Anda di halaman 1dari 16

PROBLEMA SEKSUALITAS & DISFUNGSI SEKSUAL Dr. dr. H.

Ibnu Pranoto, SpOG(K), SpAnd Ira Seksualitas : Proses kompleks, mencakup sistem neurologi, vaskuler dan endokrin Berhubungan dengan keluarga, budaya, kepercayaan Dipengaruhi : umur, status kesehatan, pengalaman pribadi Umur : 16 tahun (rerata mulai aktif sex), 19 tahun (66-75% wanita, 79-86% pria) Homoseksual : angka kejadiannya 2,7% pada pria dan 1,3% lesbian pada wanita Frekuensi hub sex seminggu : 2-3x (32%), >4x (7%), tak pernah (3%) Fisiologi orgasme : 1. Fase Perangsangan (Excitement) Perlu tahu erogenous zone Stimulasi klitoris kongesti (m.levator ani, perinei transversus) ereksi Lubrikasi dinding vagina Takikardia, takipneu, tonus otot secara menyeluruh menegang Wanita dianjurkan manipulasi alat genital Pada fase ini, biasanya diawali fantasi, niat dan keinginan, yang selanjutnya akan menimbulkan reaksi seksual yang bervariasi tiap individu. Daerah erogen tiap individu bervariasi, tapi pada umumnya pada wanita terdapat di kuping bagian bawah, tengkuk leher, mulut, bibir, lidah, payudara, puting susu, bahu, tulang punggung, bokong, daerah sekitar pusat, bagian dalam paha, mons pubis dan perineum. Pada pria, daerah erogen terletak di mulut, payudara, bagian dalam paha dan skrotum. Wanita dianjurkan memanipulasi alat genital dengan cara rangsangan sentuhan-sentuhan lembut dibandingkan manipulasi yang kasar dan tekanan yang keras. 2. Fase Peningkatan Rangsangan (Plateau) Fungsi organ tubuh semua meningkat

2/3 vagina atas memanjang 1/3 vagina bawah menegang Pada 2/3 proksimal (atas) menggembung lebih panjang dan lebih lebar yang disertai regangan dari selaput lendir vagina. Penggembungan bagian proksimal vagina ini menyebabkan perpindahan serviks dan korpus uteri ke belakang dan atas. Pada 1/3 distal (bawah) hanya sedikit melebar. Menjelang masa plateau, di bagian ini dan juga di bulbus vestibuli terjadi vasokongesti sehingga dinding vagina membengkak dan terjadi edema, sehingga terbentuk suatu manset orgastik atau orgamic platform. 3. Fase Puncak (Orgasme) Puncak reaksi akibat rangsangan seksual Respon yang menyenangkan dengan berkurangnya ketegangan Kontraksi otot vagina kuat seakan teremas pada 1/3 vagina bawah (15-18x) Kontraksi uterus, m. spinter ani eks, m. spingter uretra eks Mammae membesar, dinding perut, bokong, paha mengejang Sex flush Orgasme terdiri dari kontraksi ritmik otot pelvis, uterus dan kontraksi vagina dan peningkatan lubrikasi vagina. Terjadi perubahan nadi, tekanan darah dan frekuensi napas, puncak orgasme pada wanita dan pria ditandai pengencangan otot seluruh tubuh. Sex flush adalah eritema yang mulai timbul di daerah epigastrium kemudian menjalar ke payudara dan seluruh dada dan dapat juga menjalar ke perut bawah dan bahu, bahkan dapat sampai ke fossa antekubiti, paha dan punggung. Hal ini merupakan akibat pelebaran pembuluh darah kapiler dalam masa plateau (75%). 4. Fase Pemulihan (Resolution) Perasaan terlepas dari ketegangan, puas tak terhingga Perubahan fisiologis dan emosi kembali seperti semula Uterus kembali normal, klitoris mengecil, dekongesti vagina dan labia (5-10 menit) Pria umumnya hanya dapat mencapai 1x orgasme dalam setiap berhubungan seksual, sedangkan wanita dapat mencapai orgasme lebih dari 1x atau multiple

orgasm.

