Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ANALISA OBAT TRADISIONAL TENTANG DESTILASI AIR UNTUK MINYAK ATSIRI

DISUSUN OLEH : 1. ANDRI HARTONO 2. MAIDAR DWI ASTUTI 3. RATIH JULIA SARI 4. RIO NATA RAMANDA 5. RIFKY SAPUTRA DOSEN PENGAMPU : Nofita , S.Farm. Apt. (12500007) (1250159P) (12500052) (12500057) (12500055)

AKADEMI ANALISA FARMASI DAN MAKANAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 2013/2014

A. LATAR BELAKANG

SEJARAH Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4. Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh terutama ahli-ahli oleh Al-

kimia Islam pada

masa kekhalifahan Abbasiah,

Razi pada pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro, The Hickman

Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar. Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873). Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah

pemisahan minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll[1]. Udara didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan larutan hasil fermentasi untuk

penerapan panas terhadap menghasilkan minuman suling

DESTILASI Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan

perbedaan titik didik atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan alat pendingin (Gambar 15.7). Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin (perhatikan Gambar 15.7), proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar condenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut. Alat Destilasi Sederhana Contoh dibawah ini merupakan teknik pemisahan dengan cara destilasi yang dipergunakan oleh industri. Pada skala industri, alcohol dihasilkan melalui proses fermentasi dari sisa nira (tebu) myang tidak dapat diproses menjadi gula pasir. Hasil fermentasi adalah alcohol dan tentunya masih bercampur secara homogen dengan air. Atas dasar perbedaan titik didih air (100 oC) dan titik didih alcohol (70oC), sehingga yang akan menguap terlebih dahulu adalah alcohol. Dengan menjaga destilasi maka hanya komponen alcohol saja yang akan menguap. Uap tersebut akan melalui pendingin dan akan kembali cair, proses destilasi alcohol merupakan destilasi yang sederhana, dan mempergunakan alat seprti gmbar berikut ini

Destilasi yang Dilakukan Secara Bertahap dari Minyak Bumi

Proses pemisahan yang lebih komplek terjadi pada minyak bumi. Dalam minyak bumi banyak terdapat campuran. Atas dasar perbedaan titik didihnya, maka dapat dipisahkan kelompok-kelompok produk dari minyak bumi. Proses pemanasan dilakukan pada suhu cukup tinggi, berdasarkan perbedaan titik didih dan system pendingin maka kita dapat pisahkan beberapa kelompok minyak bumi. Proses ini dikenal dengan destilasi fraksi, dimana terjadi pemisahan-fraksi-fraksi dari bahan bakar lihat Gambar 15.7. proses pemisahan minyak bumi. Peralatan destilasi di bagi dua yaitu : destilasi kering dan destilasi basah. Destilasi dari bahan kering lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan destilasi bahan basah. Destilasi dibagi atas tiga, yaitu : destilasi dengan air, destilasi dengan air dan uap, dan destilasi dengan uap bahan. Destilasi dengan uap air tidak dapat diterapkan pada semua bahan, karena dengan cara pengolahan ini hasil mudah di dapatkan. Suatu cairan dapat diuapkan dengan berbagai cara. Yang paling mudah dengan mendidihkan sampai menguap dan akhirnya akan sama dengan cairan asalnya. Metode penyulingan dengan uap air memiliki kelebihan tersendiri. Penyulingan dengan air dan uap ini relative murah dan ekonomis. Biaya yang diperlukan relative rendah jika di bandingkan dengan metode penyulingan dengan uap. Kelemahan utama metode uap air adalah kecepatan penyulingan yang rendah. Dalam destilasi sederhana, uapnya diambil dan dikondensasi, tetesan rendaman merupakan komposisi yang lebih banyak mengandung komponen yang

lebih banyak dari pada cairan semula. Siklus pendidihan dan kondensasi dapat diulang secara berurutan. Jadi semakin banyak bahan baku yang diolah, maka semakin banyak pula yang dihasilkan. Jenis-jenis destilasi dan prosesnya adalah : 1) Distilasi Sederhana, prinsipnya memisahkan dua atau lebih komponen cairan. Distilasi ini digunakan bila sampel dikatakan hanya mengandung satu komponen yang mudah menguap atau mempunyai perbedaan titik didih yang tinggi. Pemurnian dengan distilasi sederhana dapat dilakukan dengan distilasi yang berulang-ulang (redistilasi) 2) Distilasi Fraksionasi (Bertingkat), sama prinsipnya dengan dis.sederhana, hanya dis.bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki titik didih yang berdekatan. Distilasi fraksionasi diperlukan untuk pemisahan dua atau lebih komponen yang mudah menguap atau yang mempunyai perbedaan titik didih yang rendah. Kolom fraksionasi memungkinkan adanya kesetimbangan antara turunnya cairan yang mengkondensasi dan naiknya uap, sehingga

