"
" (
)
2. Terjemah
a. Makna/Lafal
Kata Makna Kata Makna
bukan, tidak Mengendalikan
kuat, tangguh hawa nafsunya
(pandai, menang)
berkelahi, bergulat
saat, ketika
tetapi (sebenarnya) Marah
b. Terjemah Hadits
16
Rasulullah SAW bersabda: Bukanlah orang kuat itu yang (biasa menang) saat
bertarung/bergulat, tetapi orang kuat itu adalah yang (mampu) mengendalikan nafsunya
ketika marah (HR Bukhari dan Muslim).
3. Makna dan maksud Hadits
a. Islam memberi pengertian yang berbeda tentang siapa orang yang dapat diberi julukan
sebagai orang yang kuat atau tangguh. Mereka bukan yang selalu menang saat bertarung,
berkelahi, atau bergulat.
b. Pentingnya kontrol atau mawas diri ketika meniti kehidupan. Di dunia ini, kita sadari bahwa
banyak godaan dan rintangan yang mengelilingi hidup keseharian.
c. Kemenangan dan keberhasilan hanya diraih oleh orang-orang yang mampu mengendalikan
dirinya, meredam hawa nafsunya saat kemarahan, dan selalu meningkatkan kesabaran saat
ditimpa musibah, masalah, dan duka nestapa.
d. Sungguh di dunia ini hanya ada 2 (dua) jalan; Jalan Kebenaran dan Jalan Hawa Nafsu.
Jalan kebenaran adalah petunjuk yang diturunkan oleh Allah SWT, sedangkan hawa
nafsu merupakan jalan yang diprakarsai oleh setan dan nafsu yang terhujam di dalam
diri masing-masing, keduanya merupakan musuh manusia yang harus diperangi dan
dikendaliukan.
e. Melawan hawa nafsu berarti mengikuti jalan Allah SWT dengan penuh perhitungan dan
kesabaran. Itulah sebabnya, pentingnya setiap diri memiliki kontrol diri yang kuat.
f. Hawa nafsu berarti kecenderungan manusia kepada perkara yang disukai dirinya. Orang
yang lebih mengikuti jeleknya hati yang telah diharamkan oleh hukum syariat, itulah
orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya. Perbuatan ini harus dijauhi, karena pangkal
kemaksiatan, sumber malapetaka dan kemungkaran. Orang yang berbuat demikian, akan
tersesat dari jalan kebenaran dan dikenai siksa di akhirat kelak.
g. Islam menekankan, bahwa nafsu itu bukan untuk dibunuh, melainkan untuk dijaga dan
dikendalikan. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW yang sangat menekankan
jihad batin, maknawi atau jihad melawan hawa nafsu.
h. Imam Al Ghazali membagi (hawa) nafsu kepada 4 bagian, yaitu:
1) Keserakahan nafsu terhadap harta benda, bersyukurlah, jika menjadi orang kaya,
Jika berkedudukan, manfaatkan untuk kebaikan orang banyak dan memakmurkan
rakyat.
2) Nafsu amarah yang akan membutakan hati. Cara terbaik mengendalikan adalah
berusaha selalu bersabar dalam menghadapi kemarahan dan kezaliman orang lain,
bersikap lapang dada, suka memaafkan dan bermurah hati.
3) Kesenangan duniawi mendorong nafsu. Manusia selalu diingatkan agar tidak
terjerumus akan kesenangan duniawi, karena hal itu akan mendorong nafsu
menjadi liar.
4) Nafsu syahwat. setan menggoda manusia melalui berbagai cara. Antara lain,
melalui harta, pasangan dan tahta (kekuasaan). Akibatnya, tidak sedikit manusia
yang hancur dan rusak kehidupannya karena hanya mencari kesenangan dunia
semata.
4. Kiat-kiat berjuang melawan hawa nafsu:
a. Menahan atau menyekat sumber kekuatannya.
b. Membebankan nafsu itu dengan ibadah, berbuat ibadah semata-mata mengharapkan
ridha-Nya, melalui memperbanyak amal shaleh, misalnya rajin belajar, mencintai
pekerjaan, menebarkan kedamaian untuk semua.
c. Tidak lupa, berdoa meminta bantuan Allah SWT untuk mengalahkannya. Sebab, doa itu
17
salah satu kunci menuju kesuksesan.
5. Contoh pengendalian diri yang dicontohkan Rasulullah SAW:
a. Peristiwa Thaif, ketika di Thaif Rasulullah SAW menemui pemuka kabilah Tsaqif,
namun mereka menolak dan bahkan melakukan kekerasan fisik terhadap Nabi. Saat itu,
malaikat membisikkan kepada beliau, apakah perlu mengangkat bebatuan bukit di
Thaif untuk ditimpakan kepada pelaku kekerasan tersebut. Rasulullah SAW
menjawab tidak perlu, sebab menurut beliau, mereka menolak dakwahnya karena
ketidaktahuan mereka tentang ajaran Islam. Bahkan beliau mendoakan agar diberi
ampunan dan menjadi pejuang-pejuang Islam.
b. Hijrah ke Ethiopia (Habasyah) akibat siksaan dan hinaan kafir Quraisy; pemboikotan
terhadap dua keluarga besar Nabi yaitu Bani Hasyim dan Bani Muthalib oleh kafir
Quraisy; beliau juga mengalami tahun kesedihan (aamul huzni), karena meninggalnya
2 orang yang berperan besar dalam dakwah beliau yaitu Siti Khadijah (istri), dan Abu
Thalib (paman).
c. Saat Fathul Makkah (penaklukan kota Makkah) Rasulullah kembali menunjukkan
dirinya sebagai uswah-hasanah dalam pengendalian diri. Beliau bisa saja membalas
perlakuan kasar, hinaan dan pemboikotan yang pernah dilakukan kafir Quraisy, namun
tidak dilakukan, bahkan memberi maaf dan pengampunan kepada seluruh penduduk
Makkah.