Faktor yang mempengaruhi respon seksual Umur Perubahan anatomi Ukuran vagina mengecil Dinding vagina tipis, kurang elastis Obat Antihistamin Amphetamin Danazol Digoksin, dll Disfungsi seksual Etiologi : biologi, psikososial, multifaktorial, usia Insidensi: 4 dari 10 wanita USA (data ACOG) Klasifikasi Tipe 1: sexual desire disorders Tipe 2: sexual arousal disorders Tipe 3: orgasmic disorders Tipe 4: sexual pain disorders Tipe 5: sexual disorder from general medical condition and substance abuse Tiap tipe dapat diklasifikasikan menjadi : Life long or aquired Generalized or situasional Cause by psychological or medical factors Hipoactive Sexual Desire Disorder Defisiensi berulang atau hilangnya fantasi seksual dan keinginan beraktivitas seksual yang ditandai adanya distres dan hubungan antar personal. Klitoris mengecil, kurang sensitive, dll Penyakit Depresi karena penyakit kronis Gangguan hormon Gangguan vaskuler Gangguan neurologis Keganasan/Ca, dll Perubahan seksualitas Hasrat seks menurun Waktu lubrikasi lama Intensitas menurun, dll orgasme

Jarang mencari rangsangan seksual Sering gagal mencapai orgasme Paling sering dijumpai pada wanita daripada pria Paling susah diobati Hipoactive sexual desire disorder ini adalah penyakit dimana tidak ada keinginan atau keinginan untuk berhubungan seksual rendah. Penyebabnya bisa karena psikis dan trauma di masa lalu. Hipoactive sexual desire disorder bisa primer dan sekunder. Primer biasanya terjadi seumur hidup dan sebagian besar memiliki riwayat trauma seksual pada masa kecil atau remaja sehingga menghindari lawan jenis untuk menghindari hubungan seksual. Sedangkan, sekunder terjadi setelah suatu periode normal dalam kehidupan. Kelainan sekunder ini sering timbul setelah ada konfli dengan pasangan, trauma fisik dan emosional, sakit kronis, penyalahgunaan obat dan alkohol, pembedahan dan depresi psikologis. Pada gangguan seksual tipe ini, pasien sulit menemukan daerah sensitif untuk dirangsang. Orgasmic Dysfunction Gangguan pencapaian orgasme yang menetap atau berulang, atau tidak mencapai orgasme pada rangsangan seksual normal akibat distres atau gangguan hubungan interpersonal. Lebih sering pada usia muda. Anorgasme primer 5-10% pada wanita. Penyebab psikologis tersering: gangguan konsentrasi saat fase eksitasi. Terapi: masturbasi dengan rangsangan fantasi erotik. Orgasmic dysfunction merupakan kegagalan mencapai orgasme dalam hampir setiap berhubungan. Gangguan ini merupakan yang paling sering terjadi dan mayoritas terjadi pada wanita. Wanita dengan anorgasme primer tidak pernah merasakan orgasme meskipun setelah perpanjangan rangsangan yang efektif. Wanita dengan anorgasme dapat dengan mudah terlubrikasi, tetapi akan terhenti pada fase plateau dari siklus respon seksual.

Terapi : masturbasi dengan rangsangan fantasi erotik. Fokus pada sensasi Desensitisasi sistematik Stimulasi klitoris Antidepresan EROS clitoral therapy device Sexual Pain Disorder Vaginismus Kontraksi involunter menetap atau berulang pada otot perineum disekeliling 1/3 vagina bawah yang dipenetrasi oleh penis Primer: pada wanita yang belum pernah berhubungan seksual Sekunder: terjadi biasanya karena dyspareunia Vaginismus adalah perasaan nyeri yang sangat yang merupakan refleks spasme involunter dari otot pubococcygeal (otot dasar panggul) yang terjadi karena antisipasi terhadap penetrasi penis (Lange, 2007). Paling sering terjadi pada wanita muda. Umumnya disebabkan masalah psikologis, terkait trauma fisik dan emosi dengan pasangan, atau trauma di masa lalu. Dilatator karet dapat berfungsi untuk mendilatasi vagina secara bertahap. Terapi : Bantu pasien lebih memahami anatomi dan seksualitas dirinya Relaksasi saat penetrasi penis ke vagina Senam Kegel Dilatator karet

