Pada saat kita mendefinisikan objek yang tersimpan di database MySQL seperti stored procedure, trigger maupun function, ada problem yang akan muncul yaitu penggunaan titik koma ( ; ) pada statement SQL yang merupakan bagian dari objek tersebut. Kenapa begitu ? Karena MySQL secara default menganggap titik koma ( ; ) sebagai delimiter / pembatas akhir dari suatu perintah / statement. Akhirnya pembuatan objek yang memiliki beberapa statement tidak akan berjalan sempurna karena "berhenti di tengah jalan". Solusi terhadap masalah di atas adalah menggunakan delimiter selain tanda titik koma ( ; ) misalkan dengan garis pipa ( | ). Penggunaannya sangat sederhana, sebelum mendefinisikan objek tersebut kita gunakan statement "DELIMITER" diikuti tanda pemisah baru. Setelah di akhir pendefinisian kita kembalikan delimiter lagi kepada tanda titik koma. Contoh Penggunaan :
1. DELIMITER | 2. 3. CREATE TRIGGER hapus_tr_penjualan AFTER DELETE 4. ON tr_penjualan FOR EACH ROW 5. BEGIN 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. END; 27. 28. | 29. ); ) VALUES ( OLD.tgl_transaksi, OLD.kode_cabang, OLD.kode_kasir, OLD.kode_item, OLD.kode_produk, OLD.jumlah_pembelian, SYSDATE(), CURRENT_USER INSERT INTO tr_penjualan_hapus ( tgl_transaksi, kode_cabang, kode_kasir, kode_item, kode_produk, jumlah_pembelian, tgl_perubahan, nama_user
30. DELIMITER ;
Keterangan Contoh : Terlihat pada baris 1 delimiter / pemisah tanda garis pipa ( | ) digunakan sebelum pendefinisian trigger "hapus_tr_penjualan". Dan setelah pendefinisian selesai dilakukan maka tanda titik koma dikembalikan sebagai delimiter seperti terlihat pada baris 30.
Pendahuluan
Trigger adalah suatu objek database yang merupakan aksi atau prosedur yang dilakukan jika terjadi perubahan pada row data suatu table. Trigger tidak dapat menjadi bagian dari temporary table atau view. Beberapa contoh penggunaan trigger yang sangat berguna adalah jika kita ingin melakukan kalkulasi tertentu yang tidak perlu "diketahui" aplikasi luar, mencatat aktivitas operasi table misalkan untuk kepentingan change data capture (CDC), dan lain-lain.
Pembuatan Trigger
Kita dapat membuat trigger dengan perintah CREATE TRIGGER. Berikut adalah syntax lengkapnya :
CREATE [DEFINER = { user | CURRENT_USER }] TRIGGER trigger_name trigger_time trigger_event ON tbl_name FOR EACH ROW trigger_body
Keterangan :
trigger_name : nama trigger. trigger_time : kapan kita mengeksekusi trigger, apakah sebelum atau sesudah perubahan pada row data table. Jadi pilihannya adalah AFTER atau BEFORE. trigger_event : merupakan event atau peristiwa yang menyebabkan trigger dilakukan. Pilihan event tersebut adalah INSERT, UPDATE, DELETE. tbl_name : nama table. trigger_body : statement-statement perintah SQL yang akan dilakukan. Jika perintahnya lebih dari satu maka gunakan dalam blok statement BEGIN ... END.
Jika DEFINER dispesifikasikan maka kita memutuskan trigger tersebut dijalankan hanya oleh user tertentu (dalam format penulisan user@host). Jika tidak dispesifikasikan, maka user yang melakukan perubahan (CURRENT_USER) adalah pilihan default.
Referensi "OLD" dan "NEW" Karena trigger digunakan pada saat terjadi perubahan row data, maka kita perlu referensi ke row sebelum dan sesudah perubahan. Untuk ini ada dua alias yang berfungsi untuk hal tersebut yaitu OLD dan NEW. Sesuai namanya, OLD digunakan untuk referensi sebelum perubahan dan NEW untuk referensi sesudah perubahan.
Berikut adalah contoh penggunaan trigger untuk event setelah penghapusan (AFTER DELETE) pada table "tr_penjualan" - database phi_minimart. Langkah yang akan kita lakukan adalah sebagai berikut : 1. Kita akan membuat satu table audit dengan nama "tr_penjualan_hapus" yang berisi row-row yang dihapus dari table "tr_penjualan" dengan tambahan dua field, yaitu tanggal penghapusan (tgl_perubahan) dan user MySQL yang melakukan hal tersebut (nama_user). Berikut adalah perintahnya : USE phi_minimart; CREATE TABLE `tr_penjualan_hapus` LIKE `tr_penjualan`; ALTER TABLE `tr_penjualan_hapus` ADD ( `tgl_perubahan` DATETIME, `nama_user` VARCHAR(200) );
2. Tahap berikutnya adalah membuat trigger yang akan melakukan populasi data yang dihapus dari "tr_penjualan" ke table "tr_penjualan_hapus". Berikut adalah perintahnya : DELIMITER |
CREATE TRIGGER hapus_tr_penjualan AFTER DELETE ON tr_penjualan FOR EACH ROW BEGIN INSERT INTO tr_penjualan_hapus ( tgl_transaksi, kode_cabang, kode_kasir, kode_item, kode_produk, jumlah_pembelian, tgl_perubahan, nama_user ) VALUES ( OLD.tgl_transaksi, OLD.kode_cabang, OLD.kode_kasir, OLD.kode_item, OLD.kode_produk, OLD.jumlah_pembelian, SYSDATE(), CURRENT_USER ); END; | DELIMITER ;
3. Setelah trigger di atas kita buat, sekarang saatnya kita melakukan pengujian. Coba hapus tiga row data dari table "tr_penjualan" dan lihat efeknya di table "tr_penjualan_hapus". Jalankan perintah berikut : DELETE FROM tr_penjualan LIMIT 3; SELECT * FROM tr_penjualan_hapus;
Terlihat pada gambar di atas 3 row yang dihapus telah "pindah" ke table "tr_penjualan_hapus" dengan tambahan informasi waktu penghapusan dan user yang menghapus. 4. Selesai.
Sama seperti daftar isi pada sebuah buku, index terutama digunakan untuk mempercepat pencarian terhadap suatu set data dengan kondisi tertentu - yang melibatkan kombinasi field yang sudah didefinisikan dalam suatu index.
