Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN
Menstruasi merupakan gejala fisiologis yang secara periodik dialami oleh setiap
wanita usia reproduksi. Proses menstruasi dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
faktor hormonal, anatomi dan psikis. Apabila terjadi gangguan pada salah satu atau lebih
faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan gangguan dalam siklus menstruasi. Kelainan haid
merupakan masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus menstruasi, menyebabkan
nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau sedikit, terlambatnya menarche
atau hilangnya siklus menstruasi tertentu.
Gangguan menstruasi yang terjadi dapat berupa gangguan lama siklus menstruasi
seperti polimenorrhea dan oligomenorrhea, olume darah yang dikeluarkan sewaktu
menstruasi seperti hipermenorea, hipomenorrhea dan perdarahan bercak !spotting", beserta
gejala-gejala yang menyertai menstruasi seperti dismenorrea dan Premenstrual syndrome itu
sendiri yang mengganggu aktifitas sehari-hari. #ntuk negara $ndonesia, rata-rata wanita
mengalami menstruasi di usia %&-%' tahun. $nsidensi amenorrhoea primer di negara $ndonesia
!dimana wanitagagal mencapai menstruasi pertama pada usia %( tahun atau lebih atau tidak
adanya tanda seksual sekunder sampai usia %' tahun atau lebih" mencapai &,)*. +ementara
insidensi terjadinya amenorrhoea sekunder mencapai %-)*. Amenorrhea mempengaruhi
sekitar )* sampai ,* wanita menstruasi setiap tahunnya. Prealensinya tidak berariasi pada
perbedaan ras dan berkorespondensi dengan prealensi penyakit kausatifnya. -ysmenorrhea
primer, atau kramp menstruasi dan nyeri tanpa penyakit panggul, bisa mepengaruhi wanita
menstruasi sebanyak ).* dan biasanya bermanifestasi dalam beberapa tahun pertama dari
onset. -ysmenorrhea sekunder, nyeri menstruasi disebabkan oleh penyakit atau patologi yang
mendasarinya, ditemukan pada )* sampai ,* wanita menstruasi!Popat" dan paling sering
rekuren pada wanita usia /. dan ') tahun!0ails". +epuluh sampai dua puluh persen dari
seluruh wanita yang menstruasi mengalami menorrhagia1 kebanyakan adalah usia lebih dari
/. tahun .
2
BAB II
PEMBAHASAN
$$.%. M23+45#A+$ 365MA7
$$.%.% -28$3$+$
Menstruasi merupakan suatu siklus kompleks yang berkaitan dengan psikologis,
panca indera, kortkes serebri, aksis hipotalamus-hipofifis-oarial dan endrogen !uterus-
endometrium atau alat seks sekunder".
Pola haid merupakan suatu siklus menstruasi normal dengan menarche sebagai titik
awal. Pada umummnya menstruasi akan berlangsung setiap &9 hari selama kurang lebih ,
hari. 7ama perdarahan sekitar /-) hari, ada yang %-& hari diikuti darah yang sedikit dan tidak
terasa nyeri. :umlah darah yang hilang sekitar /.-'.cc. Puncaknya hari ke-& atau hari ke-/
dengan jumlah pemakaian pembalut sekitar &-/ buah.
%
#mumnya datangnya haid pertama kali sekitar umur %.-%( tahun. Panjang siklus haid
ialah jarak antara tanggal mulainya haid berikutnya. ;ari mulainya perdarahan dinamakan
hari pertama siklus.
%
Menurut <obak, menstruasi atau haid adalah perdarahan periodik pada
uterus yang dimulai sekitar %' hari setelah oulasi.
%

$$.%.& +$K7#+ M23+45#A+$ 365MA7
+iklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi & segmen yaitu, siklus oarium !indung telur"
dan siklus uterus !rahim". +iklus indung telur terbagi lagi menjadi & bagian, yaitu siklus folikular dan
siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi !pertumbuhan" dan masa
sekresi.
Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. 5ahim terdiri
dari / lapisan yaitu perimetrium !lapisan terluar rahim", miometrium !lapisan otot rehim, terletak di
bagian tengah", dan endometrium !lapisan terdalam rahim". 2ndometrium adalah lapisan yang
berperan di dalam siklus menstruasi. &=/ bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang
terdiri dari kelenjar, dan %=/ bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.