Dyspareuni

Dyspareuni adalah nyeri genital yang terjadi sebelum, selama atau setelah hubungan tanpa adanya vaginismus. Sering disebabkan oleh kelainan organic, misalnya penyempitan vagina karena atrofi dan jaringan parut, oleh peradangan vulva dan vagina dan oleh proses penyakit dalam panggul. Terkadang dyspareunia mempunyai dasar psikoseksual untuk melindungi suatu organ (organ-neurose). Penyebab tersering adalah lubrikasi yang tidak adekuat. Penyebab: Vulvitis Iritasi klitoris Hipersensitifitas klitoris Rigid hymenal ring Terapi: Estrogen (krem, oral) Lubrikan vaginal Edukasi Konseling psikologi Latihan otot dasar panggul Jaringan parut perineum Vaginitis Psikologis

Prolaps Organ Pelvis & Stress Inkontinensia Dr. dr. H. Ibnu Pranoto, SpOG(K), SpAnd Ira Prolapsus organ pelvis adalah kondisi klinis yang umum dialami wanita akibat melemahnya otot dan jaringan ikat pendukung pelvis seiring dengan rusaknya saraf. Penyebabnya adalah cacat pada struktur penyokong pelvis seperti sistem muskular, jaringan ikat, maupun fascia yang bertanggung jawab atas relaksasi pelvis abnormal. Sebagai akibatnya resistensi organ penyokong melemah, dan organ yang disokong mudah jatuh atau keluar. Inilah yang disebut dengan prolapsus. Selain itu, peningkatan tekanan intraabdominal dan peregangan struktur penyokong juga berperan dalam terjadinya prolapsus. Saat menopause,

berkurangnya hormon esterogen secara signifikan juga dapat menyebabkan elastisitas otot berkurang, sehingga dapat meningkatkan kejadian prolapsus. Klasifikasi POP berdasarkan struktur anatomis yang kena: Prolapsus dinding vagina anterior : kalo vesica urinaria juga ikut turun disebut cystocele, kalo prolapsnya bagian distal plus urethra turun disebut

urethrocele, paravaginal/lateral/transverse prolapse.


Prolapsus uterine (apical prolapse) : prolapsus uteri, vaginal vault prolapse (posthysterectomy), enterocele dimana usus ikut masuk ke bagian yang prolaps dan ikut turun (biasanya pada wanita posthisterektomi atau bisa terjadi bersamaan uterus in situ) Prolapsus dinding vagina posterior : rectocele Etiologi POP : Kehamilan Menopause (penuaan, hipoesterogenemia) Peningkatan tekanan abdomen kronis (batuk karena penyakit paru, konstipasi, obesitas) Trauma dasar panggul (partus per vaginam, histerektomi) Genetik (ras, kelainan jaringan ikat) Gejala POP dapat berupa asimptomatik, atau juga gejala lain yang terkait traktus urinaria bawah seperti inkontinensia urin, nyeri panggul atau pelvis, masalah defekasi, inkontinesia fekal, nyeri punggung terutama punggung bawah, sensasi fullness/heaviness/sitting on the ball, ketidaknyamanan di vagina, dyspareunia, tidak mau berhubungan seksual karena malu ada organ yang prolaps. Keluhan yang paling sering biasanya adalah pelvis terasa berat, adanya sensasi menyeret, nyeri punggung bawah, dan sensasi ada yang jatuh. Luas prolapsus uterus tergantung dengan seberapa jauh terpisah dengan jaringan pendukungnya. Selain itu, kita juga dapat menilai tingkat kelemahan jaringan pendukung untuk menjaga uterus tetap berada dalam posisinya. Pada pemeriksaan fisik, yang harus diperhatikan adalah semua bagian vagina termasuk kompartemen anterior, apeks dan posterior, m. Levator ani dan kompleks sphincter ani. Untuk melihat prolapsus uteri, kita dapat meminta pasien untuk mengejan atau dengan melakukan traksi lembut pada serviks.