Tanpa index, pencarian data biasanya akan memakan waktu lama, terutama jika data sudah dalam skala jumlah yang sangat besar.
CREATE [UNIQUE|FULLTEXT|SPATIAL] INDEX index_name [index_type] ON tbl_name (index_col_name,...) [index_type] index_col_name: col_name [(length)] [ASC | DESC] index_type: USING {BTREE | HASH}
Table "tr_penjualan" pada database "phi-minimart" memiliki sekitar 400 ribu baris data. Dan jika kita perhatikan struktur table tersebut, terdapat banyak foreign key yang jika dilakukan join ke master table akan cukup lambat.
Sebagai gambaran, coba lakukan eksekusi join antara table "tr_penjualan", "ms_produk" dan "ms_cabang" dengan perintah SQL berikut:
SELECT t1.*, m1.nama_produk, m2.nama_cabang FROM tr_penjualan t1 JOIN ms_produk JOIN ms_cabang LIMIT 0, 1000000; m1 ON t1.kode_produk = m1.kode_produk m2 ON t1.kode_cabang = m2.kode_cabang
dan perhatikan waktu eksekusi dan pengembalian hasilnya. Berikut adalah hasil catatan waktu yang saya dapat dalam 3 kali eksekusi dengan SQLYog :
Eksekusi 2
Eksekusi 3
Sekarang mari kita lakukan index pada dua kolom join pada table "tr_penjualan" tersebut, yaitu "kode_produk" dan "kode_cabang" denga perintah SQL berikut ini :
Sekarang eksekusi kembali perintah "Select..." di atas dan lihat hasil catatan waktunya. Berikut adalah catatan waktu yang saya dapatkan untuk 3 kali eksekusi.
Eksekusi 2
Total Time
: 00:00:08:062
Eksekusi 3
Pertama kita hapus kembali index yang sudah kita buat di atas dengan perintah berikut ini :
Setelah itu, coba lakukan perintah update berikut ini dimana kita akan memberikan nilai baru ke kolom "jumlah_pembelian" untuk produk apel, kentang, nangka di semua cabang PHI.
UPDATE tr_penjualan t1, ms_produk SET t1.jumlah_pembelian = 2 * t1.jumlah_pembelian WHERE t1.kode_produk = m1.kode_produk AND t1.kode_cabang = m2.kode_cabang AND ( m1.nama_produk = 'apel
m1, ms_cabang
m2
kg' OR
1 1
kg' OR kg'
Catat waktu eksekusi dari perintah tersebut setelah selesai dilakukan. Berikut ini adalah 3 kali catatan waktu hasil eksekusi tanpa index.
Eksekusi 2
Eksekusi 3
Dan sekarang, coba buat lagi index untuk kedua kolom sama dengan perintah sebelumnya.
Tunggu beberapa saat sampai dengan selesai. Jika sudah, coba lakukan kembali perintah update di atas. Apakah catatan waktu menunjukkan hasil yang lebih baik ?
Sebagai perbandingan kembali, berikut adalah 3 kali hasil pencatatan waktu eksekusi perintah update setelah dilakukan index. Terlihat hasil yang jauh lebih baik.
Eksekusi 2
Eksekusi 3
Kesimpulan
Dengan contoh pembuatan index dan efektivitasnya pada kedua contoh dengan "Select" dan "Update" terlihat penggunaan index berperan signifikan dalam meningkatkan performa jika terjadi join, lookup atau pencarian data referensi. Dengan demikian, biasakan gunakan index terutama untuk foreign key yang digunakan untuk join ke table lain dari table Anda.
Pendahuluan
Stored procedure adalah salah satu objek routine yang tersimpan pada database MySQL dan dapat digunakan untuk menggantikan berbagai kumpulan perintah yang sering kita gunakan, seperti misalkan sejumlah row ke table lain dengan filter tertentu. Stored procedure sangat berguna ketika kita tidak ingin user mengakses table secara langsung, atau dengan kata lain membatasi hak akses user dan mencatat operasi yang dilakukan. Dengan demikian resiko kebocoran dan kerusakan data dapat lebih diminalisir.
Contoh Penggunaan
Berikut adalah contoh pembuatan dan penggunaan stored procedure untuk menghapus data berdasarkan "kode produk" untuk tiga table yaitu table "ms_produk", "ms_harga_harian", dan "tr_penjualan".
1. Buatlah satu stored procedure dengan nama HapusProduk, dengan satu argumen yaitu kode_produk_param bertipe teks (varchar) dengan perintah berikut :
DELIMITER | CREATE PROCEDURE HapusProduk(IN kode_produk_param VAR CHAR(12)) BEGIN DELETE FROM ms_produk WHERE kode_produk = kode_produ k_param; DELETE FROM ms_harga_harian WHERE kode_produk = kode _produk_param; DELETE FROM tr_penjualan WHERE kode_produk = kode_pr oduk_param; END; | DELIMITER ;
2. Setelah selesai dieksekusi, pastikan stored procedure tersebut sudah terbentuk di database kita.
3. Sebelum kita mengeksekusi stored procedure tersebut. Kita coba lihat hasil query untuk produk "PROD-0000002" untuk ketiga table yang disebutkan di atas. Ini untuk memastikan adanya row untuk produk tersebut.
4. Sekarang coba panggil stored procedure HapusProduk dengan parameter "PROD0000002" dan tunggu beberapa saat sampai eksekusi selesai. CALL HapusProduk('PROD-0000002');
5. Coba lakukan kembali perintah pada point no. 3 dan terlihat bahwa sudah tidak terdapat data untuk produk "PROD-0000002" pada ketiga table tersebut.
6. Selesai
AND ms_produk.kode_produk = target_penjualan.kode_produk atau SELECT * FROM ms_produk JOIN tr_penjualan ON ms_produk.kode_produk = tr_penjualan.kode_produk JOIN target_penjualan ON ms_produk.kode_produk = target_penjualan.kode_produk
Dan jika menggunakan agregasi function seperti SUM akan seperti ini : SELECT ms_produk.kode_produk, SUM(jumlah_pembelian) AS jumlah, SUM(nilai_target_penjualan) AS nilaitarget FROM ms_produk JOIN tr_penjualan ON ms_produk.kode_produk = tr_penjualan.kode_produk JOIN target_penjualan ON ms_produk.kode_produk = target_penjualan.kode_produk GROUP BY ms_produk.kode_produk
Konstruksi ini jelas salah karena JOIN akan menghasilkan kombinasi perkalian dari table-table yang terlibat. Dan karena hubungan antar kedua table transaksi adalah many to many Ini akan mengakibatkan "distorsi" nilai. Kecuali jika masing-masing JOIN digrouping terlebih dahulu dengan level yang sama dan menghasilkan unique row untuk tiap grouping.
