Anda di halaman 1dari 120

Abu Asadillah Adham bin Shalih Al Iskandar Alamiy

Denie Asseif Engkau memang !!!

As Salafy
[Type the co mpany a d - Abu Asadillah
dress] [Type the abstract of the document here. The ab-
[Type the phone nu m- stract is typically a short summary of the contents
ber]
[Type the fa x nu mber] of the document. Type the abstract of the docu-
[Pick the date] ment here. The abstract is typically a short sum-
mary of the contents of the document.]

1|Risalah Nasehat 1
Abu Asadillah Adham bin Shalih bin Ubaid bin Arifin bin Muhammad Shalih
Al Iskandar Alamiy

Sebuah Bantahan Ilmiah dan Teguran Keras Untuk Sang Bocah Petualang
[ Denie Asseif ]

e
     
Dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesung-
guhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-
orang yang beriman.” (QS. Adz Dzariyat: 55)

2|Risalah Nasehat 1
N
Sebuah Bantahan Ilmiah dan Teguran Keras Untuk Sang Bocah Petualang
[ Denie Asseif ]

Disusun oleh:
Abu Asadillah Adham bin Shalih bin Ubaid bin Arifin bin Muhammad Shalih
Al Iskandar Alamiy

Penerbit:
Al Maktabah Al Ilmiyyah

Cetakan Pertama:
1430 H / 2009 M

3|Risalah Nasehat 1
Do’A

[ Mereka Adalah Teroris ]

4|Risalah Nasehat 1


K
Bismillah…, aku memulai Risalah ini dengan menyebut asma Allah, berharap barokah
dan rahmah. Seiring berjalan waktu…, semakin terasa indahnya bermanhaj Salaf. Se-
moga Allah  senantiasa meneguhkan kita untuk selalu bersabar meniti jalan yang
lurus.
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat serta salam untuk Nabi dan Rasul
yang termulia, juga untuk keluarga dan para sahabat seluruhnya dan orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik. Amma ba‘du.

Alhamdulillah setelah jeda berlalu, kini aku sedikit mempunyai waktu luang untuk
membalas surat seorang bocah petualang bernama Denie Asseif. Walau penat di ke-
pala dan nyeri di badan masih bercokol setelah dalam beberapa hari ini mesti bolak
balik Gresik-Malang untuk menyelesaikan berkas-berkas yang harus dikirim ke Jakarta
dan ke Yaman untuk persiapan keberangkatan ke Yaman awal Desember nanti, walau-
pun sempat kesulitan ketika harus berurusan di kantor imigrasi.. maklum tak menghe-
rankan seperti yang sudah-sudah dampak kebiadaban terorisme membuatku ikut ter-
kena getahnya. Punggung ini masih terasa sakit, nyeri dibeberapa otot karena me-
manggul barang-barang dari ma‘had untuk dibawa pulang menggunakan sepeda mo-
tor, kitab-kitab dan juga beberapa pakaian.

Waktu telah menunjukkan pukul 10 malam, sementara mata ini sudah demikian lelah,
ditambah lagi harus menatap monitor laptop yang cukup menyengat pandangan, na-
mun rasa sakit di punggung tak jua membuatku ingin untuk beristirahat, teringat seo-
rang teman nun jauh disana yang amat sangat membutuhkan bimbingan dan nasehat,
maka untuk itulah risalah ini kubuat… khawatir disalahtanggap, ma‘af bukan sok
hebat, tapi karena memang Ad Dienun Nasihat ......

5|Risalah Nasehat 1
teringat sebuah pesan baginda Rasulullah Muhammad 

―Agama itu adalah nasehat, para Shahabat bertanya, bagi siapa diperuntukkan nasehat
itu? Rasulullah  menjawab: "Bagi Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum
muslimin dan orang-orang awam mereka. " (HR. Imam Muslim: 102/55. dari sahabat
Abi Ruqayyah Tamim Bin Aus Ad Dary)

"Dan tidak halal nasihat itu disembunyikan dari kaum Muslimin –yang baik ataupun
yang jahat- di dalam urusan agama. Maka barangsiapa menyembunyikannya maka dia
telah menipu kaum Muslimin. Dan barangsiapa menipu kaum Muslimin, maka sung-
guh dia telah menipu agama ini. Dan barangsiapa menipu agama ini, maka sungguh
dia telah mengkhianati Alloh dan Rosul-Nya dan kaum Mukminin." ("Syarhus Sun-
nah")

"Janganlah rasa takut (segan) terhadap manusia menghalangi seseorang di antara ka-
lian dari berkata benar jika dia mengetahuinya atau menyaksikannya atau menden-
garnya " ( Hadits Abi Said yang diriwayatkan oleh ahlus sunan dan tersebut dalam ash
shohihul musnad dan as silsilah ash shohihah juz 1 hal 167 ).

‫ش‬١‫حتّ ٌٕفغٗ ِٓ اٌخ‬٠ ‫ٗ ِب‬١‫حتّ ألخ‬٠ ٝ‫إِٓ أحذوُ حز‬٠ ‫ال‬

―Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian, hingga dia menyukai untuk
saudaranya sesuatu yang ia sukai untuk dirinya sendiri dari perkara yang baik‖. [HR. Al
Bukhari, Muslim, An-Nasa‘i]

6|Risalah Nasehat 1
Oleh karena itu, ketika melihat saudara-saudaraku seiman digiring menuju
kepada jurang kesesatan oleh para penebar fitnah dan kebatilan maka akupun tidak
rela, sebagaimana akupun tak rela jika hal itu terjadi pada diri ini. Akupun
menginginkan mereka – saudara-saudara seiman bersama-sama berada diatas manhaj
(metode pemahaman) dan aqidah yang benar dibawah naungan Al Qur‘an dan As
Sunnah berdasarkan apa yang telah dipahami oleh generasi as-salafush shalih yakni
para sahabat, tabi‘in, dan tabiut tabi‘in yang telah diridhoi oleh Allah .

       

          

        

― Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan
muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya.
mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar .‖ (QS. At Taubah: 100)

Demi mewujudkan keinginan tersebut, aku berupaya menyajikan sebuah risalah


teguran serta nasehat ini untuk menjelaskan kepada umat hakekat sebenarnya,
sebagian besar penulisan risalah ini aku mengutipnya dari beberapa kitab, baik kitab-
kitab berbahasa ‗arab dan kitab-kitab terjemah, silahkan merujuk ke daftar pustaka
yang ada di halaman terakhir risalah ini. Aku berusaha menyebutkan nasehat dan
pernyataan para ‗ulama Ahlus Sunnah wal Jama‘ah yang mendasari aqidah dan
pemahamannya dengan aqidah dan paham generasi as-salafush shalih. Mereka para
‗ulama tersebut adalah orang-orang yang berjiwa tegas dan bersikap adil terhadap
semua pihak. Membantah berbagai kesesatan untuk membersihkan Islam ini dari
berbagai permasalahan yang mengotorinya. Sebagaimana yang disabdakan oleh
Rasulullah  dalam haditsnya:

7|Risalah Nasehat 1
‫ ارذبي‬ٚ ٓ١ٌ‫ف اٌغب‬٠‫ْ ػٕٗ رذش‬ٛ‫ٕف‬٠ ٌٗ ٚ‫ذًّ ٘زا اٌؼٍُ ِٓ وً خٍف ػذ‬٠
.ٓ١ٍ٘‫ً اٌجب‬٠ٚ ‫ رأ‬ٚ ٓ١ٍ‫اٌّجط‬

―Ilmu agama ini akan terus dibawa oleh orang-orang adil (terpercaya) dari tiap-tiap
generasi, yang selalu berjuang membersihkan agama ini dari :
 Tahriful Ghalin (Pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh orang-
orang yang menyimpang).
 Intihalul Mubthilin (Kedustaan orang-orang sesat yang mengatasnamakan
agama).
 Ta‘wilul Jahilin (Penta‘wilan agama yang salah yang dilakukan oleh orang-
orang yang bodoh).

[dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah no.248]

Selesai di waktu Adzan Ashar berkumandang,


Malang, 13 Dzulqa‘dah 1430 H
31 Oktober 2009 M

8|Risalah Nasehat 1
Al Imam Ahmad bin Hanbal
(wafat 241 H)

“Cinta kekuasaan lebih


disenangi orang daripada
emas dan perak.
Barangsiapa berambisi
memperoleh kekuasaan,
ia akan
mencari-cari aib orang lain

― 9|Risalah Nasehat 1
BAB I



‫ّئَبد‬١‫ِٓ ع‬ٚ ‫س أٔفغٕب‬ٚ‫رثبهلل ِٓ شش‬ٛ‫ٔؼ‬ٚ ُٖ‫ٔغزغفش‬ٚ ٕٗ١‫ٔغزؼ‬ٚ ٖ‫ئَْ اٌذَّْذَ هلل ٔذّذ‬
‫ئٌٗ ئالاهلل‬٢ ْ‫ذأ‬ٙ‫أش‬،ٌٗ َٞ‫ ٘بد‬٣‫ضًٍ ف‬٠ ِٓٚ ٌٗ ً‫ ِض‬٣‫ذٖ اهلل فـ‬ٙ٠ ِٓ،‫أػّبٌٕب‬
ٌٗ‫ػً آ‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ٌٗ ص‬ٛ‫سع‬ٚ ٖ‫ذ أَْ ِذّّذا ػجذ‬ٙ‫أش‬ٚ ٌٗ ‫ه‬٠‫دذُٖ الَ شش‬ٚ
.ٍُ‫ع‬ٚ ٗ‫أصذبث‬ٚ
Allah  berfirman di dalam kitab-Nya:

             

―Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu ‖. (QS. Al-
Maidah 3).

Berkata Imam Malik ketika menjelaskan tentang ayat ini:

"ٓ٠‫َ د‬ٛ١ٌ‫ظ ا‬١ٍ‫ٕب ف‬٠‫ِئز د‬ٛ٠ ٓ‫ى‬٠ ٌُ ‫"ِب‬

―Suatu perkara yang bukan bagian daripada agama pada hari itu (hari diturunkannya
ayat tersebut), maka pada hari ini pula bukan bagian daripada agama‖.

Sehingga dengan itu setiap perkara, baik dalam bentuk ibadah, mu‘amalah, akhlak,
atau ‗aqidah yang tidak didapati pada hari itu –yaitu pada hari yang Rasulullah  masih
hidup bersama para Shahabatnya  menyampaikan dan mengajarkan serta
menamakan seluruh urusan agama sampai wafat beliau- maka ibadah, akhlak,
mu‘amalah, maupun ‗aqidah tersebut bukan bagian daripada Islam. Sehingga dengan
itu Islam adalah agama yang tidak perlu ditambah-tambah lagi, atau direvisi. Islam
sebagaimana yang dipahami, diyakini, dan diamalkan oleh para Shahabat Rasulullah 
sebagai murid-murid langsung beliau , menimba Ilmu secara langsung kepada beliau
 adalah Islam yang telah sempurna, Ibadah, ‗Aqidah, Akhlak, Mu‘amalah mereka
adalah patut dicontoh oleh seluruh umat yang datang setelah mereka. Bahkan Allah

10 | R i s a l a h N a s e h a t 1
 menjadikan kebenaran ‗Aqidah dan iman para Shahabat  tersebut sebagai tolok
ukur kebenaran ‗aqidah dan iman orang-orang yang datang setelah mereka. Hal ini
sebagaimana dipertegas oleh Allah didalam firman-Nya:

               

     

―Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.‖ (QS. An-Nisaa‘ 115)

Berkata Asy-Syaikh Al Albani bahwa sabilul Mu‘minin dalam ayat tersebut adalah
khusus jalannya para Shahabat.

Makna ini dipertegas lagi oleh dua hadits Rasulullah  , yang salah satunya bersifat
lebih khusus, dan yang kedua bersifat lebih umum. Kedua hadits tersebut adalah:

‫ب‬ِٕٙ ‫ رسفذ‬ٚ ‫ة‬ٍٛ‫ب اٌم‬ِٕٙ ‫جٍذ‬ٚ ‫ػظخ‬ِٛ ‫ي اهلل‬ٛ‫ػظٕب سع‬ٚ :‫خ لبي‬٠‫خ اٌؼشثبض ثٓ عبس‬١‫ ٔج‬ٟ‫ػٓ أث‬
ٚ ،ًّ‫ ج‬ٚ ّ‫ اهلل ػض‬ٜٛ‫ىُ ثزم‬١‫ص‬ٚ‫ " أ‬:‫ لبي‬.‫صٕب‬ٚ‫دّع فأ‬ِٛ ‫ػظخ‬ِٛ ‫ب‬ّٙٔ‫ي اهلل ! وأ‬ٛ‫ب سع‬٠ :‫ فمٍٕب‬،ْٛ١‫اٌؼ‬
ُ‫ى‬١ٍ‫ فؼ‬،‫شا‬١‫ اخزالفب وث‬ٜ‫ش‬١‫ؼش ِٕىُ فغ‬٠ ِٓ ّٗٔ ‫ فا‬،ّٟ‫ىُ ػجذ دجش‬١ٍ‫ ئْ رأِّش ػ‬ٚ ‫ اٌطبػخ‬ٚ ‫اٌغّغ‬
‫ ِذذثبد‬ٚ ُ‫ّب و‬٠‫ ئ‬ٚ ،‫اجز‬ٌٕٛ‫ب ثب‬ٙ١ٍ‫ا ػ‬ّٛ‫ ػض‬،ٞ‫ٓ ِٓ ثؼذ‬١ّ٠‫ذ‬ٌّٙ‫ٓ ا‬٠‫ عّٕخ اٌخٍفبء اٌشا شذ‬ٚ ٟ‫ثغّٕز‬
.‫ إٌبس‬ٟ‫ وً ضالٌخ ف‬ٚ ‫خ‬٠‫ا‬ٚ‫ س‬ٟ‫ ف‬ٚ .‫ وً ثذػخ ضالٌخ‬ٚ ‫س فا ّْ وً ِذذثبد ثذػخ‬ِٛ٤‫ا‬

―Dari Abi Najih Al ‗Irbadh bin Sariyah, berkata: bahwa Rasulullah memberikan
nasehat kepada kami dengan sebuah nasehat yang menggetarkan hati dan meneteskan
air mata. Maka kami berkata: ‗Wahai Rasulullah, seolah-olah ini adalah nasehat
seorang yang akan berpisah. Maka berilah kami wasiat.‘ Maka Rasulullah berkata:
‗Aku mewasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah , dan selalu
mendengar dan taat (kepada penguasa) walaupun yang memerintah kalian adalah
seorang budak dari negri Habasyah/Ethiopia 1. Sesungguhnya barangsiapa diantara
kalian yang hidup (setelahku) akan mendapati perselisihan yang sangat banyak. (maka
dalam kondisi seperti itu) wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnah-ku

1
(suatu perumpamaan dari Rasulullah ‗walaupun yang memerintah itu seorang dari kalangan rendahan, yang secara logika tidaklah
mungkin seorang budak bisa menjadi raja, ditambah lagi Rasulullah memberi penekanan kembali ‗walaupun yang memerintah terse-
but berasal dari Negeri Habasyah/Ethiopia yang dipahami bahwa secara kultur dan ras bangsa arab lebih baik).

11 | R i s a l a h N a s e h a t 1
dan sunnah Al-Khulafa‘ur Rasyidun yang telah mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah
sunnah tersebut dengan gigi-gigi geraham (suatu perumpamaan Rasulullah  untuk
memegang sunnah tersebut erat-erat). Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru yang
diada-adakan (dalam masalah agama), karena sesungguhnya setiap perkara baru yang
diada-adakan adalah bid‘ah, dan setiap bid‘ah itu sesat. [dalam riwayat lain]: dan setiap
kesesatan itu (tempatnya) di Neraka‖.2

Dalam hadits pertama ini, Rasulullah menjadikan sunnah beliau dan sunnah
Al-Khulafa‘ur Rasyidun sebagai referensi utama bagi umat ini disaat mereka
menghadapi perselisihan. Dan sekaligus beliau memperingatkan mereka dari perkara
yang diada-adakan dan tidak dikenal pada masa Rasulullah hidup atau tidak dikenal
pada masa Al-Khulafa‘ur Rasyidun. Sehingga setiap ibadah, ‗aqidah, ataupun manhaj
(metode pemahaman) yang tidak dikenal dimasa Rasulullah dan Al-Khulafa‘ur
Rasyidun adalah ibadah, ‗aqidah, dan manhaj yang bid‘ah .
Kemudian dalam hadits yang kedua, Rasulullah menyebutkan kriteria
tersebut dengan sifat yang lebih umum, maksudnya adalah tidak hanya terbatas pada
Al-Khulafa‘ur Rasyidun, tetapi meliputi para Shahabatnya yang lainnya. Hadits
tersebut adalah:

ِٓ ‫ا‬ٌٛ‫ لب‬،‫ادذح‬ٚ ‫ إٌبس ئال‬ٟ‫ب ف‬ٍٙ‫ٓ فشلخ و‬١‫عجؼ‬ٚ ‫ ثالس‬ٍٝ‫ِخ ػ‬٤‫عزفزشق ٘زٖ ا‬ٚ
.ٟ‫ أصذبث‬ٚ َٛ١ٌ‫ٗ ا‬١ٍ‫ ِثً ِب أٔب ػ‬ٍٝ‫ ُ٘ ِٓ وبْ ػ‬:‫ي اهلل؟ لبي‬ٛ‫ب سع‬٠ ٟ٘
―Dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.
Para Shahabat bertanya: ‗Siapakah mereka (yang selamat) itu wahai Rasulullah ?
Rasulullah menjawab: ―Mereka (kelompok yang selamat itu) adalah orang-orang
yang kondisinya berada diatas apa yang aku dan sahabatku berada diatasnya pada hari
ini (pada masa Rasulullah  berbicara / semasa hidup beliau) .‖ 3 [Hadits Riwayat. Ath-
Thabarani]

Dalam hadits tersebut dengan tegas Rasulullah menjadikan beliau serta para
shahabatnya sebagai barometer kebenaran dan sekaligus tolok ukur Golongan yang

2
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (4596,4597), At Tirmidzi (2642), Ibnu Majah (3990), Ad Darimi (II/241), Ahmad (IV/102, II/332),
Al Hakim (1/128)
3
Hadits Shahih Riwayat Ath-Thabrani di Ash Shaghir I/256.
Hadits tentang Iftiraqul Ummah ini diriwayatkan dari beberapa shahabat, antara lain: Abu Hurairah, Mu‘awiyyah bin Abi Sufyan,
Anas bin Malik, ‗Auf bin Malik, Ibnu Mas‘ud, Ali bin Abi Thalib , dll.

12 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Selamat (Al Firqatun Najiyah). Sehingga barangsiapa yang menginginkan keselamatan
dari kesesatan di dunia dan berbagai macam bid‘ah, baik bid‘ah dalam perkara ibadah,
‗aqidah, ataupun manhaj (metode berpikir) maka haruslah mengembalikan semua
perkara agama kepada mereka.
Perlu diketahui bahwa barangsiapa yang enggan dan berpaling dari manhaj dan ‗aqidah
Rasulullah dan para shahabatnya tersebut, maka dia tidak lagi tergolong sebagai
Golongan yang Selamat, bahkan Allah akan membiarkan dia terus hanyut dalam
kesesatan dan kebid‘ahan, serta Allah lemparkan dia ke dalam jurang neraka
jahannam, sebagaimana Firman-Nya dalam surat An-Nisaa ayat ke 115 :

            

        

―Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin (Shahabat), Kami biarkan ia
leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali‖. (An-Nisaa: 115)

Itulah Dienul Islam yang telah lengkap dan sempurna. Semuanya telah jelas dan
gamblang, tidak ada satupun yang tersamar atau tidak jelas. Tidaklah menyimpang
darinya kecuali dia pasti binasa.
Agama yang telah lengkap dan sempurna tersebut senantiasa terjaga dan lestari
hingga akhir zaman. Bahkan Allah langsung menjamin terjaganya dien ini,
sebagaimana Allah tegaskan dalam firman-Nya:

       

―Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya


Kami benar-benar memeliharanya‖. (QS. Al-Hijr: 9)

Maka agama yang telah lengkap dan sempurna ini diwarisi dari Rasulullah
oleh para shahabatnya, kemudian murid-murid mereka, dan seterusnya di setiap masa
diwarisi oleh para ‗Ulama dari kalangan Ahlul Hadits Ahlus Sunnah wal Jama‘ah.
Merekalah pewaris para Nabi, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah di dalam
haditsnya:

13 | R i s a l a h N a s e h a t 1
‫ ئّّٔب‬،‫ ال دسّ٘ب‬ٚ ‫ٕبسا‬٠‫ا د‬ٛ‫سّث‬ٛ٠ ٌُ ‫بء‬١‫ٔج‬٤‫ ئّْ ا‬،‫بء‬١‫ٔج‬٤‫سثخ ا‬ٚ ‫ئّْ اٌؼٍّبء‬
.‫افش‬ٚ ‫ فّٓ أخزٖ أخز ثذظ‬،ٍُ‫ا اٌؼ‬ٛ‫سّث‬ٚ

―Sesungguhnya para ‗ulama itu adalah pewaris para Nabi. Dan para Nabi
tidaklah mewariskan dinar maupun dirham. Namun mereka mewariskan ilmu. Maka
barangsiapa yang mengambil ilmu tersebut, sungguh ia telah mendapat bagian yang
sangat besar‖. [Shahih Sunan Abi Dawud (no.3641)].

Mereka adalah pewaris Nabi, yang dipercaya untuk mengemban ilmu agama
ini, menjaga dan menda‘wahkannya kepada umat. Mereka juga dipercaya untuk
membentengi agama ini dari berbagai penyimpangan dan penyelewengan. Merekalah
orang-orang adil dan terpercaya di tengah-tengah umat ini.

        

― Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanya-


lah ‗ulama‖. (QS. Fathir: 28).

Maka di setiap masa dan waktu Allah bangkitkan di tengah-tengah


umat ini ‗ulama yang siap tampil membela dan membentengi agama ini dari musuh-
musuhnya. Dengan keberadaan ‗ulama, terbongkarlah kedok dan borok para penyesat
umat, sehingga tidaklah tersisa satu tempat persembunyian pun bagi mereka
melainkan telah diketahui dan telah diporak-porandakan. Sehingga umat tidak lagi
mudah ditipu oleh mereka.

‫ رأ‬ٚ ٓ١ٍ‫ ارذبي اٌّجط‬ٚ ٓ١ٌ‫ف اٌغب‬٠‫ْ ػٕٗ رذش‬ٛ‫ٕف‬٠ ٌٗ ٚ‫ذًّ ٘زا اٌؼٍُ ِٓ وً خٍف ػذ‬٠
.ٓ١ٍ٘‫ً اٌجب‬٠ٚ

―Ilmu agama ini akan terus dibawa oleh orang-orang adil (terpercaya) dari tiap-tiap
generasi, yang selalu berjuang membersihkan agama ini dari:
 Tahriful Ghalin (Pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh orang-
orang yang menyimpang).

14 | R i s a l a h N a s e h a t 1
 Intihalul Mubthilin (Kedustaan orang-orang sesat yang mengatasnamakan
agama).
 Ta‘wilul Jahilin (Penta‘wilan agama yang salah yang dilakukan oleh orang-
orang yang bodoh).

[dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah no.248]

SOLUSI....???
Dalam menghadapi situasi yang penuh fitnah dan kebingungan, Rasulullah
telah memberikan bimbingan yang sangat baik dan tepat. Disebutkan dalam sebuah
hadits:
ٓ‫ وٕذ أعأٌٗ ػ‬ٚ ،‫ش‬١‫ عٍُ ػٓ اٌخ‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ي اهلل ص‬ٛ‫ْ سع‬ٌٛ‫غأ‬٠ ‫ وبْ إٌبط‬:‫ّبْ لبي‬١ٌ‫فخ ثٓ ا‬٠‫ػٓ دز‬
ِٓ ٛ١‫ؼذ ٘زا اٌخ‬٠ ًٙ‫ ف‬،‫ش‬١‫زا اٌخ‬ٙ‫ فجبءٔب اهلل ث‬.ّ‫ شش‬ٚ ‫ّخ‬١ٍ٘‫ جب‬ٟ‫ ئّٔب وّٕب ف‬،‫ي اهلل‬ٛ‫ب سع‬٠ :‫ فمٍذ‬،ٟٕ‫ذسو‬٠ ْ‫اٌشش ِخبفخ أ‬
‫ش‬١‫ْ ثغ‬ّٕٛ‫غز‬٠ َٛ‫ ل‬:‫ِب دخٕٗ ؟ لبي‬ٚ :‫ فٍذ‬.ٓ‫ٗ دخ‬١‫ ف‬ٚ .ُ‫ ٔؼ‬:‫ش ؟ لبي‬١‫ ً٘ ثؼذ رٌه اٌششّ ِٓ خ‬ٚ :‫ لٍذ‬.ُ‫ ٔؼ‬:‫اٌششّ ؟ لبي‬
‫اة‬ٛ‫ أث‬ٍٝ‫ دػبح ػ‬.ُ‫ ٔؼ‬:‫ش ِٓ ششّ ؟ لبي‬١‫ ً٘ ثؼذ رٌه اٌخ‬:‫ فمٍذ‬،‫ رٕىش‬ٚ ُِٕٙ ‫ رؼشف‬،ٟ٠‫ش ٘ذ‬١‫ْ ثغ‬ٚ‫زذ‬ٙ٠ ٚ ٟ‫عّٕز‬
‫ب‬٠ :‫ لٍذ‬.‫ْ ثأٌغٕزٕب‬ٍّٛ‫زى‬٠ ٚ ،‫َ ِٓ جٍذرٕب‬ٛ‫ ُ٘ ل‬:‫ لبي‬،‫ُ ٌٕب‬ٙ‫ صف‬،‫ي اهلل‬ٛ‫ب سع‬٠ :‫ لٍذ‬.‫ب‬ٙ١‫ٖ ف‬ٛ‫ب لزف‬ٙ١ٌ‫ُ ئ‬ٙ‫ ِٓ أجبث‬،ُّٕٙ‫ج‬
‫ ال ئِبَ ؟‬ٚ ‫ُ جّبػخ‬ٌٙ ٓ‫ى‬٠ ٌُ ْ‫ فا‬:‫ فمٍذ‬،ُِٙ‫ ئِب‬ٚ ٓ١ٍّ‫ رٍضَ جّبػخ اٌّغ‬:‫ رٌه ؟ لبي‬ٟٕ‫ ئْ أدسو‬ٞ‫ي اهلل ! فّب رش‬ٛ‫سع‬
.‫ رٌه‬ٍٝ‫ أٔذ ػ‬ٚ ‫د‬ٌّٛ‫ذسوه ا‬٠ ٝ‫ أصً شجشح دز‬ٍٝ‫ٌُ أْ رؼص ػ‬ٚ ،‫ب‬ٍٙ‫ فبػزضي رٍه اٌفشق و‬:‫لبي‬

―Dari shahabat Hudzaifah Ibnul Yaman berkata: ―Dahulu manusia (para


shahabat) selalu bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan (amalan-amalan yang
bisa mengantarkan ke Surga, pent), sementara aku sering bertanya kepada beliau
tentang kejelekan, karena kekhawatiran akan kejelekan tersebut datang menimpaku.