Ini grade prolaps organ panggul, (ini tambahan doang yaaaa) 1. Stage 0 : Tidak ada prolaps yang terlihat. Titik Aa, Ap, Ba, Bp pada 3 cm, dan titik C di antara total vaginal length (TVL) dan [TVL -2 cm]. 2. Stage 1 : Bagian paling distal dari organ yg prolaps adalah > 1 cm di atas hymen. 3. Stage 2 : Bagian paling distal dari organ yang prolaps adalah 1 cm proksimal atau distalnya bidang hymen. 4. Stage 3 paling : Bagian distal dari

organ yang prolaps adalah > 1 cm di bawah bidang hymen tapi protrusinya tidak melebihi dari TVL : Eversi komplet dari vagina, 2 cm ( > +1 cm but < + [TVL -2cm]). 5. Stage 4 dengan batas paling bawah yang prolaps > + [TVL -2 cm]. Prolapsus genital adalah turunnya alat genital akibat hilangnya penunjang anatomi diafragma pelvis. Kausa :
Gambar 1 vesikokel / kistokel

Trauma Persalinan Kelainan Genetik Intraabdominal pressure Usia lanjut Esterogen turun Jenis Prolapsus Genital : Vagina Enterokel Rektokel Sistokel Uteri Prolapsus
Gambar 2 rektokel

Latar Belakang : Rekonstruksi vagina, fungsi v.urinaria & rectum Insidensi Usia hidup wanita (age) Aktivitas sexual Klasifikasi Prolapsus : I Dalam vagina II Introitus vagina III Luar vagina Procidensia : prolaps uteri total Treatment : Bedah Termasuk : pendekatan vaginal, abdominal, laparoskopi. Contohnya : cystocele repair (pendekatan per vaginum), atau paravaginal defect repair (pendekatan abdominal atau laparoskopi). Prolapsus vagina posterior membutuhkan rectocele repair (pendekatan pervaginam). Ada juga dengan anterior colporaphy pendekatan per vaginum. Terapi ini memiliki angka rekurensi sebesar 52%, namun teknik jahitan yang permanen dan graft material yang baru diharapkan memperbaiki durasi ketahanannya. Non Bedah Indikasi : wanita yang mempunyai prolapsus organ pelvis yang ringan dan sedang; yang masih ingin punya anak; bila ada kontraindikasi untuk dilakukan bedah; mereka yang tidak ingin mendapat intervensi bedah. Contoh : pesarrium uteri untuk terapi prolapsus uteri; senam kegel dapat dilakukan untuk memperkuat otot dan fascia-fascia panggul; terapi esterogen pada wanita menopause. Pencegahan : mempertahankan massa tubuh yang ideal, mencegah konstipasi, menangani batuk kronis. Sistokel terjadi karena melemahnya fascia pubocervicalis, yaitu jaringan ikat yang mengisi celah antara membran peritoneum dan dinding otot pelvis yang mana
Gambar 4 Procidensia Gambar 3 Procidensia