Untuk selection, jumlah kolom dan tipe data dari table-table yang digabung harus sama. Contoh : SELECT tr_penjualan.kode_produk, tr_penjualan.jumlah_pembelian, NULL AS nilai_target_penjualan
FROM
ms_produk, tr_penjualan ms_produk.kode_produk = tr_penjualan.kode_produk NULL AS jumlah_pembelian, nilai_target_penjualan ms_produk, target_penjualan ms_produk.kode_produk = target_penjualan.kode_produk
SELECT t1.kode_produk, t1.nama_produk, SUM(t1.jumlah_pembelian) AS jumlah, SUM(t1.nilai_target_penjualan) AS target (SELECT tr_penjualan.kode_produk, ms_produk.nama_produk, tr_penjualan.jumlah_pembelian, NULL AS nilai_target_penjualan FROM ms_produk, tr_penjualan ms_produk.kode_produk = tr_penjualan.kode_produk UNION SELECT target_penjualan.kode_produk, ms_produk.nama_produk, NULL AS jumlah_pembelian, nilai_target_penjualan FROM ms_produk, target_penjualan
FROM
WHERE
Pendahuluan
View adalah perintah query yang disimpan pada database dengan suatu nama tertentu, sehingga bisa digunakan setiap saat untuk melihat data tanpa menuliskan ulang query tersebut. Syntax dasar perintah untuk membuat view adalah sebagai berikut :
Contoh Penggunaan
Kita akan membuat view dari relasi antara table "ms_harga_harian", "ms_cabang" dan "ms_produk" dari database phi-minimart dengan nama "view_harga". Perintahnya adalah sebagai berikut :
CREATE VIEW view_harga AS SELECT m1.kode_produk, m2.nama_produk, m1.kode_cabang, m3.nama_cabang, m1.tgl_berlaku, m1.harga_berlaku_cabang FROM ms_harga_harian m1 JOIN ms_produk m2 ON m1.kode_produk = m2.kode_produk JOIN ms_cabang m3 ON m1.kode_cabang = m3.kode_cabang;
Eksekusi perintah berikut untuk memastikan view telah dibuat : SELECT * FROM information_schema.views WHERE table_name = 'view_ harga';
Auto increment field pada MySQL adalah suatu tipe field integer yang secara otomatis akan bertambah nilainya jika terjadi penambahan row pada table dimana field tersebut berada. Otomatis disini artinya pada saat kita memasukkan data baik melalui stement INSERT maupun melalui mekanisme data access lainnya, field tersebut tidak perlu dimasukkan nilainya atau cukup diberi nilai NULL, maka MySQL akan menentukan sendiri nilai apa yang akan diberikan sebagai akibat penambahan baris data tersebut.
field tersebut harus didefinisikan sebagai primary key. menambahkan keyword AUTO_INCREMENT pada definisi field. harus bertipe numerik (TINYINT, INT, FLOAT, DECIMAL, dan lain-lain). hanya boleh ada satu field auto increment pada suatu table, tidak bisa lebih.
Sebagai contoh, berikut adalah definisi auto increment field dengan nama kode-transaksi : kode_transaksi INT NOT NULL AUTO_INCREMENT KEY
INSERT INTO table_ai(deskripsi) VALUES ('deskripsi 1'); INSERT INTO table_ai(deskripsi) VALUES ('deskripsi 2'); SELECT * FROM table_ai;
Hasil eksekusinya terlihat pada gambar berikut di bawah ini.
INSERT INTO table_ai(kode_transaksi, deskripsi) VALUES (N ULL,'deskripsi 3'); SELECT * FROM table_ai;
Dan berikut adalah hasil eksekusi dari perintah tersebut.
ALTER TABLE tr_penjualan ADD kode_transaksi MEDIUMINT NOT NULL A UTO_INCREMENT KEY; Berikut adalah isi data pada table tr_penjualan setelah eksekusi perintah tersebut di atas.
Merubah Field menjadi Auto Increment Ada kalanya field yang sudah kita definisikan sebelumnya ingin kita rubah menjadi auto increment dengan melihat efektivitasnya yang lebih baik sebagai unique identifier yang automate. Sebagai contoh, misalkan kita memiliki suatu table dengan nama "suppliers" dan kita memiliki field "supplier_id" yang bertipe integer dan ingin kita rubah sebagai auto_increment maka perintahnya adalah sebagai berikut. ALTER TABLE suppliers MODIFY COLUMN supplier_id INT NOT NULL AUT O_INCREMENT KEY;
Penutup
Auto increment field merupakan suatu tipe data numerik yang mengisi nilainya secara otomatis secara incremental atau bertambah terus. Pada artikel ini telah ditunjukkan bagaimana kita mendefinisikan field tersebut dalam tiga skenario, yaitu :
pada saat pembuatan table baru. sebagai field tambahan pada table yang sudah ada. melakukan konversi field yang sudah ada menjadi auto increment.
Jika kita eksplorasi dan analisa lebih lanjut maka tipe field ini sangat berguna terutama untuk table yang perlu dikenali secara unik namun sebelumnya tidak memiliki key yang bisa
digunakan untuk tujuan tersebut. Demikian artikel mengenai auto increment field ini kami buat, semoga bisa bermanfaat banyak bagi Anda sebagai pengunjung situs ini.
kita mengambil suatu kode transaksi yang kita anggap tidak valid. dari kode transaksi yang sudah kita ketahui tersebut kita masukkan data ke suatu audit table. kemudian kita hapus data transaksi dari header maupun detilnya, atau .. kita rubah saja data transaksi tersebut dengan status "tidak valid"
Bagaimana kita melakukan hal tersebut ? Jika Anda terbayang menggunakan subquery untuk melakukan hal tersebut tentunya akan sangat memberatkan server MySQL sendiri karena perlu banyak cache. Solusinya adalah dengan menggunakan variable yang berfungsi sebagai "pengingat" nilai tersebut dan dapat direferensikan dengan suatu nama di statement-statement berikutnya yang independen. Tetapi ini tentunya hanya dalam satu sesi koneksi yang sama. Penamaan variable pada sql memiliki prefix @, artinya setiap nama variable diawali dengan simbol @ diikuti nama variable. Sebagai contoh : @var1, @kode_transaksi, @nilai_awal, dan lain-lain.