 Maka aku berkata: ―Wahai Rasulullah , sesungguhnya kami dahulu


dalam keadaan jahiliyyah dan kejelekan. Kemudian Allah
mendatangkan kebaikan (agama Islam, pent) ini kepada kami. Apakah
setelah adanya kebaikan ini masih akan ada kejelekan?‖
 Rasulullah menjawab: ―Ya‖.
 Aku berkata: ―Dan apakah setelah datang kejelekan tersebut masih akan
ada kebaikan lagi?‖

15 | R i s a l a h N a s e h a t 1
 Rasulullah menjawab: ―Ya, tapi pada kebaikan tersebut tercampur
dengan adanya asap (yang mengaburkan, pent).‖
 Aku berkata: ―Apa bentuk asap (yang mengaburkan, pent). tersebut?‖
 Rasulullah menjawab: ―Adanya suatu kaum yang berprinsip selain
dengan sunnahku, dan mengambil petunjuk selain dengan petunjukku.
Engkau mendapati beberapa kebaikan pada mereka di satu sisi, namun
di sisi lain engkau mengingkari kemungkaran yang ada pada mereka.‖
 Aku berkata: ―Apakah setelah kebaikan tersebut masih akan muncul
kejelekan lagi?‖
 Rasulullah menjawab: ―Ya, yaitu munculnya sekelompok da‘i penyeru
umat, yang berada di pintu-pintu jahannam. Barangsiapa yang
memenuhi seruan mereka, maka mereka akan melemparkannya ke
dalam jahannam.‖
 Aku berkata: ―Wahai Rasulullah sebutkan kriteria mereka kepada
kami.‖
 Rasulullah menjawab: ―Mereka adalah suatu kaum yang berasal dari
bangsa kita dan berbicara dengan bahasa kita.‖
 Aku berkata: ―Wahai Rasulullah , apa nasehat engkau jika keadaan
yang demikian itu menimpaku?.
 Rasulullah menjawab: ―Wajib atasmu untuk selalu berpegang dengan
‗Jama‘atul Muslimin (Pemerintah Muslimin) dan penguasa mereka.
 Kemudian aku berkata: ―Kalau seandainya mereka (‗Jama‘atul
Muslimin) tidak memiliki pemerintahan dan penguasa?‖
 Rasulullah menjawab: ―Maka tinggalkanlah semua kelompok-
kelompok, walaupun engkau terpaksa harus menggigit akar pohon,
hingga kematian datang menemuimu sementara engkau tetap dalam
keadaan yang demikian itu .‖ [Muttafaqun ‗alaihi 4].

Dalam hadits diatas, terkandung sebuah pelajaran penting dan pedoman hidup
beragama bagi setiap muslim. Diantaranya adalah di saat munculnya para da‘i yang
berada di pintu jahannam, yang mereka adalah kelompok yang selalu menuntut
kekuasaan dan berupaya menggulingkan penguasa yang sedang memerintah, baik dari
kelompok teroris khawarij maupun yang selainnya. Maka wajib kepada kaum

4
HR. Bukhari (no.3606,7084) ; Muslim (no.1847)

16 | R i s a l a h N a s e h a t 1
muslimin untuk selalu bersikap mendengar dan taat kepada waliyul amr walaupun
penguasa tersebut adalah penguasa yang zhalim dan kejam.
Serta wajib kepada seluruh kaum muslimin untuk tidak memenuhi
seruan-seruan kelompok-kelompok sempalan, yang selalu menyerukan penentangan
terhadap penguasa. Wajib kepada kaum muslimin untuk meninggalkan kelompok-
kelompok tersebut secara menyeluruh, terkhusus di saat tidak adanya penguasa yang
memerintah kaum muslimin. Walaupun terpaksa dia harus mengalami kehidupan
yang sengsara akibat itu semua.
Hadits diatas, sekaligus sebagai bantahan terhadap kelompok-kelompok
yang menyatakan bahwa pada saat ini sudah tidak ada lagi penguasa muslim yang
harus ditaati. Sementara di waktu yang sama mereka mengajak umat untuk ikut
bersama kelompoknya, taat, dan berbai‘at kepada amir kelompoknya. Kalaupun
seandainya kita anggap klaim mereka itu benar, bahwa sekarang dinyatakan sudah
tidak ada lagi penguasa muslim yang wajib untuk ditaati dan didengar perintahnya,
maka dengan tegas Rasulullah menyatakan bahwa dalam kondisi seperti itu, kita
diperintahkan untuk menjauhi semua kelompok-kelompok (Hizb) yang ada tanpa
kecuali.
Maka melalui risalah ini, kami mengajak semua pihak dan kelompok-
kelompok sempalan yang telah mengikat para anggotanya dengan kewajiban
mendengar dan taat serta berbai‘at kepada amir kelompoknya, serta berupaya untuk
menghilangkan kepercayaan umat kepada penguasanya, bahkan berupaya
menggulingkan penguasa-penguasa kaum muslimin; untuk kembali bertaubat kepada
Allah , serta berpegang kepada prinsip-prinsip Rasulullah dan para shahabatnya
serta salafush shalih. Kami mengajak serta menyeru kelompok-kelompok sempalan
seperti JI (Jama‘ah Islamiyyah), NII (Negara Islam Indonesia), LDII (Lembaga Dakwah
Islam Indonesia), HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), MMI (Majelis Mujahiddin
Indonesia), FPI (Front Pembela Islam), IM (Ikhwanul Muslimin),... dll untuk kembali
kepada bimbingan Ahlus Sunnah wal Jama‘ah dan pemahaman salafush shalih dengan
meninggalkan tindakan-tindakan bid‘ah yang sesat lagi menyesatkan itu. Untuk
sama-sama kita bersatu di bawah bimbingan Al-Qur‘an dan As0Sunnah dalam
bingkai pemahaman salaful ummah.

17 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Salah satu prinsip terpenting dalam agama adalah prinsip amar ma‘ruf nahi munkar.
Yang dengan tegas diperintahkan oleh Allah di dalam ayat-Nya:

             

 

―Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung.‖ (QS. Ali Imraan: 104)
Begitu pula dalam beberapa hadits Rasulullah , dengan tegas beliau
memerintahkan umat ini untuk mengingkari kemungkaran.
Yang perlu diketahui dan difahami oleh setiap pribadi muslim bahwa amar
ma‘ruf nahi munkar merupakan salah satu ibadah dari sekian ibadah yang telah
diwajibkan oleh Allah  kepada hamba-hamba-Nya. Dan setiap ibadah mempunyai
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Demikian pula ibadah
amar ma‘ruf nahi munkar ini.
Namun sangat disayangkan ketika kebanyakan umat ini, terkhusus para aktivis
kelompok-kelompok sempalan tak luput pula sang bocah petualang bergelar Sarjana
Sains Terapan dalam bidang Ilmu Komputerisasi ini yang mempunyai hobi ―working
and political watch‖ sebagaimana yang dia nyatakan melalui profil facebooknya, yang
tidak mengerti alias Jahil tentang ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat dari amar
ma‘ruf nahi munkar . Mencukupkan dengan modal semangat membabi buta tanpa
ilmu dan sok bergaya jagoan membela mati-matian harkat martabat kelompoknya
HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), sang bocah petualang ini begitu gencar
mempropagandakan kesesatan kelompoknya melalui berbagai media, tak luput pula
internet yang memang sebagai bidang spesialisasinya . Bermodal kecanggihan klik
kanan copy paste, ‗seenak udelnya‘ saja bocah ini mencomot dalil-dalil Al-Qur‘an dan
As-Sunnah yang memang berkutat diseputar apa yang dipahami oleh kelompoknya
saja5. Sehingga mereka keluar dari batas-batas ketentuan dan syarat-syarat yang telah
diletakkan oleh Allah  dan Rasul-Nya . Yang ada bukan kema‘rufan yang muncul,
malah melahirkan kemungkaran yang lebih besar, tidak hanya kepada sang pengingkar

5
akan datang penjelasan-penjelasan dan bukti tentang ke-‗seenak udelan’ Denie Asseif dalam mencomot dalil-dalil Al-Qur‘an dan
As-Sunnah pada Bab yang kedua dari Risalah ini, bi Idznillahi Ta‘ala

18 | R i s a l a h N a s e h a t 1
kemungkaran saja, tetapi juga mengenai pihak-pihak lain yang tak bersalah. Mereka
itu adalah para Ruwaibidhah, yaitu orang-orang dungu dan bodoh yang sok mau
berbicara tentang urusan umat, sok memperjuangkan kemuliaan umat dengan cara
yang total salah kaprah, sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah :

" ‫ش أٍ٘ٗ فبٔزظش اٌغبػخ‬١‫ غ‬ٌٝ‫ِش ئ‬٤‫عّذ ا‬ٚ ‫" ئر‬

―Jika setiap urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat
kehancurannya‖.

Rasulullah  ketika menjelaskan kepada umatnya tentang kewajiban amar


ma‘ruf nahi munkar juga membatasi perintahnya itu sesuai dengan kemampuan
umatnya, dan agar umat ini tidak memaksakan diri di dalam melakukan upaya
tersebut di luar batas kemampuannya, diriwayatkan dari shahabat Abu Sa‘id Al Khudri
bahwa Rasulullah  bersabda:

‫ رٌه أضؼف‬ٚ ،ٗ‫غزطغ فجمٍج‬٠ ٌُ ْ‫ فا‬،ٗٔ‫غزطغ فجٍغب‬٠ ٌُ ْ‫ فا‬،ٖ‫ذ‬١‫ّشٖ ث‬١‫غ‬١ٍ‫ ِٕىُ ِٕىشا ف‬ٜ‫ِٓ سأ‬
.ْ‫ّب‬٠‫اإل‬

―Barangsiapa diantara kalian yang melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah


merubah dengan tangannya, jika ia tak mampu maka hendaklah merubah dengan
lisannya, jika ia tak mampu maka rubahlah dengan hatinya (mengingkari
kemungkaran tersebut, pent), dan itulah selemah-lemah iman.‖ [HR. Muslim no.49].

Pembaca yang budiman...


Tatkala muncul segelintir orang yang berani keluar dari pemahaman Islam
yang benar dan sempurna, berani keluar dari manhaj dan pemahaman para shahabat di
dalam memahami, meyakini, dan mengamalkan agama ini, serta mengabaikan
prinsip-prinsip amar ma‘ruf nahi munkar, maka mereka pun menjadi sesat dan
menyesatkan, yang akhirnya menimbulkan kekacauan di tengah-tengah umat.
Di masa para shahabat masih hidup, muncul segelintir orang yang bersemangat
dan beremosi tinggi, mengklaim dan menuduh bahwa khalifah Utsman bin Affan

19 | R i s a l a h N a s e h a t 1
telah melakukan kemungkaran dan penyimpangan. Kemudian dengan semangat
berkobar-kobar pula mereka melakukan aksi inkar munkar tanpa dilandasi ilmu dan
pemahaman yang benar terhadap Al-Qur‘an dan As-Sunnah serta tidak mau meruju‘
kepada para shahabat. Aksi tersebut ternyata di kemudian hari menjadi aksi anarkis
dan teror yang berujung kepada pembunuhan Amirul Mu‘minin Utsman bin Affan
!
Kemudian kelompok khawarij 6 ini kembali muncul pada masa Amirul
Mu‘minin ‗Ali bin Abi Thalib yang lagi-lagi berujung dengan terbunuhnya beliau .
Dengan ekstrimitas dan semangat tinggi tanpa ilmu, mereka berani ‗tampil beda‘
dengan para shahabat dalam beraqidah dan bermanhaj. Dengan kejahilan dan
kebodohan, mereka memiliki pemahaman dan penafsiran yang nyleneh terhadap Al-
Qur‘an, yang pemahaman dan penafsiran itu sama sekali tidak dikenal di kalangan para
shahabat . Diantaranya mereka telah sesat dalam memahami dan menafsirkan ayat:

          

―Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,


Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. ‖ (QS. Al Maidah: 44).

Mereka memahami dan menafsirkan ayat diatas dengan pemahaman yang


sempit. Akibatnya menurut mereka, semua orang yang berhukum dengan selain
hukum Allah adalah Kafir keluar dari Islam. Padahal tidak demikian tafsir dan
pemahaman yang dikenal oleh para shahabat terhadap ayat tersebut.
Demikian juga di dalam menilai dan menyikapi realita ( waqi‘) yang terjadi,
mereka berani ‗tampil beda‘ dengan para shahabat. Mereka yang notabene adalah
anak-anak bau kencur dan jahil sama sekali tidak mau meruju‘ kepada ‗ulama
shahabat. Yakni dengan serampangan didasari emosi mereka menilai dan menyikapi
peristiwa tahkim (penetapan hukum) yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib dan
Mu‘awiyyah bin Abi Sufyan, dan semua pihak yang terlibat, serta siapa saja yang tidak
mengingkari tahkim tersebut adalah kafir keluar dari Islam. Karena kafir maka halal
darah dan harta mereka. Karena Amirul Mu‘minin telah kafir,maka harus dilakukan
penggulingan kekuasaan dengan memberontak. Akibatnya muncullah tindakan
pembunuhan, perampasan harta, harga diri diinjak-injak, dan kekacauan terhadap

6
Al Khawarij adalah bentuk plural (jamak) dari kata Al Kharijah, yang maknanya secara global adalah: Para pemberontak yang
keluar dari sikap taat kepada penguasa muslim dengan dalih kesesatan yang dilakukan oleh penguasa. (akan datang penjelasan lebih
lanjut, beserta dalil-dalilnya mengenai permasalahan ini pada bab kedua dari risalah ini, Insya Allah)

20 | R i s a l a h N a s e h a t 1
sesama kaum muslimin sendiri. Sekian banyak darah tertumpah, jiwa melayang, harta
yang hilang,....., dan kaum muslimin ketakutan.
Hal itu semua, ternyata tidak lepas dari aqidah dan ideologi sesat khawarij yang
ternyata tumbuh dan berkembang subur di kalangan para aktivis Islam, yang aktivitas
dan pengalaman agamanya hanya dilandasi semangat dan emosi saja, tanpa ilmu yang
benar yang bersumber dari Al-Qur‘an dan As-Sunnah sebagaimana yang difahami dan
diamalkan oleh para shahabat Rasulullah .
Mereka bodoh dan jahil terhadap pokok-pokok agama, lebih lagi dalam
masalah cabang-cabangnya, mereka mencomot beberapa ayat/hadits tapi mereka
kesampingkan ayat/hadits lainnya padahal ayat/hadits yang mereka kesampingkan itu
berkedudukan sebagai penjelas akan ayat/hadits lainnya, hanya karena tidak sesuai
dengan akal atau konsep pergerakan kelompok/partainya.
Hendaknya kita semua bisa mengambil pelajaran dari peringatan yang telah
disampaikan oleh Rasulullah sejak 14 abad yang lalu, yaitu ketika menyebutkan
sifat-sifat khawarij:

‫ي‬ٛ‫ش ل‬١‫ْ ِٓ خ‬ٌٛٛ‫م‬٠ َ‫دال‬٤‫بء ا‬ٙ‫عٕبْ عف‬٤‫َ أدذاس ا‬ٛ‫ آخش اٌضِبْ ل‬ٟ‫خشج ف‬١‫ع‬
.‫ّخ‬١ِ‫ُ ِٓ اٌش‬ٙ‫ّشق اٌغ‬٠ ُ‫ٓ و‬٠‫ْ ِٓ اٌذ‬ٛ‫ّشل‬٠ ُ٘‫ص دٕبجش‬ٚ‫جب‬٠ ‫ْ اٌمشآْ ال‬ٚ‫مشأ‬٠ ‫ّخ‬٠‫اٌجش‬
.‫بِخ‬١‫َ اٌم‬ٛ٠ ‫ُ ػٕذ اهلل‬ٍٙ‫ُ أجشا ٌّٓ لز‬ٍٙ‫ لز‬ٟ‫ُ٘ فاّْ ف‬ٍٛ‫ُ٘ فبلز‬ّٛ‫ز‬١‫فارا ٌم‬

―Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang muda-muda umurnya, pendek
akalnya. Mereka mengatakan sebaik-baik ucapan manusia 7. Mereka membaca Al-
Qur‘an (tapi) tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat (keluar) dari
(batas-batas) agama ini seperti melesatnya anak panah dari (tubuh) buruannya. Maka
jika kalian mendapati mereka (khawarij ), perangilah mereka ! karena sesungguhnya
orang-orang yang memerangi mereka akan mendapat pahala di sisi Allah pada hari
kiamat‖. [muttafaqun ‗alaihi].

Maka dalam rangka untuk memberikan nasehat dan peringatan kepada umat
dari bahaya penyimpangan dan penyesatan aqidah dan manhaj, bahaya aliran-aliran
sesat dan menyesatkan, demikian juga nasehat dan peringatan kepada umat dari
bahaya kejahatan tokoh-tokoh kebatilan, tak lupa pula kepada salah satu korbannya

7
Berkata Al Imam An Nawawi ketika menjelaskan hadits ini: ―Yaitu mereka pada zhahirnya seolah-olah bertaqwa, seperti
pernyataan mereka: ―tidak ada hukum kecuali hukum Allah, dan ucapan-ucapan lainnya berupa seruan mereka kepada Kitabullah.

21 | R i s a l a h N a s e h a t 1
yang telah terjangkiti virus ganas berupa kesesatan tersebut Denie Asseif, maka kami
terpanggil untuk menulis risalah nasehat ini.
Namun karena beberapa kesibukan yang ada, dan jarangnya ada kesempatan
untuk Online di Internet sebagaimana Denie Asseif, serta panjang dan luasnya
pembahasan di satu sisi, dan juga banyaknya kitab-kitab referensi dan rujukan yang
disajikan kepada kami oleh saudara Denie Asseif yang harus diperiksa serta dikaji dan
dipahami kembali, walhamdulillah beberapa ikhwan mantan HTI, bersedia
menyediakan beberapa kitab atau buku yang dikeluarkan oleh HTI secara resmi
tersebut salah satunya kitab berbahasa arab berjudul Nidzamul Islam (Undang-
undang Islam) kitab ‗gado-gado‘ yang laris manis bak kacang goreng itu, dibagi-
bagikan secara gratis di halaqah-halaqah mereka, sebagaimana yang dia sarankan pada
komentarnya berikut ini, tentang kemana kami harus merujuk:

sehingga dikuatirkan tidak muncul pernyataan semacam berikut ini di


kemudian hari:

Sedangkan di sisi lainnya kebutuhan umat yang mendesak akan adanya


penjelasan hakekat berbagai pernyataan Denie Asseif secara khusus, baik di situs
pribadinya maupun di berbagai dinding facebook yang ada dan penjelasan kepada
hakekat terorisme secara umum, maka ‗berikutkan kami tampilnya‘ 8 risalah nasehat

8
Mengutip istilah yang sering dipakai oleh mas ‗Masih Katropolis‘ ketika kuliah dulu. yang diplesetkan dari pengucapan yang
seharusnya. Yang maksudnya adalah ‗berikutnya kami tampilkan‘

22 | R i s a l a h N a s e h a t 1
ini dalam beberapa edisi yang berkelanjutan, Insya Allah. Maka risalah yang ada
ditangan pembaca ini adalah risalah edisi pertama. Yang mana pada edisi pertama ini
Insya Allah terdiri dari 3 (tiga)bab, namun pada kesempatan kali ini, kami hendak
menyampaikan sekilas saja tentang Muqaddimah penulisan risalah ini dan mengirim-
kannya secara bertahap, sehingga pembaca sekalian dapat menelaah serta memahami
permasalahan yang ada dengan penuh seksama, dan agar kami pun bisa menyisihkan
waktu untuk kembali menelaah buku-buku yang direkomendasikan kepada kami oleh
Denie Asseif sebagaimana telah lalu di atas, sehingga nantinya kami tidak mendholimi
orang lain diluar batas yang kami tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Seba-
gaimana difirmankan dalam Al-Qur‘an:

              

  

― Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengeta-
huan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya.‖ (QS. Al Israa‘ 36)

             

                 

         

― Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar pe-
negak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu ke-
maslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyim-
pang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan men-
jadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.‖ (QS. An Nisaa: 135).

23 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Dan juga seperti yang dikatakan oleh Denie Asseif, agar kami melihat kembali
penjelasan Surat Al Hujurat ayat 6,

             

   

― Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa
suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musi-
bah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu me-
nyesal atas perbuatanmu itu.‖ (QS. Al Hujurat: 6)

Anehnya si dungu ini selalu menetapkan standart ganda dalam berbagai prin-
sipnya, penilaian yang dilakukan semata atas dasar ta‘ashub hizbiyyah (fanatik keke-
lompokan). Dengan senantiasa bersikap ngawur dan serampangan dalam memahami
sebuah nash yang ada, tanpa didasari ilmu dan pemahaman yang benar. Mari kita si-
mak pernyataan-pernyataan Denie Asseiff yang dicomot dari opini media.

24 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Perhatikan kata yang bergaris merah pada gambar diatas, dengan santainya dia
mengutip pemberitaan dari seorang bernama Muhammad Habibullah yang jelas-jelas
tanpa sumber, maka ini menunjukkan sebuah kontradiksi yang aneh.. ―Berbagai media
lokal dan international memberitakan‖. Dengan tanpa merasa malu dan salah karena
telah menyalahi prinsipnya sendiri sebagaimana yang dia katakan diatas ―Antum ru-
panya sudah tersesatkan oleh Opini media yang mana media sekarang dikuasai oleh
barat‖. Perhatikan pada dua kata yang bercetak tebal diatas yang sungguh sangat ber-
tolak belakang, di satu sisi dia mengutip Opini dari berbagai media lokal dan interna-
tional yang mana kita tidak mengetahui media apa saja yang terbungkus dalam kata
―berbagai‖ diatas, media yang terpercaya kah?? Atau media yang dipenuhi tendensi
tertentu dalam menyampaikan pemberitaannya. Berikutnya dia mengutip sebuah opi-
ni yang diterbitkan oleh Jawa Pos, sebuah media yang mendapat julukan sebagai me-
dia liberal oleh teman Denie Asseiff bernama Gigih Rahmat D#wa (tak kuasa kami
mengetik nama yang mengandung kekufuran tersebut)

Dan dengan asiknya dia menanggapi dengan sebuah kalimat ―hehe.. ada kekeli-
ruan tp moga bukan kesengajaan‖. Apakah sebuah media liberal yang penuh dengan
kekeliruan sebagaimana menurut perkiraan Denie Asseiff dan jaringannya dapat dija-

25 | R i s a l a h N a s e h a t 1
dikan sebuah landasan untuk menghukumi Fakta dan kebenaran??? Maka kami
ingatkan kembali Denie Asseiff dengan nasehatnya yang ‗bijak‘ di bawah ini...

Kemudian tak cukup sampai disitu prinsip-prinsip standart ganda yang dia
terapkan masih berlanjut, kali ini dia menukil dari sumber hizbut-tahrir.or.id yang
mana sumber tersebut pun menukil dari seorang Staff Mabes TNI AU yang telah
mereka tuduh sendiri sebagai thagut antek pemerintah.dimana tanpa ada kros cek dan
penelitian akan suatu khabar beritanya... hadits ahad ditolak 9, khobar sesat diembat,
maka kembali kami mengingatkan akan sebuah nasehatnya yang bijak...

Masih berlanjut... kali ini Denie Asseiff menukilkan, masih dari media juga,
yang mungkin telah dia timbang keaktualannya tersebut... Republika Online..

9
Hadits Ahad: Yaitu Hadits yang tidak sampai derajat mutawatir. (akan datang penjelasan lebih lanjut pada
bab kedua risalah ini, Insya Allah)

26 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Maka jelaslah dapat kita ketahui bahwa ucapannya tentang mana opini yang
menyesatkan dan mana yang tidak, hanya terbatas pada kungkungan lingkup ta‘ashub
saja, setiap opini yang sejalan dengan ideologi kelompoknya sekalipun itu dari jalan
pemberitaan yang tidak jelas maka itu menjadi opini yang diterima, sebaliknya jika
menyelisihi paham kelompoknya maka itu adalah sebuah opini yang sesat sekalipun
itu benar adanya.

Seandainya tidak kami khawatirkan bahwa jika pengiriman risalah ini


disampaikan dalam bentuk sekaligus akan membuat sulit dipahami atau bosan
dikarenakan tebalnya risalah ini yang mencapai lebih dari 100 halaman. Maka untuk
itulah dengan mempertimbangkan kemaslahatan yang ada, maka kami memutuskan
untuk tidak dulu menyertakan pembahasan inti risalah nasehat ini, yang Insya Allah
termaktub dalam bab kedua risalah ini dan kami kirimkan secara berangsur bab demi
bab, dimulai dari bab pertama. Semoga bermanfaat untuk diri kami, untuk saudara
kami Denie Asseiff yang sangat membutuhkan bimbingan serta nasehat juga untuk
saudara-saudara kami kaum muslimin seluruhnya.

27 | R i s a l a h N a s e h a t 1
wafat 187 H

“Tidak ada seorang pun yang memiliki ambisi


untuk mendapatkan kekuasaan melainkan ia
pasti senang menyebutkan kekurangan dan
cela orang lain, sehingga dialah yang dikenal
sebagai orang yang sempurna. Dia pun tidak
senang apabila ada orang yang menyebutkan
kebaikan orang lain. Barangsiapa gila akan
kekuasaan, maka ucapkanlah “selamat
berpisah” dari kebaikan-kebaikannya.

28 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Permusuhan berbagai paham dan aliran sesat
terhadap Ahlus Sunnah dan upaya mereka
menyebarkan paham dan alirannya.

Upaya menggiring umat menuju kepada jurang berbagai paham dan aliran
yang menyimpang terus dilakukan dengan gencar oleh para pengusung dan
simpatisannya tak terkecuali Denie Asseif, melalui berbagai media. Pada saat yang
sama mereka memberikan gambaran-gambaran negatif terhadap da‘wah Ahlus
Sunnah dan para ‗Ulamanya, tak luput pula para da‘inya. Di satu sisi kaum Syi‘ah
dengan berbagai alirannya dan kelompok Shufi dengan beragam tareqatnya –
terkhusus pada masa ini – telah menaruh dendam yang sangat besar terhadap da‘wah
Ahlus Sunnah dan memberikan julukan-julukan negatif dalam rangka menjauhkan
kaum muslimin darinya.
Tak kalah gencarnya adalah kaum neo-khawarij dengan berbagai kelompok
dan alirannya, baik Al-Qaeda, JI (Jama‘ah Islamiyyah), NII, LDII, FPI (Front Pembela
Islam), IM (Ikhwanul Muslimin), maupun HT (Hizbut Tahrir), dan lain sebagainya;
begitu juga kaum neo-Mu‘tazilah dengan berbagai lembaga liberalnya, baik JIL
(Jaringan Islam Liberal), IAIN, dan sebagainya; terus mempropagandakan aqidah
mereka ditengah-tengah umat dengan bermacam cara yang tak kalah canggih
dibanding kaum Syi‘ah dan Shufi. Berjenis-jenis buku, buletin, majalah mereka
terbitkan. Begitu pula melalui media internet mereka terus gencar menanamkan
aqidah takfir (menganggap kafir saudaranya yang muslim) dan penentangan terhadap
penguasanya serta berbagai paham lain yang bertentangan dengan Al-Qur‘an dan As-
Sunnah, memprovokasi kaum muslimin untuk membenci dan memusuhi
pemerintahnya sehingga wibawa para penguasa tersebut jatuh dan tidak berharga lagi.
Bahkan lebih parahnya kelompok-kelompok sempalan itu menggiring umat untuk
berkeyakinan bahwa pemerintahnya telah kafir, sehingga harus diserang, digulingkan,
atau setidaknya dimunculkan tindakan-tindakan teror. Buletin, majalah, buku,
maupun mimbar-mimbar kaum muslimin, baik di masjid-masjid ataupun melalui
acara-acara tabligh akbar dan yang semisalnya, telah dijadikan sebagai arena provokasi
dalam rangka menimbulkan kebencian dan sikap antipati terhadap Waliyyul Amr.
Semangat Hizbiyyah (Berkelompok/Bergolong-golongan) terus ditanamkan melalui
acara-acara bai‘at (janji setia) kepada amir/pimpinan kelompok masing-masing yang
diambil dari para pengikutnya.

