Pekerjaan Paduserasi peta RTDR Kota Tarakan akan dilaksanakan dengan metode yang akan diuraikan di bawah ini. Secara garis besar terdapat tiga bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan yaitu : 1. Survey GPS untuk mendapatkan titik kontrol tanah; 2. Pengolahan Citra satelit resolusi tinggi menggunakan data hasil survey GPS 3. Pengolahan data spasial dengan GIS untuk memperoleh peta Eksisting dan peta RDTR
A. Survey GPS Survey GPS dilakukan untuk mendapatkan titik kontrol tanah dengan ketelitian di bawah 1 meter. Hal ini dilakukan karena peta yang akan dihasilkan adalah peta dengan skala 1: 5.000. Survey GPS akan dilakukan dengan alat GPS Geodetik yang ketelitiannya bisa sampai di bawah 1 meter bukan GPS handheld. Survey GPS dilakukan dengan metode Diferensial yaitu penentuan posisi suatu titik ditentukan relatif terhadap titik lain yang telah diketahui koordinatnya. Berikut ini adalah pembagian metode survey GPS. Dalam pekerjaan ini, metode survey GPS yang akan dilakukan adalah metode diferensial Post Processing- Statik.
Tahapan umum dalam pelaksanaan survey GPS adalah sebagai berikut.
Survey yang akan dilakukan untuk titik ikat skala peta 1:5.000 adalah survey GPS orde 3. Metode dan strategi pengolahan data berdasarkan SNI yang dikeuarkan oleh BIG adalah sebagai berikut : a) pengolahan data untuk memperoleh koordinat titik pada semua jenis orde jaringan, harus berbasiskan pada hitung perataan kuadrat terkecil berkendala penuh; b) pengolahan data survei GPS untuk jaring-jaring orde-00, orde-0 dan orde-1 harus menggunakan perangkat lunak ilmiah, seperti Bernesse dan GAMIT; c) pengolahan data survei GPS untuk jaring-jaring orde-2, orde-3, dan orde-4 (GPS) dapat menggunakan perangkat lunak komersial, seperti SKI dan GPSurvey.
Luas kawasan Tarakan kurang lebih adalah 25.000 hektar. Jarak antar titik kontrol orde 3 adalah kurang lebih 2 km. dengan luas 25.000 hektar, maka jumlah titik kontrol yang diukur di lapangan kurang lebih berjumlah 60 titik survey. B. Pengolahan Citra Resolusi Tinggi
Tahapan pengolahan citra terdiri dari koreksi geometrik, pemotongan citra dan penajaman citra (image enhancement). Koreksi Geometrik citra bertujuan untuk menghilangan kesalahan geometrik pada citra serta mendapatkan hubungan antara sistem koordinat citra dengan sistem proyeksi. Salah satu caranya yaitu dengan melakukan koreksi dengan meregistrasi koordinat citra terhadap koordinat GPS (Global Positioning System). Sehingga datum dan sistem proyeksi citra akan sesuai dengan datum dan sistem koordinat GPS yang digunakan sebagai referensi. Datum yang digunakan oleh koordinat GPS adalah WGS 1984 (World Geodetic System) dan sistem proyeksinya adalah sistem UTM (Universal Transverse Mercator).
Pemotongan citra dilakukan jika citra yang akan kita olah hanya bagian wilayah tertentu saja. Hal ini dilakukan agar perangkat lunak yang digunakan tidak begitu berat dalam membuka data Citra tersebut.
22km 17km Selanjutnya, citra yang telah kita potong dipertajam dengan memainkan kombinasi warna pada citra tersebut (RGB). Tujuannya adalah agar memudahkan kita pada saat melakukan interpretasi citra.
C. Pengolahan data spasial dengan GIS untuk memperoleh peta Eksisting dan peta RDTR Pengolahan Citra dengan GIS, diawali dengan interpretasi dan selanjutnya dilakukan digitasi. Dalam melakukan interpretasi citra satelit, perlu diketahui kunci-kunci interpretasi citra satelit, di antaranya adalah : 1. Rona dan Warna Rona menunjukkan kecerahan suatu objek sedangkan warna menunjukkan sinar yang dipantulkan oleh suatu objek (sinar yang tidak diserap). Misalnya, terdapat objek berwarna hijau, maka dapat diinterpretasi bahwa objek ini adalah vegetasi. Jika warna hijaunya adalah hijau tua, dapat diinterpretasi bahwa vegetasinya adalah vegetasi dengan kerapatan tinggi atau sedang.
2. Bentuk Salah satu bentuk yang paling mudah dikenali adalah sawah atau tambak. Kedua jenis lahan tersebut memiliki bentuk umum berupa kotak atau bentuk-bentuk yang menyerupai kotak. Hal ini dapat difahami karena antara satu petak sawah/tambak dengan sawah / tambak yang lain dipisahkan oleh pematang sawah. Sehingga terlihat jelas bahwa objek yang dimaksud adalah sawah.
3. Ukuran Ukuran ini berhubungan dengan luasan. Kita dapat menginterpretasi apa yang mungkin dan tidak mungkin pada suatu objek berdasarkan ukurannya. Misalnya, ukuran hutan tidak mungkin kecil. Padang rumput tidak mungkin kecil.
4. Tekstur Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus, dan sedang. Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur: - Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus. - Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman pekarangan bertekstur kasar . - Permukaan air yang tenang bertekstur halus.
5. Pola Pola objek ada yang beraturan dan ada juga yang tidak beraturan. Contoh objek yang beraturan adalah perkebunan kelapa atau sawit. Jarak tanam di perkebunan kelapa atau sawit akan terlihat teratur berbeda dengan di perkebunan campuran atau hutan campuran.
6. Bayangan Bayangan dapat menunjukkan objek yang terjal seperti pada lereng-lereng gunung. Sehingga dapatlah diinterpretasi objek-objek apa saja yang mungkin ada pada daerah pegunungan yang terjal.
7. Situs Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya. Contoh: - Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma. Mungkin jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah, atau jenis palma lainnya. Bila tumbuhnya bergerombol (pola) dan situsnya di air payau, maka yang tampak pada foto tersebut mungkin sekali nipah. - Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi menghendaki pengaturan air yang baik. - Situs pemukiman memanjang umumnya pada igir beting pantai, tanggul alam, atau di sepanjang tepi jalan.
Untuk bisa menginterpretasi dengan baik, maka perlu ada panduan untuk operator dalam menginterpretasi. Setelah citra satelit didigitasi, langkah selanjutnya adalah mengisi data atribut serta memeriksa topology dari data yang telah didigit. Untuk memastikan satu peta dengan peta yang lain saling berhubungan dan serasi, maka perlu dilakukan edgematching. Setelah itu, barulah dilakukan pembuatan layout peta yang sesuai dengan kaidah kartografi dalam standar Nasional Indonesia yang dikeluarkan oleh BIG.