Inisialisasi Variable
Inisialisasi variable pada MySQL dapat dilakukan dengan penggunaan perintah SET dan dalam konstruksi perintah lainnya seperti SELECT, syntax dan perbedaannya adalah sebagai berikut :
SET digunakan untuk inisialisasi variable dengan satu nilai pada suatu waktu dengan penggunaan operator assignment " = " atau " := ". Syntax :
SET @namavar1 = nilai [, @namavar2 = nilai2 [, @namavar = nilai3] ] ; atau
Contoh :
o o o
SET @kolom_pertama = 'kode_produk'; SET @nilai1 = 10, @nilai2 = 20, @kolom = "nilai_penjua lan"; dan seterusnya
SELECT digunakan untuk inisialisasi variable dengan operator assignment " := " dan mengisi variable dengan nilai lain sesuai iterasi hasil row dari eksekusi query. Operator " = " pada statement ini dianggap sebagai operator pembanding nilai (value omparison). Syntax : SELECT @namavar1 := nilai [, @namavar2 := nilai2 [, @nam avar := nilai3] ] ;
Contoh :
o o o
SELECT @nilai1 := 10, @nilai2 := 20, @kolom := "nilai_ penjualan"; SELECT @nilai1 from (SELECT @nilai1 := 20) T; dan seterusnya
Jika terdapat daftar variable dengan pemisah koma. Maka operasi variable di depan akan didahulukan dan memberi efek kepada variable di belakangnya. Contoh : o SET @nilai := 10; SELECT @nilai, @nilai := 20; -Hasilnya 10, 20 o SET @nilai := 10; SELECT @nilai := 10, @nilai; -Hasilnya 10, 10
Jika operasi variable terdapat subquery maka operasi tersebut akan terjadi terlebih dahulu dibandingkan query yang memanggil subquery tersebut.
Contoh : o SET @nilai := 20; SELECT @nilai from (select @nilai := 10) as T; -- Hasilnya 10
Penutup
Demikian artikel singkat mengenai penggunaan variable ini kami sajikan. Semoga bisa berguna buat kita semua dalam penggunaannya sehari-hari. Jika Anda ingin berdiskusi lebih lanjut silahkan bergabung ke user group belajar sql. Dan untuk Anda yang ingin mengambil script SQL dari contoh-contoh pada artikel ini silahkan mengunjungi halaman Daftar Script SQL. Script yang terkait dengan artikel ini adalah penggunaan_variable.sql.
kita tahu saat ini kita di posisi baris dan kolom mana, dan... kita dapat mengacu ke baris dan kolom lain dari posisi saat ini, misalkan 3 baris di atas dan 2 kolom ke kanan.
Kedua sifat di atas sangat penting untuk menghasilkan dataset yang bersifat analisis.
Masih bingung ? Bisa baca artikel saya yang membahas hal ini : "Analisis, kenapa Spreadsheet dan bukan query SQL ?"
Namun untuk penomoran baris di MySQL kita memiliki solusi dengan trik penggunaan variable. Berikut adalah contoh penggunaannya :
ON T1.nomorbaris = T2.nomorbaris
Gampang bukan ? Nah, buat Anda yang mungkin masih baru dengan penggunaan variable di MySQL dapat melihat artikel saya disini.
Dan untuk Anda yang ingin mengambil table yang sama dengan contoh di atas, dapat mengambilnya di halaman "Daftar Download Script SQL" dengan nama exchange_rate.sql.
kita mengambil suatu kode transaksi yang kita anggap tidak valid. dari kode transaksi yang sudah kita ketahui tersebut kita masukkan data ke suatu audit table. kemudian kita hapus data transaksi dari header maupun detilnya, atau .. kita rubah saja data transaksi tersebut dengan status "tidak valid"
Bagaimana kita melakukan hal tersebut ? Jika Anda terbayang menggunakan subquery untuk melakukan hal tersebut tentunya akan sangat memberatkan server MySQL sendiri karena perlu banyak cache. Solusinya adalah dengan menggunakan variable yang berfungsi sebagai "pengingat" nilai tersebut dan dapat direferensikan dengan suatu nama di statement-statement berikutnya yang independen. Tetapi ini tentunya hanya dalam satu sesi koneksi yang sama. Penamaan variable pada sql memiliki prefix @, artinya setiap nama variable diawali dengan simbol @ diikuti nama variable. Sebagai contoh : @var1, @kode_transaksi, @nilai_awal, dan lain-lain.
Inisialisasi Variable
Inisialisasi variable pada MySQL dapat dilakukan dengan penggunaan perintah SET dan dalam konstruksi perintah lainnya seperti SELECT, syntax dan perbedaannya adalah sebagai berikut :
SET digunakan untuk inisialisasi variable dengan satu nilai pada suatu waktu dengan penggunaan operator assignment " = " atau " := ". Syntax :
SET @namavar1 = nilai [, @namavar2 = nilai2 [, @namavar = nilai3] ] ; atau
Contoh :
o o o
SET @kolom_pertama = 'kode_produk'; SET @nilai1 = 10, @nilai2 = 20, @kolom = "nilai_penjua lan"; dan seterusnya
SELECT digunakan untuk inisialisasi variable dengan operator assignment " := " dan mengisi variable dengan nilai lain sesuai iterasi hasil row dari eksekusi query. Operator " = " pada statement ini dianggap sebagai operator pembanding nilai (value omparison). Syntax : SELECT @namavar1 := nilai [, @namavar2 := nilai2 [, @nam avar := nilai3] ] ;
Contoh :
o o o
SELECT @nilai1 := 10, @nilai2 := 20, @kolom := "nilai_ penjualan"; SELECT @nilai1 from (SELECT @nilai1 := 20) T; dan seterusnya
Jika terdapat daftar variable dengan pemisah koma. Maka operasi variable di depan akan didahulukan dan memberi efek kepada variable di belakangnya. Contoh : o SET @nilai := 10; SELECT @nilai, @nilai := 20; -Hasilnya 10, 20 o SET @nilai := 10; SELECT @nilai := 10, @nilai; -Hasilnya 10, 10
Jika operasi variable terdapat subquery maka operasi tersebut akan terjadi terlebih dahulu dibandingkan query yang memanggil subquery tersebut.