29 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Mengapa mereka tersesat ?
Ada sebuah pertanyaan yang harus diajukan, yaitu: Mengapa mereka tersesat?
Padahal mayoritas kelompok atau aliran tersebut menyatakan bahwa mereka berada
diatas Al-Qur‘an dan As-Sunnah. Lalu apa yang menyebabkan mereka jatuh pada
penyimpangan dan kesesatan?
Jawabannya: karena mereka hendak memahami Al-Qur‘an dan As-Sunnah
tidak dengan apa yang diajarkan dan diamalkan oleh generasi Salaf. Masing-masing
kelompok memiliki pemahaman yang berbeda terhadap nash-nash Al-Qur‘an dan Al-
Hadits serta cenderung bertabrakan satu sama lain sesuai dengan kepentingan
kelompoknya masing-masing. Tiap-tiap kelompok menggunakan nash-nash Al-
Qur‘an dan Al-Hadits sebagai tameng untuk melindungi penyimpangan dan
kesesatan mereka. Dengan cara meletakkannya tidak pada tempatnya, tidak sesuai
dengan apa yang telah dipahami, disampaikan, dan diamalkan oleh generasi as-salafush
shalih. Padahal Rasulullah  sebagai junjungan dan penuntun kita, ketika menjelaskan
akan munculnya perpecahan yang akan menimpa umat ini menjadi 73 kelompok, dan
beliau  ditanya tentang ciri-ciri serta kriteria satu-satunya kelompok yang selamat,
dengan tegas beliau  menjawab:

ٟ‫ أصذبث‬ٚ َٛ١ٌ‫ٗ ا‬١ٍ‫ ِثً ِب أٔب ػ‬ٍٝ‫ُ٘ ِٓ وبْ ػ‬


―Mereka (kelompok yang selamat itu) adalah orang-orang yang kondisinya berada
diatas apa yang aku dan sahabatku berada diatasnya pada hari ini (pada masa
Rasulullah  berbicara / semasa hidup beliau) .‖ [Hadits Riwayat. Ath-Thabarani]

Begitu pula ketika Beliau  mengabarkan kepada para shahabatnya bahwa mereka akan
menyaksikan perselisihan yang banyak, dengan tegas beliau memerintahkan para
shahabatnya untuk berpegang pada prinsip/manhaj beliau. Dengan tegas pula beliau 
memperingatkan para sahabatnya dari bahaya bid‘ah (logika, ra‘yu, cara, paham yang
diada-adakan). Rasulullah  bersabda:

30 | R i s a l a h N a s e h a t 1
‫ عّٕخ اٌخٍفبء‬ٚ ٟ‫ىُ ثغّٕز‬١ٍ‫ فؼ‬،‫شا‬١‫ اخزالفب وث‬ٜ‫ش‬١‫ؼش ِٕىُ فغ‬٠ ِٓ ّٗٔ ‫فا‬
ٚ ُ‫ّب و‬٠‫ ئ‬ٚ ،‫اجز‬ٌٕٛ‫ب ثب‬ٙ١ٍ‫ا ػ‬ّٛ‫ ػض‬،ٞ‫ٓ ِٓ ثؼذ‬١ّ٠‫ذ‬ٌّٙ‫ٓ ا‬٠‫اٌشا شذ‬
ٟ‫ ف‬ٚ .‫ وً ثذػخ ضالٌخ‬ٚ ‫ْ وً ِذذثبد ثذػخ‬ ّ ‫س فا‬ِٛ٤‫ِذذثبد ا‬
.‫ إٌبس‬ٟ‫ وً ضالٌخ ف‬ٚ ‫خ‬٠‫ا‬ٚ‫س‬
―Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian yang hidup (setelahku) akan mendapati
perselisihan yang sangat banyak. (maka dalam kondisi seperti itu) wajib atas kalian
untuk berpegang teguh dengan sunnah-ku dan sunnah Al-Khulafa‘ur Rasyidun yang
telah mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi-gigi
geraham (suatu perumpamaan Rasulullah  untuk memegang sunnah tersebut erat-
erat). Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru yang diada-adakan (dalam masalah
agama), karena sesungguhnya setiap perkara baru yang diada-adakan adalah bid‘ah,
dan setiap bid‘ah itu sesat. [dalam riwayat lain]: dan setiap kesesatan itu (tempatnya)
di Neraka‖. [HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Ahmad]

Namun hawa nafsu Hizbiyyah (semangat kekelompokan) yang membutakan


telah menghalangi mereka dari mengikuti jejak generasi yang telah dipuji oleh
Rasulullah  dan dijadikan sebagai tolok ukur kebenaran dalam memahami Al-
Qur‘an dan As-Sunnah. Sikap seperti ini menggiring mereka untuk terus lebih
mengedepankan logika dan cara pandang kelompoknya dibanding pemahaman
generasi salafush shalih. Sehingga mereka terus berada dalam kungkungan perpecahan
dan sikap ‗ ashabiyyah (Sikap membela kelompok secara membabi buta).

Upaya terselubung
menolak manhaj Salaf

Tidak dapat dipungkiri bahwa manhaj/metode pemahaman Salaf dalam


memahami Al-Qur‘an dan As-Sunnah bagaikan duri dalam daging bagi para penebar
paham sesat, serta menjadi tembok penghalang bagi berbagai kelompok dan aliran
sempalan dalam upaya mereka menebarkan pahamnya ditengah umat. Tentunya
mereka tidak akan berani terang-terangan menolak untuk kembali kepada Al-Qur‘an

31 | R i s a l a h N a s e h a t 1
dan As-Sunnah berdasarkan manhaj salafush shalih karena itu merupakan suatu
kekonyolan dan akan menyulitkan mereka. Tetapi penolakan tersebut mereka lakukan
dengan berbagai ungkapan yang terkesan ilmiah dan tidak menyerang namun pada
hakekatnya itu adalah sikap penolakan terhadap manhaj Salaf.
Sebagian mereka mengatakan:
 Janganlah kita terlalu tekstual dalam memahami nash-nash Al-Qur‘an dan As-
Sunnah.
 Kita harus mengaktifkan akal ke arah ijtihad dan pembaharuan.
 Masing-masing kelompok bekerja pada bidangnya menutupi kekurangan atau
kelemahan kelompok lain.
 Masing-masing kelompok sama-sama berbuat untuk La ilaha Illallah.
 Kita harus bisa menyesuaikan dengan kultur setiap daerah.
 Jangan terlalu sibuk dengan pusaran polemik masalah aqidah.
 Kita tidak boleh bergelut dalam hal-hal yang mengundang perbedaan namun
tidak memperhatikan hal-hal yang menjadi kesepakatan bersama.
 Atau prinsip utama kelompok IM (Ikhwanul Muslimin) yang dimotori oleh
seorang penganut aliran sesat Tarekat Hushafiyyah, salah satu tarekat tashawuf
shufi Hasan Al-Banna 10 yang sering mereka dengungkan, yaitu: ―Kita
bekerjasama dalam perkara yang kita sepakati, dan saling mentolerir dalam
perkara yang kita perselisihkan ‖.

Itulah beberapa ungkapan dari berbagai kelompok sempalan yang berada di luar garis
manhaj generasi salafush shalih. Dengan ungkapan-ungkapan yang nampak indah dan
diplomatis itu, mereka menolak untuk beramal dan beraqidah serta memahami Al-
Qur‘an dan Al-Hadits sesuai pemahaman generasi as-salafush shalih.

10
Ayahnya adalah seorang ahli hadits bernama Abdurrahman Al-Banna yang telah menyusun ulang kitab musnad milik Abu Dawud
Ath-Thayalisi. Namun sangat disayangkan Hasan Al-Banna tidak mau mengikuti jejak ayahnya. [Ta’liq (catatan pinggir)
pembahasan kitab shahih muslim oleh Ustadzuna Usamah bin Faisal Mahri, Lc. (murid Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-
Madkhali) Ketika kami belajar di majelis ta’lim dan da’wah assunnah malang.]

32 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Ada Apa dengan Salaf (‫)اٌغٍّف‬
Menurut bahasa , Salaf artinya ‗nenek moyang‘ yang lebih tua dan lebih utama 11.
Salaf berarti para pendahulu. Jika dikatakan ( ً‫ )عٍف اٌشج‬salaf seseorang, maksudnya:
kedua orang tua yang telah mendahuluinya. 12
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:
 ‫ش‬١‫ ِب أسلفت ِٓ خ‬ٍٝ‫أعٍّذ ع‬

―Engkau telah berislam karena kebaikan yang telah engkau dahului ‖.

Adapun menurut istilah, kata Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari
ummat Islam ini, yang terdiri dari para Shahabat, Tabi‘in 13, Tabi‘ut Tabi‘in 14, dan para
Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang dimuliakan
oleh Allah , pun juga Imam empat madzhab 15. sebagaimana dalam Hadits
Rasulullah  :
".ٍُٙٔٛ٠ ٓ٠‫ُ ثُ اٌّز‬ٍٙٔٛ٠ ٓ٠‫ ثُ اٌّز‬ٟٔ‫ش إٌبط لش‬١‫"خ‬
―Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Shahabat),
kemudian yang sesudahnya (masa Tabi‘in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi‘ut
Tabi‘in)‖. [HR. Bukhari (no. 2652) dan Muslim (no. 2533) dari Shahabat ‗Abdullah
bin Mas‘ud ]

Berikutnya adalah hadits tentang ketika Rasulullah  berwasiat kepada putrinya


Fatimah ,

 ‫ف ن عم اٌغٍّف أٔب ٌه‬


―Maka sebaik-baik salaf (pendahulu) untukmu adalah aku ‖.

11
Lisanul ‗Arab (VI/331) karya Ibnu Manzhur (wafat th.711 H)
12
Lihat al-Mufassirun bainat Ta‘wil wal Itsbaat fii Aayatish Shifat (I/11) karya Syaikh Muhammad bin ‗Abdurrahman al-
Maghrawi,Muassasah ar-Risalah, th.1420 H.
13
Generasi setelah para Shahabat, anak-anak atau murid-murid dari para Shahabat. Tidak pernah bertemu dengan Rasulullah r tapi
bertemu dengan kebanyakan para Shahabat (hidup di masa para Shahabat).
14
Generasi setelah Tabi‘in, anak-anak atau murid-murid para Tabi‘in. Tidak pernah bertemu dengan para Shahabat  tapi bertemu
dengan kebanyakan para Tabi‘in
15
Mereka adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi‘i, Imam Ahmad bin Hambal

33 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ketika menukilkan Ijma‘ kesepakatan para
‗Ulama dalam penisbahan kepada salaf,

‫ي‬ٛ‫جت لج‬٠ ً‫ ث‬,ٗ١ٌ‫ ئ‬ٜ‫ اعزض‬ٚ ,ٗ١ٌ‫ أزغت ئ‬ٚ ,‫ش ِز٘ت اٌغٍّف‬ٙ‫ ِٓ أظ‬ٍٝ‫ت ع‬١‫ ال ع‬."
) 4 ‫ ج‬149 ‫ ص‬.ٜٛ‫ع فز‬ّٛ‫ (ِج‬.‫ْ ئال حمب‬ٛ‫ى‬٠ ‫ فا ّْ ِز٘ت اٌغٍّف ال‬,‫رٌه ِٕٗ ارفبلب‬

―Tidak ada cela bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, menisbahkan diri
padanya, dan beridentitas dengannya (selama dia berusaha menerapkan prinsip-prinsip
salafush shalih pada dirinya). Bahkan wajib menerima hal tersebut secara kesepakatan,
karena tidaklah pada madzhab salaf (salafush shalih) kecuali kebenaran...‖ [Majmu‘
Fatawa jilid 4 hal 149].

Berkata al-Qalsyani: ―Shalafush Shalih ialah generasi pertama dari umat ini yang
pemahaman ilmu agamanya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk nabi , menjaga
Sunnahnya, Allah  pilih mereka untuk menemani nabi-Nya  dan untuk
menegakkan agama-Nya..‖ 16

Berkata Asy-Syaikh Mahmud Ahmad Khafaji: ―Penerapan istilah Salaf tidak cukup
dibatasi waktu, bahkan harus sesuai dengan Al-Qur‘an dan As-Sunnah menurut
pemahaman salafush shalih (tentang aqidah, manhaj, akhlak, muamalah, dll).
Barangsiapa yang pendapatnya menyelisihi Al-Qur‘an dan As-Sunnah, maka ia
tidaklah dikatakan Salafy meskipun ia hidup pada zaman Shahabat, Tabi‘in, dan Tabi‘ut
Tabi‘in. 17
Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyun bukanlah termasuk perkara bid‘ah,
akan tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang syar‘I karena menisbatkan diri
kepada generasi pertama dari ummat ini, yaitu para Shahabat, Tabi‘in, Tabi‘ut Tabi‘in.

Berkata Asy Syaikh Salim bin ‗Ied al-Hilali: ―Ahlus Sunnah wal Jama‘ah dikatakan juga
as-Salafiyyun karena mereka mengikuti manhaj Salafush Shalih dari Shahabat dan
Tabi‘in. Kemudian setiap orang yang mengikuti jejak mereka serta berjalan
berdasarkan manhaj mereka –di sepanjang masa- mereka ini disebut Salafy 18 , dan

16
Al-Mufassirun bainat Ta‘wil wal Isbaat fi Aayatish Shifat (I/11)
17
Al-Mufassirun bainat Ta‘wil wal Isbaat fi Aayatish Shifat (I/13-14)
18
(karena dinisbatkan kepada kata Salaf (‫ )عٍف‬yang maknanya adalah pendahulu dari kalangan Salafush Shalih dan disandarkan
kepada huruf ―‫ ‖ي‬Nisbah menjadi (ٟ‫ )عٍف‬maknanya berubah menjadi orang yang mengikuti cara pandang dalam beragama

34 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Salaf bukanlah suatu kelompok atau golongan atau partai sebagaimana yang dipahami
oleh sebagian orang awam, tetapi merupakan manhaj (sistem hidup dalam beraqidah,
beribadah, berhukum, berakhlak dan yang lainnya) yang wajib diikuti oleh setiap
muslim. Jadi, pengertian Salaf dinisbatkan kepada orang yang menjaga keselamatan
‗aqidah dan manhaj menurut apa yang dilaksanakan Rasulullah  dan para Shahabat 
sebelum terjadinya perselisihan dan perpecahan. 19

Makna Ahlus Sunnah wal Jama‘ah

Ahlus Sunnah wal Jama‘ah ialah:


Mereka yang menempuh seperti apa yang pernah ditempuh oleh Rasulullah dan
para Shahabatnya . Disebut Ahlus Sunnah, karena kuatnya mereka berpegang dan
ber- ittiba‘ (mengikuti) Sunnah Nabi  dan para Shahabatnya .

 As-Sunnah menurut bahasa adalah jalan/cara, sama saja apakah jalan itu baik
atau buruk. 20
 As-Sunnah menurut ‗ulama fiqih adalah setiap perkataan, perbuatan, taqrir
(diamnya Nabi  terhadap perbuatan dan perkataan Shahabat ) yang apabila
dikerjakan pelakunya mendapatkan pahala dan bila tidak mengerjakan tidak
berdosa.21
 As-Sunnah menurut ‗ulama ‗aqidah adalah petunjuk yang dilakukan oleh
Rasulullah  dan para Shahabatnya , baik tentang ilmu, i‘tiqad (keyakinan),
perkataan, dan perbuatan. dan ini adalah As-Sunnah yang wajib diikuti, orang
yang mengikuti akan dipuji dan orang yang menyalahi akan dicela. 22

kepada generasi salafush shalih. Seperti kata Indonesia, jika kata tersebut berdiri sendiri maka maknanya adalah negara Indonesia
(‫ب‬١‫ٔغ‬ٚ‫)أذ‬, namun jika dia disandarkan dengan huruf ―‫ ‖ي‬nisbah maka menjadi Indonesiy (ٟ‫ٔغ‬ٚ‫ )أذ‬yang maknanya berubah menjadi
orang yang berwarganegara Indonesia.)
19
Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama‘ah fil ‗Aqiidah
20
Lisanul ‗Arab (VI/399), sebagaimana juga hal ini termaktub dalam kitab Nizhamul Islam. cet. Ke-6 tahun 2001 M – 1422 H, bab
As Sunnah hal. 79
21
RisalahLathiifah Jaami‘ah fii Ushul Fiqhil Muhimmah hal.11-14 ―Asy Syaikh Abdurrahman As Sa‘di‖
22
Buhuuts fii ‗Aqidah Ahlis Sunnah hal.16

35 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Berkata Ibnu Rajab Al-Hanbaly (wafat 795 H): ― As-Sunnah adalah jalan yang
ditempuh, mencakup di dalamnya berpegang teguh kepada apa yang dilaksanakan
oleh Nabi  dan para Khalifahnya yang terpimpin dan lurus berupa i‘tiqad
(keyakinan), perkataan dan perbuatan. Itulah As-Sunnah yang sempurna. Oleh karena
itu generasi salaf yang terdahulu tidak menamakan As-Sunnah kecuali kepada apa
yang mencakup ketiga aspek tersebut. Hal ini diriwayatkan dari Imam Hasan Al Bashry
salah seorang pembesar dari kalangan Tabi‘in (wafat tahun 110 H), Imam Al-Auza‘i
(wafat tahun 157 H) dan Imam Fudhail bin ‗Iyadh (wafat tahun 187 H)‖. 23

Berkata Imam Abu Syammah Asy-Syafi‘I (wafat th. 665 H): ―Perintah untuk
berpegang kepada jama‘ah, maksudnya ialah berpegang kepada kebenaran dan
mengikutinya. Meskipun yang melaksanakan sunnah itu sedikit dan yang menyalahi
banyak. Karena kebenaran itu adalah apa yang dilaksanakan Rasulullah  dan para
Shahabatnya  tanpa melihat kepada orang-orang yang menyimpang sesudah
mereka‖.

Sebagaimana dikatakan oleh Shahabat ‗Abdullah bin Mas‘ud :

".‫دذن‬ٚ ‫ ئْ وٕذ‬ٚ ّ‫افك اٌذك‬ٚ ‫" اٌجّبػخ ِب‬

―Al-Jama‘ah adalah setiap yang mengikuti kebenaran walaupun engkau sendirian‖.24

Jadi Ahlus Sunnah wal Jama‘ah adalah orang yang mempunyai sifat dan karakter
mengikuti sunnah Nabi  dan menjauhi perkara-perkara yang baru dalam agama
yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi  dan Salaful Ummah (Umat Terdahulu).

Karena mereka adalah orang yang mengikuti Sunnah Rasulullah  dan


mengikuti Atsar (jejak Salaful Ummah), maka mereka juga disebut Ahlul Hadits,
Ahlul Atsar dan Ahlul Ittiba‘. Disamping itu, mereka juga dikatakan sebagai Ath-
Thaifah Al-Manshuraah (Golongan yang mendapat pertolongan Allah ), Al-
Firqatun Naajiyah (Golongan yang selamat), Al-Ghuraba‘ (Golongan orang-orang
yang terasing).

23
Jaami‘ul ‗Uluum wal Hikaam hal.495 ―Ibnu Rajab, Tahqiq dan Ta’liq Thariq bin ‗Awadhullah bin Muhammad –cet. II- Daar Ibnul
Jauzy- th. 1420 H.
24
Syarah Ushuulil I‘tiqad karya Al-Laalika no.160

36 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Tentang Ath-Thaifah Al-Manshuraah, Rasulullah  bersabda:

ُٙ‫ال ِٓ خبٌف‬ٚ ٌُٙ‫ضشُّ٘ ِٓ خز‬٠ ‫ أِّخ لبئّخ ثأِش اهلل ال‬ٟ‫" ال رضا ي ِٓ أِّز‬
" ‫ رٌه‬ٍٝ‫ ُ٘ ع‬ٚ ‫ُ أِش اهلل‬ٙ١‫أر‬٠ ّٝ‫حز‬

―Senantiasa ada segolongan dari ummatku yang selalu tegak dalam kebenaran dengan
perintah Allah , tidak akan memudharatkan mereka orang yang tidak menolongnya
dan orang yang menyelisihinya sampai datang ketetapan Allah  (Kematian) dan
mereka tetap dalam keadaan yang demikian itu ‖. [HR. Bukhari (no. 3641) dan Muslim
(no. 1037), dari Shahabat Mu‘awiyyah bin Abi Sufyan ]

Tentang Al-Ghurabaa‘, Rasulullah  bersabda:

ُ٘ ِٓ :ً١‫ ل‬.‫ ٌٍغشثبء‬ٝ‫ث‬ٛ‫ فط‬,‫جب وّب ثذأ‬٠‫د غش‬ٛ‫ع‬١‫ ع‬ٚ ‫جب‬٠‫" ئّْ اإلعالَ ثذأ غش‬
ٓ٠‫خ " اٌّز‬٠‫ا‬ٚ‫ س‬ٟ‫ ف‬ٚ " ‫ْ ئرا فغذ إٌبط‬ٛ‫صٍح‬٠ ٓ٠‫ اٌّز‬:‫ي اهلل ؟ لبي‬ٛ‫ب سع‬٠
".ٟ‫ ِٓ عّٕز‬ٞ‫ْ ِب أفغذ إٌبط ِٓ ثعذ‬ٛ‫صٍح‬٠
―Sesungguhnya Islam itu berawal dengan keasingan dan akan kembali kepada
keasingan sebagaimana awalnya. Maka bergembiralah bagi orang-orang yang asing.
Rasulullah ditanya: Siapa mereka wahai Rasulullah  ? Rasulullah berkata: Yaitu
orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia rusak ‖. [Shahih HR. Abu
Amr Ad Dani dari shahabat Abdullah bin Mas‘ud]. Dan dalam riwayat yang lain ―Yaitu
orang-orang yang memperbaiki Sunnahku (Sunnah Rasulullah ) sesudah dirusak
(diubah-ubah) oleh manusia. [HR. Tirmidzi (no. 2630), dari shahabat ‗Amr bin ‗Auf.
Beliau (Imam Tirmidzi) berkata hadits ini hasan shahih].

Tentang Al-Firqatun Najiyah, Allah berfirman:

                   

   

―Maka jika mereka beriman seperti imannya kalian (para shahabat) terhadapnya, maka
sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, Sesungguhnya
mereka berada dalam perpecahan. Maka cukuplah Allah bagimu (wahai Muhammad)

37 | R i s a l a h N a s e h a t 1
terhadap mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui‖. (QS.
Al-Baqoroh 137)

Disini Allah menegaskan bahwa imannya para shahabat merupakan patokan


bagi benar tidaknya keimanan seseorang.

Kemudian lebih menegaskan lagi tentang siapakah Al Firqatun Najiyah tersebut, maka
Al Khatib Al Baghdadi telah meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada Al Imam
Ahmad bin Hambal, bahwasanya beliau menyebutkan hadits Nabi tersebut, kemu-
dian beliau berkata: ―Kalau mereka (Al Firqatun Najiyah itu) bukanlah Ahlul Hadits,
maka aku tidak tahu siapa lagi mereka itu‖.25

Ahlus Sunnah, Ath-Thaifah Al-Manshurah, dan Al-Firqatun Najiyah semua-


nya disebut juga Ahlul Hadits. Penyebutan dengan nama-nama diatas adalah suatu
yang masyhur (tidak asing) dan dikenal sejak generasi Salaf, karena merupakan tuntu-
nan nash dan sesuai dengan kondisi dan realitas yang ada. Hal ini diriwayatkan dengan
sanad shohih dari para Imam seperti, ‗Abdullah Ibnul Mubarak, ‗Ali Ibnul Madini
(Guru Imam Bukhari), Imam Ahmad bin Hambal, Imam Al Bukhari, Ahmad bin Si-
nan dan yang lainnya, ‫ُ اهلل‬ّٙ‫سد‬.26

SEJARAH MUNCULNYA ISTILAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA‘AH

Penamaan istilah Ahlus Sunnah ini sudah ada sejak generasi pertama Islam pada
kurun yang dimuliakan Allah  yaitu generasi Shahabat, Tabi‘in, dan Tabi‘ut Tabi‘in.

Ibnu ‗Abbas 27 berkata ketika menafsirkan firman Allah :

                 

  

25
Pernyataan dengan ungkapan seperti ini, jika diucapkan oleh seorang ‗alim mujtahid yang ilmunya bagaikan samudra seperti Imam
Ahmad, maka memiliki bobot sebagai suatu kepastian. Adapun jika dinyatakan oleh seorang yang sedikit ilmunya, maka itu
menunjukkan ketidaktahuan dan keterbatasan.
26
Sunan At-Tirmidzi: Kitaabul Fitan (no.2229)
27
Beliau adalah ‗Abdullah bin ‗Abbas bin ‗Abdul Muthalib, anak paman Rasulullah , penafsir Al-Qur‘an dan pimpinan kaum
muslimin di bidang tafsir.

38 | R i s a l a h N a s e h a t 1
― Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang
hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka
dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? karena itu rasakanlah azab
disebabkan kekafiranmu itu". (QS. Ali ‗Imraan: 106)

―Adapun orang yang putih wajahnya mereka adalah Ahlus Sunnah wal
Jama‘ah, adapun orang yang hitam wajahnya mereka adalah ahlul bid‘ah dan sesat‖. 28

Kemudian istilah Ahlus Sunnah ini diikuti oleh kebanyakan ‗Ulama Salaf ,
diantaranya:
1. Sufyan Ats-Tsaury (wafat th. 161 H) berkata: ―Aku wasiatkan kalian
untuk tetap berpegang kepada Ahlus Sunnah dengan baik, karena
mereka adalah Al-Ghurabaa‘ (orang yang terasing). Alangkah
sedikitnya Ahlus Sunnah wal Jama‘ah‖. 29
2. Imam Syafi‘i (wafat th.204H) berkata: ―Apabila aku melihat
seorang Ahli Hadits (Ahlus Sunnah), seolah-olah aku melihat seorang
dari Shahabat Nabi , mudah-mudahan Allah  memberikan ganjaran
yang terbaik kepada mereka. Mereka telah menjaga pokok-pokok
agama untuk kita dan wajib atas kita berterima kasih atas usaha mereka.
3. Imam Ahmad bin Hambal (hidup th. 164-241 H) berkata dalam
muqoddimah kitabnya, as-sunnah: ―Ahlus Shunnah mereka dikenal
sebagai pengikut sunnah Rasul dan para Shahabatnya , dari
semenjak zaman Shahabat hingga pada masa sekarang ini.
4. Imam Al-Muzaniy , salah seorang murid besar Al Imam Asy-Syafi‘i
. Dalam kitabnya Syarhus Sunnah.
5. Imam Al Barbahary , dalam kitabnya Syarhus Sunnah.
6. Imam Abu Ja‘far Ath-Thahawy dalam kitabnya ‗Aqidah Thahawiyah.

28
Lihat Tafsir Ibni Katsir (I/419, cet. Daarus Salaam)
29
Syarah Ushuul I‘tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama‘ah (I/71 no.49-50)

39 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Nasehat beberapa Ulama Salaf
Oleh karena itu beberapa ‗ulama salaf menasehatkan untuk kita selalu merujuk dan
berpegang dengan Atsar 30 (peninggalan-peninggalan) mereka, baik dalam bidang
aqidah, akhlaq, manhaj, maupun ibadah. Antara lain:

Shahabat Hudzaifah Ibnul Yaman berkata:

ُ‫اهلل ٌئٓ عجمزُ ٌمذ عجمز‬ٛ‫ ف‬,ُ‫ك َِٓ لجٍى‬٠‫ا طش‬ٚ‫ خز‬,‫ب ِعشش اٌمشاء‬٠ ‫ا اهلل‬ٛ‫ارم‬
.‫ذا‬١‫ شّبال ٌمذ ضٍٍزُ ضالال ثع‬ٚ ‫ٕب‬١ّ٠ ّٖٛ‫ ئْ رشوز‬ٚ ,‫ذا‬١‫عجمب ثع‬
―Bertaqwala kepada Allah wahai sekalian Al-Qurra‘ (para ahli membaca Al-Qur‘an),
ikutilah jejak generasi sebelum kalian. Demi Allah, jika kalian melampaui (berlebihan)
maka sungguh kalian telah melampaui batas yang jauh. Namun jika kalian
mencampakkan jejak generasi sebelum kalian (dengan menyimpang) ke kanan atau
ke kiri, sungguh kalian telah tersesat dengan kesesatan yang sangat jauh . [lihat
Lammud Duril Mantsur hal.30].