3
+istem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah>
%. 8+;-5; !follicle stimulating hormone releasing hormone" yang dikeluarkan hipotalamus
untuk merangsang hipofisis mengeluarkan 8+;
&. 7;-5; !luteini?ing hormone releasing hormone" yang dikeluarkan hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan 7;
/. P$; !prolactine inhibiting hormone" yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan
prolaktin
Pada setiap siklus menstruasi, 8+; yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam oarium !indung telur". Pada umumnya hanya % folikel yang
terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari %, dan folikel tersebut berkembang
menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. 2strogen ini menekan produksi 8+;, sehingga
hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu 7;. Produksi hormon 7; maupun 8+; berada di
bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran 5;
dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon
gonadotropin !8+; dan 7;" yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang
mengandung estrogen.
2strogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. -i bawah pengaruh 7;, folikel de
graaf menjadi matang sampai terjadi oulasi. +etelah oulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang
akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon 7; dan 74; !luteotrophic hormones, suatu
hormon gonadotropik". Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kelenjar endometrium. <ila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi
dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini
menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau
menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa oulasi, maka korpus luteum tersebut
dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal / masa utama yaitu>
4
%. Masa menstruasi yang berlangsung selama &-9 hari. Pada saat itu endometrium !selaput
rahim" dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon oarium berada dalam
kadar paling rendah
&. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-%'. +etelah menstruasi
berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis
untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh
kembali. Antara hari ke-%& sampai %' dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur
!disebut oulasi"
/. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya oulasi. ;ormon progesteron
dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim
siap untuk implantasi !perlekatan janin ke rahim"
+iklus oarium >
%. 8ase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal
dari % folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses oulasi
!pengeluaran sel telur dari indung telur". @aktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar
%.-%' hari, dan ariabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
&. 8ase luteal. 8ase luteal adalah fase dari oulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-
rata %' hari
+iklus hormonal dan hubungannya dengan siklus oarium serta uterus di dalam siklus menstruasi
normal>
%. +etiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin !8+;, 7;" berada pada leel
yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
&. ;ormon 8+; dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus
luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. ;al ini merupakan pemicu untuk
pertumbuhan lapisan endometrium
5
/. Peningkatan leel estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran 8+; hipofisis.
;ormon 7; kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan leel estradiol, tetapi pada
akhir dari fase folikular leel hormon 7; meningkat drastis !respon bifasik"
'. Pada akhir fase folikular, hormon 8+; merangsang reseptor !penerima" hormon 7; yang
terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon 7;, keluarlah hormon
progesteron
). +etelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis 7; terpicu yang menyebabkan
terjadinya oulasi yang muncul &'-/( jam kemudian. 6ulasi adalah penanda fase transisi
dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
(. Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum oulasi sampai fase
pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
,. Progesteron meningkat setelah oulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi
oulasi
9. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan
kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya
Gambar %. Pengaruh hormon pada siklus menstruasi
6
a. 8ase Proliferasi
7
-inamakan juga fase folikuler, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu !masa" ketika
oarium beraktiitas membentuk dan mematangkan folikel-folikelnya serta uterus beraktiitas
menumbuhkan lapisan endometriumnya yang mulai pulih dan dibentuk pada fase regenerasi atau
pascahaid.
Pada siklus haid klasik, fase proliferasi berlangsung setelah perdarahan haid berakhir, dimulai
pada hari ke-) sampai %' !terjadinya proses eolusi". 8ase proliferasi ini berguna untuk
menumbuhkan lapisan endometrium uteri agar siap menerima sel oum yang telah dibuahi oleh sel
sperma, sebagai persiapan terhadap terjadinya proses kehamilan.
Pada fase ini terjasi pematangan folikel-folikel di dalam oarium akibat pengaruh aktiitas
hormone 8+; yang merangsang folikel-folikel tersebut untuk menyintesis hormone estrogen dalam
jumlah yang banyak. Peningkatan pembentukan dan pengaruh dari aktiitas hormone 8+; pada fase
ini juga mengakibatkan terbentuknya banyak reseptor hormone 7; dilapisan sel-sel granulose dan
cairan folikel-folikel dalam oarium. Pembentukan hormone estrogen yang terus meningkat tersebut
Asampai kira-kira pada hari ke-%/ siklus haid !menjelang terjadinya proses oulasi"Aakan
mengakibatkan terjadinya pengeluaran hormone 7; yang banyak sebagai manifestasi umpan balik
positif dari hormone estrogen !positie feed back mechanism" terhadap adenohipofisis.
