiri atas subunit protein yang dijadikan bentuk sederhana dan khas berbentuk kerucut heliks, isometrik, atau berbentuk kerucut dengan kekecualian kapsid virus pox yang memiliki struktur yang lebih kompleks (gambar 208). Struktur virus dari famili berbeda dibagi dalan 2 golongan atas dasar adanya envelope atau tidak dan RNA atau DNA, double stranded (ds)atau single stranded (ss). Pada beberapa virus, kapsid diselubungi oleh lapisan ganda fosfolipid yang diperoleh dari sel pejamu bila virus membentuk budding. Envelop memberikan proteksi terhadap protease. Envelop virus dapat berasal dari sitoplasma atau membran nuklear sel pejamu. Replikasi virus herpes terjadi dalam nukleus tetapi nukleokaspid dibentuk atau diasembel di luar nukleus. Bila virus melepaskan diri dari sel, akan membentuk envelop. Pada beberapa virus, protein sel pejamu ditemukan pada permukaan envelop virus (gambar 209). A. Antigen envelop virus dapat dijadikan sasaran antibodi yang dapat mencegah infeksi pejamu atau memacu pembunuhan virus bebas dengan bantuan komplemen. B. Infeksi virus sel pejamu oleh virus akan menimbulkan produksi protein virus dalam sel terinfeksi. Beberapa dari protein virus tersebut diproses dan dipresentasikan ke sel ToCTC melalui MHC-1. C. Infeksi dapat juga menginduksi produksi berlebihan protein pejamu seperti protein respon stres atau mengubah produksi atau peptide yang diikat MHC-1 yang mengakibatkan matinya sel terinfeksi oleh sel Tc dan sel NK. D. Akhirnya, protein envelop virus diekspresikan pada membran sel yang terinfeksi sehingga sel menjadi sasaran ADCC atau dihancurkan melalui bantuan komplemen. Virus merupakan organisme obligat, umumnya terdiri atas potongan DNA atau RNA yang diselubungi mantel dari protein atau lipoprotein. Respon imun terhadap protein virus melibatkan sel T dan juga sel B. antigen virus yang menginduksi antibodi yang dapat menetralisasi virus dan sel T sitotoksik yang spesifik merupakan imunitas paling efisien terhadap imunitas proteksi. Virus merupakan obligat intraselular yang berkembang biak di dalam sel, sering menggunakan mesin sintesis asam nukleat dan protein pejamu. Dengan reseptor permukaan sel, virus masuk ke dalan sel dan dapat menimbulkan kerusakan sel dan penyakit melalui berbagai mekanisme. Hal tersebut disebabkan oleh replikasi virus yang menggangu sintesis protein dan fungsi sel normal serta

efek sitopatik virus.Virus nonsitopatik dapat menimbulkan infeksi laten dan DNA virus menetap dalam sel pejamu dan memproduksi protein yang dapat atau tidak mengganggu fungsi sel.

B. Imunitas non spesifik Prinsip mekanisme imunitas non-spesifik terhadap virus adalah mencegah infeksi. Efektor yang berperan adalah IFN tipe I dan sel NK yang membunuh sel terinfeksi. Infeksi banyak virus disertai produksi RNA yang merangsang sel terinfeksi untuk sekresi IFN tipe I, mungkin melalui ikatan dengan reseptor Tall-like. IFN tipe I mencegah replikasi virus dalam sel terinfeksi dan sel sekitarnya yang menginduksidat sel sekitarnya yang menginduksi milion anti-viral. Antibodi menempel ke virus, mencegah virus masuk ke dalam sel dan sekaligus merupakan opsonin untuk fagositosis. IFN- dan IFN- mencegah replikasi virus dalam sel yang terinfeksi. Sel NK membunuh sel yang terinfeksi oleh berbagai jenis virus dan merupakan efektor imunitas penting terhadap infeksi dini virus, sebelum respons imun spesifik berkembang. Sel NK mengenal sel terinfeksi yang tidak mengekspresikan MHC-I. Untuk membunuh virus sel NK tidak memerlukan bantuan molekul MHC-I. Sel Tc membunuh virus melalui peptida yang dipresentasikan sel terinfeksi dengan bantuan molekul MHC-I. (gambar 210). C. Imunitas spesifik 1. Imunitas humoral Antibodi merupakan efektor dalam imunitas spesifik humoral terhadap infeksi virus. Antibodi diproduksi dan hanya efektif terhadap virus dalam fase ekstraselular. Virus dapat ditemukan ekstra-selular pada awal infeksi sebelum masuk ke dalan sel atau khusus untuk virus sitopatik, bila virus dilepas oleh sel terinfeksi yang dihancurkan. Antibodi dapat menetralisasi virus, mencegah virus menempel pada sel dan masuk ke dalam sel pejamu. Antibodi berikatan dengan envelop virus atau antigen kapsid. IgA yang disekresi di mukosa berperan terhadap virus yang masuk tubuh melalui mukosa saluran nafas dan cerna. Imunisasi oral terhadap virus polio bekerja untuk menginduksi imunitas mukosa tersebut. Antibodi juga dapat berperan sebagai opsonin yang meningkatkan eliminasi partikel virus oleh fagosit. Aktivasi komplemen juga ikut berperan dalam meningkatkan fagositosis dan mungkin juga menghancurkan virus dengan envelop lipid secara langsung. 2. Imunitas selular Eliminasi virus yang menetap di dalam sel diperankan oleh sel CD8+ /CTL yang membunuh sel terinfeksi. FUngsi fisiologik utama CTL ialah pemantauan terhadap infeksi virus. Kebanyakan CTL yang spesifik untuk virus berupa CD8+ yang mengenal antigen virus yang sudah dicerna

dalam sitosol, biasanya disintesis endogen yang berhubungan dengan MHC-I untuk setiap sel yang bernukleus. Untuk diferensiasi penuh, CD8+ memerlukan sitokin yang diproduksi sel helper CD4+ atau kostimulator yang diekspresikan pada sel terinfeksi. Bila sel terinfeksi adalah sel jaringan dan bukan APC, sel terinfeksi dapat dimakan oleh APC profesional seperti sel dendritik yang selanjutnya memproses antigen virus dan mempresentasikannya ke sel CD8+. Selanjutnya sel CD8+ berproliferasi secara pasif selama infeksi virus dan kebanyakan sel yang berproliferasi adalah spesifik untuk beberapa peptida virus. Sel T yang diaktifkan berdiferensiasi menjadi sel CTL efektor yang dapat membunuh setiap sel terinfeksi. Mekanisme lain terjadi melalui aktivasi nuklease dalam sel terinfeksi yang menghancurkan genom virus dan sekresi sitokin seperti IFN- yang memiliki aktivitas antivirus (gambar 211).

Anda mungkin juga menyukai