menghasilkan siklus penguapan kondensasi dalam jumlah banyak. Panjang dan jenis kolom fraksionasi yang diperlukan bergantung pada titik didih komponen-komponen yang akan dipisahkan. Pemisahan yang sesuai untuk komponen- komponen dengan perbedaan titik didih 15-20oc adalah dengan menggunakan vigorous. Untuk komponen-komponen dengan titik didih yang lebih dekat diperlukan packed column atau Spinning Band Column. Kondisi kesetimbangan harus dijaga dalam kolom fraksionasi pada setiap saat untuk memperoleh pemisahan yang baik. Istilahreflux digunakan untuk cairan yang menguap dan kembali ke labu semula sebagai kondensat. Perbandingan distilat dengan jumlah kondensat yang kembali ke labu distilasi (disebut refluks ratio) biasanya harus lebih besar dari satu dan umumnya antara 5-10 untuk komponen yang relatif mudah dipisahkan. Untuk menjaga refluks ratio dalam daerah ini diperlukan pengontrolan pemanasan labu distilasi.

3) Distilasi Azeotrop, memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau menggunakan tekanan tinggi. 4) Distilasi Kering : memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan cairnya. Biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu bata. 5) Distilasi vakum: memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motede yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, shg titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi. Distilasi Vakum disebut juga distilasi dengan tekanan rendah. Untuk dengan

mencegah penguraian

senyawa-senyawa

organik

dianjurkan

melakukan

distilasi dengan metode ini. Distilasi ini terutama digunakan untuk sampelsampel dengan titik didih diatas 180oc. Dengan bantuan aspirator air, tekanan dapat diturunkan sampai 12-15 mmHg. Sedangkan dengan bantuan pompa vakum tekanan dapat diturunkan sampai 0.01 mmHg. Untuk terakhir ini diperlukan cold trap untuk keamanan dan jangan sekali-kali

melepaskan keadaan vakum dengan melepaskan labu atau termometer.

Sampel dimasukkan ke dalam labu distilasi, selanjutnya masukkan batu didih agar pendidihan berlangsung halus dan teratur. Pengontrolan suhu labu distilasi diperlukan supaya pendidihan berlangsung dengan baik.

B. MINYAK ATSIRI a. Definisi Minyak Atsiri Beberapa tumbuhan yang ada di sekitar kita mempunyai bau harum yang khas sehingga dapat dikenali dari bau yang dikeluarkannya saja. Senyawa dalam tumbuhan tersebut yang menyebabkan aroma khas tersebut adalah minyak atsiri. Ada banyak pengertian tentang minyak atsiri, tergantung dari cara penyampaian dan sudut pandang seseorang.

Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara umum mudah menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang. Minyak atsiri disebut juga etherial oil atau minyak eteris karena bersifat sepeti eter. Dalam bahasa internasional biasa disebut essential oil (minyak essen) karena bersifat khas sebagai pemberi aroma/bau (esen). Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman dan mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi. Minyak atsiri merupakan salah satu hasil proses metabolism dalam tanaman yang terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Minyak Atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawa padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, kelarutan dalam pelarut organik dan keluratan dalam air yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga. Minyak atsiri didefinisikan sebagai produk hasil penyulingan dengan uap dari bagian-bagian suatu tumbuhan. Kata essential oil diambil dari kata quintessence, yang berarti bagian penting atau perwujudan murni dari suatu material, dan pada konteks ini ditujukan pada aroma atau essence yang dikeluarkan oleh beberapa tumbuhan (misalnya

rempahrempah, daun-daunan dan bunga). Kata volatile oil adalah istilah kata yang lebih jelas dan akurat secara teknis untuk mendeskripsikan essential oil, dengan pengertian bahwa volatile oil yang secara harfiah berarti minyak terbang atau minyak yang menguap, dapat dilepaskan dari bahannya dengan bantuan dididihkan dalam air atau dengan

mentransmisikan uap melalui minyak yang terdapat di dalam bahan bakunya.

b. Komponen Minyak Atsiri Berdasarkan komponen penyusunnya, minyak atsiri dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:

1.