Contoh : o SET @nilai := 20; SELECT @nilai from (select @nilai := 10) as T; -- Hasilnya 10
Penutup
Demikian artikel singkat mengenai penggunaan variable ini kami sajikan. Semoga bisa berguna buat kita semua dalam penggunaannya sehari-hari. Jika Anda ingin berdiskusi lebih lanjut silahkan bergabung ke user group belajar sql. Dan untuk Anda yang ingin mengambil script SQL dari contoh-contoh pada artikel ini silahkan mengunjungi halaman Daftar Script SQL. Script yang terkait dengan artikel ini adalah penggunaan_variable.sql.
Jika Anda telah memahami fungsi join pada database relasional untuk menghubungkan berbagai table, maka artikel berikut akan menjelaskan dan menunjukkan contoh penggunaan variasi join pada MySQL versi 5.0. JOIN sendiri merupakan konstruksi bahasa yang tidak bisa berdiri sendiri, biasanya berupa klausa pada bagian referensi table pada SELECT, UPDATE atau DELETE statement.
Semua contoh pada artikel ini menggunakan database PHI-Minimart. JIka Anda belum melakukan hal tersebut, silahkan lakukan instalasi dengan dua pilihan, PHI-Minimart full atau PHI-Minimart master table saja.
Tiga table yang akan kita gunakan dari database tersebut adalah ms_cabang, ms_kota dan ms_propinsi dengan relasi terlihat seperti pada gambar berikut.
INNER JOIN
INNER JOIN adalah tipe join yang akan kita bahas pertama. Tipe join ini akan mengambil semua row dari table asal dan table tujuan dengan kondisi nilai key yang terkait saja - jika ada, dan jika tidak maka row tersebut tidak akan muncul.
Kalau tidak terdapat kondisi key terkait antar table, maka semua row dari kedua table dikombinasikan.
Terlihat bahwa keyword INNER boleh digunakan secara eksplisit atau tidak. Jika tidak digunakan maka konstruksi JOIN tanpa keyword lain dianggap sebagai INNER JOIN.
INNER JOIN Antar Table dengan Kondisi ("ms_cabang" dan "ms_kota" dengan key "kode_kota")
SELECT * FROM ms_cabang ms_kota.kode_kota INNER JOIN ms_kota ON ms_cabang.kode_kota =
Hasil terlihat seperti gambar berikut ini. Disini table sumber adalah ms_cabang (left) mencari referensi row lain dari table ms_kota (right) dengan kondisi nilai kode_kota diantara kedua table tersebut sama. Kondisi ini menggunakan keyword ON.
Dengan panduan gambar, kita lihat bahwa tiap row dari ms_cabang akan dicari padanan row-nya di ms_kota :
untuk row pertama kita memiliki kode_kota dengan nilai "KOTA-003", ini akan dicari referensinya ke table ms_kota untuk nilai yang sama dan kita dapatkan row dengan nilai nama_kota "Lhokseumawe" adalah padanannya.
untuk row kedua kita memiliki kode_kota dengan nilai "KOTA-083", ini akan dicari referensinya ke table ms_kota untuk nilai yang sama dan kita dapatkan row dengan nilai nama_kota "Baubau" adalah padanannya. demikian seterusnya.
Sekarang mari kita coba hapus referensi untuk "Lhokseumawe" dari table ms_kota :
Setelah itu coba jalankan kembali perintah JOIN di atas, Anda akan mendapatkan hasil JOIN tanpa referensi row "Lhokseumawe". Jadi INNER JOIN dengan kondisi mengharuskan row dari tiap table memiliki nilai yang sama untuk column referensinya (dalam hal ini kode_kota).
Kembalikan lagi row referensi yang kita hapus tadi dengan perintah INSERT berikut ini :
Hasilnya adalah untuk tiap row dari ms_cabang akan dikombinasikan dengan semua row dari ms_kota contoh hasilnya terlihat seperti pada gambar di bawah ini.
SELECT ms_cabang.nama_cabang, ms_kota.nama_kota, ms_propinsi.nama_propinsi FROM ms_cabang INNER JOIN ms_kota ON ms_cabang.kode_kota = ms_kota.kode_kota INNER JOIN ms_propinsi ON ms_kota.kode_propinsi = ms_propinsi.kode_propinsi
Hasil eksekusi terlihat seperti gambar berikut. Dengan penggabungan ketiga table ini sekarang kita dapatkan setiap cabang memiliki informasi nama kota dan nama propinsi dimana cabang tersebut berada.
Implisit INNER JOIN dengan Koma INNER JOIN antar table secara implisit dapat menggunakan daftar table yang dipisah dengan tanda koma (,). Pengkondisian menggunakan klausa where.
CROSS JOIN
CROSS JOIN identik dengan INNER JOIN pada MySQL 5.0. Pembahasannya sama dengan INNER JOIN sehingga tidak diulangi lagi disini.
Contoh Penggunaan :
ms_cabang.nama_cabang,
ms_cabang CROSS JOIN ms_kota CROSS JOIN ms_propinsi ON ms_kota.kode_propinsi = ms_propinsi.kode_propinsi ON ms_cabang.kode_kota = ms_kota.kode_kota
OUTER JOIN
OUTER JOIN merupakan tipe join yang mencari referensi data dari suatu table sumber ke table lain dengan tidak menghilangkan data sumber apabila referensi tidak diketemukan.
Untuk menggunakan tipe OUTER JOIN maka perlu memperhatikan beberapa hal berikut :
perlu dibedakan antara table sumber dan table referensi, ini ditentukan dengan cara menspesifikasikan kedudukan table sumber apakah di kiri (LEFT) atau di kanan (RIGHT). jika tidak ada data dari table referensi yang cocok dengan kondisi join maka hanya data dari table sumber yang ditampilkan tetapi kolom-kolom table referensi akan berisi null.