ruang tersebut tidak diisi oleh organ pelvis. Keluhannya berupa sensasi vagina terisi sesuatu, sensasi vagina tertekan, dan sensasi vagina jatuh. Urin residual juga sering meningkat sehingga beresiko infeksi. Pada sistokel yang berukuran agak besar, baru dapat menutupi urethrocele. Pada kasus urethrocele plus sistokel, pasien dapat mengalami stress inkontinesia. Rektokel ditandai dengan kerusakan atau defek septum rectovaginalis dan hilangnya kemampuan penyokong dari dinding posterior vagina. Biasanya pasien mengeluhkan vagina terasa berat atau terisi sesuatu, konstipasi (kalo parah banget bisa sampai obstipasi / fecal impaction / penimbunan feces secara berlebih di rektum), hemorrhoid, ataupun pasien merasa incomplete emptying atau masih ada yang nyisa di rektum dengan adanya gerakan usus. Kalo pasien gak ngerasain gerakan usus, maka bisa dirangsang dengan cara memasukkan 2 jari pasien melalui vagina agar dapat menyentuh rektum (reduksi retrokel). Enterokel sering ditemui pasca histerektomi. Gejala pada enterokel paling ringan, seperti sensasi terasa berat. Namun, enterokel jarang menyebabkan obstruksi usus lho yaa. Jadi DD sistokel itu : rektokel, kista vestigial, tumor semisolid pada septum vaginalis, kista inklusi yang besar. Klo enterokel : rektokel, retrofleksi uterin, pelunakan serviks, dll. Stress Inkontinensia Anatomi dasar panggul : Kumpulan jaringan yang menutupi rongga panggul. Terdiri atas : otot,ligamentum, organ visera, fascia. Fungsi struktur anatomis panggul adalah : -menjaga kontinensia dan faeses -koitus,persalinan,pengeluaran produk ekskresi -menahan tekanan intraabdomen 3 Lapisan Penunjang : 1. Fascia endopelvis : melapisi dasar panggul atas dan menghubungkan antara visceral pelvis dengan dinding pelvis. Terdiri atas fibroelastin, kolagen, otot polos, pembuluh darah, syaraf, dan limfe. Terdapat ligamentum cardinal, ligamentum sacrouterine, fascia rectovaginal dan fascia pubocervical. Ligamentum berfungsi sebagai penggantung 1/3 aspek atas vagina terhadap

dinding panggul. Fascia pubocervical selanjutnya akan meneruskan diri menajdi ligamentum cardinal. Fascia rectovaginal merupakan fascia yang berada diantara rectum dan vagina. 2. M. levator ani : M.pubokoksigeus/puboviseral dan M.ileokoksigeus 3. membran perineum& dd.pelvis/sfingter ani ekterna : Masa jaringan fibrosa yang tebal, tanpa batas yang jelas diantara vagina dan anus. Robekan pd ruptur perinei totalis. Perbaikan fascia endopelvis: irisan pada dinding anterior & posterior eksisi enterocele penjahitan dinding vagina posterior, peritoneum, ligamentum sacrouterine pengikatan dan fiksasi ke arah fascia endopelvis Penyanggaan fascia illiococcygeus : Dinding posterior vagina terbuka, trus septum rectovaginal dipotong hingga m. Levator ani Septum dipotong sampai spina ischidica Pengikatan fascia & m. Levator ani melalui apex vagina menggunakan benang no.0 Pengikatan apeks vagina, agar apeksnya terangkat pada ligamentum sacrouterine. Tambahan dari misc08, fascia endopelvic dan otot-otot lantai dasar pelvis (m.levator ani) berfungsi sebagai penunjang kandung kemih, uterus, dan rektum. Jadi fascia endopelvis dan otot tersebut menjalankan fungsi biomekanik pelvis, akan tetapi ototlah yang berperan paling dominan. Otot-otot lantai pelvis akan memelihara fungsi tonus agar tetap menutup hiatus urogenitalis. Saat otot rusak, sebagian besar beban dilimpahkan ke ligament yang tidak sekuat otot sehingga dapat berakhir dengan prolaps organ pelvis. Oia, more info nih, ligamentum yang menyusun fascia endopelvis, menempel pada aspek lateral pelvis, spine (ex: lumbar), dan symphisis pubis. Terdapat pula diafragma urogenital terdiri dari M.burbokavernosus, M.perineus transversalis dalam dan luar. Fungsi: mencegah prolapsus tidak lebih parah (bila fascia endopelvis melemah).