Kelompok yang mana minyak atsiri dapat dipisahkan dengan mudah menjadi komponen komponen atau penyusunnya. Contohnya: minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak permen, minyak terpentin, minyak kayuputih.

2.

Kelompok yang mana minyak atsiri susah dipisahkan menjadi komponen murninya. Contoh: minyak akar wangi, minyak kenanga, minyak nilam. Tetapi secara umum, komponen minyak atsiri adalah monoterpen dan seskuiterpen.

c. Metode Produksi (Pengambilan) Minyak Atsiri Minyak atsiri dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu penyulingan, ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent extraction), ekstraksi dengan lemak dingin (enfleurasi), ekstraksi dengan lemak panas (maserasi) dan pengepresan (pressing). Secara umum metode pengambilan minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu cara mekanik dan cara fisika-kimia. I. Cara Mekanik Metode yang sering disebut expression ini merupakan cara cold pressing tidak ada panas yang dibutuhkan pada cara ini. Prosesnya adalah penekanan/pemerasan (squeezing). Bahan dasar yang bisa diambil minyaknya dengan pengepresan secara mekanik biasanya berupa biji-bijian atau kacangkacangan maupun buah-buahan (citrus oil). Beberapa buah yang mengandung citrus oil diantaranya bergamot, grapefruit, lemon, lime, mandarin, orange, dan tangerine. Ada 3 cara berbeda untuk memperoleh citrus oil: 1. Sponge, dulu dilakukan secara manual (dengan tangan). Daging buah dipisahkan, kulit buah dan biji direndam dalam air panas. Setelah lebih elastis kemudian sponge/busa ditempelkan pada kulit buah lalu diperas/ditekan. Minyak atsiri yang keluar akan terserap oleh sponge. Setelah jenuh, dikumpulkan dengan cara memeras sponge.

2.

Equelle a piquer, cara ini lebih hemat tenaga daripada sponge. Metode ini tidak lagi dilakukan dengan cara manual tetetapi dengan alat yang diputar dan dilengkapi paku paku pada pinggirnya untuk menusuk oil cells pada kulit buah. Minyak atsiri dan pigmen dapat dikeluarkan dari kulit buah, kemudian minyak atsirinya dapat dipisahkan.

3.

Machine abrasion, hampir sama dengan cara no. 2 , mesin dapat melepaskan kulit buah dan memasukkannya ke dalam centrifuge dengan menambahkan air. Pemisahan secara sentrifugal ini berjalan sangat cepat, tetetapi karena minyak atsiri bercampur dengan zat-zat lain,

kemungkinan dapat terjadi perubahan karena pengaruh enzim.

II. Cara Kimia-Fisika 1. Distilasi (Penyulingan) Merupakan suatu proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut. Ada 2 jenis distilasi yaitu: a. Hidrodestilasi Adalah penyulingan suatu campuran yang berwujud cairan yang tidak saling bercampur, hingga membentuk dua fasa atau dua lapisan. Proses ini dilakukan dengan bantuan air maupun uap air. Hidrodestilasi memiliki 3 jenis metode berdasarkan cara penanganan bahan yang diproses yaitu: destilasi air, destilasi uap dan air, serta destilasi uap langsung. b. Fraksinasi Adalah penyulingan suatu cairan yang tercampur sempurna hingga hanya membentuk satu lapisan. Proses ini dilakukan tanpa

menggunakan uap air. Fraksinasi memiliki 3 jenis metode yaitu kohobasi, rektifikasi dan destilasi fraksinasi.