Shahabat ‗Abdullah bin ‗Abbas berkata:

.‫اٌجذع‬ ٚ ُ‫ّبو‬٠‫ ئ‬ٚ ,‫ األثش‬ٚ ‫ىُ ثبإلعزمبِخ‬١ٍ‫ع‬


―Wajib atas kalian untuk beristiqomah dan berpegang kepada atsar, dan berhati-
hatilah kalian dari berbagai bid‘ah .‖ [lihat Lammud Duril Mantsur hal.30].

Perhatikan nasehat kedua shahabat Rasulullah diatas dengan tegas keduanya


mengingatkan kita untuk mengikuti atsar salaf (jejak generasi as-salafush shalih )
karena itu adalah jalan keselamatan dari berbagai kesesatan dan paham yang

30
Atsar terkadang bermakna sama dengan hadits. Terkadang bermakna umum mencakup pula perbuatan, ucapan, persetujuan para
shahabat dan tabi‘in. Yang dimaksud disini adalah segala hal yang datang dari Nabi dan Shahabatnya .

40 | R i s a l a h N a s e h a t 1
menyimpang. Ini pula yang ditegaskan oleh salah seorang imam dari kalangan Tabi‘in,
yaitu Al Imam Al-Auza‘i , dalam salah satu nasehatnya beliau mengatakan:

ٖٛ‫ ئْ صدشف‬ٚ ‫ أساء اٌشجبي‬ٚ ‫ّبن‬٠‫ ئ‬ٚ ،‫ ئْ سفضه إٌبط‬ٚ ‫ىُ ثأثش اٌغٍف‬١ٍ‫ػ‬
.‫ي‬ٛ‫ٌه ثبٌم‬
―Wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan atsar-atsar as salaf, walaupun umat
manusia menolakmu, dan hati-hatilah engkau dari logika-logika para tokoh
meskipun mereka menghiasinya untukmu dengan perkataan (yang indah).‖ [lihat
Lammud Duril Mantsur hal.33].

Berkenalan
dengan
‘Ulama Salaf
Pimpinan ‗ulama ahlul hadits as-salafiyyin adalah Nabi Muhammad . Kemudian
perintis jejak pertama yang mengenakan mahkota fuqaha‘ ahlil hadits adalah para
shahabat Rasulullah yang paling terkenal dari mereka adalah:

1. Khalifah yang empat


 Abu Bakr Ash Shiddiq 
 ‗Umar bin Al Khaththab 
 ‗Utsman bin ‗Affan 
 ‗Ali bin Abi Thalib

2. Al ‗Abadillah dan para shahabat yang lainnya:


 Ibnu Mas‘ud 
 Ibnu ‗Umar 
 Ibnu Abbas 
 Ibnu Az Zubair 
 Ibnu ‗Amr 

41 | R i s a l a h N a s e h a t 1
 ‗Aisyah
 Ummu Salamah
 Zainab
 Zaid bin Tsabit 
 Abu Hurairah 
 Jabir bin Abdillah 
 Abu Sa‘id Al Khudri 
 Mu‘adz bin Jabal 

3. Setelah para shahabat Rasulullah adalah para tokoh tabi‘in, antara lain:
 Sa‘id bin Al Musayyib wafat 90 Hijriah
 ‗Urwah bin Az Zubair wafat 94 H
 ‗Ali bin Al Husain Zainal Abidin wafat 93 H
 Muhammad bin Al Hanafiyyah wafat 80 H
 Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas‘ud wafat 94 H
 Salim bin Abdullah bin Umar wafat 106 H
 Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr Ash Shiddiq wafat 106 H
 Al Hasan Al Bashri wafat 110 H
 Muhammad bin Sirin wafat 110 H
 Khalifah Umar bin Abdul Aziz wafat 101 H
 Muhammad bin Syihab Az Zuhri wafat 125 H

4. Kemudian tabi‘ut tabi‘in, diantara tokoh-tokoh mereka:


 Malik bin Anas (Imam Malik, pendiri madzab Maliki. Guru Al Imam
Asy-Syafi‘i) wafat 173H
 Abdurrahman bin Amr Al Auza‘i (Imam Al Auza‘i) wafat 157 H
 Sufyan bin Sa‘id bin Masruq Ats Tsauri wafat 161 H
 Sufyan bin Uyainah wafat 193 H
 Ismail bin Ulayyah wafat 193 H
 Al Laits bin Sa‘d wafat 175 H
 Abu Hanifah An Nu‘man (Imam Abu Hanifah, pendiri madzab
Hanafi) wafat 150 H
 Abdullah bin Al Mubarak wafat 181 H
 Waki‘ bin Al Jarrah (Guru Imam Syafi‘i) wafat 197 H
 Muhammad bin Idris Asy Syafi‘i (Imam Syafi‘i, pendiri madzab
Syafi‘i, Guru Imam Ahmad sekaligus murid Imam Malik) wafat 204H

42 | R i s a l a h N a s e h a t 1
 Abdurrahman bin Mahdi ٖ wafat 198 H
 Yahya bin Sa‘id Al Qaththan ٖ wafat 198 H
 Affan bin Muslim wafat 219 H

5. Kemudian murid-murid mereka yang berjalan di atas manhaj mereka,


diantaranya:
 Yahya bin Yahya At Tamimi wafat 226 H
 Ishaq bin Rahawaih wafat 238 H
 Ahmad bin Hanbal (Imam Ahmad, pendiri madzhab Hanbali, murid
kesayangan Imam Asy-Syafi‘i, sekaligus Guru dari Imam Bukhari) wafat
241 H
 Yahya bin Ma‘in wafat 233 H
 Ali bin Al Madini (Guru Imam Bukhari) wafat 243 H
 Abu Bakr bin Abi Syaibah wafat 253 H

6. Kemudian murid-murid mereka, diantaranya:


 Muhammad bin Isma‘il Al Bukhari (Imam Bukhari) wafat 256 H
 Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi (Imam Muslim) wafat 271 H
 Abu Hatim Ar Razi wafat 227 H
 Abu Zur‘ah Ar Razi wafat 264 H
 Abu Dawud (pengarang kitab sunan Abi Dawud) ٖ wafat 275 H
 Muhammad bin Isa At Tirmidzi (Imam Tirmidzi) wafat 279 H
 Ahmad bin Syu‘aib An Nasa‘i wafat 303 H

7. Kemudian orang-orang yang berjalan di atas jalan mereka dari generasi ke


generasi, antara lain:
 Ibnu Jarir wafat 310 H
 Ibnu Khuzaimah wafat 311 H
 Ad Daruquthni wafat 385 H
 Ath Thahawi wafat 360 H
 Ibnu Baththah wafat 387 H
 Ibnu Abi Zamanain 399 H
 Al Hakim An Naisaburi wafat 405 H
 Al Lalika-i wafat 416 H
 Al Baihaqi wafat 458 H
 Ibnu Abdil Barr wafat 463 H

43 | R i s a l a h N a s e h a t 1
 Al Khatib Al Baghdadi ٖ wafat 463 H
 Al Baghawi wafat 516 H
 Ibnu Qudamah wafat 620 H

8. Diantara murid-murid mereka dan orang-orang yang meniti jejak mereka:


 Yahya bin Syaraf An Nawawi (Imam Nawawi) wafat 661 H
 Majdudin Ibnu Taimiyyah wafat 652 H
 Ibnu Daqieq Al ‗Ied wafat 702 H
 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah wafat 728 H
 Imam Adz Dzahabi (murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ) wafat
748 H
 Ibnul Qoyyim (murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ) wafat 751H
 Ibnu Katsir (murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ) wafat 774 H
 Asy Syathibi wafat 790 H
 Ibnu Rajab wafat 795 H

9. Para ‗ulama setelah mereka yang mengikuti jejak mereka di dalam berpegang
dengan Al-Qur‘an dan As-Sunnah sampai hari ini. Diantaranya:
 Ash Shan‘ani wafat 1182 H
 Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab wafat 1206 H
 Muhammad bin Ali Asy Syaukani wafat 1250 H
 Al Laknawi wafat 1304 H
 Al Muhaddits Al Mubarakfuri wafat 1353
 Abdurrahman As Sa‘dy wafat 1367 H
 Ahmad Syakir wafat 1377
 Muhammad bin Ibrahim Alu Asy Syaikh wafat 1389 H
 Muhammad Amin Asy Syinqithi wafat 1393 H
 Asy Syahid Jamilurrahman wafat 1412 H
 Hamud At Tuwaijiri wafat 1413 H
 Badi‘ud Dien As Sindy wafat 1416 H
 Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz wafat 1420 H
 Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani wafat 1420 H
 Muhammad bin Shalih Al Utsaimin wafat 1423 H
 Muqbil bin Hadi Al Wadi‘e wafat 1423 H
 Shalih bin Fauzan Al Fauzan ‫دفظٗ اهلل‬
 Rabi‘ bin Hadi Al Madkhali ‫دفظٗ اهلل‬

44 | R i s a l a h N a s e h a t 1
 Abdul Muhsin Al Abbad ‫دفظٗ اهلل‬

Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh ahlul hadits Ahlus Sunnah wal Jama‘ah.
Selain mereka yang membela sunnah dan manhaj salaf siang dan malam dengan
mengharap pahala dan ganjaran dari Allah , jauh dari ambisi kepada kekuasaan
‗khilafah‘. maka segala puji bagi Allah  yang telah menjadikan bagi umat ini orang-
orang yang mengemban perkara yang agung ini yang berfungsi untuk menjaga agama
umat ini.
Termasuk juga bantahan dan penjelasan para ulama tentang kebatilan dan
kesesatan manhaj neo-khawarij dan terorisme, dan termasuk pula bantahan atas
kebatilan dan kesesatan tokoh-tokoh besar neo-khawarij dan teroris pada masa ini.
Dengan gencar para ulama men tahdzir (memperingati dengan keras) umat dari
bahaya-bahaya mereka melalui berbagai media dan sarana, baik ceramah, diskusi,
tulisan, kitab-kitab, internet, dll. Sehingga dengan itu, benar-benar terbongkarlah
segala penyimpangan dan kesesatan mereka.
Itulah sebabnya kenapa sang bocah petualang bernama Denie Asseif yang
masih bau kencur ini, yang tak diketahui latar belakang pembelajaran agamanya alias
majhul. Entah darimana dia belajar agama dan kapan..., atau apa yang sudah
dipelajarinya..., entahlah apakah si bocah ingusan ini sudah mempelajari ilmu-ilmu
alat dasar untuk memahami pokok-pokok agama ini seperti ilmu bahasa arab, ilmu
tajwid, ilmu mustholah hadits, ilmu ushul fiqh, dll. sebelum berkoar-koar soal
―khilafah‖ bermodal sedikit doktrin dari tokoh kelompoknya dan sekelumit
kecanggihan ilmu copy-paste sang bocah dungu yang menghabiskan sebagian besar
waktunya dengan script-script coding dan juga browsing ini mencoba berbicara
terlalu jauh melebihi porsi yang seharusnya soal syari‘at agama tanpa berkaca kepada
kapasitas keilmuan agamanya, dan kenapa pula dia tidak memasukkan nama-nama
besar ‗ulama Ahlus Sunnah di atas ke dalam jajaran ulama yang layak untuk dijadikan
rujukan dan diambil fatwa-fatwanya terutama ulama Ahlus Sunnah dari abad ini.
Bahkan tidak segan-segan mencela ulama-ulama yang ada khususnya ulama salaf
generasi abad belakangan ini, kenapa...? jawabnya, karena ulama salaf generasi
belakang ini, mereka telah membantah dan menjelaskan kepada umat akan kesesatan
kelompok Hizbut Tahrir pujaan sang bocah, yang didirikan oleh seorang alumni
Universitas Al Azhar, Taqiyuddin An Nabhani yang memang juga baru muncul
belakangan abad ini juga dan kelompok-kelompok sesat lainnya, tersebut dengan
mengatakan ulama ‗neo-salafi‘, ulama ‗wahabi‘, ulama ‗antek salibis yahudi‘, ulama
‗antek pemerintah‘, ulama ‗yang takut kepada ‗thagut‘, ulama ‗Saudi antek amerika‘,

45 | R i s a l a h N a s e h a t 1
ulama ‗ilnklusif‘, ulama ‗menutup diri dari peradaban‘, dan masih banyak gelar-gelar
buruk lainnya. Ironisnya pada sebagian keadaan, tanpa malu sang bocah ini
mencomot penjelasan-penjelasan para ulama salaf yang masyhur di kalangan
muslimin untuk mengambil sebagian penjelasan mereka guna ditempatkan tidak pada
tempatnya dan memanipulasi umat bahwasanya ulama- ulama salaf tersebut
mendukung aksi pergerakan mereka. Kenapa...? karena memang mereka (dari
kelompok-kelompok sesat tersebut) tidak mempunyai ulama yang mumpuni dalam
hal ilmu pokok agama, selain ilmu politik kekuasaan dan pergerakan penegakan
‗khilafah‘ semata, anehnya pada bidang fiqih dan hadits dan ilmu yang berkenaan
dengan pokok-pokok agama mereka menjadikan ulama salaf sebagai rujukan jika
berkaitan dengan suatu yang mendukung aksi pergerakan kelompoknya.

Ulama-ulama tersebut, Mereka itu dari zaman ke zaman jumlahnya hanya sedikit,
sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah di dalam sabdanya:

ُ٘ ِٓ :ً١‫ ل‬.‫ ٌٍغشثبء‬ٝ‫ث‬ٛ‫ فط‬,‫جب وّب ثذأ‬٠‫د غش‬ٛ‫ع‬١‫ ع‬ٚ ‫جب‬٠‫" ئّْ اإلعالَ ثذأ غش‬
ٓ٠‫خ " اٌّز‬٠‫ا‬ٚ‫ س‬ٟ‫ ف‬ٚ " ‫ْ ئرا فغذ إٌبط‬ٛ‫صٍح‬٠ ٓ٠‫ اٌّز‬:‫ي اهلل ؟ لبي‬ٛ‫ب سع‬٠
".ٟ‫ ِٓ عّٕز‬ٞ‫ْ ِب أفغذ إٌبط ِٓ ثعذ‬ٛ‫صٍح‬٠
―Sesungguhnya Islam itu berawal dengan keasingan dan akan kembali kepada
keasingan sebagaimana awalnya. Maka bergembiralah bagi orang-orang yang asing.
Rasulullah ditanya: Siapa mereka wahai Rasulullah  ? Rasulullah berkata: Yaitu
orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia rusak ‖. [Shahih HR. Abu
Amr Ad Dani dari shahabat Abdullah bin Mas‘ud]. Dan dalam riwayat yang lain ―Yaitu
orang-orang yang memperbaiki Sunnahku (Sunnah Rasulullah ) sesudah dirusak
(diubah-ubah) oleh manusia. [HR. Tirmidzi (no. 2630), dari shahabat ‗Amr bin ‗Auf.
Beliau (Imam Tirmidzi) berkata hadits ini hasan shahih].

Sufyan Ats-Tsaury (wafat th. 161 H) berkata: ―Aku wasiatkan kalian untuk tetap
berpegang kepada Ahlus Sunnah dengan baik, karena mereka adalah Al-Ghurabaa‘
(orang yang terasing). Alangkah sedikitnya Ahlus Sunnah wal Jama‘ah.

46 | R i s a l a h N a s e h a t 1
2 2

(Bayan Fadhil Ilmis salaf 38)

47 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Mengapa meng-‗Ghibah‘
serta menggunakan
kata-kata ‗keras‘ dan ‗pedas‘?

Mungkin timbul pertanyaan demikian di benak para pembaca sekalian , bukan-


kah Islam ini mengajarkan Akhlak yang terpuji ???,

    

― Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.‖ (QS. Al-Qalam: 4)

Dan juga sebagaimana yang dinasehatkan oleh Denie Asseif dalam salah satu komentarnya di
facebook,

Mari kita simak penjelasan pada kata komentar bergaris merah di atas..:

48 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Kami katakan: ―Benar sekali apa yang engkau nasehatkan, namun tentunya untuk
memahami itu semua kita perlu merujuk, bagaimana penerapan Rasulullah dan
Salafush Shalih dalam memahami ayat-ayat dan hadits diatas.
Pernahkah engkau mendengar istilah ‫ اهلل‬ٟ‫ اٌجغض ف‬ٚ ‫ اهلل‬ٟ‫ اٌذت ف‬Hubbu fillah wal bughdhu
fillah )cinta karena Allah dan benci karena Allah). Jika belum... maka dengan sukarela
kami akan menjelaskannya sedikit, kami nukilkan penjelasan dari seorang ulama besar
yang diminta fatwa-fatwa darinya oleh seluruh kaum muslimin pada masa ini Asy
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan (anggota lembaga fatwa kerajaan Saudi
Arabia). Dalam muhadhorah Beliau yang telah dibukukan dengan judul muhadharah
fil aqidah dan da‘wah.

Makna Al Wala‘ : saling berdekatannya antara kaum muslimin pada hati-hati mereka
dan saling mencintai karena Allah , saling tolong menolong karena Allah , saling
berdekatannya qalbu-qalbu ahli iman walaupun tubuh mereka berjauhan, dan inilah
pokok dari wala‘.

Tanda-tanda wala‘
Syaikh menyebutkan bahwasanya tanda-tanda wala‘ diantaranya ada tiga,
1. Saling menngunjungi untuk menyambung silaturahmi
2. Berkumpul dan duduk-duduk bersama kaum mukminin yang lainnya
3. Menasehati dengan perkara yang ma‘ruf dan melarang dari yang mungkar

Sebagaimana firman Allah dalam surat At Taubah ayat 71:

          

           

    

― Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.‖ (QS. At Taubah: 71).

49 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Maka dengan itu, karena sikap kepedulian kami terhadap penyimpangan yang engkau
lakukan untuk itulah kami menasehatkan kepada engkau dengan perkara yang ma‘ruf
dan melarang engkau dari perkara yang mungkar.

Atau jika nasehat itu engkau tolak, maka lihatlah kembali hadits tentang naungan
Allah pada hari kiamat dalam riwayat yang lain,
Rasulullah mengabarkan dalam hadits yang shohih : " Ada tujuh golongan yang
mendapatkan naungan Allah, saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (di Hari
Kebangkitan);

1.Penguasa yang adil,


2. Seseorang yang ketika dalam keadaan sendirian dia teringat dosa-dosanya dan
mengingat Allah kemudian mengalir air matanya,
3. Seorang laki-laki yang hatinya selalu tertambat di masjid saat ia keluar darinya
sampai dia kembali ke masjid tersebut,
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah
karena Allah,
5. Seorang yang senantiasa sembunyi-sembunyi dalam bersedekah, sehingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya,
6. Pemuda yang tumbuh (dengan senantiasa) beribadah kepada Allah dan menjalan-
kan ketaatan kepada-Nya,
7. Seorang laki-laki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan cantik
jelita untuk melakukan suatu perbuatan yang diharomkan, tetapi dia mengatakan "S e-
sungguhnya aku takut kepada Allah". [H.R. Bukhari dan Muslim].

Maka tolong perhatikan pada point keempat di atas pada kata yang bercetak tebal,
―mereka berkumpul dan berpisah karena Allah‖ maka seorang mukmin adalah orang
yang menjaga dirinya untuk bergaul dengan seorang yang dapat membahayakan
agamanya, maka itu berpisah karena Allah adalah sebuah jalan keluar ketika keyakinan
sudah tidak bisa disatukan, sebagaimana tidak akan bersatu antara kebenaran dan
kebatilan, Allah menegaskan dalam kitab-Nya:

             

             

50 | R i s a l a h N a s e h a t 1
              

             

― Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara
ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan
keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan, yang
datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan
merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan
Allah. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan Allah itu adalah golongan yang
beruntung.‖ (QS. Al Mujadillah: 22).

Maka bagaimana bisa bersatu seorang yang mengikuti bimbingan Sunnah dalam
menyikapi penguasa yang dzalim dengan seorang yang menjadikan hawa nafsu serta
perasaannya sebagai landasan dalam menghukumi setiap perkara. ???

              

                

         

― Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad),


niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu
berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".‖ (QS. Ali
Imraan: 31-32)

Maka sudahkan engkau mengikuti bimbingan Rasulullah dalam menyikapi setiap


perkara yang ada..???

51 | R i s a l a h N a s e h a t 1
dibawah ini kami sertakan lafadz asli dari kutipan hadits yang engkau sampaikan
kepada kami di atas,

ٟ‫ُ ف‬ٍٙ‫َ أظ‬ٛ١ٌ‫ ا‬.ٌٟ‫ْ ثجال‬ّٛ‫ٓ اٌّزذبث‬٠‫ أ‬:‫بِخ‬١‫َ اٌم‬ٛ٠ ‫ي‬ٛ‫م‬٠ ‫ ئْ اهلل‬:‫ي اهلل‬ٛ‫ لبي سع‬:‫شح لبي‬٠‫ ٘ش‬ٟ‫ػٓ أث‬
.ٍٟ‫َ ال ظً ئال ظ‬ٛ٠ ،ٍٟ‫ظ‬

―dari Abu Hurairoh berkata: berkata Rasulullah : ‗Sesungguhnya Allah berkata


pada hari kiamat nanti: ‗dimana orang-orang yang saling mencintai karena
keagungan-Ku ?. Pada hari ini Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku, yang
tidak ada lagi pada hari ini satupun naungan kecuali naungan-Ku.‘‖. [HR. Muslim
no.2566].

berikut ini penjelasannya:


Perlu diketahui bahwa secara hukum asal, da‘wah dan nasehat itu dilakukan di atas
hikmah dan penggunaan kata-kata yang lemah lembut. Namun ketika kata-kata
lembut sudah tidak bermanfaat lagi, sementara kesesatan dan penyimpangan tetap dia
lakukan, bahkan ditebarkan ditengah-tengah umat, sehingga semakin banyak korban
yang termakan oleh kesesatannya, maka dalam kondisi seperti itu dengan terpaksa
digunakanlah kata-kata ‗keras‘ dan ‗pedas‘.
Sebagaimana halnya seseorang yang ingin membersihkan noda yang melekat di
pakainnya yang putih bersih , ketika dengan cara yang halus dan lembut noda tersebut
tidak juga hilang, maka dilakukanlah dengan cara disikat dan digosok dengan keras
dan kasar. Bukan berati hal itu menafikan adanya kasih sayang terhadap sesama
muslim. Perhatikan nasehat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah seorang ulama besar
yang tidak diragukan lagi keilmuannya:

52 | R i s a l a h N a s e h a t 1
‫ع‬ٕٛ‫عخ ئال ث‬ٌٛ‫ٕمٍغ ا‬٠ ‫لذ ال‬ٚ ،ٜ‫خش‬٤‫ٓ رغغً ئدذّ٘ب ا‬٠‫ذ‬١ٌ‫اٌّإِٓ ٌٍّإِٓ وب‬
‫ِخ ِب ٔذّذ ِؼٗ رٌه‬ٛ‫ إٌؼ‬ٚ ‫جت ِٓ إٌظبفخ‬ٛ٠ ‫ ٌىّٓ رٌه‬،‫ٔخ‬ٛ‫ِٓ اٌخش‬
.ٓ١‫اٌزخش‬
―Seorang mu‘min terhadap mu‘min yang lainnya bagaikan kedua tangan, salah
satunya mencuci tangan yang lain, namun bisa saja kotoran (yang melekat di tangan)
tidak bisa hilang kecuali dengan bentuk cara (pembersihan) yang keras/kasar. Namun
(cara keras/kasar seperti) itu benar-benar mendatangkan kebersihan dan kehalusan
(pada tangan) yang membuat kita memuji cara yang kasar tersebut.‖ [Majmu‘ul
Fatawa XXVIII/53-54].

Dan Imam Muslim , pengarang Kitab Shahih Muslim, Beliau telah menempatkan
bab khusus dalam muqaddimah kitabnya sebuah bab dengan judul yang panjang berisi
pengupasan tentang bolehnya mengkritik dan menyebutkan aib/cacat seorang peri-
wayat hadits, sehingga dengan itu kemurnian dan keabsahan hadits itu dapat terjaga
keotentikannya. Yaitu bab:

‫ أّْ جشح‬ٚ ‫ْ ئال ػٓ اٌثمبد‬ٛ‫خ ال رى‬٠‫ا‬ٚ‫ أّْ اٌش‬ٚ ٓ٠‫بْ أّْ اإلعٕذ ِٓ اٌذ‬١‫ثبة ث‬
ِٓ ً‫ ث‬،‫جخ اٌّذشِّخ‬١‫ظ ِٓ اٌغ‬١ٌ ٗٔ‫أ‬ٚ ،‫اجت‬ٚ ً‫ ث‬،‫ُ جبئض‬ٙ١‫ ف‬ٛ٘ ‫اح ثّب‬ٚ‫اٌش‬
‫ؼخ اٌّىشِّخ‬٠‫اٌزة ػٓ اٌشش‬
Yang artinya: ―Bab penjelasan bahwa sanad adalah termasuk dalam agama, dan
bahwasanya riwayat tidaklah diambil kecuali dari orang yang tsiqah (terpercaya) dan
bahwasanya menjarh (mengkritik dengan keras) seorang periwayat hadits pada hal-
hal (penyimpangan) yang ada pada mereka adalah boleh, bahkan wajib. Dan
bahwasanya yang demikian itu bukanlah termasuk ghibah yang diharamkan, bahkan
termasuk pembelaan kepada syariat yang mulia). [lihat Shahih Muslim hal. 14 Cet.
Darul Kutub Al Ilmiyyah]

53 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Al-JARH WAT TA‘DIL31
Adalah sebuah metode pengkritikan/bantahan dan dukungan/rekomendasi
terhadap paham atau aliran tertentu beserta para tokohnya dikritik, dibantah, dan
umat diperingatkan dari bahayanya. Sementara kebenaran dan para pembelanya didu-
kung, direkomendasikan, dan umat dihimbau untuk selalu merujuk kepadanya.
Metode ini adalah salah satu bagian dari praktek amar ma‘ruf nahi munkar ser-
ta nasehat yang telah dianjurkan bahkan diwajibkan dalam Islam.
Alllah dan Rasul-Nya serta para ‗ulama Ahlus Sunnah , sejak masa para
shahabat dan seudahnya, telah memberikan contoh nyata penerapan metode Al Jahr
wat Ta‘dil serta meletakkannya diatas kaidah-kaidah yang bersumber dari Al-Qur‘an
dan As-Sunnah. Kemudian, penerapan metode ini terus dilanjutkan oleh para ulama
Ahlus Sunnah wal Jama‘ah secara berkesinambungan hingga hari ini.
Namun Ahlul Batil dan para pengikut paham serta aliran yang sesat lagi me-
nyimpang, dengan berbagai bentuk dan warnanya, tidak rela dengan adanya penera-
pan prinsip Al Jahr wat Ta‘dil tersebut. Karena itu mereka berupaya merobohkan pi-
lar-pilar prinsip yang mulia ini demi mempertahankan kesesatan dan paham-
pahamnya. Mereka sangat khawatir jika prinsip ini tetap diterapkan akan mempersem-
pit ruang gerak mereka dalam upayanya menjajakan kesesatannya di tengah-tengah
umat. Upaya merobohkan pilar-pilar Al Jahr wat Ta‘dil ini berlangsung dari masa ke
masa, dengan berbagai cara dan syubhat (tipu muslihat) yang terus berlanjut secara
berkesinambungan hingga hari ini.
Diantara pihak yang gencar merobohkan metode Al Jahr wat Ta‘dil di masa
ini adalah kelompok IM (Ikhwanul Muslimin), kelompok yang lahir di Mesir dengan
pendirinya seorang shufi bernama Hasan Al-Banna yang di negeri kita tercinta ini
bermetamorfosa dalam tubuh sebuah partai bernama Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
yang mempunyai angka ‗keramat‘ 8 itu. Upaya tersebut mereka selubungi dengan
kaidah dan slogan yang selalu mereka dengung-dengungkan, yaitu:

31
Istilah Al Jahr wat Ta’dil pada awalnya digunakan untuk sebuah metode penyeleksian seorang periwayat
hadits atau atsar, apakah nantinya riwayatnya/berita yang disampaikannya diterima (dipercaya
kebenarannya) atau ditolak.
 Al-Jahr adalah: suatu sifat atau kriteria tertentu yang ada pada seorang periwayat hadits yang
berkonsekuensi dilemahkannya atau ditolaknya periwayatan dia
 At-Ta’dil adalah: suatu sifat atau kriteria tertentu yang ada pada seorang perawi yang
berkonsekuensi diterimanya periwayatan dia (lihat Dhawabitul Jarhi wat Ta’dil, hal. 10-11)

54 | R i s a l a h N a s e h a t 1
―Kita bekerja sama salam perkara yang kita sepakati dan
saling mentolerir dalam perkara yang kita perselisihkan‖ .