Komplikasi operasi panggul : Perdarahan Pain Prolapsus vagina anterior Cedera syaraf Cedera rektum Stress inkontinensia Stenosis vagina Stress Inkontinensia Stress Inkontinensia adalah keluarnya urin yg tidak dapat dikontrol/dikendalikan secara objektif dapat diperlihatkan dan merupakan masalah sosial atau higienis. Terjadi karena tekanan intravesica > tekanan intraurethra. Struktur yang berperan sebagai penyokong kontinensia urin adalah uretra, vu,UVJ, sfingter uretra interna dan eksterna. Faktor resiko : paritas menopause usia obesitas riwayat operasi panggul Pemicu : batuk bersin meloncat naik-turun tangga ketawa mengangkat beban Macam Inkontinensia urin: STRES INKONTINENSIA : paling umum pada wanita di bawah 60 thn dan pria yang menjalani operasi prostat. Berkemih yg tidak disadari pada saat ada

tekanan abdomen yang meningkat seperti batuk, bersin, tertawa, aktivitas fisik yg berat yg mempengaruhi tekanan abdomen OVERAKTIVE BLADDER/urge : berkemih yang tidak bisa dikontrol karena ada keinginan yang kuat dan tiba-tiba untuk berkemih akibat adanya kontraksi involunter dari m.detrusor vesicae. Bila ada kelainan neurologis sering disebut hiperrefleksia detrusor. Bila tidak ada kelainan neurologis maka disebut ketidakstabilan detrusor. MIXED INCONTINENCE : paling banyak pada wanita lansia. Umunya merupakan kombinasi urge inkontinesia dan stress inkontinensia. OVERFLOW INCONTINENCE : berkemih yg tidak disadari akibat adanya overdistensi vesica urinaria. Terkait dengan lesi neurologis adanya pembesaran prostat. KELAINAN ANATOMIS INKONTINENS. FUNGSIONAL : akibat dementia atau juga immobilitas atau juga tidak bisa berkemih karena tidak ada WC. INKONTINENSIA TRANSIEN Etiologi (DIAPPERS): Delirium Infection Atrophic vaginitis Pharmacologic Psychological Endocrine Restricted mobility Stool impaction Cara mendiagnosis stress inkontinensia adalah adanya sindroma saluran kemih bawah dan rasa malu, serta adanya operasi perbaikan vagina. Orang yang nokturia/ pipis di malam hari > 1-2x udah bisa dibilang inkontinensia urin lhoo.. Pemeriksaan tambahan : Inkontinensia urine & aktifitas seksual di bawah segmen Sacral 1 (S1), polyneuropathies, dan obstruksi urethra seperti

Urine sisa Tes provokasi :batuk. Pemeriksaan : spekulum,Q test, urodinamik dan tekanan uretra. Managemen : Pemberian estrogen Pemakaian pesarium Operasi Komplikasi inkontinensia: Psikologis: mengganggu penampilan, malu, marah, insomnia, depresi, frustasi, cemas, minder Somatik: ISK, kulit lecet, dekubitus (borok/ulkus akibat terlalu lama berbaring/duduk), gangguan seksual Sosial: minder, hambatan pergaulan, citra diri Treatmen (tambahan aja lhoo) : Non Bedah Modifikasi lifestyle: menurunkan berat badan, mengurangi konsumsi kafein kopi, stop merokok Terapi fisik: pelvic muscle training misal senam Kegel (senam Kegel baru bisa dirasakan efeknya setelah 3-6 bulan melakukannya. Terapi perilaku dan bladder training pasien dilatih utk menahan berkemih (seseorang berkemih normalnya 8x/hari dengan frekuensi berkemih pada malam harinya sekitar 1-2 kali. Bedah Colposuspension : metode paling murah. Urethral dinaikkan ke atas. Ada dua metode yg terkenal: Burch dan Mershall Marchetti Krantz (MMK). Keduanya memiliki teknik sama, bedanya adalah lokasi fiksasi urethra. Metode MMK, urethra akan difiksasi ke periosteum os pubis, sementara metode Burch, urethra akan difiksasi ke ligamentum iliopectinal (Ligamentum Cooper). Metode Burch mjd pilihan pertama utk pasien inkontinensia urin stress asli dan dgn hipermobilitas collum vesicae. Setelah follow up, tnyta metode Burch