Contoh Penggunaan :
Lakukan join seperti perintah berikut ini, dan perhatikan hasilnya seperti pada gambar.
SELECT FROM LEFT ms_cabang.*, ms_kota.nama_kota ms_cabang ms_kota
Sekarang coba ganti syntax pada query di atas dari "LEFT" menjadi "RIGHT" dan lihat hasil eksekusinya. Tentunya dari hasil tersebut Anda sudah dapat mengambil kesimpulan perbedaan dari kedua konstruksi tersebut.
STRAIGHT_JOIN
STRAIGHT_JOIN merupakan pengganti keyword JOIN pada MySQL yang digunakan untuk "memaksa" proses join table dari kiri (LEFT) ke kanan (RIGHT).
Contoh Penggunaan :
Penutup
Contoh Penggunaan 2 : Kemudian jika kita ingin melihat hasil penjumlahan periode 2 tahun tanggal transaksi database PHI-Minimart maka query-nya akan terlihat sebagai berikut : SELECT tgl_transaksi + INTERVAL 2 YEAR FROM tr_penjualan; Dan jika ingin menambahkan periode 1 tahun 2 bulan bisa dilakukan dengan 2 query berikut : SELECT tgl_transaksi + INTERVAL 1 YEAR + INTERVAL 2 MONTH FROM t r_penjualan atau SELECT tgl_transaksi + INTERVAL '12' YEAR_MONTH FROM tr_penjualan
expression format
MICROSECONDS SECONDS MINUTES
HOUR DAY WEEK MONTH QUARTER YEAR SECOND_MICROSECOND MINUTE_MICROSECOND MINUTE_SECOND HOUR_MICROSECOND HOUR_SECOND HOUR_MINUTE DAY_MICROSECOND DAY_SECOND DAY_MINUTE DAY_HOUR YEAR_MONTH
HOURS DAYS WEEKS MONTHS QUARTERS YEARS 'SECONDS.MICROSECONDS' 'MINUTES:SECONDS.MICROSECONDS' 'MINUTES:SECONDS' 'HOURS:MINUTES:SECONDS.MICROSECONDS' 'HOURS:MINUTES:SECONDS' 'HOURS:MINUTES' 'DAYS HOURS:MINUTES:SECONDS.MICROSECONDS' 'DAYS HOURS:MINUTES:SECONDS' 'DAYS HOURS:MINUTES' 'DAYS HOURS' 'YEARS-MONTHS'
Sumber Referensi :
Pendahuluan
Ada beberapa cara untuk menambahkan tanggal dan jam tertentu di MySQL, yaitu : 1. Menggunakan operator plus (+) dan minus (-) diikuti keyword INTERVAL dan unit dari Interval. 2. Menggunakan fungsi-fungsi berikut : o DATE_ADD, digunakan untuk menambahkan jumlah hari atau interval waktu pada tanggal tertentu. o DATE_SUB, digunakan untuk mengurangi interval waktu pada tanggal tertentu. o ADDDATE, digunakan untuk menambahkan jumlah hari atau interval waktu pada tanggal tertentu. o SUBDATE, digunakan untuk mengurangi jumlah hari atau interval waktu pada tanggal tertentu. o SUBTIME, digunakan untuk mengurangi dari dua ekspresi waktu (time atau datetime). o PERIOD_ADD, menambahkan jumlah bulan pada periode tertentu. Periode tersebut dalam format YYMM atau YYYYMM. Bagian berikut di bawah menunjukkan contoh-contoh penggunaan dari operator dan fungsi tersebut di atas.
SELECT '2010-01-01' + INTERVAL '2' MONTH; -- Menambahkan 2 bulan SELECT '2010-01-01' + INTERVAL '2-6' YEAR_MONTH; -Menambahkan 2 tahun dan 6 bulan SELECT '2010-01-01' - INTERVAL '1-3' YEAR_MONTH; -- Mengurangi 1 tahun dan 3 bulan -- Menambahkan interval 3 tahun pada field tgl_transaksi dari database PHI-Minimart SELECT tgl_transaksi + INTERVAL '3' YEAR from tr_penjualan; Untuk rincian mengenai INTERVAL, silahkan klik halaman wiki pada link ini.
Penggunaan DATE_ADD
Syntax :
DATE_ADD(date, INTERVAL expr unit)
Contoh :
SELECT DATE_ADD('2010-01-01', INTERVAL 3 MINUTE); -menambahkan 3 minute SELECT DATE_ADD('2010-01-01 00:00:00', INTERVAL '2-6' YEAR_MONTH); -menambahkan 2 tahun 6 bulan -- Menambahkan 12 jam pada field tgl_transaksi pada table tr_penjualan di database PHI-Minimart SELECT DATE_ADD(tgl_transaksi, INTERVAL 12 HOUR) FROM tr_penjualan;
Penggunaan DATE_SUB
Syntax :
DATE_SUB(date, INTERVAL expr unit)
Contoh : SELECT DATE_SUB('2010-01-01', INTERVAL 3 MINUTE); -mengurangi 3 minute SELECT DATE_SUB('2010-01-01 00:00:00', INTERVAL '22' YEAR_MONTH); -mengurangi 2 tahun 2 bulan -- Mengurangi 12 jam pada field tgl_transaksi pada table tr_penjualan di database PHI-Minimart SELECT DATE_SUB(tgl_transaksi, INTERVAL 12 HOUR) FROM tr_penjual an;
Penggunaan ADDDATE
Ada 2 jenis syntax yang berlaku untuk fungsi ADDDATE ini, yaitu :
ADDDATE(date, INTERVAL expr unit)
atau
ADDDATE(expr, days)
Contoh :
SELECT ADDDATE('2010-01-01', INTERVAL 3 MINUTE); -menambahkan 3 minute SELECT ADDDATE('2010-01-01 00:00:00', INTERVAL '2-2' YEAR_MONTH); -- menambahkan 2 tahun 2 bulan SELECT ADDDATE('2010-01-01 00:00:00', 3); -menambahkan 3 hari -- Menambahkan 12 jam pada field tgl_transaksi pada table tr_penjualan di database PHI-Minimart SELECT ADDDATE(tgl_transaksi, INTERVAL 12 HOUR) FROM tr_penjualan; -- Menambahkan 7 hari pada field tgl_transaksi pada table tr_penjualan di database PHI-Minimart SELECT ADDDATE(tgl_transaksi, 7) FROM tr_penjualan;