Dalam kitabnya yang sudah sangat dikenal dan sangat mudah untuk dida-
patkan, yaitu kitab Riyadhus Shalihin , Al-Imam An-Nawawi (w. 676 H) telah me-
nyebutkan sebuah bab yang berjudul: ‫ ما ٌباح مه انغٍبة‬artinya: Bentuk Ghibah yang
Diperbolehkan.
Mungkin para pembaca ada yang mengira bahwa Al-Imam An-Nawawi tidak
mengetahui haramnya Ghibah. Perlu diketahui bahwa Beliau telah meletakkan 2 (dua)
bab secara berurutan yang berjudul: ‫ تذرٌم انغٍبة‬artinya: Haramnya Ghibah, kemudian
disusul dengan bab: ‫ تذرٌم سماع انغٍبة‬artinya: Haramnya mendengarkan Ghibah. Kedua
bab tersebut beliau letakkan secara berurutan tepat sebelum bab: ‫ما ٌباح مه انغٍبة‬
artinya: Bentuk Ghibah yang Diperbolehkan. Dalam kedua bab tersebut beliau
menyebutkan dalil-dalil, baik dari Al-Qur‘an dan As-Sunnah tentang haramnya
ghibah, toh ternyata dengan keilmuan dan ketaqwaannya, beliau merinci
permasalahan tersebut dengan meletakkan bab yang menunjukkan adanya jenis-jenis
ghibah yang diperbolehkan.
Sebelum kita mengikuti dalil-dalil yang disebutkan oleh Imam An-Nawawi ,
mari kita perhatikan terlebih dahulu pernyataan beliau pada muqqadimah bab
tersebut. Beliau berkata:
―Ketahuilah bahwa perbuatan ghibah diperbolehkan untuk maksud yang benar dan
syar‘i, yang tidak memungkinkan untuk sampai pada tujuan tersebut kecuali dengan
melakukan ghibah. Hal itu ada enam sebab, yaitu:

32
Al-Imam Al-Hafizh Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf bin Muriy bin Hasan bin Hu-
sain bin Hizam An-Nawawi. Seorang Imam besar, yang sangat besar jasa dan sumbangsihnya terhadap
Islam dan kaum muslimin. Dikenal dengan zuhud, teladan dalan dalam sifat wara’ , dan terdepan dalam
amar ma’ruf nahi munkar. Beliau memiliki banyak karya tulis yang sangat bermanfaat bagi kaum musli-
min. di antara yang terkenal adalah Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, Riyadhus Shalihin, Arba’in An-
Nawawi, dan masih banyak lagi.

55 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Pertama: At-Tazhallum (pengaduan). Boleh bagi seorang yang terzhalimi
untuk mengadu kepada seorang penguasa atau seorang hakim atau yang lainnya dari
pihak-pihak yang memiliki kekuasaan atau kemampuan (polisi misalnya, pent) untuk
bersikap sportif terhadap pihak yang menzhalimi, dengan berkata: ―Si Anu telah
menzhalimi saya dengan (perbuatan) demikian.‖

Kedua: Permintaan tolong untuk merubah sebuah kemungkaran, dan


mengembalikan seseorang yang berbuat kemaksiatan kepada kebenaran.

Ketiga: Al-Istifta‘ (upaya meminta fatwa), tentang suatu permasalahan.

Keempat: Dalam memberikan tahdzir (peringatan keras) bagi kaum muslimin


dari kejahatan dan memberikan nasehat kepada mereka. Hal ini bisa dilakukan dalam
beberapa bentuk, diantaranya:
o Memberikan Jahr (Kritikan Pedas) terhadap pihak-pihak yang berhak
mendapatkannya dari kalangan para periwayat hadits, serta para saksi. Ini
hukumnya boleh berdasarkan Ijma‘ (kesepakatan) kaum muslimin. Bahkan
wajib untuk sebuah kemaslahatan.
o Jika seseorang melihat seorang pelajar yang sering mendatangi mubtadi‘
(pengusung bid‘ah) atau seorang fasik untuk menimba ilmu darinya.
Kemudian dia mengkhawatirkan si pelajar tersebut terpengaruh karenanya,
maka wajib atasnya nasehat dalam bentuk penjelasan tentang kondisi orang
(mubtadi‘) tersebut. Dengan syarat dia memaksudkannya sebagai nasehat.

Kelima: Seseorang yang menampakkan secara terang-terangan kefasikan dan


kebid‘ahannya.... maka diperbolehkan penyebutan nama orang tersebut secara
langsung dalam perkara-perkara yang dia menampakkannya secara terang-terangan.

Keenam: Dalam rangka pengenalan. Jika seseorang lebih dikenal dengan julukan
tertentu. (seperti si Black ‗orang yang hitam‘, si Gatel ‗orang yang lucu‘, si Bom-
mbom ‗orang yang imut‘, si Mbote ‗orang yang lemah-lembut‘. pent).

--- sekian An-Nawawi ----

56 | R i s a l a h N a s e h a t 1
‫جخ‬١‫ً٘ اٌجذع غ‬٤ ‫ظ‬١ٌ

―Tidak berlaku larangan ghibah untuk pengusung bid‘ah‖ [lihat Lammud Durril
Mantsur, hal.182]

ّ‫تعهوا وغتاب فً اهلل عزّ و جم‬

―Kemarilah, kita berbuat ghibah demi (membela agama) Allah ‖

‫انشكاٌة و انتذرٌر نٍس مه انغٍبة‬

33
Beliau adalah Al-Hasan bin Yasar Al-Bashri (w.110 H), seorang tokoh besar tabi‘in. Beliau seorang
yang tsiqah, faqih, dan memiliki keutamaan yang sangat terkenal. Al-Hafizh Adz-Dzahabi berkata: ―Beliau
adalah pimpinan dalam ilmu dan amal.‖
34
Beliau adalah Imam terkemuka dari kalangan tabi‘ut tabi‘in. Beliau adalah (w. 198 H di Makkah). Al
Imam Asy-Syafi‘i mengatakan: ―Kalau tidak karena Malik bin Anas (Imam Malik) dan Sufyan (bin
Uyainah) niscaya hilanglah ilmu di negeri hijaz (Madinah), dan tidaklah aku melihat seorang pun yang
memiliki ilmu yang banyak seperti ilmu yang ada pada Sufyan bin Uyainah. Dan tidaklah aku melihat
orang yang mampu menahan diri dari berfatwa dibandingkan dia.‖
35
Imam besar dari kalangan tabi‘ut tabi‘in, yang mendapatkan gelar amirul mu’minin dalam bidang hadits.

57 | R i s a l a h N a s e h a t 1
―Pengaduan dan Tahdzir (peringatan keran dari ahlul bid‘ah) keduanya bukan
termasuk perbuatab ghibah‖ [Syu‘abul Iman, karya Al-Baihaqi (6791)]

‫ ٌا أبا عبد‬:‫ فقال نه بعض انصوفٍّة‬.‫انمعهّى به هالل هو إال أوّه إذا جاء انذدٌث ٌكرب‬
‫ إذا نم وبٍّه كٍف ٌعرف انذقّ مه انباطم ؟‬,‫ أسكت‬:‫انردمه تغتاب؟ فقال‬

―Al-Mu‘alla bin Hilal dialah orangnya, hanya saja apabila dia meriwayatkan hadits
berdusta.‖ Sebagian orang shufi mengatakan kepada beliau: ―Wahai Abu Abdirrahman
(nama kunyah dari Al-Imam Abdullah Ibnul Mubarak) engkau telah berbuat ghibah‖!
maka Al Imam Abdullah Ibnul Mubarak menjawab: ―Diam Kamu! Jika kami tidak
menjelaskan maka bagaimana bisa diketahui antara kebenaran dan kebatilan ?!‖. [Al-
Kifayah I/45, Tadribur Rawi II/369]

‫إذا سكتّ أوت و سكتّ أوا فمتى ٌعرف انجاهم انصذٍخ ن\مه انسقٍم ؟‬

―Jika anda diam dan akupun diam, maka kapan seorang yang jahil dapat mengetahui
mana (hadits) yang shahih dan mana yang lemah ?‖ [Majmu‘ul Fatawa XXVIII/231]

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqaddimah kitab


Shahih beliau, bahwa Al Imam Muhammad bin Sirin berkata:

ُٙ‫ث‬٠‫إخز دذ‬١‫ أً٘ اٌغّٕخ ف‬ٌٝ‫ٕظش ئ‬١‫ا ٌٕب سجبٌىُ ف‬ّّٛ‫ا ع‬ٌٛ‫لؼذ اٌفزٕخ لب‬ٚ ‫ْ ػٓ اإلعٕبد فٍّّب‬ٌٛ‫غأ‬٠ ‫ا‬ٛٔٛ‫ى‬٠ ٌُ
.ُٙ‫ث‬٠‫إخز دذ‬٠ ‫ أً٘ اٌجذع فال‬ٌٝ‫ٕظش ئ‬٠ٚ

36
Beliau adalah tokoh besar Tabi‘ut Tabi‘in (w. 181 H)
37
Beliau adalah Imam Ahlus Sunnah, sangat gigih dalam berpegang teguh diatas sunnah. Salah seorang
murid Imam Asy-Syafi‘i
38
Beliau adalah tokoh dan imam besar generasi tabi‘in (w. 110 H)

58 | R i s a l a h N a s e h a t 1
―Dahulu mereka (para shahabat dan pembesar Tabi‘in) tidak menanyakan
sanad39 (hadits), namun ketika telah terjadi fitnah 40, mereka berkata: ‗Sebutkanlah
kepada kami (siapa) orang yang meriwayatkan (hadits/atsar) tersebut kepada kalian‘.
Maka dilihat, jika orang yang meriwayatkan tersebut dari kalangan ahlus sunnah maka
diterimalah hadits (riwayat) mereka. Jika ternyata orang-orang yang
meriwayatkannya dari kalangan ahlul bid‘ah maka tidak diterima hadits mereka .‖

Dalam kesempatan lain masih dalam muqaddimah Shahih Muslim --- beliau
juga berkata:

ُ‫ٕى‬٠‫ْ د‬ٚ‫ا ػّّٓ رأخز‬ٚ‫ٓ فبٔظش‬٠‫ئّْ ٘زا اٌؼٍُ د‬

―Sesungguhnya ilmu ini


adalah agama, maka
telitilah dari siapa kalian
mengambil (mempelajari)
agama kalian. ‖
39
Silsilah mata rantai seorang periwayat hadits/atsar yang bersambung sampai teks hadits yang sesuai
dengan apa yang diucapkan, atau diperbuat oleh Rasulullah maupun para Shahabat [Ta‘liqat Al
Atsriyyah ‗ala Mandhumah Al Baiquniyyah, hal.25]
40
Fitnah yang dimaksud disini adalah munculnya para ahlul bid‘ah dan ahlul ahwa‘ (pengikut hawa nafsu)
yang kerap memalsukan hadits. [Ta’liq (catatan pinggir) pelajaran ilmu hadits kitab Ta’liqat Al
Atsriyyah Ala Mandhumah Al Baiquniyyah oleh Ustadzuna Kholiiful Hadi (salah seorang murid
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’ie), ketika penulis belajar di Ma’had Darul Atsar Al Islamy
Gresik]

59 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Daliil- dalil yang menunjukkan tentang adanya
ghibah yang dibolehkan

Sekarang mari kita ikuti bersama, beberapa hadits yang menggambarkan ten-
tang sikap dan perkataan Rasulullah yang menunjukkan bahwa menyebutkan aib
saudara muslim dalam kondisi yang dibutuhkan, tidak tergolong perbuatan ghibah,
atau kalau mau dikatakan ghibah maka itu adalah ghibah yang dibolehkan.

Diantara dalil-dalil tersebut adalah:

a) Hadits Aisyah , bahwa seorang pria meminta izin untuk menemui Rasulullah
, maka beliau berkata:

))‫شح‬١‫ اٌعش‬ٛ‫ا ٌٗ ثئظ أخ‬ٛٔ‫((ائز‬


―Izinkanlah orang tersebut, sesungguhnya dia sejelek-jelek sanak saudara‖ [HR.
Bukhari no. 6032, 6054, 6131; Muslim no. 2591]

Al Imam Al-Bukhari telah berhujjah (berdalil) dengan hadits ini


tentang bolehnya melakukan ghibah terhadap pembawa kerusakan dan
pengusung syubhat (kerancuan berpikir).
Al Imam Al-Qurthubi , berkata: ―Pada hadits tersebut terkandung
hukum bolehnya melakukan ghibah atau yang semisal itu dariterhadap orang
yang melakukan kefasikan atau kekejian secara terang-terangan serta seruan
kepada bid‘ah...‖ [Fathul Bari Kitabul Adab di bawah hadits no. 6032]

b) Hadits Fathimah bintu Qais :


‫ فمبي‬,ٟٔ‫خ خطجب‬٠ٚ‫ ِعب‬ٚ ُٙ‫ ئْ أثب اٌج‬:‫ عٍُ فمٍذ‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ع‬ٍّٝ‫ّ ص‬ٟ‫ذ إٌج‬١‫أر‬
ٛ‫ أِب أث‬ٚ ,ٌٗ ‫ن ال ِبي‬ٍٛ‫خ فصع‬٠ٚ‫ ((أِب ِعب‬:ٍُ‫ ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ع‬ٍّٝ‫ي اهلل ص‬ٛ‫سع‬
ُٙ‫ اٌج‬ٛ‫ أِب أث‬ٚ(( : ٍُ‫خ ٌّغ‬٠ٚ‫ س‬ٟ‫ ف‬ٚ ))ٗ‫ضع اٌعصب عٓ عبرم‬٠ ‫ُ لال‬ٙ‫اٌج‬
.))‫فضشاة ٌٍٕغبء‬

Fathimah bintu Qais berkata, ―Aku datang menemui Rasulullah kemudian


aku katakan kepada beliau bahwa Abul Jahm dan Muawiyah telah melamarku.

60 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Maka berkatalah Rasulullah : ―Kalau Muawiyah adalah seorang yang suluk
(faqir) yang tidak mempunyai harta, sedangkan Abul Jahm adalah seorang
yang tidak pernah meletakkan tongkatnya dari pundaknya (sering bepergian).‖
Dalam riwayat Muslim: ―Kalau Abu Jahm adadlah seorang yang suka memukul
wanita.‖ [HR. Bukhari Riyadush Shalihin hadits no. 1533]

Penjelasan Rasulullah kepada seorang wanita yang sangat


membutuhkan informasi tentang kondisi dua orang yang akan melamarnya agar dia
dapat menentukan sikap. Jika perkara yang terkait dengan urusan dan kemaslahatan
seorang wanita padahal dia hanya seorang saja, lalu bagaimana dengan perkara yang
terkait dengan urusan dan kemaslahatan umat (orang banyak), yang dengan
keawamannya umat ini sangat mudah untuk tertarik dan tertipu dengan berbagai
bid‘ah dan kesesatan yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya dan dipromosikan oleh
para pengikutnya. Maka sudah barang tentu, sebagaimana telah dijelaskan para ulama
di atas, adalah sesuatu yang wajib untuk dijelaskan kepada umat tentang kesesatan dan
kebid‘ahan yang dapat mebinasakan mereka.

c) Hadits Aisyah :
‫ ئال ِب‬,ٞ‫ٌذ‬ٚ ٚ ٟٕ١‫ىف‬٠ ‫ ِب‬ٟٕ١‫عط‬٠ ‫ظ‬١ٌ ٚ ,‫ح‬١‫بْ سجً شح‬١‫ي اهلل ئْ أثب عف‬ٛ‫ب سع‬٠ :‫أْ ٕ٘ذ ثٕذ عزجٗ لبٌذ‬
.))‫سف‬ٛ‫ٌذن ثبٌّع‬ٚ ٚ ‫ه‬١‫ىف‬٠ ‫ ِب‬ٞ‫ ((خز‬:‫عٍُ؟ فمبي‬٠ ‫ ال‬ٛ٘ ٚ ِٕٗ ‫أخزد‬

―Bahwa Hindum bintu Utbah (Istri Abu Sufyan) berkata: ―Wahai Rasulullah
sesungguhnya Abu Sufyan adalah pria yang sangat kikir, dan sesungguhnya dia
tidak memberikan nafkah yang dapat mencukupiku dan anakku, kecuali apa
yang aku ambil darinya dalam keadaan dia tidak mengetahuinya?‖ maka
Rasulullah berkata: ―Ambillah apa yang cukup buat kamu dan anakmu
dengan cara yang baik.‖ [HR. Bukhari no. 5364; Muslim no. 1714].

Al Hafizh Ibnu Hajar Al As Qalani berkata ketika mengomentari hadits ini:


―Hadits ini dijadikan sebagai dalil tentang bolehnya menyebutkan
pribadi seseorang tentang suatu yang tidak disukai oleh orang tersebut, jika
dilakukan dalam rangka mencari fatwa atau pengaduan dan yang semisalnya.
Ini adalah salah satu keadaan yang diperbolehkan dengannya perbuatan
ghibab.‖ [Fathul Bari, penjelasan hadits no. 5364].

61 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Setelah penjelasan di atas, kita mengetahui bagaimana Rasulullah r
bersikap dan berkata. Apakah kita berani menuduh Rasulullah r telah berbuat
ghibah? Padahal kepada beliaulah ayat-ayat Al-Qur‘an –termasuk ayat
larangan tentang ghibah- diturunkan. Beliau sendiri, melalui haditsnya
melarang umat ini untuk berbuat ghibah. Tapi toh ternyata hal itu tidak
menghalangi beliau untuk menyebutkan kekurangan dan aib pihak-pihak yang
memang harus disebutkan.

- ‗ ‘
‗ ‘ - ‘

                 

       

― Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka


tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa Kitab-Kitab yang tebal.
Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan
Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim .‖ (QS. Al Jumu‘ah: 5).

               

                 

             

― Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya
ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri
dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah
Dia Termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya
Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia
dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing
jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia
mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang

62 | R i s a l a h N a s e h a t 1
mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar
mereka berfikir.‖ (QS. Al A‘raaf: 175-176)

                  

              

― Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka
Itulah orang-orang yang lalai.‖ (QS. Al A‘raaf: 179)

      

― Mereka tuli, bisu dan buta (Walaupun pancaindera mereka sehat mereka dipandang
tuli, bisu dan buta oleh karena tidak dapat menerima kebenaran), Maka tidaklah me-
reka akan kembali (ke jalan yang benar),‖ (QS. Al Baqarah: 18).

- ‗ ‘
‗ ‘ -
Berikut ini beberapa bentuk kata-kata ‗keras‘ dan ‗pedas‘ yang digunakan oleh
Rasulullah dalam memperingatkan umatnya dari kesesatan paham-paham
menyimpang, yang membahayakan aqidah umat, serta beberapa bentuk kata-kata
‗keras‘ dan ‗pedas‘ yang beliau gunakan dalam mengingkari beberapa kekeliruan yang
terjadi pada sebagian shahabatnya, antara lain:

a) Perkataan Nabi terhadap kaum khawarij:


‫ص‬ٚ‫جب‬٠ ‫ْ اٌمشآْ ال‬ٚ‫مشؤ‬٠ ‫ِب‬ٛ‫ عمت ٘زا ل‬ٟ‫ ف‬ٚ‫ء ٘زا أ‬ٝ‫ئْ ِٓ ضئض‬...
ٚ ,َ‫ْ أً٘ اإلعال‬ٍٛ‫مز‬٠,ٗ‫ّز‬١ِ‫ُ ِٓ اٌش‬ٙ‫ق اٌغ‬ٚ‫ْ ِٓ اإلعالَ ِش‬ٛ‫ّشل‬٠ ,ُ٘‫حٕبجش‬
.‫ُ لزً عبد‬ٙ‫ُ لزٍز‬ٙ‫ ٌئٓ أٔب أدسوز‬,ْ‫ثب‬ٚ‫ْ أً٘ األ‬ٛ‫ذع‬٠

63 | R i s a l a h N a s e h a t 1
"......akan keluar dari keturunan orang ini (Dzulkhuwaishirah) suatu kaum yang
mereka itu ahli membaca Al-Qur‘an, namun bacaan tersebut tidaklah melewati
tenggorokan mereka. Mereka melesat keluar dari batas-batas agama seperti
melesatnya anak panah dari sasaran buruannya. Mereka membunuhi ahlul
Islam dan membiarkan hidup (tidak membunuh) ahlul Autsan (orang-orang
kafir). Jika aku sempat mendapati mereka, akan aku bunuh mereka dengan
cara pembunuhan terhadap kaum ‗Ad . [HR. Al Bukhari no. 3344; Muslim no.
1064; Abu Dawud no. 4764 dari shahabat Abu Said Al Khudri]

Beliau juga berkata sebagaimana dibawakan oleh Abu Umamah :

ٚ ,‫ُ اٌغّبء‬٠‫ا رحذ أد‬ٍٛ‫ لز‬ٍٝ‫ ٘إالء ششّ لز‬.‫ والة إٌبس‬,‫ والة إٌبس‬,‫والة إٌبس‬
.‫ُ ٘إالء‬ٍٙ‫ٓ لز‬٠‫ُ اٌغّبء اٌز‬٠‫ا رحذ أد‬ٍٛ‫ لز‬ٍٝ‫ش لز‬١‫خ‬

―Anjing-anjing Neraka, anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka! Mereka


adalah sejelek-jelek mayat di bawah kolong langit. Sementara sebaik-baik
mayat di bawah kolong langit adalah mayat orang-orang yang dibunuh oleh
mereka (khawarij). [HR. Ahmad, Ibnu Majah].

b) Perkataan Nabi terhadap kaum Qadariyyah 41

.))ُ٘ٚ‫ذ‬ٙ‫ا فال رش‬ٛ‫ ئْ ِبر‬ٚ ُ٘ٚ‫د‬ٛ‫ا فال رع‬ٛ‫ط ٘زٖ األِخ ئْ ِشض‬ٛ‫ّخ ِج‬٠‫((اٌمذس‬
―Al-Qadariyyah itu majusinya umat ini. Jika mereka sakit maka jangan
dijenguk, jika mereka mati jangan disaksikan (dihadiri pemakamannya).‖
c) Perkataan Rasulullah terhadap orang yang menarik kembali pemberiannya:

.))ٗ‫ئ‬١‫ ل‬ٟ‫د ف‬ٛ‫ع‬٠ ُ‫ء ث‬ٟ‫م‬٠ ‫ ٘جزٗ وبٌىٍت‬ٟ‫ء اٌعبئذ ف‬ٌٛ‫ظ ٌٕب ِثً ا‬١ٌ((
41
[HR. Abu Dawud no. 4691, Ibnu Abi Ashim]
Qadariyah adalah suatu kaum yang mereka mengingkari takdir, mereka meyakini bahwa segala
yang yang terjadi itu tanpa didahului taqdir Allah dan bahwa Allah tidak menentukan taqdir kejadian
tersebut sebelum terjadinya, melainkan terjadi karena kehendak makhluk secara mutlak. Dalam beberapa
riwayat mereka kaum Qadariyyah adalah orang-orang yang berakhlak baik.
Paham dan aliran ini ternyata masih bertahan hingga masa ini. Bahkan didukung dan diperbaharui
oleh orang-orang yang dikenal sebagai ―cendekiawan muslim‖. Diantaranya di negeri ini ditokohi oleh
Prof. Harun Nasution, yang dengan gencar dia menjejalkan paham ini kepada para mahasiswanya di
lembaga pendidikan IAIN (yang sekarang berganti nama menjadi UIN), mereka adalah kaum yang juga
mengucapkan Laa ilaha illaallah dan bersaksi pula bahwa Muhammad Rasul Allah.

64 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Tidak sepantasnya bagi kita untuk memiliki sifat jelek. Seorang yang menarik
kembali pemberiannya bagaikan seekor anjing yang muntah kemudian dia
menjilat kembali muntahannya tersebut. [HR. Bukhari no. 2589, 2622, 6975;
Muslim no. 1622 dari shahabat Ibnu Abbas ].

d) Perhatikan beberapa contoh kata-kata ‗keras‘ dan ‗pedas‘ atau ‗kasar‘ yang
digunakan oleh Rasulullah r terhadap beberapa shahabatnya sendiri, antara lain :

Peringatan Rasulullah kepada seorang shahabat Abu Dzar ketika mencela


seseorang dengan cara mencaci ibu dari orang tersebut, dengan mengatakan:

‫ّخ‬١ٍ٘‫ه جب‬١‫ئٔه اِشؤ ف‬

Sesungguhnya pada dirimu (Abu Dzar) terdapat sifat-sifat kejahiliyyahan. [HR.


Bukhari no. 30; Muslim no. 1661]

Peringatan Rasulullah kepada shahabat Muadz bin Jabal ketika Muadz


mengimami kaumnya dalam sholat isya‘ dengan bacaan yang sangat panjang,
sampai-sampai ada salah seorang makmum yang keluar dari shalat jama‘ah dan
melakukan shalat sendiri. Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah r maka
marahlah beliau kepada Muadz dengan mengatakan:

))‫ب ِؼبر‬٠ ْ‫ أفزب‬،‫ب ِؼبر‬٠ ْ‫ أفزب‬،‫ب ِؼبر‬٠ ْ‫(( أفزب‬

―Apakah engkau tukang fitnah, wahai Muadz, Apakah engkau tukang fitnah,
wahai Muadz, Apakah engkau tukang fitnah, wahai Muadz (beliau
mengulanginya 3 kali).‖ [HR. Bukhari, no. 6106; Muslim no. 465; An Nasa‘i
no. 831 dari shahabat Jabir bin Abdillah].

e) Perkataan Rasulullah kepada Aisyah , isteri beliau yang paling beliau cintai,
yaitu ketika Aisyah cemburu kepada beliau, maka beliau berkata:
)) ‫طبٔه‬١‫(( لذ جبءن ش‬
―Sungguh syaithanmu telah datang kepadamu‖ [HR. An Nasa‘i no. 3970]

65 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Kami mengajak para pembaca untuk melihat ulang dengan seksama kata-kata yang
dilontarkan oleh Baginda Nabi :
- akan aku bunuh mereka,
- Anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka!
- Sejelek-jelek mayat
- Jika mereka sakit, maka jangan dijenguk, jika mereka mati maka jangan
disaksikan (dihadiri) jenazah mereka,
- Bagaikan seekor anjing,
- Sesungguhnya pada dirimu terdapat sifat-sifat kejahiliyyahan,
- Engkau tukang fitnah,
- Sesungguhnya dia adalah sejelek-jelek sanak saudara,
- syaithanmu

padahal siapa yang dituju oleh Rasulullah dengan ucapan-ucapan tersebut? Kaum
kafirkahmereka??? Yahudikah mereka??? Tidak lain mereka adalah orang-orang
yangmasih bersyahadat La ilaha illallah dan menyatakan diri mereka sebagai muslim.
Tidak bisakah Rasulullah mengatakan dengan kepada Aisyah sebagai isteri
beliau dengan nasehat yang ‗lembut‘ dan ‗santun‘??? tanpa harus berucap: ―Sungguh
syaithanmu telah datang kepadamu.‖.
Padahal kita semua tahu bahwa Rasulullah adalah manusia terbaik akhlaq dan
sikapnya terhadap seluruh manusia, terkhusus terhadap isteri-isterinya. Sebagaimana
telah beliau khabarkan dalam sebuah hadits, yang diriwayatkan dari Aisyah , bahwa
Rasulullah berkata:

ٍٟٙ٘٤ ُ‫شو‬١‫ أٔب خ‬ٚ ٍٗ٘٤ ُ‫شو‬١‫شوُ خ‬١‫خ‬

―Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling berbuat baik terhadapkeluarganya (


isterinya), dan aku adalah orang yang paling berbuat baik terhadap keluargaku
(isteriku).‖ [At Tirmidzi no. 3895].