memiliki angka objective and subjective cure yang tinggi setelah follow up nya, 80% setelah 5 tahun dan 68% setelah 10 tahun. Needle suspension Procedure atau needle urethropexy initial cure rate sekitar 70 90 % Colporaphy terutama sebelah anterior yang diperbaiki Vaginal and Urethral devices seperti pesarrium vagina Perubahan anatomi alat genital itu dipengaruhi kehamilan, partus, penuaan dan menopause. Nah, dengan bantuan bedah rekonstruksi, kita dapat mengembalikan atau mereposisi sehingga bisa seperti normal lagi. Normalnya, proses urinasi dipengaruhi oleh relaksasi lantai pelvis secara sadar yang diikuti dengan refleks kontraksi m.detrusor. Pada urge incontinence, saat relaksasi lantai pelvis terdapat kelainan kontraktilitas m.detrusor. Kelainannya bisa berupa hiperaktif (penyakit neurologis : Parkinson & Stroke) atau rusak (pada usia tua). Kelainan pada m.detrusor juga mengakibatkan gangguan pengosongan vu sehingga terjadi retensi urin. FYI, urge incontinence dan stress incontinence ini bisa muncul berbarengan lhoo. Oia, karena urethranya pendek, jadi wanita itu paling sering kena inkontinensia. :( Talking-talking yah, m.detrusor itu otot polos yang melapisi VU. Ada 3 lapisan, dipengaruhi oleh saraf simpatis yang berfungsi menghambat kontraksi sekaligus penutupan sphincter vesicae. Sedangkan saraf parasimpatis berefek sebaliknya. Jangan lupa ditanyain juga riwayat pasiennya kayak riwayat obstetri seperti graviditas, paritas, jenis persalinan (SPV, SC, VE), instrumentasi (ex: forceps), komplikasi postpartum, ukuran fetus, posisi fetus (preskep, presbo). Riwayat penyakit terdahulu juga ditanyain, seperti DM, penyakit tiroid, nyeri punggung, back injury, dan kelainan neurologis (Parkinson, CVA, MS, dll). Kalo riwayat operasi yang perlu ditanyain adalah prosedur anorektal, pelvis, urologi, dan ginekologi. Terakhir, untuk riwayat pengobatan, tanyain penggunaan methyldopa, diazepam, praosin, antihistamine, antikolinergik, dieresis, dan phenothiazine. Pemberian estrogen bertujuan untuk menurunkan iritabilitas VU dan menurunkan resiko ISK. Umumnya dalam sediaan vaginal cream. Penggunaan pessary ditujukan untuk pasien stress inkontinensia. Kriteria yang sesuai adalah wanita hamil, orang tua yang kalo mau operasi terlalu berbahaya, dulu operasi tapi gagal, wanita yang suka excercise. Nah, setelah pemasangan pessary, urethra akan tertekan kearah

symphisis pubis aspek posterior dan terjadi elevasi bagian leher VU. Akibatnya, resistensi outflow akan meningkat dan sudut VU-urethra terkoreksi. Contoh treatmen lainnya adalah injeksi kolagen paraurethral yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan fibrin.

Maaf banget klo kurang maksimal editannya, gak ada korban buat dijadiin contoh kasus. Gak tega sama R**ky ama Pr**a klo dijadiin contoh disfungsi seksual ama prolaps uterine, ntar malah jadi ngebuka aib orang *uuups keceplosan*. Hahaha, becanda bro ;) Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai