Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Peranan bahan tambahan pangan (BTP) khususnya bahan pengawet menjadi
semakin penting dengan sejalan kemajuan teknologi produksi bahan tambahan
pangan sintetis. Banyaknya tambahan pangan dalam dalam bentuk lebih murni
dan tersedia secara komersil dengan harga yang lebih relative murah akan
mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti
meningkatkan komsumsi bahan tersebut. Bahan tambahan pangan bermanfaat
untuk meningkatkan kualitas mutu suatu produk tetapi juga dapat dapat
menimbulkan bahaya bagi kesehatan terutama untuk bahan tambahan pangan
yang dilarang digunakan pada makanan yaitu formalin. Sebetulnya formalin
digunakan sebagai pembunuh bakteri atau pengawet mayat. Namun kemudian
bahan ini disalah gunakan untuk mengawetkan makanan. Contohnya pada
makanan yang berprotein tinggi dan makanan basah yang akan cepat sekali
membusuk (Effendi, 2012)
Ikan yang biasa dikomsumsi manusia banyak jenisnya, ada yang berasal dari laut,
danau, sungai, rawa, maupun kolam. Ikan - ikan tersusun dari berbagai macam
zat contohnya protein, lemak, dan karbohidrat. Setelah ikan mati terjadi
perubahan fisik pada tubuh ikan yang lambat laun menyebabkan pembusukan
( Astuti, 2007)

Kesalahan fatal yang dilakukan oleh para produsen makanan adalah


menggunakan formali sebagai bahan pengawet makanan. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya informasi tentang formalin dan bahayanya, tingkat kesadaran
kesehatan masyarakat yang masih rendah, haga formalin yang sangat murah, dan
kemudahannya didapat, selain itu formalin efektif digunakan sebagai pengawet.
Efeksamping penguunan formalin tidak secara langsung terlihat (saparinto,
hidayat 2006)
Hasil sidak tim Pemprov Lampung yang dipimpin Asisten II Bidang Ekonomi,
menurut Adehan didapatkan buah buahan yang mengandung formalin, produk
lain ama tidak mengandung formalin seperti daging ayam, sapi serta ikan dan ikan
asin (BKPD, 2014)
Di mol kota Bandar Lampung hamper semuanya menjual ikan air laut segar
maupun ikan air tawar segar. Ikan air laut maupun ikan air tawar merupakan
salah satu makan pokok kebutuhan hidup masyarakat sebagai lauk. Akan tetapi
pengetahuan masyarakat mengenai ikan segar yang mengandung formalin
maupun ikan segar yang tidak mengandung formalin. Formalin merupakan zat
organik yang mirip larutan cuka, baunya pun asam. Formalin digunakan untuk
membunuh bakteri pembusuk atau mengawetkan jasat mahluk hidup dalam ilmu
kedokteran dan keperluan sains. Formalin adalah zat yang berbahaya bagi tubuh
manusia jika terkomsumsi karna formalin merupakan zat yang beracun, yang
bersifat

karsinogen (menyebabkan kangker), dan mutagen (menyebabkan

perubahan sel dan jaringan) (Chyntia, 2015)

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi


kandungan formalin dalam sampel makanan diantaranya

yaitu metode asam

kromatofat, uji Hehner-fulton, uji tollens, dan uji ferri (III) klorida
(Cahyadi,2009) uji Fenilhidrazina (Fi 1979), reaksi Schryver (Schryver S.B,
1910), uji Schiff (Nurhidayah, 2011), uji Nashs (Nash T, 1953).
Bedasarkan permasalahan diatas, peneliti ingin mengidentifikasikan kandungan
formalin pada ikan segar yang dijual di mol kota Bandar Lampung dengan tiga
metode yang digunakan dalam penelitian adalah uji schiff, uji klorida, uji tolles.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah ikan segar yang beredar di mol kota Bandar Lampung tidak mengandung
formalin.
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada identifikasi formalin pada ikan segar yang
dijual di mol kota Bandar Lampung.
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah iakan segar yang dijual di mol kota Bandar Lampung
mengandung formalin.
1.5 Manfaat Penelitian
Membrikan informasi kepada masyarakat mengenai ikan segar yang aman dan
baik untuk dikomsumsi dengan mengetahu cirri cirri ikan segar yang
mengandung formalin atau tidak dan memberikan kepada instalasi terkait jika
ikan segar yang dijual di mol kota Bandar Lampung mengandung atau tidak
mengandung formalin.
1.6 Hipotesa
Penulis mengira bahwa ikan segar yang diual di mol Bandar Lampung
mengandung formalin.

Bab II
tujuan pustaka
Senyawa ini di pasarkan dengan nama formalin. Formaldehida merupakan bahan
tambahan kimia yang efisien, tetapi dilarang ditambahkan pada bahan pangan
(makanan) tetapi ada kemungkinana formalin ditambahakan dalam pengawet susu,
tahu, ikan asin, ikan basah, dan produk pangan lainya. (cahyadi, 2012)
Formalin sebenarnya adalah bahan pengawet yang digunakan dalam dunia
kedokteran, misalnya sebagai bahan pengawet mayat. Bahan ini juga biasanya
digunakan untuk mengawetkan hewan hewan untuk keperluan penelitian. Selain
sebagai bahan pengawet formalin juga memiliki fungsi lain.

Zat antiseptik untuk membunuh mikroorganisme.


Desinfekta pada kandang ayam dan sebagainya.

Antihidrolik (penghambat keluarnya keringat) sehingga sering digunakan

sebagai bahan pembuat deodoran.


Bahan campuran dalam pembuatan kertas tisu untuk toilet.
Bahan baku industri pembuatan lem plywood, resin, maupun tekstil.
O
C
H

Struktur kimia formaldehid


Rumus molekul

: CH2O

Berat mlekul

: 30,03

Titk leleh/titik didih

: -1170C/-19,30C (berupa gas)

Kelarutan

: mudah larut dalam air, alcohol dan pelerut polar


lainnya, sukar larut dalam pelerut non polar, formalin
merupakan larutan jenuh formaldehid dalam air dengan
kadar 37%. Larutan ini tidak berwarna dengan bau
yang menusuk atau tajam. Jika dibiarkan dalam keadaan
dingin, akan menjadi keruh dan membentuk endapan.
Di dalam larutan formalin biadanya ditambahkan 10-15
metanol untuk menghindari polimerasai. Formaldehid
dalam larutan bersifat sebagai pereduksi yang kuat
terutama dengan adanya alkali. Berat jemis formalin

sekitar 1,08 g/ml dan pH nya adalah 2,8-4,0. (marlina,


2008)

Anda mungkin juga menyukai