2. Ekstraksi Pelarut Ekstraksi pelarut terutama cocok untuk bahan-bahan dengan kandungan minyak atsiri yang sangat rendah, juga untuk bahan yang bersifat thermolabile. Dengan tipe proses seperti ini senyawa non volatil misalnya waxe dan pigmen ikut terekstraksi. a. Maserasi Bahan terutama bunga direndam dalam minyak panas untuk memecah sel-sel yang mengandung minyak atsiri kemudian minyak panas akan menyerap minyak atsiri. Minyak yang mengandung minyak atsiri dipisahkan dari bahan dengan penyaringan atau dekanter. b. Enfleurasi (Ekstraksi dengan lemak dingin) Kaca dalam frame (disebut chassis) dilapisi dengan lemak binatang/ tumbuhan yang tidak berbau dan murni. Kemudian bunga segar yang baru dipetik ditempelkan pada lemak lalu ditutup. Minyak atsiri akan terserap oleh lemak, bunga diganti dengan yang segar lagi sampai lemak menjadi jenuh dengan minyak atsiri. Setelah jenuh bunga diambil (defleurage). Campuran lemak dan minyak atsiri ini disebut Pomade. Pamade dicuci dengan alkohol hingga minyak atsiri larut dalam alkohol. Dengan cara distilasi akan diperoleh minyak atsiri. Cara ini sangat mahal dan memerlukan tenaga yang cukup banyak. Bahan yang diproses dengan cara ini contohnya tuberose dan jasmine. c. Solvent extraction (Pelarut mudah menguap) Minyak atsiri dapat diekstraksi memakai hexan, methanol, etanol, petroleum eter, atau benzene. Benzen sekarang tidak dipakai lagi karena bersifat carcinogenic (bisa menyebabkan kanker). Minyak atsiri yang diambil dengan cara ini mempunyai aroma hampir sama denga aslinya. Minyak atsiri banyak yang dipungut dengan cara ini, akan tetetapi banyak yang tidak mau memakainya untuk aroma terapi karena ada sisa solvent pada produk akhir minyak atsiri. Solven yang tertinggal 6 20%. Dengan memakai hexan, solven yang tersisa hanya 10 ppm. Hasil akhir cara ini disebut concrete. Concrete dapat dilarutkan dalam alkohol

untuk memisahkan solvennya. Bila alkohol diuapkan akan dihasilkan absolute. Absolute atau concrete dapat dipakai untuk perfume tetapi tidak untuk skin care. Contoh tanaman yang diproses dengan cara ini adalah jasmine, hyacinth, narcissus, tuberose. d. Ekstraksi Hiperkritikal CO2 Cara ini relative baru dan mahal, tetetapi menghasilkan minyak atsiri dengan kualitas yang baik. CO2 menjadi hypercritical pada 330C dan tekanan 200 atm, pada kondisi ini tidak benar-benar gas atau cair. CO2 pada kondisi ini merupakan solven terbaik karena suhunya rendah dan waktunya sangat singkat/ instan. CO2 bersifat inert dan dengan menurunkan tekanan akan segera dapat memisahkan minyak atsiri dari solvennya. Perlu alat yang mahal, biaya investasi mahal.

C. PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI DENGAN CARA PENYULINGAN a. Penyulingan/Destilasi Air (Perebusan) Dengan tipe penyulingan air ini, bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengambang atau mengapung di atas air atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat dididihkan dengan api secara langsung. Metode ini disebut juga metode perebusan. Ketika bahan direbus, minyak atsiri akan menguap bersama uap air, kemudian dilewatkan melalui kondensor untuk dikondensasi. Alat yang di gunakan untuk metode ini disebut alat suling perebus. Contoh bahan yang diproses dengan netode ini : bunga mawar, bunga-bunga jeruk. Destilasi air dapat dijalankan pada tekanan di bawah 1 atmosfir sehingga air bisa mendidih pada suhu yang lebih rendah dari 1000C. Biasanya dilakukan bila bahan atau minyak atsiri rentan terhadap suhu. Contoh : neroli.

b. Penyulingan Uap dan Air (Pengukusan) Bahan tanaman yang akan diproses ditempatkan dalam wadah yang konstruksinya hampir sama dengan dandang pegukus, sehingga metode ini disebut juga pengukusan. Air dididihkan pada bagian bawah alat . Minyak atsiri akan ikur bersama aliran uap yang kemudian dialirkan ke kondensor. Alat yang digunakan dalam metode ini disebut alat suling pengukus. Temperatur steam harus dikontrol agar hanya cukup untuk memaksa bahan melepas minyak atsirinya dan tidak membakar bahan. Uap yang dipakai bertekanan > 1 atm dan bersuhu > 1000C, sehingga waktu distilasi bisa lebih cepat mengurangi kemungkinan rusaknya minyak atsiri. Cara ini menghasilkan minyak atsiri dengan mutu yang tinggi.