Penggunaan SUBDATE
Syntax :
SUBDATE(date, INTERVAL expr unit)
atau
SUBDATE(expr, days)
Contoh : SELECT SUBDATE('2010-01-01', INTERVAL 3 MINUTE); -mengurangi 3 minute SELECT SUBDATE('2010-01-01 00:00:00', INTERVAL '22' YEAR_MONTH); -- mengurangi 2 tahun 2 bulan SELECT SUBDATE('2010-01-01 00:00:00', 3); -- mengurangi 3 hari -- Mengurangi 12 jam pada field tgl_transaksi pada table tr_penjualan di database PHI-Minimart SELECT SUBDATE(tgl_transaksi, INTERVAL 12 HOUR) FROM tr_penjuala n;
-- Mengurangi 7 hari pada field tgl_transaksi pada table tr_penjualan di database PHI-Minimart SELECT SUBDATE(tgl_transaksi, 7) FROM tr_penjualan;
Penggunaan SUBTIME
Syntax :
SUBTIME(ekspresi_tanggal_waktu, ekspresi_waktu)
Contoh :
SELECT SUBTIME('2010-01-01 00:00:00', '11:00:00'); -mengurangi 12 jam SELECT SUBTIME('2010-01-01 12:00:00', '1'); -mengurangi 1 detik SELECT SUBTIME('2010-01-01 12:00:00', '1:0:0.000000'); -- mengurangi 1 jam SELECT SUBTIME('2010-01-01 12:00:00', '1:1'); -- mengurangi 1 jam dan 1 menit SELECT SUBTIME('2010-01-01 12:00:00', '1 1:1'); -- mengurangi 1 hari, 1 jam dan 1 menit
Penggunaan PERIOD_ADD
Syntax :
PERIOD_ADD(year_month_period, months)
Keterangan :
Contoh : SELECT PERIOD_ADD('201001',3); -Menambahkan 3 bulan pada Januari 2010 SELECT PERIOD_ADD('1001',3); -- Menambahkan 3 bulan pada Januari 2010 SELECT PERIOD_ADD('201001',-3); -Mengurangi 3 bulan pada Januari 2010
Sumber Referensi
Contoh Penggunaan:
SELECT CURDATE();
Format Tanggal
Selain keluaran standar seperti di atas, tentunya dalam banyak kesempatan kita ingin
format tanggal itu lebih informatif seperti misalkan October, 6 2010. Untuk itu kita gunakan fungsi tambahan, yaitu date_format(). Contoh Penggunaan: SQL Select date_format(curdate(), "%M, %d %Y"); Select date_format(curdate(), "%M, %e %Y"); Select date_format(now(),"%M, %e %Y %H:%i:%s"); Dan berikut contoh eksekusi pada SQLYog. Hasil Eksekusi October, 06 2010 October, 6 2010 October, 6 2010 18:55:55
Untuk daftar selengkapnya dari format ini bisa dilihat pada halaman ini.
Sumber Referensi
Pendahuluan
Walau kelihatannya sepele, penggabungan teks atau string di MySQL sering menimbulkan kebingungan. Hal ini disebabkan karena MySQL harus menggunakan function sedangkan pada beberapa produk database lain cukup menggunakan operator plus (+) atau ampersand (&). Function-function yang digunakan untuk menggabungkan teks di MySQL adalah concat dan concat_ws. Berikut adalah penjelasan kedua function tersebut dan contoh penggunaannya.
2. CONCAT_WS : adalah fungsi yang digunakan untuk menggabungkan satu atau lebih teks dengan tambahan pemisah (separator) antar teks yang digabungkan.
CONCAT(pemisah, teks1, teks2, ...)
2. Menggabungkan kata "Produk : " dan field "nama_produk" dari table "ms_produk". SELECT CONCAT("Produk : ", nama_produk) FROM ms_produk;
1. Menggabungkan kata "Kampung" dan "Rambutan" dengan pemisah "-". SELECT CONCAT_WS("-", "Kampung", "Rambutan")
2. Menggabungkan field "kode_produk" dan "nama_produk" dengan pemisah ", ". SELECT CONCAT_WS(", ", kode_produk, nama_produk) FROM ms_produk
Contoh : Misalkan table dengan teks yang akan kita ganti adalah sebagai berikut :
Nama_Karyawan ============ Bintang Maven] Eria Setiawan] Kristina Damai]
Terlihat dari row field tersebut ada yang mengganggu, yaitu tanda penutup kurung sikur "]" pada tiap akhiran. Maka kita bisa gunakan penggunaan fungsi REPLACE untuk mengganti tanda tersebut dengan teks kosong :
Pendahuluan
Regular Expression (REGEX) adalah konstruksi bahasa untuk mencocokkan teks berdasarkan pola tertentu, terutama untuk kasus-kasus kompleks. Contoh misalkan mencari teks berawalan karakter tertentu, memiliki jumlah perulangan dari suatu teks, dan lain sebagainya. Selain itu, REGEX juga sangat manjur (powerful) terutama untuk proses penguraian kata (text parsing). Pada artikel ini tidak akan dibahas mengenai REGEX itu sendiri, tapi bagaimana kita menggunakannya pada statement MySQL kita. Untuk informasi mengenai REGEX sendiri dapat dilihat pada halaman ini.
2. Mencari nama produk yang memiliki awalan kata "kacang". SELECT kode_produk, nama_produk FROM ms_produk WHERE nama_p roduk REGEXP '^kacang';
3. Mencari nama produk yang tidak memiliki kata "kacang". SELECT kode_produk, nama_produk FROM ms_produk WHERE nama_p roduk NOT RLIKE "kacang";
4. Mencari nama produk yang hanya memiliki jumlah 4 kata. SELECT kode_produk, nama_produk FROM ms_produk WHERE TRIM(nama_produk) RLIKE "^([[:alnum:]]+[[:space:]]+) {3}[[:alnum:]]+$";
Sebagai contoh, misalkan kita memiliki sumber data tabular sebagai berikut :
alpukat 1 kg jeruk 1 kg
Buah
Fungsi GROUP_CONCAT
Untuk syntax lengkap dari GROUP_CONCAT sebagaimana diambil dari referensi pada situs MySQL adalah sebagai berikut :
GROUP_CONCAT([DISTINCT] expr [,expr ...] [ORDER BY {unsigned_integer | col_name | expr} [ASC | DESC] [,col_name ...]] [SEPARATOR str_val])
Keterangan
[DISTINCT] : digunakan apabila kita ingin mendapatkan hasil koleksi daftar yang unik expr atau expression adalah field atau ekspresi (dari berbagai penggunaan kombinasi field, literal, function maupun operator) [ORDER BY ...] : digunakan apabila kita ingin mengurutkan hasil SEPARATOR : digunakan untuk merinci string pemisah antar tiap item dari daftar
Query SQL
SELECT m2.nama_kategori, GROUP_CONCAT(m1.nama _produk) FROM ms_produk m1 JOIN ms_kategori m2 ON m1.kode_kategori = m2.kode_kategori GROUP BY m2.nama_kategori;
SELECT m2.nama_kategori, GROUP_CONCAT(m1.nama_produk ORDER BY m1.nam a_produk DESC) FROM ms_produk m1 JOIN ms_kategori m2 ON m1.kode_kategori = m2.kode_kategori GROUP BY m2.nama_kategori;
SELECT m2.nama_kategori, GROUP_CONCAT( LEFT(m1.nama_produk,5) ORDER BY m1.nama_produk DESC ) FROM ms_produk m1 JOIN ms_kategori m2 ON m1.kode_kategori = m2.kode_kategori GROUP BY m2.nama_kategori;
Semua perintah SQL dibagi dalam 2 kategori besar sesuai fungsinya, yaitu :
DDL Data Definition Language merupakan kumpulan perintah SQL yang digunakan untuk membuat, mengubah dan menghapus struktur dan definisi metadata dari objek-objek database. DML Data Manipulation Language merupakan kumpulan perintah SQL yang digunakan untuk proses pengolahan isi data di dalam table seperti memasukkan, merubah dan menghapus isi data - dan tidak terkait dengan perubahan struktur dan definisi tipe data dari objek database.
Mari kita lihat dari definisi dan contoh lebih lanjut pada bagian berikut di bawah ini.
Objek-objek database pada yang dimaksud - pada MySQL - adalah sebagai berikut :
Contoh : -- Perintah berikut akan membuat table pada database kita dengan nama "ms_karyawan" CREATE TABLE ms_karyawan ( kode_cabang varchar(10) default NULL, kode_karyawan varchar(10) NOT NULL, nama_depan varchar(8) default NULL, nama_belakang varchar(9) default NULL, jenis_kelamin varchar(1) default NULL, PRIMARY KEY (kode_karyawan) ) Daftar Perintah DDL pada MySQL 5.0 Berikut adalah contoh perintah DDL yang digunakan pada MySQL. Klik pada link untuk melihat rincian penggunaan dari perintah tersebut.
Pembuatan (CREATE) o CREATE DATABASE o CREATE FUNCTION o CREATE INDEX o CREATE PROCEDURE o CREATE TABLE o CREATE TRIGGER o CREATE VIEW Perubahan (ALTER & RENAME) o ALTER DATABASE o ALTER FUNCTION o ALTER PROCEDURE o ALTER TABLE o ALTER VIEW o RENAME TABLE Penghapusan (DROP) o DROP DATABASE o DROP FUNCTION o DROP INDEX o DROP PROCEDURE o DROP TABLE o DROP TRIGGER o DROP VIEW
Tabel Matrix Perintah DDL MySQL 5.0 CREATE ALTER DROP Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes
RENAME
Yes
DML sendiri adalah kumpulan perintah SQL yang berhubungan dengan pekerjaan mengolah data di dalam table - dan tidak terkait dengan perubahan struktur dan definisi tipe data dari objek database seperti table, column, dan sebagainya.
INSERT INTO ms_karyawan( kode_cabang, kode_karyawan, nama_depan, nama_belakang, jenis_kelamin) VALUES ('cab-001','kar-001','Feris','Thia','Laki-laki'); Beberapa daftar Perintah DML MySQL 5.0
CALL DELETE DO HANDLER INSERT LOAD DATA INFILE REPLACE SELECT TRUNCATE UPDATE
Pendahuluan
Pada bahasa SQL, operasi join atau penggabungan "menyamping" antar table adalah operasi dasar database relasional yang sangat penting. Untuk mendukung perancangan database resional yang baik, berikut adalah penjelasan dan ilustrasi mengenai join ini. Contoh-contoh di bawah ini mengunakan database PHI-Minimart. Instalasi contoh database ini dapat dilihat pada halaman ini.
Gambar : Table "ms_cabang" memiliki relasi dengan "ms_kota" melalui kolom "kode_kota"
pada table "ms_cabang" kita dapat melihat informasi "nama cabang" dan "kode kota".
kita ingin mencari keterangan "nama kota", dan data tersebut ada di table "ms_kota" (gambar di bawah). Relasi antara kedua table ini perlu dicari karena kita memerlukan informasi akhir gabungan yang diambil dari masing-masing table tersebut.
Perhatikan kedua gambar, nilai-nilai pada table "ms_cabang" dan "ms_kota" ternyata memiliki kaitan atau relasi pada kolom "kode_kota". Sebagai contoh, untuk mencari nama kota dari cabang "PHI Mini Market Lhokseumawe 01" maka kita perlu mengambil nilai kode kota dari cabang tersebut, yaitu "KOTA-001". Setelah itu, dengan data tersebut kita cari data row terkait di table "ms_kota" sehingga kita dapatkan "Lhokseumawe" sebagai nama kotanya.
Dengan menggunakan join di SQL maka hasil akhir tampak seperti gambar berikut ini.
Penutup
Join adalah penggabungan table yang dilakukan melalui kolom / key tertentu yang memiliki nilai terkait untuk mendapatkan satu set data dengan informasi lengkap. Lengkap disini artinya kolom data didapatkan dari kolom-kolom hasil join antar table tersebut. Join diperlukan karena perancangan table pada sistem transaksional kebanyakan di-normalisasi, salah satu alasannya untuk menghindari redundansi. Untuk informasi selengkapnya mengenai normalisasi data bisa dibaca pada halaman situs wikipedia ini. Dan untuk Anda yang ingin berdiskusi lebih lanjut mengenai konsep lain di database relasional atau bahasa SQL, silahkan bergabung dengan komunitas kami dari informasi di halaman ini.