Tentunya –na‘udzubillah- kita semua berlindung kepada Allah untuk lancang


dan berani mengatakan bahwa Rasulullah berkata dengan kata-kata yang tidak
santun atau tidak beretika dan yang semisal itu. Tentu barangsiapa yang berani
mengatakan hal itu, maka dia tergolong orang yang lancang terhadap Nabi dan

66 | R i s a l a h N a s e h a t 1
jahil terhadap syariat yang beliau bawa sekaligus tergolong orang yang merasa diri dan
kelompoknya yang lebih bisa bersikap lembut, santun, dan beretika.

Mengapa tidak hanya Denie Asseif


dan kelompoknya saja yang dibantah
Pengaruh negatif kesesatan kelompok-kelompok neo-khawarij masa kini dan
para tokohnya, beberapa diantaranya semisal Taqiyuddin An-Nabhani, Muhammad
Al-Ghazali, Yusuf Al-Qardhawi, Hasan Al-Banna, Sayyid Quthub, serta jagoan konyol
seorang sarjana ekonomi Usamah bin Laden, kian terasa dalam dunia Islam, baik
pengaruh negatif dalam bentuk paham –- yang kami istilahkan dengan teror
pemikiran – maupun dalam bentuk teror fisik berupa pembunuhan, pengeboman,
demonstrasi di jalan-jalan dan sebagainya karena sebagaimana dapat dipahami oleh
seorang yang sedikit saja mempunyai akal yang sehat, sebagaimana yang dijelaskan
oleh Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali ―bahwa tidaklah seluruh
teror-teror fisik yang ada itu terjadi melainkan karena terlebih dahulu dijejalkan
doktrin-doktrin berupa teror pemikiran‖.
Namun justru sangat disayangkan hal yang jelas dan gamblang ini terluputkan dari
logika seorang Denie Asseif ini yang justru pada bab-bab penegakan ‗khilafah‘
logikanya begitu ―cemerlang‖ (baca: Serampangan), sungguh ironis..., yang mana hal
ini semakin memperjelas betapa dungu dan tidak bijaksanannya dia dalam
berkomentar.

Maka coba kita perhatikan komentar dia yang ‗ sukur njeplak‘ ini di facebook..

Namun disisi lain dia menerapkan standar ganda dalam penerapan ―Opini Media yang
dikuasi oleh barat‖, mari kita perhatikan:

67 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Maka kami katakan: ―Dengan timbangan apa engkau wahai Denie Asseif dapat
memilah-milah opini media? Sudah demikian ‗cerdas‘ kah engkau ? Apa engkau telah
menguasai hukum-hukum syari‘at beserta ilmu yang ada pada hukum-hukum
tersebut? Ataukah engkau telah menguasai betul tentang ilmu ushul beserta
furu‘iyyahnya soal menimbang maslahat dan madharat dengan tepat berdasar nash-
nash yang ada? Ataukah engkau telah menghafal Al-Qur‘an berikut maknanya, berapa
juz kah yang telah engkau hapal dan pahami maknanya?, Ataukah engkau telah
menghafal ribuan hadits beserta mengilmui syarat-syarat shohih dan tidaknya Nasikh
dan Mansukhnya?
Ataukah engkau mengetahui tentang siapa si pembawa opini di media tersebut
berikut jalur periwayatannya hingga suatu opini itu layak untuk diterima, menurut
penglihatan ‗cerdas‘ yang engkau miliki, sehingga engkau bisa menetapkan itu opini
barat atau tidak? Atau apakah engkau juga mengetahui bahwa penyampaian opini-
opini tersebut telah begitu ‗aktual‘ sehingga engkau bisa menerima atau menolaknya,
apa dasar timbangan untuk itu semua ? Ataukah cukup mengandalkan ‗kecerdasan‘
yang bertumpu pada logika dan perasaan semata, serta kungkungan fanatik golongan
yang ada padamu!

Lalu kenapa justru pada opini-opini media yang segaris dengan pergerakan
kelompokmu atau cocok dengan ambisi pergerakan kelompokmu, tanpa filter dan
tanpa menimbang engkau langsung mencomotnya mentah-mentah, dan
menyebarkannya ke publik... Allahu Akbar.... Hadzihi musibatun adhimah...!!!

68 | R i s a l a h N a s e h a t 1
               

            

‗    

―Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada
Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). kalau
tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut
syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).‖ (QS. An Nisaa‘: 83)

Maka dengan ini kami katakan, betapa curangnya engkau dalam menimbang..???,
tidakkah pernah kau baca ayat di bawah ini...????

             

 

―Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabi-
la menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, Dan apabila mereka me-
nakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.‖ (QS. Al Muthafifiin: 1-3).

Maka kami katakan:


―Yaa Akhi… ente yang nggak paham, atau memang ente yang sengaja naruh Otak
ente di dengkul‖. Allahul musta‘an.... Hadakallah...

Justru sebenarnya para tokoh-tokoh diatas lah yang seharusnya mendapat


porsi lebih banyak untuk dibantah. Karena Denie Asseif dan orang-orang
semacamnya hanyalah bandit kelas kroco yang merupakan salah satu imbas paham
Khawarij yang disebarkan ditengah-tengah umat terkhusus kalangan muda. Al-
Qaeda, JI, NII, MMI, FPI, HT, IM, LDII, adalah sekian kelompok dari kelompok-
kelompok berhaluan Khawaarij yang terus memangsa korban-korban baru dari

69 | R i s a l a h N a s e h a t 1
kalangan pemuda yang memiliki semangat dan kecintaan yang tinggi terhadap Islam
seperti saudara Denie Asseif ini. Namun ketika semangat yang tinggi dan kecintaan
terhadap Islam tersebut tidak dibarengi oleh kematangan ilmu Al-Qur‘an dan As-
Sunnah dalam koridor pemahaman generasi salafush shalih, maka para pemuda
tersebut sangat mudah untuk digiring kepada terorisme yang kejam dengan label dan
semboyan jihad fii sabilillah.

Itulah gambaran global kondisi umat dengan berbagai kelompok neo-khawarij


yang tersebar di tengah-tengah mereka. Racun jilatan hizbiyyah (berkelompok-
kelompok) dan paham khawarij telah mengenai banyak pihak, terkhusus kaum muda.
Para teroris neo-khawarij pun dengan gencar di sana-sini melalui berbagai media
meracuni umat dengan pahamnya. Mereka lakukan hal itu dengan menggunakan
ayat-ayat Al-Qur‘an dan hadits-hadits Rasulullah  berdasarkan logika dan
kepentingan kelompok masing-masing di luar bimbingan pemahaman generasi as-
salafush shalih serta para ‗ulama masa kini yang mengikuti jejak mereka. Umat yang
mayoritas awam pun terbawa oleh hingar bingarnya syubhat-syubhat (kerancuan
berpikir) tersebut sehingga mereka menganggap tindakan teror sebagai jihad yang
mulia serta pembelaan terhadap syari‘at Islam, dan para pelakunya pun mereka anggap
sebagai mujahiddin.

Pertanyaan atau ucapan seperti ini sering muncul dari berbagai kalangan, baik dari
orang-orang awam maupun dari dari kalangan yang diistilahkan dengan ―para aktivis‖
atau ―pegiat da‘wah‖. Kalau munculnya dari orang-orang awam maka hal itu bisa di-
maklumi, karena keawamannya itu mereka cenderung menilai dan bersikap berdasar-
kan tingkat pengetahuannya terhadap agama. Karena bersumber dari orang awam,
maka pengaruh dari ucapan tersebut tidaklah terlalu berarti. Namun apabila ucapan
atau pertanyaan seperti itu diucapkan oleh orang-orang yang disebut ―para aktivis‖
atau ―pegiat da‘wah‖ maka akan memiliki pengaruh negative yang sangat berarti, anta-
ra lain:

70 | R i s a l a h N a s e h a t 1
1. Mendidik umat untuk diam terhadap berbagai penyimpangan dan kesesatan
yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin. Tentunya bertentangan dengan
perintah Nabi r dalam beberapa haditsnya, antara lain:

―Tolonglah saudaramu, baik yang berbuat kezhaliman maupun yang terzhalimi. seo-
rang shahabat bertanya: ‗Wahai Rasulullah, jelas aku akan menolongnya jika ia adalah
pihak yang terzhalimi, tapi bagaimana menurut engkau jika dia adalah pihak yang ber-
buat kezhaliman, bagaimana mungkin aku akan menolongnya?‘ Rasulullah menjawab:
―Yaitu (dengan cara) kamu mencegah atau melarang dia dari perbuatan zhalim, maka
sesungguhnya itu adalah bentuk pertolongan untuknya .‖ 42

Begitu juga dengan hadits:

―Permisalan antara seseorang yang menjalankan syari‘at Allah dengan orang yang
melanggarnya bagaikan suatu kaum yang mengundi penentuan tempat pada sebuah
kapal. Sebagian mereka berhasil mendapatkan tempat dibagian atas, sementara yang
lain di bagian bawah kapal, jika membutuhkan air minum terpaksa harus melewati
orang-orang yang berada di atasnya. Akhirnya mereka (yang di bawah) berkata
(kepada sebagian yang lain): ‗Kalau seandainya kita lobangi (dinding kapal) sedikit
(untuk mendapatkan air) tentu kita tidak akan mengganggu orang-orang yang
berada di atas kita‘. Jika mereka (yang di atas) membiarkan orang-orang yang ada di
bawah dengan kemauannya itu, niscaya mereka semua akan binasa (tenggelam).
Namun apabila mereka (yang di atas) berupaya mencegahnya, niscaya mereka akan
selamat dan selamat pulalah seluruh (yang ada di kapal tersebut) .‖ [HR. Al Bukhari
no. 2493, 2686]

42
[HR. Al Bukhari (no. 2443,2444) Tirmidzi ( 2255) dari shahabat Anas bin Malik . lihat Riyadhus Shalihin hadits ke-237 hal 85]

71 | R i s a l a h N a s e h a t 1
2. Akan semakin berkembangnya penyimpangan dan paham sesat.
Ketika upaya pengingkaran terhadap berbagai penyimpangan telah diabaikan,
tentu umat yang jauh dari bimbingan ilmu ini akan mengira suatu kesesatan sebagai
suatu kebenaran, para pengusung paham dan aliran yang menyesatkan dianggapnya
sebagai penyeru kebaikan, sementara orang yang memperingatkan umat darinya
dikatakan sebagai ‗‗Pemecah belah umat‘‘. Para penganut paham syi‘ah yang
menyesatkan akan dengan mudah menjerumuskan umat kepada aqidahnya yang
menyesatkan itu. Para penganut paham teroris khawarij akan terus dengan mudah
menggiring pemuda khususnya untuk memusuhi dan mengkafirkan pemerintahnya
dan oran-orang yang tidak berada dalam satu kelompok dengan mereka, melakukan
kudeta, demonstrasi menentang pemerintah, pembom-an, pembunuhan, dan
berbagai tindakan sadis lainnya dengan mengatasnamakan agamanya. Begitu pula
pengusung paham sesat lainnya.

3. Akan semakin menjauhkan umat dari pertolongan Allah .


Kita semua tahu dan yakin, bahwa Allah tidak akan menolong umat ini terhadap
musuh-musuhnya selama mereka masih banyak melanggar larangan-larangan
Allahdan Rasul-Nya , terkhusus jika pelanggaran tersebut dalam permasalahan
aqidah (keyakinan yang mendasar) dan manhaj (prinsip/metode dalam berislam),
yang menyelisihi Al-Qu‘ran dan As-Sunnah dalam koridor bimbingan generasi as-
salafush shalih .
Berikut ini adalah nasehat Asy-Syaikh Al-‗Allamah DR. Shalih bin Fauzan Al-
Fauzan, salah satu anggota Majelis Hai‘ah Kibaril ‗Ulama (Majelis Fatwa Ulama Besar)
Kerajaan Saudi ‗Arabia dalam jawabannya terhadap pertanyaan sebagai berikut:

Pertanyaan: Kenapa harus ditetapkan tahdzir (peringatan keras) terhadap berbagai


ahlul bid‘ah, sementara umat ini sedang menghadapi permusuhan dengan kaum
Yahudi dan Nashara, dan para sekuleris.

Jawaban: Tidak mungkin bagi kaum muslimin untuk melawan Yahudi dan
Nashara kecuali jika mereka memberantas berbagai bid‘ah yang ada di tengah-tengah
mereka, mengobati berbagai penyakit (kesesatan) yang ada di antara mereka, sehingga
dengan itu mereka bisa menang atas Yahudi dan Nashara. Namun apabila kaum
muslimin masih saja mengabaikan urusan agama mereka dan masih saja melakukan
berbagai bid‘ah dan perbuatan-perbuatan haram lainnya serta terus meremehkan
untuk mengaplikasikan syari‘at Allah. Maka tidak akan mungkin mereka menang atas

72 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Yahudi dan Nashara, bahkan mereka akan dikalahkan oleh kaum Yahudi dan Nashara
dengan sebab sikap meremehkan urusan agama mereka. Karena itu wajib adanya
upaya pembersihan masyarakat (muslimin) dari berbagai macam bid‘ah dan
kemungkaran, serta wajib berupaya menerapkan perintah-perintah Allah dan Rasul-
Nya sebelum kita memerangi Yahudi dan Nashara dalam keadaan kondisi kita masih
seperti ini, maka kita tidak akan menang atas mereka selama-lamanya ! bahkan
merekalah yang akan menang atas kita disebabkan dosa-dosa kita. [dari kitab Al-
Ijabatul Muhimmah fil Masyakil AlMulimmah, hal.28.
lihat http://www.misrsalaf.com/vb/showthread.php?t=35].

Bermula dari pembahasan di atas, muncullah tuduhan dusta terhadap Ahlus


Sunnah atau salafiyyin bahwa mereka telah menyerahkan loyalitas (berwala‘) untuk
orang-orang kafir. Sehingga salafiyyin dituduh sebagai ―antek-antek Yahudi dan
Nashara‖ serta ―antek pemerintah yang kafir‖ (Thagut), ―agen mosad (zionis)‖,
bekerja untuk kepentingan mereka, dan berbagai tuduhan lainnya, yang tanpa bisa
sedikitpun mereka buktikan dengan ilmiah dan bukti nyata.

Bantahan atas beberapa


Komentar lancang
Denie Asseif

73 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Baiklah, tidak ada masalah dalam penjelasan Denie Asseif diatas tentang makna
thagut, dan penukilan yang cukup bagus telah dinukilkan olehnya kepada kita, namun
ada beberapa pokok hal yang sangat penting berkaitan dengan penjelasan ayat di atas
yang fatal apabila terlewatkan, untuk memahami makna ayat diatas tentu tidak bisa
kita memahaminya sepotong-sepotong, sebagaimana nasehat Denie Asseiff berikut:

dan pemahaman itu pun harus kita kembalikan kepada bimbingan As-Sunnah karena
itu sebaik-baik penjelas Al-Qur‘an, tentunya dengan pemahaman generasi salafush
shalih, karena merekalah yang paling lebih mengerti tentang ayat tersebut
dikarenakan ayat tersebut turun ditengah-tengah mereka para shahabat, dan
sebagaimana yang telah datang dalam hadits, bahwa merekalah sebaik-baik umat
Muhammad . Setelah membaca keterangan penjelasan yang terdapat pada komentar
Denie Asseif dari beberapa tafsir ayat tersebut, kami mencoba mengecek pada tafsir
yang dinukilkan oleh Denie Asseif dari Imam Ibnu Katsir dan Asy Syaikh Al Alamah
Abdurrahman As-Sa‘di, karena memang hanya dua kitab tersebut yang ada pada kami,
setelah kami tidak lagi tinggal di ma‘had darul atsar Gresik, yang menyebabkan kami
tidak bisa merujuk pada kitab-kitab yang terdapat di maktabah (perpustakaan) ma‘had
(pondok) tersebut, sehingga kami cukup kesulitan untuk mencari referensi dari
berbagai kitab yang ada. Namun dua kitab tafsir yang ada pada kami, adalah lebih dari
cukup bagi kami untuk menjadikan keduanya sebagai rujukan. Dan semoga Allah
memberikan kelapangan yang luas pada kubur keduanya serta mengangkat keduanya
pada derajat yang tinggi. Karena sumbangsih keduanya terhadap Islam dengan adanya
dua kitab tersebut. rahimahumallah.....

Berikut ini kami tampilkan kutipan Surat An Nisaa dari ayat 59-65:

                    

                    

74 | R i s a l a h N a s e h a t 1
                   

                   

                 

                   

                  

                  



― Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kem-
balikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada
apa yang diturunkan sebelum kamu? mereka hendak berhakim kepada thaghut,
Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud
menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan
kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan
dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu Lihat orang-orang munafik menghalangi
(manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. Maka bagaimanakah
halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan
perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil
bersumpah: "Demi Allah, Kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang
baik dan perdamaian yang sempurna". Mereka itu adalah orang-orang yang Allah
mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka,
dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas
pada jiwa mereka. (QS. An Nissa: 59-60)

Ringkasan Tafsir Imam Ibnu Katsir :

75 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Artinya43:
―diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bin Khotob dari Rasulullah ,
berkata: ―perintah mendengar dan taat kepada ulil amri yaitu mendengar dan taat
kepada setiap pemimpin muslim pada seluruh perkara yang disenangi maupun yang
dibenci, selama tidak diperintah dalam perkara maksiat, maka apabila pemimpin
muslim tersebut memerintah untuk bermaksiat (seperti, memerintah berzina,
memerintah mencuri, membunuh jiwa yang tidak halal untuk dibunuh, dan perkara-
perkara maksiat lainnya, pent) maka tidak boleh mendengar dan taat (namun tidak
boleh memberontak, serta mencaci maki, cukup tidak mengerjakan perintahnya,
pent). Dan dalam riwayat lain : ‗dari shahabat Ibad bin Shomad berkata, Rasulullah
memerintah kami untuk mendengar dan taat (kepada pemimpin kaum muslimin)baik
dalam keadaan senang atau benci, dalam keadaan kami ditindas atau dinaungi, dan
untuk menghormati serta memuliakan perintah mereka dan tidak menyelisihinya,
kecuali apabila kami menyaksikan dengan nyata dan pasti akan kekafiran mereka dan
kami mempunyai bukti yang nyata di sisi Allah atas kekafiran mereka‖. Dan juga
datang dari shahabat Anas bin malik yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, berkata:
tetaplah kalian mendengar, dan taat walaupun yang memerintah kalian adalah seorang
budak hitam dari habasyah yang kepalanya bagaikan kismis (suatu penggambaran
akan pemimpin yang buruk rupa dan berasal dari kalangan rendahan), dan datang pula
dari shahabat Abu Hurairah, berkata : ―telah menasehatkan kepadaku kekasihku
(Rasulullah ) untuk mendengar dan taat walaupun yang memerintah seorang budak
dari habasyah/ethiopia yang terpotong hidungnya‖.

43
kami hanya menerjemahkan pada beberapa inti lafadz yang dibawakan oleh Imam Ibnu Katsir dari beberapa jalur periwayatan,
karena khawatir terlalu panjangnya penjelasan, adapun teks aslinya kami nukilkan secara utuh pada halaman lampiran.

76 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Dan berkata Ali bin Abi Tolhah dari Ibnu Abbas: ―ulil amri yang dimaksud
pada ayat yaitu Ahli Fiqih dan Ahli Agama. Mujahid dan Atho‘ serta
Hasan Al Bashri dan Abu Aliyah menjelaskan bahwa ulil amri yang dimaksud dalam
ayat tersebut umara (pemimpin negara) dan ulama. Dan datang dari hadits shahih
muttafaqun alaihi dari shahabat Abu Hurairah berkata: ―telah bersabda Rasulullah :
―Barangsiapa taat kepadaku maka dia telah menaati Allah, dan barangsiapa yang
bermaksiat kepadaku maka dia telah bermaksiat kepada Allah, dan barangsiapa yang
taat kepada penguasanya maka dia telah menaatiku, dan barangsiapa yang bermaksiat
(menentang) penguasanya maka dia telah bermaksiat kepadaku.
Dan firman Allah : berkata Mujahid dan
ulama lainnya dari kalangan salaf yaitu jika terjadi perselisihan diantara manusia maka
wajib untuk mengembalikan kepada nash-nash Al-Qur‘an dan Hadits, baik
perselisihan itu dalam masalah pokok-pokok agama maupun cabang-cabangnya dan
barang siapa yang tidak mau mengembalikan perselisihan kepada keduanya maka
tidaklah dia termasuk beriman kepada Allah dan hari akhir.

---sekian Imam Ibnu Katsir---

Ringkasan Tafsir Asy Syaikh As Sa‘di :

77 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Artinya:
―kemudian Allah memerintahkan untuk taat kepada-Nya dan Rasul-Nya, dan
yang demikian itu adalah dengan mengerjakan perintah keduanya baik yang wajib
maupun yang sunnah, dan menjauhi larangan keduanya dan memerintah untuk taat
kepada ulil amri. Dan mereka ulil amri tersebut adalah penguasa dari kalangan
pemimpin negara, hakim, serta ulama ahli fatwa, dikarenakan tidaklah akan tegak
perkara agama rakyat dan perkara dunianya kecuali dengan mentaati mereka ulil amri
dengan catatan selama mereka tidak memerintah bermaksiat, dan apabila mereka
memerintah untuk bermaksiat maka tidaklah ada ketaatan terhadap satu makhluk pun
dalam bermaksiat kepada Allah. Kemudian setelah itu Allah memerintahkan untuk
mengembalikan segala bentuk perselisihan diantara manusia kepada Kitabullah dan
Sunnah, dikarenakan sesungguhnya pada keduanya terdapat penjelasan yang rinci atas
seluruh masalah-masalah khilafiyah baik yang bersifat jelas, umum, atau isyarat atau
peringatan. Dikiaskan atas masalah-masalah khilafiyah tersebut setiap apa yang sesuai
dengan Kitabullah dan Sunnah , karena Kitabullah dan Sunnah merupakan asas pokok
pondasi agama. Dan tidaklah tegak keimanan melainkan mengembalikan setiap
perkara kepada keduanya (Kitabullah dan Sunnah).
Selanjutnya, penjelasan makna thagut dalam ayat ini adalah segala sesuatu yang
diibadahi selain Allah, dan Allah sungguh telah memerintah kaum muslimin untuk
mengingkarinya. ―maka tidaklah akan terkumpul suatu keimanan itu melainkan
dengan keyakinan bahwa wajib berhukum dengan syariat Allah pada seluruh perkara.
Maka barangsiapa yang menyangka bahwasanya dirinya beriman, dan lebih memilih
berhukum dengan thagut daripada hukum Allah, maka dia adalah pendusta, dan setan
telah menyesatkannya dengan pengakuannya tersebut. Dan setan hendak
menyesatkannya dengan kesesatan yang jauh (dikarenakan dia merasa bahwa dirinya
beriman padahal pada hakikatnya Allah menafikan keimanan mereka sebagaimana
firman-Nya dalam surat Al Baqarah ayat ke-8, pent). Selanjutnya pada ayat yang ke-
63, Syaikh menjelaskan bahwasanya pengingkaran terhadap thagut adalah wajib namun
bentuk pengingkaran itu sendiri haruslah merujuk pada tuntunan Rasulullah,
dikarenakan di awal ayat Allah mengikatkan perintahnya dengan mengikuti perintah

78 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Rasulullah. Pada ayat [dan katakanlah kepada mereka para ulil
amri yang tidak berhukum dengan hukum Allah tersebut) perkataan yang membekas
pada jiwa mereka.] Syaikh menjelaskan bahwa hendaklah kaum muslimin menasehati
para penguasa yang berhukum dengan thagut tersebut dengan nasehat yang bijaksana
dan rahasia antara mereka ulil amri dan pihak yang menasehati saja (tidak diumbar di
depan khalayak umum, dikarenakan seorang penguasa mereka mempunyai pengaruh
di mata masyarakatnya, maka bagaimanakah jika rakyat dijejali doktrin untuk
membenci penguasanya, bukankah musibah yang akan terjadi!). Dikarenakan pula itu
lebih menghasilkan akan tujuan yang dimaksudkan (kebaikan).

---sekian Asy Syaikh As Sa‘di---

Subhanallah, maka sungguh nikmat jika kita memahami agama ini dengan
penuh ketundukan kepada syariat, jauh dari sikap fanatik ke-partai-an atau tendensi
(tekanan) hizbiyyah yang menyesatkan dan memecah belah kaum muslimin menjadi
berkelompok-kelompok. Maka kami katakan dengan ini perlu kita ketahui
bahwasanya tidak semua orang yang memiliki intelektual tinggi dan bertitel tinggi
mengerti agama, dan bisa menafsirkan nash dengan benar. Tidak semua orang-orang
sukses yang mengisi di ribuan seminar-seminar besar yang ada itu mengerti agama.
Simak saja contohnya orang-orang JIL (Jaringan Iblis La‘natullah) mereka adalah
orang-orang yang bertitel tinggi, tidak tanggung-tanggung mereka keluaran
Amerika. Namun sangat disayangkan mereka kosong dari pemahaman ilmu yang
benar. Seperti ambil contoh tatkala mereka mengatakan bahwa Al-Qur‘an itu perlu
direvisi karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, mereka membawa
dalil-dalil dari Al-Qur‘an, namun apa hasilnya...??? kehancuran dikarenakan mereka
tidak memiliki pemahaman ilmu yang benar dalam memahami makna dari sebuah
dalil yang ada. Kalau tinggal mengutip dalil saja semua orang bisa, perkara yang
mudah, tinggal comot sana comot sini selesai. Tapi apakah tepat peletakan dalil
tersebut serta pemahamannya??? Belum tentu !!! karena pemahaman kepada ilmu
yang benar hanyalah dimiliki para ulama, sebagaimana yang Allah tegaskan dalam
firman-Nya:

        

―Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.‖ (An Nahl 43). -----sekian----

79 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Kami katakan atas pernyataan dangkal di atas :

[Eksistensi agama memang diakui, tetapi fungsi yang diperankan agama hanya terkait
dengan hal-hal yang sifatnya personal-individual. Perkara-perkara yang mengatur dan
mengurusi pelayanan negara terhadap rakyatnya, seperti politik, pemerintahan, ekono-
mi, hukum pidana-perdata, sosial-budaya, dan pendidikan disterilkan dari agama.]

Sebuah pernyataan yang sangat picik sekali yang telah engkau katakan, apa maksud
‗personal individual‘ (mengutip istilah sok intelek Denie Asseiff) yang kau katakan?
Apakah ditetapkannya hari raya umat Islam setiap tahun, penegakan sholat lima waktu
yang telah dikeluarkan oleh mereka waktu-waktunya, sholat ied, penegakan sholat
jum‘at, serta diadakannya pengaturan ibadah haji setiap tahun, atau pencekalan
terhadap aliran-aliran sesat semisal ahmadiyyah dan terorisme engkau anggap personal
individual ??? Bukankah itu semua untuk kemaslahatan kaum muslimin dan persatuan
mereka..??

Atau mungkin kami yang tidak paham dengan istilah sok intelektualmu itu. Tolong
jelaskanlah..!!!

Lanjut lagi keserampangan engkau dalam berbicara dengan berkata bahwa seluruh
perkara yang mengatur dan mengurusi pelayanan negara terhadap rakyatnya

80 | R i s a l a h N a s e h a t 1
disterilkan dari agama, itu artinya benar-benar bersih dan tidak terkontaminasi agama
sama sekali. Maka kami katakan engkau memang dungu nan naif.

[Keadaan inilah yang membuat kaum Muslim tidak bisa memutuskan perkara yang
mereka perselisihkan dengan syariah. Mereka memang masih diizinkan menjalankan
ibadah ritual. Mereka juga tidak dilarang meyakini kebenaran al-Quran dan as-Sunnah.
Akan tetapi, keyakinan itu tidak boleh diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Me-
reka dipaksa tunduk dengan hukum buatan manusia. Mereka harus menerima keputusan
hukum warisan penjajah. Sekalipun mereka ingin diadili dan diputusi dengan syariah,
mereka juga tidak kuasa menolak ketika harus diadili oleh mahkamah yang menda-
sarkan pada selain syariah, yang oleh ayat ini disebut dengan thâghût.]

Kami katakan:
Benarkah kaum muslimin tidak bisa memutuskan perkara yang mereka perselisihkan
dengan syariah. Ambil contoh kecil saja kasus hukum waris, hukum talaq dan khuluk
dalam perceraian, bukankah pemerintah membebaskan penetapannya dengan syariat,
atau engkau kira MUI dan Depag hanyalah berhukum dengan hukum thagut semata
dengan men-sterilkan setiap perkara dari bimbingan agama??? Engkau memang naif
dan dungu. Lalu benarkah pernyataan engkau dengan mengatakan kaum muslimin
tidak bisa mengimplementasikan Al-Qur‘an dan As-Sunnah dalam kehidupan nyata???
Apakakah kau buta??? Sungguh kaum muslimin masih demikian leluasa
mengimplementasikan Al-Qur‘an dan As-Sunnah dalam keseharian mereka.
Bukankah dalam lingkup ‗personal individual‘ (maaf, hanya sekedar menyesuaikan
dengan gaya bahasamu yang sok intelektual) kaum muslimin masih bisa
mengimplementasikannya. Sungguh kedunguan tampak jelas dari berbagai
pernyataanmu yang kontradiksi (baca: bertentangan) tersebut.

[mereka juga tidak kuasa menolak ketika harus diadili oleh mahkamah yang
mendasarkan pada selain syariah, yang oleh ayat ini disebut dengan thâghût]

Ya termasuk ketika engkau dan kelompokmu tidak bisa menolak ketika harus
berhukum dengan hukum ‗thagut‘ walaupun menurut politisir engkau (baca:
pemutarbalikan fakta dengan pengemasan yang cantik ) itu merupakan masalah
furu‘iyyah belaka atau istilah sok intelektual engkau ‗teknis administratif‘ dan
‗formalitas administratif‘. Sebagaimana dalam komentarmu dibawah ini:

81 | R i s a l a h N a s e h a t 1
[Jadi mendirikan HT itu ijinya langsung dari Allah swt, bukan dr pemerintah. Hanya ba-
ru2 ini saja scr keorganisasian didaftarkan krn pemerintah yg represif dg kekua-
saanya. Demi keberlangsungan dakwah. Ini dipandang hanya sekedar formalitas admin-
istrative saja.... Baca Selengkapnya].

Kami katakan:
Apakah mendirikan jama‘ah bid‘ah bernama HT dengan dalih amar ma‘ruf nahi
munkar adalah fardhu ‗ain, sehingga dengan itu kalian mentolerir berhukum dengan
hukum ‗thagut‘, yang resikonya adalah kekafiran sebagaimana yang kalian prinsipkan??
Satu prinsip agama yang kalian tetapkan telah kalian langgar demi ambisi mewujudkan
kekuasaan kalian, bukankah kedepannya kalian akan tidak segan-segan lagi menabrak
syariat dengan dalih demi ‗perjuangan ‗khilafah‘. Darimana kaidah semacam ini....
semua itu merupakan bukti akan sesatnya kalian, dalam perkara prinsipil semacam itu
saja kalian lemah, bagaimana bisa kalian akan menegakkan ‗khilafah‘ dengan kaffah !

Baiklah, seandainya anggap saja kita katakan bahwa pemerintah itu ‗thagut‘, bukankah
hukum asal berhukum kepada ‗thagut‘ adalah haram...??? maka perkara furu‘iyah yang
menghantarkan kepada suatu yang haram adalah Haram !!! maka belajarlah !!!

Maka ketahuilah salah satu kaidah ushul di bawah ini, Syaikh As Sa‘di mengatakan di
dalam kitabnya Al-Qowaidul Fiqh sebuah kaidah:

82 | R i s a l a h N a s e h a t 1
‫ فرو فساد و خهم‬,‫و إن أتى انتذرٌم فً وفس انعمم أو شرطه‬

Jika datang pada suatu amalan itu sesuatu yang haram pada zatnya atau syaratnya
maka menjadilah amalan tersebut fasad dan cacat.

--Sekian--

[Oleh karena itu, siapa pun yang tidak ingin tersesat, dia harus mengingkari dan men-
jauhi thâghût. Masyarakat mana pun yang tidak ingin terjerembab dalam lembah kege-
lapan, tidak memiliki pilihan lain kecuali harus melepaskan diri dari kungkungan sistem
thâghût. Sebagai gantinya, mereka harus memilih dan menerapakan syariah yang beras-
al dari-Nya. Dialah yang mengeluarkan orang-orang yang beriman dari kegelapan me-
nuju cahaya (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 257). Walhasil, jika ingin membebaskan diri,
masyarakat, dan negara dari jeratan thâghût, Daulah Khilafah Islamiyah jawabannya.
Sebab, hanya Daulah Khilafah Islamiyah yang bisa menerapkan syariah secara kaffah
dalam kehidupan.]

Kami katakan, :
apakah memilih dan menerapkan syariah harus dengan menegakkan khilafah,
jawabanya adalah belum tentu. (nantikan pembahasan lebih lanjut mengenai hal ini
pada bab yang kedua dari risalah nasehat ini. Dont miss it !!!)

83 | R i s a l a h N a s e h a t 1
[Para pemimpin di dalam teks Al-qur’an dan al-hadist itu merujuk pada
Imam/Khalifah/Amirul mukminin dlm system Imamah atau Khilafah, bukan system
presiden (Kapitaslis-demokrasi, Sosialis-Komunis) dan system kerajaan diktator.]

Kami katakan :
Inilah hasilnya jika memahami nash-nash yang ada dengan cara serampangan
dan kungkungan hawa nafsu kekelompokan. Agama dibuat mainan dan dipahami
‗seenak udelnya‘ sendiri. (nantikan pembahasan mengenai hal ini dalam bab yang
kedua, Insya Allah).
--sekian—

[Tentu saja Allah tidak memerintahkan umat Islam untuk mentaati seseorang yang tidak
berwujud sehingga jelaslah bahwa mewujudkan kepemimpinan Islam adalah wajib. Ke-
tika Allah memerintahkan untuk mentaati Ulil Amri berarti juga memerintahkan untuk
mewujudkannya, demikian menurut Taqiyuddin An-Nabhani.Taqiyuddin An-Nabhani.]

84 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Kami katakan:
Pernyataan di atas adalah salah satu bukti nyata paham khawarij yang ada pada
kelompok kalian yang dengan mudah memvonis kafir kepada kaum muslimin pelaku
maksiat. yang konsekuensinya itu pun menular kepada engkau. Subhanallah... kalian
mengatakan pemerintahan yang ada ini tidak berwujud [apa maksud perkataan tidak
berwujud tersebut, jangan-jangan engkau sendiri tidak mengerti dan hanya
menukilkannya mentah-mentah], begitukah batas pemahaman engkau yang hanya
berhenti pada perkataan-perkataan pendiri kelompokmu...???? mana sikap kembali
kepada Al-Quran dan Sunnah..?? bukankah Rasulullah telah mengkhabarkan tentang
banyaknya ulil amri yang dzalim dan jahat, lalu memerintahkan untuk tetap taat
kepada ulil amri, apakah Rasulullah memberi solusi untuk mewujudkan ketaatan
tersebut dengan cara menggoyang kursi kekuasaan ulil amri tersebut untuk akhirnya
dapat tegak kekuasaan yang syar‘i. Maka jawabnya adalah tidak !. (nantikan
pembahasan lengkapnya pada bab yang kedua)

--sekian—

Penjelasan di atas mengenai tafsir yang dibawakan oleh Ibnu Katsir dan juga
Imam Al-Qurthubi tidaklah bertentangan dengan dalil yang menunjukkan akan
wajibnya taat kepada ulil amri, karena maksud khilafah itu sendiri makna asalnya
adalah kepemimpinan bukan ‗khilafah‘ sebagaimana engkau pahami, dan
kepemimpinan disini bersifat umum baik kepemimpinan yang syar‘i ataupun yang
dzalim dan yang demikian ini selaras dengan makna ayat di atas. Ayat di atas pun
turun berkenaan dengan penciptaan manusia (nabi Adam alaihis salam), yang mana
manusia mempunyai tabiat yang condong kepada kerusakan, Dan pernyataan engkau

85 | R i s a l a h N a s e h a t 1
yang menukilkan dari ibnu katsir dan Qurthubi bahwasanya itu adalah dalil wajibnya
menegakkan khilfah adalah dusta, tolong jika engkau bisa menyertakan bukti bahwa
mereka menyatakan wajib, dan anggaplah seandainya itu benar maka perintah wajib
itu pun tidaklah mutlak, dan perlu melihat dalil yang lain, kenapa ??? karena telah
tetap datangnya dari Nabi bahwasanya Beliau memerintahkan untuk meninggalkan
seluruh kelompok yang ada tanpa terkecuali ketika terjadi perpecahan dan ketika tidak
didapati kepemimpinan. Sebagaimana pada pembahasan hadits hudzaifah ibnul yaman
yang telah lalu.

---sekian---

Kami katakan:
Maaf untuk yang kesekian kalinya kami terpaksa menggunakan kata-kata ‗pedas‘ dan
‗kasar‘, engkau memang dungu dan ngawur dalam memahami nash yang ada. Hadits
tersebut menerangkan berkenaan pada bab safar (bepergian) yang mana sunnah
menganjurkan untuk mengangkat seorang amir ketika dalam safar. Dan sebabnya
sebagaimana telah diketahui, bahwa dengan adanya amir / seorang yang memimpin
maka terhindarlah perselisihan dan persengketaan. Dan makna kepemimpinan dalam
Islam pada keterangan Asy-Syaukani di atas ini adalah bermakna umum.
Sebagaimana penjelasan yang telah lalu. Lebih tidak ilmiah lagi engkau mengutip
tanpa menyertakan rujukannya haditsnya, sehingga kami cukup kesulitan mencari
keterangan aslinya. Lebih tidak ilmiah lagi Ketika kami mencoba mencarinya dalam

86 | R i s a l a h N a s e h a t 1
kitab musnad Imam Ahmad melalui program software Mausu‘atul Haditsin Nabawawi
ternyata kami tidak mendapati hadits tersebut. Bahkan kami di arahkan melalui hasil
searching kepada hadits-hadits yang menerangkan wajibnya taat kepada ulil amri.

--sekian—

Kami katakan:
Hadits diatas menjelaskan tentang wajibnya taat kepada penguasa, lihat kembali teks
hadits ketika shahabat bertanya tentang apa yang seharusnya mereka lakukan terhadap
khalifah/penguasa yang ada, maka Rasulullah menjawab : ― tepatilah bai‘atmu pada
yang pertama, yaitu maksudnya tepatilah bai‘atmu pada pemimpin yang pertama kali

87 | R i s a l a h N a s e h a t 1
di baiat, pemimpin yang telah ada baik dia dzalim maupun jahat, dan mafhum
mukhlafahnya/yang bisa diambil dari penjelasan tersebut bahwasanya Rasulullah
menetapkan untuk berbaiat pada yang pertama, maka itu sekaligus perintah untuk
membinasakan orang yang menginginkan untuk di bai‘at menjadi khalifah menyaingi
khalifah yang pertama. Sebagaimana datang dalam hadits yang lain menerangkan
bahwa jika di bai‘at dua pemimpin maka Rasulullah memerintahkan untuk
membunuh orang yang di baiat terakhir kali, karena orang tersebut lah yang
memberontak dan memecah belah persatuan. dan sekali lagi kepemimpinan disini
bersifat umum.

--sekian--

Kami katakan:
(nantikan pembahasan mengenai hal ini pada bab yang kedua, don‘t miss it !!!)

88 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Kami katakan:
Para ulama fiqh telah menetapkan sebuah kaidah ushul

‫ال تتنّ األحكام إال بىجىد شروطها و انتفاء هىانعها‬


―Tidaklah sempurna suatu hukum kecuali apabila terpenuhi
syarat-syaratnya dan hilang penghalang-penghalangya‖

[Hanya dengan diterapkanya syariat Islam secara kaffah dan tegaknya Daulah Khilafah
lah negri ini akan diridhai oleh Allah swt.]

Penerapan syariat secara kaffah serta penegakan daulah khilafah tentunya untuk
memahami itu semua harus kembali merujuk kepada Al-Qur‘an dan As-Sunnah
dengan pemahan salafush shalih secara kaffah pula tentunya!
Karena tidaklah mungkin Allah akan ridho terhadap daulah khilafah apabila untuk
mewujudkannya saja harus melanggar syariat yang ada !

Ambilah contoh : Ibadah Haji adalah perkara yang disyariatkan dan sangat ditekankan,
dan tentunya Allah akan ridha terhadap pelakunya dengan syarat apabila sesuai syariat,
dan sesuai sunnah Rasulullah , tapi sekarang yang perlu dipahami, apakah Allah akan
meridhai apabila ibadah haji yang mulia tersebut diperoleh dari mencuri harta orang
lain misalnya sekalipun pelakunya ikhlas dalam ibadah hajinya. Maka belajarlah !!!

---sekian---

89 | R i s a l a h N a s e h a t 1
[Adapun Fasad, kerusakan yg terjadi di negri ini karena diterapkanya system
Demokrasi-Kapitalis Jahiliyah yg kuffur (Ke haraman n ke syirikanya ndak perlu
dipertanyakan lagi). Jadi lihatlah akar permasalahanya BUNG!!]

Kami katakan:
Engkau perlu belajar lagi, memaknai ilmu agama ini secara kaffah bukan ‗kaffah‘,
tunduk tanpa didasari sikap kecintaan yang buta terhadap hizbiyyah, semata ikhlas
lillahi ta‘ala mengharap hidayah.
Bukankah ketika tegak daulah Islamiyyah di bawah kepemimpinan Rasulullah serta
setelahnya dari Al Khulafaur Rasyidun kefasadan (kerusakan) tersebut masih saja
ada??? Bukankah ada diantara mereka kaum munafikin, ahlul maksiat dan lainnya???
Padahal mereka sedang di masa kekhalifahan terbaik. Tahukah engkau tentang kisah
shahabat yang melakukan maksiat, ketika salah seorang wanita datang kepada
Rasulullah untuk meminta ditegakkan hukum rajam kepada dirinya karena dia telah
berzina, yang kemudian Rasulullah menyuruhnya untuk melahirkan anak yang di
kandungnya terlebih dahulu.?? Atau mungkin kisah ini tidak pernah terlewat dalam
pelajaran ta‘lim-ta‘lim yang kau ikuti dikarenakan hanya sibuk membahas kebijakan
pemerintah yang dianggap tidak bijak saja. Maka belajarlah !!!

Ketahuilah bahwa kefasadan (kerusakan) yang terjadi di negeri ini bukanlah semata
karena sistem demokrasi yang ada, namun lebih lagi karena jauhnya kaum muslimin
dari ilmu agama yang benar, mereka jauh dari bimbingan tauhid, sunnah mereka

90 | R i s a l a h N a s e h a t 1
tersibukkan dengan dunia yang ada, mereka jadikan agama sebagai perkara yang
kesekian dari perkara kehidupan mereka. Tengoklah kondisi kaum muslimin
kebanyakan yang ada di negeri ini, siapa para pelaku kefasadan tersebut??? Adalah
kaum muslimin juga. Ironis memang, negeri yang berpenduduk muslim terbesar di
dunia ini justru jauh dari sikap yang islami. Itu semua tak lain dari kosongnya mereka
dari majelis-majelis ilmu agama yang benar. Mereka terlena dengan hiruk pikuk
kehidupan yang ada tanpa memperdulikan akan dampak pada kehidupan akhirat
mereka. Untuk itulah semoga Allah memberi hidayah kepada kami dan kepada kaum
muslimin seluruhnya untuk tegak di atas Islam secara kaffah bukah ‗kaffah‘.
Mungkin engkau lupa, Maka kami ingatkan engkau dengan perkataan engkau sendiri,

--sekian—

[Okelah dakwah kalian adalah menangani kesyirikan n bid’ah2 sprti tersebut.


Tidak ada persoalan krn ini jg sebagian dakwah yg kami lakukan kepada masyarakat –
interaksi dengan umat- memberikan penyadaran kpd umat agar sadar dan melek
politik/Siyasah (Mengurusi urusan umat). Dengan melihat secara mendalam dan me-
nyeluruh problem dan penyelesaianya.]

Kami katakan:
Tolong sebutkan kapan Rasulullah dan para shahabatnya menjadikan dakwah melawan
kesyrikan dan kebid‘ahan sebagai ‗sebagian‘, sebagai urutan yang kesekian. Bahkan
pondasi dan asas agama ini dibangun diatas dakwah memerangi kesyirikan dan
menjaga kemurnian agama. 13 tahun dakwah Rasulullah di makkah adalah untuk
menjelaskan akan tauhid dan memberantas kesyirikan semata, dan sisanya adalah
menjelaskan masalah hukum-hukum furu‘iyah dari konsekuensi tauhid tersebut.

Dan adalah sebuah celaan yang jelas kepada kelompok kalian bahwa dakwah kalian
menitik beratkan pada ―memberikan penyadaran kepada umat agar melek politik‖.
Shahabat mana yang mengajarkan dakwah seperti ini, dakwah bid‘ah nan palsu
berkedok siyasah la syar‘iyah (politik yang tidak syar‘i). Maka pernyataan kalian adalah
sebuah KEDUSTAAN atas nama agama demi sebuah kekuasaan.

91 | R i s a l a h N a s e h a t 1
[Dakwah-Amar makruf nahyi mungkar- mulai akar-rumput sampai pemerintahan. Me-
rangkul semua elemen masyarakat , organisasi, jama’ah dll. Tidak Inklusif :-), tidak
dengan kekerasan dsb.]

Kami katakan:
Maka itu adalah bukti nyata bahwa pengakuan dakwah kalian berdiri di atas Al-Qur‘an
dan As-Sunnah adalah sebuah pengakuan tanpa bukti. Dakwah dari akar rumput
sampai pemerintahan, merangkul semua elemen masyarakat, organisasi, jama‘ah. Ini
adalah persatuan semu, syariat telah mengajarkan bahwa persatuan haruslah dibangun
diatas Al-Qur‘an dan As-Sunnah, bukan persatuan menggalang massa sebanyak-
banyaknya serta berkoalisi ria untuk kepentingan ambisi kekuasaan serta politik semu
dan itu semua adalah bagian dari demokrasi, yang tanpa engkau sadari bahwa engkau
dan kelompokmu mengambil posisi penting dalam kancah percaturan demokrasi yang
siang malam kalian dengung-dengunkan sebagai metode warisan penjajah thagut.,
dzohirnya seolah bersatu padahal hati mereka berpecah belah. Dan juga syariat telah
melarang untuk berpecah belah menjadi berkelompok-kelompok, yang setiap
kelompok merasa bangga dengan kelompoknya masing-masing. Apakah engkau mau
menanggalkan bendera hitam kelompokmu untuk berbaju hijau, atau biru dan
mengikuti aktivitas keorgnisasian kelompok lain, serta bangga dengan seragam
kelompok lain? Tentu tidak bukan, dan apakah engkau masih beralasan bahwa setiap
kelompok memiliki metode dakwah yang berbeda-beda namun satu tujuan dan saling
melengkapi satu sama lain, mengisi kekurangan masing-masing. Maka ini adalah
lelucon, bagaimana bisa sesuatu yang dari awalnya tidak sejalan dapat berjalan
beriringan. Dan apakah engkau bisa menegakkan amar ma‘ruf nahi munkar kepada
partner dakwah dari kalangan kelompok lain dari ahlul bid‘ah, ahlus syirik misalnya,
apakah persatuan dibangun diatas kuantitas bukan kualitas, maka adakah Rasulullah
dan para shahabatnya bersatu dengan kelompok yang menyelisihi Al-Qur‘an dan As-
Sunnah??? Demi tersebarnya dakwah Islam keseluruh penjuru dunia??? Jawabanya
adalah tidak !!!

Mungkinkah jika engkau mati nanti, malaikat akan bertanya APA ORGANISASIMU, APA
PARTAIMU ??????

--selesai--

92 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Maka kami katakan :
naif sekali engkau dalam menggunakan sandaran, kenapa engkau tidak
mengembalikan pemahaman mengenai ayat tersebut kepada praktek para shahabat,
justru menyandarkan sebuah hukum kepada organisasi-organisasi yang ada.
Ketahuilah bahwasanya dalil ini pula yang digunakan oleh kelompok-kelompok sesat
lainnya dari kalangan teroris khawarij seperti FPI, Imam Samudra cs, MMI, LDII, dan
lainnya. Lalu apakah dengan demikian bisa dinyatakan bahwa kelompok-kelompok
teroris khawarij yang ada itu benar, dikarenakan mereka membawa sebuah dalil..???.
apakah engkau yang HTI itu mau berbaju NU, dan apakah NU mau berbaju
Muhammadiyah? Dan apakah PERSIS mau berbaju NU? Maka jawabannya adalah
tidak, karena masing-masing kelompok mempunyai tariqah (metode) sendiri-sendiri
dalam memahami tentang amar maruf nahi munkar. Manhaj gado-gado yang engkau
terapkan begitu lucu, apakah engkau masih juga menganggap bahwa permasalan
perbedaan masing-masing kelompok tersebut hanyalah berkutat pada masalah
khilafiyah furu‘iyyah belaka yang tidak perlu dipermasalahkan, jika engkau menjawab
ya, maka kami katakan, Bodoh engkau!

dan dalil ini pula yang digunakan seluruh kelompok2 sesat yg ada untuk melegalkan
paham sesat mereka, Jama‘ah tabligh, FPI, MMI, dll. tentunya untuk memahami ayat
diatas kita harus merujuk kepada tafsir para ulama yang terpercaya, dan juga atsar dari
generasi salaf.

teringat akan beberapa tahun yang lalu, ketika teman-teman kami ketika kami
sekolah di SMU Muhammadiyah 1 Pasuruan, menjadi korban amukan dari tindakan
bengis dan bodoh kelompok yang menisbatkan diri kepada NU dengan PKBnya,
pasca runtuhnya kekuasaan Gusdur, ketika- tiba-tiba saja ratusan massa atau bahkan

93 | R i s a l a h N a s e h a t 1
ribuan merangsek masuk ke sekolah yang saat itu sedang melaksanakan ujian nasional,
mereka hancurkan seluruh fasilitas yang ada, kaca-kaca pecah, ruangan laboratorium
komputer beserta isinya hancur, siswi-siswi mendapat pelecehan seksual yang tidak
senonoh, sementara beberapa guru dan siswanya mendapat bogem mentah tanpa
sebab, masjid-masjid milik organisasi muhammadiyah mereka rusak, jika engkau tidak
mengetahui hal ini, maka tengoklah kembali sejarah kisah berdarah di areal tapal
kuda!. Tidak lain itu semua dampak nyata dari hizbiyyah (sikap berkelompok-
kelompok). Tak ketinggalan pula Muhammadiyah dengan ketuanya Dien Samsudin
ketika menyatakan bahwa ―Seluruh inventaris serta fasilitas milik Muhammadiyah
adalah tidak boleh digunakan/disewakan kepada kelompok dari organisasi lainnya
kecuali oleh Nashara). Sementara telah diketahui bahwa proses pendirian dua
organisasi tersebut tidak lepas dari permainan penjajah yang ingin memecahkan
persatuan Islam kala itu, karena dikuatirkan bersatunya kaum muslimin pada waktu itu
akan menyebabkan terancamnya eksistensi mereka (penjajah Belanda) di tanah
Indonesia. Hal ini persis serupa dengan kisah penjajah Inggris ketika menghasut kaum
muslimin di India yang sedang berada dalam jajahannya dengan memberikan istilah
dakwah tauhid dengan gelar aliran sesat wahabi44 karena khawatir kekuasaan mereka
terancam dengan bersatunya dakwah mereka di atas persatuan tauhid dan aqidah, yang
dari sinilah awal penisbahan gelar tersebut berasal, yang sungguh sebenarnya bertujuan
untuk memalingkan kaum muslimin dari dakwah tauhid yang hakiki, karena tidaklah
khilafah Islamiyah tegak melainkan dengan meluruskan tauhid terlebih dahulu.

--sekian--

[Jadi mendirikan HT itu ijinya langsung dari Allah swt, bukan dr pemerintah]

Kami katakan:
darimana kesimpulan ini engkau dapatkan, lancang sekali engkau memvonis bahwa
Allah melegalkan ijin pendirian HTI secara langsung! Maka kami katakan Istaghfir....
wa tuubu ilallah (memohon ampunlah dan bertaubatlah kepada Allah), salah satu
bukti akan betapa kefanatikan kelompok menjadikan kebodohan dan
keserampanganmu menjadi demikan akut, maka coba perhatikan penjelasan di bawah
ini tentang kutipan ayat tersebut secara utuh.)

44
Penisbahan yang disandarkan kepada Ulama besar Ahlus Sunnah yang berjuang menegakkan tauhid di jazirah arab tauhid Asy-
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab (wafat 1206H) yang justru sebenarnya beliau sendiri bermadzhab hanbali.

94 | R i s a l a h N a s e h a t 1
                 

                   

                  

                 

               

       

― Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah (Tauhid), dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. De-
mikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petun-
juk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada keba-
jikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah
orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang
bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka.
mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, Pada hari yang di waktu
itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun
orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu
kafir sesudah kamu beriman? karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".
(QS. Ali Imraan: 103-106)

Dalam ayat di atas Allah memerintah kamu musliimin untuk bersatu di atas tauhid,
dan melarang dari berpecah belah, berkelompok-kelompok. Dan Allah
mempersatukan hati kaum mukminin di atas tauhid setelah mereka sebelumnya
berpecah-belah dikarenakan fanatik kesukuan, serta perbedaan sesembahan mereka.

--sekian--

95 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Kami katakan:
Subhanallah... sekali lagi kami terpaksa menghela nafas panjang atas berbagai
pernyataan engkau yang lancang dan serampangan. Maka balik kami katakan
kepadamu ―Pahami dulu Demokrasi secara detail‖. (lihat penjelasan lebih lengkap
insyaallah pada bab yang kedua)

[Tak kasih refensinya kitab terjemahan tp gak jadul , neh monggo di download:]

Kami katakan atas pernyataan diatas:


Inilah sekian bukti dari bukti-bukti bahwa sikap taqlid buta (fanatik buta) terhadap
hizbiyyah begitu akut dalam dirimu hingga kebenaran pun tertutup dari penglihatan
dan pendengaranmu, sejarah dan kamus mana yang mengatakan bahwa ilmu agama
itu bisa dikatakan jadul (sekedar mengutip istilah Denie Asseiff). Apa maksud kata-
kata jadul tersebut??? Ataukah paham JIL sudah menular pada dirimu –nasalullahas
salamah- jangan-jangan besok di kemudian hari engkau akan mengatakan bahwa
Shahih Bukhari atau Shahih Muslim sebagai kitab ‗jadul‘. Tidaklah engkau mengatakan
dengan kata ‗jadul‘ kecuali karena buku terjemahan itu bukan dari kelompokmu yang
menerbitkannya dan juga tidak sesuai dengan pemahanmu kelompokmu, padahal
wallahi kami berani bersumpah engkau belum membacanya. Allahu Akbar.. sungguh
sikap ta‘ashub (fanatik) yang menyesatkan.

---sekian---

96 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Kami katakan:
Ini merupakan kecacatan yang ada padamu dan kelompokmu, karena apabila suatu
individu atau kelompok itu membutuhkan kelompok lain untuk dapat berdiri maka
itu menandakan lemahnya dan belum siapnya kelompok tersebut untuk terjun dalam
pergerakannya. Lebih-lebih lagi untuk menegakkan sebuah ‗khilafah‘

Dan bagaimana jika engkau berganti baju menjadi seorang NU dengan berbagai atri-
but kehijauannya, namun engkau tetap bekerjasama dengan HTI dengan bendera h i-
tamnya, maukah…???? Tentu tidak ! dan pasti engkau lebih membanggakan atribut ke
HTI-an yang ada padamu, maka dengan itu persatuan yang seperti apakah yang kalian
maksud, persatuan di atas metode pergerakan yang berbeda-beda..???? dan ambisi yang
saling bersaing…!!!

Kami katakan:
(Simak pembahasan selengkapnya dalam hidangan special pada bab yang kedua)

97 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Kami katakan:
Engkau itu Bodoh dan ironisnya engkau tidak menyadari akan ke-Bodoh-an yang ada
tersebut, dalil dicomot sana-sini secara ngawur, dan dipaksakan untuk dimasukkan
guna melegalisasi paham sesat kekelompokan. Dalil diatas tidak menunjukkan
bolehnya pemilu, dalil tersebut hanya menunjukkan perwakilan semata, dan
perwakilan bukanlah fokus utama dalam pemilu sebagaimana engkau pahami dengan
dangkal. Baiklah seandainya sekarang kita katakan bahwa pemilu itu mubah
sebagaimana yang kau katakan, mari kita ‗preteli‘ satu persatu rukun akad yang
menjadi prinsip bolehnya pemilu sebagaimana yang kau nukilkan.

1. adanya ijab qabul


kami katakan : ijab qabul di atas apa, ijab qabul di atas baiat kepada amir/ketua
organisasi atau kelompoknya, melalui voting (suara terbanyak). Apakah yang
demikian itu syar‘I ??? Seandainya memang itu dilakukan pada zaman

98 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Rasulullah bukankah pihak-pihak yang menyuarakan aspirasinya adalah dari
kalangan shahabat pilihan yang memiliki ilmu dan keutamaan yang besar, lalu
sekarang kami tanyakan kepada engkau, apakah kondisi ‗pemilu‘ saat ini telah
syar‘i sebagaimana yang terjadi di zaman Rasulullah, maka jawabnya adalah
tidak. Kenapa karena pemilu yang ada di masa ini adalah menyandarkan semata
kepada voting (perhitungan suara), lebih lagi pihak-pihak yang menyuarakan
tersebut dari berbagai pihak dan semua bebas berpendapat (mengutip istilah
salah seorang teman). Tidak peduli orang yang menyuarakan suaranya tersebut
apakah seorang ahli maksiat, ahli bid‘ah, orang alim, orang awam, hingga
orang jahilnya, orang yang mengerti politik hingga orang yang tidak tahu
menahu sama sekali. Semuanya BEBAS BERPENDAPAT dan BEBAS
BERSUARA. Jadi ukurannya bukanlah kualitas muwakkilnya namun kuantitas
orang yang memilihnya.
2. pihak yang mewakilkan (muwakkil)
kami katakan: siapa pihak yang mewakilkan???? Apakah setiap anggota fraksi
organisasi yang bermacam-macam latar belakang keagamaanya serta tingkat
keilmuannya yang dimulai dari tingkatan akar rumput (mengutip istilah Denie
sseiff) hingga tingkat atas itu sah secara syar‘i sebagai pihak yang mewakilkan,
bukankah dalam hal perwakilan nikah saja harus terpenuhi syarat-syaratnya
secara syar‘i, lebih-lebih lagi menyangkut suatu perkara yang melibatkan
banyak orang, serta kemaslahatan kaum muslimin.
3. pihak yang mewakili (wakîl)
kami katakan: apakah pihak-pihak yang mewakili tersebut telah secara syar‘i
disepakati oleh kaum muslimin melalui jalan yang dicontohkan oleh
Rasulullah dan para shahabatnya.??? Dan apakah wakil tersebut adalah orang
yang mumpuni dalam hal keagamaan dan politik???
4. perkara yang diwakilkan
kami katakan : perkara yang diwakilkan pun adalah perkara yang menyelisi
syar‘i yaitu mendirikan daulah baru dengan baiat yang baru, sebuah negara di
dalam negara yang mempunyai struktur keorganisasian mirip dengan struktur
kenegaraan, yang meliputi ketua partai (presiden) hingga paling bawahnya.
Maka ini jelas keharamannya. Dan juga perkara memecah belah kaum
muslimin menjadi berpartai-partai, yang semuanya juga ingin meraih
kekuasaan.

99 | R i s a l a h N a s e h a t 1
5. bentuk redaksi akad perwakilannya (shighat tawkil)
kami katakan: maka lihatlah kembali penjelasan di atas, apakah bentuknya
perwakilan tersebut telah sesuai syariat??? Lalu apa definisi syariat menurut
pemahaman yang engkau pahami??? (jika masih belum jelas juga, maka ikuti
pembahasan selanjutnya pada bab yang kedua).

dan selanjutnya engkau memberi penekanan


―Semua rukun tersebut harus sesuai dengan syariat Islam―
[Garis bawah dari kami]

Maka sudahkah seluruh perkara pemilu yang dengan paksa engkau dan
kelompokmu legalkan demi memuluskan jalan menuju kekuasaan itu te-
lah sesuai syariat Islam ..???? maka kami katakan: GAK BLASSS…
--sekian-

mari kita simak dengan seksama pernyataan sang bocah serampangan ini,
Kami katakan:
[Penggunaan sumber selain wahyu dalam penetapan hukum tidak akan menghasilkan
kesimpulan hukum yang sesuai dengan syariat Allah. Ini bertentangan dengan perintah
Allah dan bertentangan pula dengan keimanan seorang Muslim.]

100 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Jika yang kau katakan di atas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ibadah serta
penetapan syariat hukum halal dan haram maka itu jelas datangnya dari Al-Qur‘an
dan As-Sunnah, namun apabila hukum tersebut datang berasal dari ‗Urf /Adat
(kebiasaan) bermasyarakat maka ini adalah mubah, simak keterangan berikut ini:

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin salah seorang ‗ulama termasyhur
dalam bidang fiqih di abad ini murid dari Asy-Syaikh Abdurrahman As Sa‘di ulama
ahli tafsir dan fiqih mengatakan dalam kitabnya Syarah Mandhumah Al Qowaid wal
Ushul sebuah kaidah:

‫ إِغ ػجذح ئال ثارْ اٌشبسع‬ٚ ً‫بء د‬١‫ش‬٤‫ ا‬ٟ‫صً ف‬٤‫ ا‬ٚ

Asal dari segala sesuatu itu adalah halal, dan laranglah segala sesuatu tersebut jika
terwujud dalam bentuk ibadah kecuali sebatas apa-apa yang telah diijinkan
(disyariatkan)

Keterangan (Syarah):
Syaikh menjelaskan bahwa semua perkara yang jelas dan bermanfaat hukum asalnya
adalah boleh selama tidak menyelisihi, seperti hukum wajibnya memakai helm, atau
hukum diadakannya traffict light, dan bisa menduduki wajib apabila hal itu diwajibkan
oleh ulil amri, kenapa karena ketaatan kepada ulil amri adalah wajib. Dan wasilah
kepada yang wajib maka dihukumi wajib pula, dalilnya akan bolehnya atas seluruh
perkara yang bukan termasuk perkara ibadah adalah

       

―Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian ― (QS. Al
Baqarah: 29)

Dan dalil dari As-Sunnah adalah:

ٓ‫ عىذ ػ‬ٚ ،‫٘ب‬ٚ‫دا فال رؼزذ‬ٚ‫ دذّ دذ‬ٚ ،‫٘ب‬ٛ‫ؼ‬١‫(( ئْ اهلل فشض فشائض فال رض‬
))‫ب‬ٕٙ‫ا ػ‬ٛ‫ فال رجذث‬،ْ‫ب‬١‫ش ٔغ‬١‫بء سدّخ ثىُ ِٓ غ‬١‫أش‬

101 | R i s a l a h N a s e h a t 1
―Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban maka janganlah kalian
mengabaikannya, dan membatasi beberapa batasan (dalam syariatnya) beberapa
batasan maka janganlah kalian melampaui batasan-batasan tersebut, dan Allah
mendiamkan beberapa perkara dikarenakan rahmatnya kepada kalian dan bukanlah
dikarenakan lupa, maka janganlah kalian membahasnya.‖ [HR. Ad Daruquthni no.
183, Ath Thabrani dalam Al Kabiir no. 222].

Begitu pula Asy Syaikh Abdurrahman As Sa‘di di dalam kitabnya Al Qawaidul Fiqh,
menyebutkan dan menjelaskan sebuah kaidah ushul:

‫ئ صبسف اإلثبدخ‬١‫ج‬٠ ٝ‫ ػبدرٕب اإلثبدخ دز‬ٟ‫صً ف‬٤‫ ا‬ٚ


―Dan Asal dari adat kebiasaan itu adalah mubah sampai ada keterangan yang jelas yang
memalingkan dari hukum asal tersebut (kepada perkara yang sunnah, makruh, atau
haram)‖

Syaikh kemudian menjelaskan bahwasanya hukum asal dari adat kebiasaan adalah
boleh dan tidaklah dapat diharamkan kecuali apa-apa yang telah diharamkan oleh
syariat. Begitu pula hukum asal suatu ibadah, maka asalnya adalah haram (terlarang
untuk dikerjakan) kecuali dengan apa yang telah disyariatkan Allah dan Rasul-Nya.

Kami jelaskan:
misalnya contohnya: pemerintah menetapkan bagi rakyatnya untuk memperbaharui
KTP mereka setiap 5 tahun atau ketika masa berlakuknya telah habis, jawabannya
adalah boleh, kenapa? karena hal tersebut adalah perkara kebiasaan dan tidak terkait
dengan bentuk ibadah. Dan di dalamnya terkandung kemaslahatan bagi pemerintahan
yang ada, dengan terdatanya kependudukan rakyatnya. Maka tidaklah yang demikian
itu dinamakan hukum thagut. Berbeda halnya jika pemerintah mewajibkan untuk
upacara bendera setiap tahun dengan melakukan penghormatan kepada bendera
tersebut, maka ini tidak bisa dikatakan adat yang dibolehkan, kenapa ? karena dalam
adat tersebut terkandung bentuk peribadatan, yaitu pengagungan terhadap sesuatu
selain Allah, dan ini wasilah kepada kesyirikan, dan juga hal itu adalah perkara yang
bid‘ah, kenapa? Karena Rasulullah sendiri tidak pernah memperingati hari kemenangan
perang badar, atau hari penaklukan kota mekkah misalnya dengan sebuah acara-acara
sebagaimana yang terjadi di masa ini seperti tasyakuran, khataman, shalawatan pada
malam hari kemerdekaan, yang mana itu semua adalah jenis dari jenis-jenis ibadah,

102 | R i s a l a h N a s e h a t 1
maka untuk menghalalkannya dibutuhkan adanya dalil yang menunjukkan atas
disyariatkannya amalan-amalan tersebut untuk dilaksanakan berkaitan dengan waktu
memperingati hari-hari tertentu.

Tiba-tiba kami teringat, ketika kami terpaksa menerima hukuman push up ketika
ospek kuliah dulu, hanya karena salah tanpa sengaja menaruh hasduk yang berwarna
merah putih tersebut di saku bagian belakang celana, alasan klasik yang disampaikan
kepada kami kala itu adalah karena para pahlawan telah berjuang mati-matian
mempertahankan bendera merah putih, lantas tanpa sengaja kami menaruhnya di
dekat pantat.. ini lah salah satu bukti akan bentuk pengagungan yang tanpa disadari
menghantarkan kepada kesyirikan.

--sekian--




Kaidah syariat menyatakan: [ٌَ‫دشَا‬


َ َِ‫ اٌْذَشَا‬ٌَٝ‫ٍَ ُخ ِا‬١ْ ِ‫َع‬ٌْٛ‫] َا‬

Wasilah (perantaraan) yang pasti menghantarkan


kepada perbuatan haram adalah juga haram

maka kami katakan pula :

103 | R i s a l a h N a s e h a t 1
1. bukankah mendirikan sebuah partai / organisasi dan berkelompok-kelompok
adalah wasilah kepada perpecahan dan pengkotak-kotakan umat. Yang tentunya
sebagaimana telah diketahui bahwa berpecah-belah menjadi berkelompok-
kelompok adalah haram, maka wasilah yang menuju ke arah sana baik dalam
perkara yang mubah maka dihukumi haram!
2. Bukankah adanya pemilu adalah wasilah untuk jatuh ke dalam paham demokrasi
(suara rakyat suara Tuhan), saling menggulingkan antara sesama kaum muslimin
demi berebut kekuasaan, pemilihan suara terbanyak yang jauh dari nilai-nilai
syar‘i, disamping pemilu itu sendiri adalah perkara muhdats, apakah pengangkatan
Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan para khalifah lainnya termasuk yang
sering kalian dengung-dengungkan Khalifah Umar bib Abdul Aziz ‫ُ اهلل‬ّٙ‫! سد‬
apakah pengangkatan mereka semua itu dilakukan dengan cara-cara pemilu atau
voting, dan seandainya saja anggaplah bahwa mereka melakukannya dengan
pemilu lalu apakah mereka melakukannya dengan cara-cara demokrasi, setiap
rakyat bebas untuk memilih dan menentukan pilihannya baik yang jelata maupun
yang intelektual, yang awam maupun yang alim, yang shalih maupun yang fajir !!!
3. Bukankah mendirikan organisasi konsekuensinya harus menggunakan hukum
yang menurut anggapan kelompokmu sebagai hukum ‗thagut‘..?? yang mana
seandainya saja memang bisa dikatakan itu adalah masalah furu‘iyyah lalu
bukankah masalah furu‘iyyah yang menghantarkan kepada ketundukan terhadap
hukum ‗thagut‘ adalah haram karena tunduk kepada thagut adalah haram..???
sebagaimana prinsip kelompok kalian. Lebih mengherankan lagi engkau sok
intelek dengan berkata itu adalah masalah formalitas administratif ..... karena
pemerintah yang represif lalu apakah alasan-alasan tersebut lebih utama daripada
harus menyalahi prinsip dasar kalian sendiri, yang jelas resikonya adalah ―Tidak
berhukum dengan hukum Allah = ‗Kafir‘.‖ Menurut pemahaman kalian. Ini bukti
bahwa dalam perkara seperti ini saja kalian toleran untuk menggugurkan prinsip
dasar kalian sendiri, bukankah kedepannya lebih lagi, kalian akan langgar itu
prinsip-prinsip syariat karena sebab ambisi kekuasaan.
4. Begitupula dalam masalah KTP, Surat Nikah, Dll tersebut, seandainya kalian mau
komitmen dan konsekuen di atas prinsip kalian, maka bukankah hal-hal tersebut
merupakan wasilah untuk tunduk kepada hukum ‗thagut‘ sebagaimana prinsip
kalian walaupun itu semua masalah-masalah furu‘iyyah karena jika prinsip kalian
diterapkan tentunya hukum pengingkaran kepada ‗thagut‘ termasuk perkara yang
disyariatkan, dan masuk dalam bab ibadah.

104 | R i s a l a h N a s e h a t 1
[Berdasarkan hal tersebut, aktivitas menetapkan hukum atau undang-undang yang bukan
berasal dari syariat Islam atau memilih pemimpin untuk melaksanakan hukum sekular
tidaklah dibolehkan.]

Kami katakan :
Maka dengan demikin segala wasilah yang menghantarkan ke arah menetapkan
hukum undang-undang dari syariat Islam atau memilih pemimpin untuk
melaksanakan hukum syariat dengan cara yang tidak sesuai syariat juga tidaklah
dibolehkan.

Sebagaimana kaidah ushul yang engkau bawakan:

[ٌَ‫ اٌْذَشَاَِ دَشَا‬ٌَٝ‫ٍَ ُخ ِا‬١ْ ِ‫َع‬ٌْٛ‫] َا‬

Wasilah (perantaraan) yang pasti menghantarkan


kepada perbuatan haram adalah juga haram

--selesai--

Akibat salah pergaulan

Kami katakan:
Beginilah hasilnya jika berbekal dengan ilmu agama yang dangkal (baca: pas-pasan
bahkan minus). Menghukumi sesuatu berdasar hawa nafsu dan sikap kekelompokan.
Hasilnya adalah LANCANG dan SERAMPANGAN !!!

105 | R i s a l a h N a s e h a t 1
--selesai--

Kami katakan :
Tidak memilih adalah pilihan : landasan dari pernyataan ini adalah karena tidak
didapatinya calon pemimpin yang sesuai dengan paham kelompokmu, ketika muncul
calon dari kelompokmu apakah masih berlaku pernyataan ―tidak memilih adalah
pilihan‖ tentu tidak bukan ! kenapa ? karena engkau telah terkungkung dalam
kesempitan fanatik kekelompokan yang itu menyesatkan.

[tp disini pembahasan lebih komplek n akeh ndra coz Adham iki kakean takok :) mbek
menghujat]

Kami katakan:
Maka izinkanlah kami untuk mengingatkan engkau dengan sebuah nasehat yang
menggetarkan jiwa:

106 | R i s a l a h N a s e h a t 1
bukankah syariat menganjurkan kepada kita untuk tidak menerima suatu khabar
berita dari sumber yang tidak jelas, juga kita dianjurkan untuk menguji apakah si
pembawa khabar berita tersebut adalah orang yang terpercaya dan amanah, adil dalam
menukilkan serta jujur. Tanpa dilandasi kepentingan-kepentingan tertentu. !

              

  

―Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu
berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu.‖ (QS. Al Hujurat: 6)

        

― Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-


perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka‖. (QS. Al
Mumtahanah: 10)

Dan kami katakan pula bukankah engkau dan kelompokmu senantiasa melakukan
hujatan-hujatan kepada pemerintah....???? maka dengan berat hati terpaksa kami harus
jujur mengatakan bahwa orang-orang sepertimu sangat pantas untuk dihujat !!!

--selesai--

107 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Di penghujung risalah
nasehat pertama ini
Kuharap kau baca
risalahku..., kau pikirkan
hingga hatimu tak ragu,
Kuharap hatimu tak sekeras
batu..., tak sekedar ikuti
hawa nafsu.

selagi masih mampu,


secercah harapan itu kan
terus kupintal untukmu,
walau hanya melalui
sepenggal pesan,
yang kuharap tak berakhir
di "Recycle Bin"
laptop kesayangan.

108 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Nantikan Penjelasan Inti dari Risalah Nasehat
pertama ini pada Bab II, yang akan segera hadir di
hadapan pembaca sekalian, Insya Allah.......

BAB II
MELACAK PAHAM KEISLAMAN DENIE ASSEIF
DAN PENYIMPANGAN KELOMPOKNYA

SENSOR

109 | R i s a l a h N a s e h a t 1
TegakkanLah
DauLah Islamiyyah iTu
DI Dalam HaTimu
masing-masing,
niscaya TegakLah
Daulah IsLam itu
Di Negerimu
Dengan SenDirinya.

110 | R i s a l a h N a s e h a t 1
DAFTAR PUSTAKA
Kitab Bahasa Arab

1. Al-Qur’anul Karim.
2. Taisir Karimir Rahman/Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di/Daar Ash Shomai’iy,
Riyadh/Cetakan Pertama 1418 H -1997 M.
3. Shohihul Bukhari/Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al Bukhari/Penerbit Darul Kutub
Al Ilmiyyah-Beirut-Lebanon/Cetakan kelima; 1428 H – 2007 M.
4. Shohihul Muslim/Abul Husein Muslim bin Hajaj bin Muslim Al Qusyairi/Penerbit Darul
Kutub Al Ilmiyyah-Beirut-Lebanon/Cetakan Keempat; 1427 H – 2006 M.
5. Riyadhus Shalihin/Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya bin Syarf An Nawawi/Penerbit
Darul Aqidah-Kairo-Mesir/Cetakan Pertama; 1420 H – 2000 M.
6. Syarh Mandhumah Al Qowaid wal Ushul/Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin/Penerbit Darul Ghoddil Jadid-Mesir/Cetakan Pertama 1426 H – 2005 M.
7. Risalah Lathiifatu Jamiatun fii Ushulil Fiqhil Muhimmah/Al Allamah Asy Syaikh
Abdurrahman As Sa’di/Penerbit Maktabah Adhwaus Salaf, Riyadh-Saudi
Arabia/Cetakan Pertama 1419 H – 1998 M.
8. Al Qawaidul Fiqhiyah/Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di/Daarul Haramain,
Kairo/Cetakan Pertama 1420 H – 1999 M.
9. At Ta’liqat Al Atsriyyah ‘Alal Mandhumati Al Baiquniyyah/Penerbit Daar Ibnul
Jauziy/Tanpa Tahun Cetakan.
10. Syarah Ushuluts Tsalasah/Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin/Daar
Ats Tsurayaa, Riyadh/Cetakan Kedelapan 1426 H – 2005 M.
11. Fathul Majid Syarah Kitabut Tauhid/Asy Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu
Syaikh/Darul Fikr, Beirut-Lebanon 1426 H – 2005 M.
12. Muhaadharah Al Aqidah wad Da’wah/Asy Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al
Fauzan/Lembaga Pengkajian dan Fatwa, Saudi Arabia/Tanpa Tahun
Cetakan.

Kitab- kitab Terjemah

1. Mereka Adalah Teroris!/Al Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh/Pustaka


Qaulan Sadida, Malang/Cetakan Kedua; 1426 H – 2005 M.

111 | R i s a l a h N a s e h a t 1
2. Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij/Al Ustadz Luqman bin Muhammad
Ba’abduh/Pustaka Qaulan Sadida, Malang/Cetakan Pertama; 1428 H – 2007 M.
3. Al Munawwir Kamus Arab – Indonesia/Penerbit Pustaka Progressif, Surabaya-
Indonesia/Edisi Kedua 1997.
4. Mengidentifikasi Neo-Khawarij Sebagai Sejelek-jelek Mayat di Kolong Langit/Jamal
bin Furaihan Al Haritsi/Penerbit Pustaka Qaulan Sadida, Malang/Cetakan Pertama
1428 H – 2007 M.
5. Hizbut Tahrir Mu’tazilah Gaya Baru/Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al
Albani/Penerbit Cahaya Tauhid Press, Malang/Cetakan Kesebelas 1429 H – 2009 M.
6. Obyektifitas Dalam Mengkritik Studi Ilmiah Terhadap Metode Muwazanah dalam
Jahr dan Ta’dil/Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali/Penerbit Cahaya Tauhid Press,
Malang/Cetakan Pertama 1425 H – 2004 M.
7. Refleksi Akhir Tahun 2006 Hizbut Tahrir Indonesia Selamatkan Indonesia Dengan
Syariah Menuju Indonesia Lebih Baik/Hizbut Tahrir Indonesia/Cetakan Pertama
Dzulhijah 1427 H – Desember 2006 M.
8. Peraturan Hidup Dalam Islam/Taqiyuddin An Nabhani/Penerbit Pustaka Thariqul
‘Izzah Bogor/Cetakan Ketiga 1424 H – 2003 M.
9. Menggugat Demokrasi dan Pemilu Menyingkap Borok-borok Pemilu dan Syubhat
Para Pemujanya/Asy Syaikh Muhammad bin Abdillah Al Imam/Pustaka Salafiyyah,
Banyumas/Cetakan Keempat 1428 H – 2007 M.
10. Mengenal Tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin/Syaikh Ahmad bin Yahya bin Muhammad
An Najmi/Cahaya Tauhid Press, Malang/Cetakan Pertama 1426 H – 2005 M.
11. Tidak Berhukum Dengan Hukum Allah = Kafir ?/Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al Albani/Pustaka Ar Rayyan, Solo/Cetakan Revisi 2007 M.
12. Wajibnya Taat Pemerintah/Syaikh Abdussalam bin Barjaz Abdulkarim/Cahaya Tau-
hid Press, Malang/Cetakan Pertama 1424 H – 2003 M.

Situs- situs Internet

1. www.salafy.or.id
2. www.sahab.net
3. www.merekaadalahteroris.com
4. www.hizbut-tahrir.co.id
5. http://free-islamic-ebook.blogspot.com/
6. http://www.ziddu.com/downloadlink/6229672/manifesto-ht-untuk-indonesia.pdf
7. http://www.misrsalaf.com/vb/showthread.php?t=35].
8. http://www.misrsalaf.com/vb/showthread.php?t=35].
9. http://denoxcyber.blogspot.com/search/label/asseifff
10. http://www.facebook.com/profile.php?id=1052720309&v=wall#/profile.php?id=1052720
309&v=info
11. http://www.facebook.com/profile.php?id=1052720309&ref=nf
12. http://free-islamic-ebook.blogspot.com/
13. http://profiles.friendster.com/12059527

112 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Artikel- artikel Softcopy

1. Mengenal Sebuah Partai Politik Islam International Yang Berideologi


Islam/Hizbut Tahrir.
2. Biografi Singkat Syaikh Taqiyuddin An Nabhani/Ihsan Samarah/Al Azhhar
Press, Bogor 2002
3. Manifesto Hizbut Tahrir Untuk Indonesia/Hizbut Tahrir.
4. Titik Tolak Perjalanan Dakwah Hizbut Tahrir/Hizbut Tahrir.
5. Konsep Hizbut Tahrir/Hizbut Tahrir.
6. Aqidah dan Hadits Ahad/Hizbut Tahrir.

Program- program CD ( Software)

1. Al-Qur’an Digital Versi 2.1/Freeware


2. Mush-haful Madinatin Nabawiyyah lin Nasyril Hasubi/Majma’ul Malik Fadh
linthiba’atil Mush-hafisy Syarif/1427 H./ ( www.qurancomplex.org )
3. Mausu’at Tarikh/ Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com
4. Maktabah Ibnu Rajab Al Hanbali/Program Maktabah Ruhul/Freeware
www.islamspirit.com
5. Maktabah Sunnah/ Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com
6. Mausu’at Tafsir Al-Qur’an/ Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com
7. Mausu’atil Hadits Nabawi/ Program Maktabah Ruhul/Freeware www.islamspirit.com
8. Al-Qur’anul Karim Ma’at Tafsir/ Program Maktabah Ruhul/Freeware
www.islamspirit.com
9. Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah/ Program Maktabah Ruhul/Freeware
www.islamspirit.com

113 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Lampiran I

Tafsir Ibnu Katsir QS. An Nisaa‘ 59-65:

114 | R i s a l a h N a s e h a t 1
115 | R i s a l a h N a s e h a t 1
116 | R i s a l a h N a s e h a t 1
117 | R i s a l a h N a s e h a t 1
118 | R i s a l a h N a s e h a t 1
Lampiran II

Tafsir Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa‘di QS. An Nisaa 59-65

119 | R i s a l a h N a s e h a t 1
120 | R i s a l a h N a s e h a t 1

Anda mungkin juga menyukai