c. Penyulingan / Destilasi Uap Langsung Bahan dialiri dengan uap yang berasal dari suatu pembangkit uap. Uap yang dihasilkan lazimnya memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer. Uap yang dihasilkan kemudian dialirkan kedalam alat penyulingan sehingga minyak atsiri akan enguap terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor untuk dikondensasi. Alat yang digunakan dalam metode ini disebut alat suling uap langsung. Pada dasarnya tidak ada perbedaan mencolok pada ketiga alat penyulingan tersebut. Namun pemilihan tergantung pada metode yang digunakan, karena reaksi tertentu dapat terjadi selama penyulingan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrodestilasi adalah: 1. Difusi atau perembesan minyak atsiri oleh air panas melalui selaput tanaman yang disebut hidrodifusi 2. Hidrolisis terhadap komponen tertentu dari minyak atsiri. 3. Peruraian terjadi oleh panas.

d. Kohobasi Sistem Kohobasi adalah proses penyulingan yang diulang kembali, artinya air keluaran sisa ini dimasukkan ke ketel lagi untuk diproses ulang menjadi kukus, kemudian kukus dilewatkan pipa ke tabung destilasi. Dalam tabung

destilasi kontak dengan bahan baku menghasilkan kukus air dan minyak atsiri, kemudian dipisahkan oleh separator menghasilkan minyak atsiri dan air limbah (sisa).

Bila rose oil dipungut dengan cara water distillation, maka phenyl ethyl alcohol yang dikandungnya akan larut dalam air. Senyawa ini tidak ikut bersama minyak atsiri. Bau minyak atsiri menjadi berbeda disebut incomplete oil . Untuk mendapatkan minyak atsiri yang lengkap (complete oil), phenyl ethyl alcohol dipisahkan dari air dengan cara distilasi kemudian ditambahkan ke dalam incomplete oil dengan perbandingan yang tepat. Rose oil yang lengkap ini disebut Rose Otto.

e. Rektifasi Bila Essential oil hasil distilasi mengandung impurities (pengotor), dapat dimurnikan dengan re-distilasi memakai steam atau vacuum. Pemurnian dengan cara ini disebut rectification. Ct. eucalyptus oil, dijual sbg double distilled.

f. Destilasi Fraksinasi Proses distilasi normal tetetapi minyak atsiri dikumpulkan secara batch (menurut fraksinya). Contohnya Ylang-ylang.

D. PENETAPAN

KADAR

MINYAK

ATSIRI

DENGAN

CARA

DESTILASI AIR ADA 2 CARA: Cara I : Campur bahan yang diperiksa dalam labu dengan cairan penyulin, pasang alat, isi buret dengan airhingga penuh, panaskan dengan tangas udara, sehingga penyulingan berlangsung dengan lambat tetetapi teratur. Setelah penyulingan selesai, biarkan selama tidak kurang dari 15 menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak atsiri dalam % v/b.

Cara II : Dilakukan menurut cara yang tertera pada Cara I. Sebelum buret diisi penuh dengan air, lebih dahulu diisi dengan 0,2 mL xilena P yang diukur seksama. Volume minyak atsiri dihitung dengan mengurangkan volume yang dibaca dengan volume xilena.

E. PRINSIP PENETAPAN KADAR EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH: Dilakukan penyulingan air atau penyulingan uap kuncup Eugenia

caryophyllus yang telah dikeringkan. Kadar eugenol tidak kurang dari 85,0 % v/v dan tidak lebih dari 90,0 % v/v.

F. PRINSIP PENETAPAN KADAR SITRONELAL DAN GERANIOL DALAM MINYAK SEREH: Dilakukan penyulingan uap daun Cymbopogon nardus, Cymbopogon

winterianus , atau varietas, dan kedua hibrida tersebut. Kadar sitronelal lebih kurang 35 %, kadar geraniol tidak kurang dari 35 % dan tidak lebih dari 40%.

G. PRINSIP PENETAPAN KADAR MENTOL BEBAS DAN ESTER DALAM MINYAK PERMEN: Dilakukan penyulingan air pucuk berbunga Mentha piperita yang segar, jika perlu dimurnikan. Kadar ester, dihitung sebagai mentil asetat tidak kurang dari 4,0% dan tidak lebih dari 9,0 %. Kadar mentol bebas tidak kurang dari 45,0 %.

H. PRINSIP PENETAPAN KADAR SINEOL DALAM MINYAK KAYU PUTIH: Dilakukan penyulingan air atau penyulingan uap daun dan ranting Melaleuca leucadendradan Melaleuca minor yang segar. Kadar sineol tidak kurang dari 50,0 % dan tidak lebih dari 65,0 %.

Anda mungkin juga menyukai