Pada saat mendekati masa terjadinya proses oulasi, terjadi peningkatan kadar hormone 7; di
dalam serum dan cairan folikel-folikel oarium yang akan memacu oarium untuk mematangkan
folikel-folikel yang dihasilkan di dalamnya sehingga sebagian besar folikel di oarium diharapkan
mengalami pematangan !folikel de Graaf". -isamping itu, akan terjadi perubahan penting lainnya,
yaitu peningkatan konsentrasi hormone estrogen secara perlahan-lahan, kemudian melonjak tinggi
secara tiba-tiba pada hari ke-%' siklus haid klasik !pada akhir fase proliferasi", biasanya terjadi sekitar
%(-&. jam sebelum pecahnya folikel de Graaf, diikuti peningkatan dan pengeluaran hormone 7; dari
adenohipofisis, perangsangan peningkatan kadar hormone progesterone, dan peningkatan suhu basal
badan sekitar .,)B0. Adanya peningkatan pengeluaran kadar hormone 7; yang mencapai puncaknya
!7;-+urge", estrogen dan progesterone menjelang terjadinya proses tersebut di oarium pada hari ke-
%' siklus haid.
-i sisi lain, aktiitas hormone estrogen yang terbentuk pada fase proliferasi tersebut dapat
mempengaruhi tersimpannya en?im-en?im dalam lapisan endometrium uteri serta merangsang
pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida pada lapisan tersebut. Cat-?at ini akan turut
8
serta dalam pembentukan dan pembangunan lapisan endometrium uteri, khususnya pembentukan
stroma di bagian yang lebih dalam dari lapisan endometrium uteri. Pada saat yang bersamaan terjadi
pembentukan system askularisasi ke dalam lapisan fungsional endometrium uteri.
+elama fase prolferasi dan terjadinya proses oulasiAdi bawah pengaruh hormone estrogen
Aterjadi pengeluaran getah atau lendir dari dinding seriks uteri dan agina yang lebih encer dan
bening. Pada saat oulasi getah tersebut mengalami penurunan konsentrasi protein !terutama
albumin", sedangkan air dan musin !pelumas" bertambah berangsur-angsur sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan iskositas dari getah yang dikeluarkan dari seriks uteri dan aginanya tersebut.
Peristiwa ini diikuti dengan terjadinya proses-proses lainnya di dalam agina, seperti peningkatan
produksi asam laktat dan menurunkan nilai p; !derajat keasaman", yang akan memperkecil resiko
terjadinya infeksi di dalam agina. <anyaknya getah yang dikeluarkan dari daerah seriks uteri dan
agina tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya kelainan yang disebut keputihan karena pada flora
normal di dalam agina juga terdapat microorganisme yang bersifat pathogen potensial. +ebaliknya,
sesudah terjadinya proses oulasi !pada awal fase luteal"Adi bawah pengaruh hormone progesterone
Agetah atau lendir yang dikeluarkan dari seriks uteri dan agina menjadi lebih kental dan keruh.
+etelah terjadinya proses oulasi, getah tersebut mengalami perubahan kembali dengan
peningkatan konsentrasi protein, sedangkan air dan musinnya berkurang berangsur-angsur sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan iskositas dan pengentalan dari getah yang dikeluarkan dari
seriks uteri dan aginanya. -engan kata lain, pada fase ini merupakan masa kesuburan wanita.
b. 8ase 7uteal
-inamakan juga fase sekresi atau fase prahaid, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu
!masa" ketika oarium beraktiitas membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel matangnya !folikel
de Graaf" yang sudah mengeluarkan sel oumnya pada saat terjadinya oulasi dan menghasilkan
hormone progesterone yang akan digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium uteri untuk
bersiap-siap menerima hasil konsepsi !jika terjadi kehamilan" atau melakukan proses deskuamasi dan
penghambatan masuknya sel sperma !jika tidak terjadi kehamilan". Pada hari ke-%' !setelah terjadinya
proses oulasi" sampai hari ke-&9, berlangsung fase luteal. Pada fase ini mempunyai ciri khas tertentu,
yaitu terbentuknya korpus luteum oarium serta perubahan bentuk !menjadi memanjang dan
berkelok-kelok" dan fungsi dari kelenjar-kelenjar di lapisan endometrium uteri akibat pengaruh dari
peningkatan hormone 7; yang diikuti oleh pengeluaran hormone progesterone. Adanya pengaruh
9
aktiitas hormone progesterone dapat menyebabkan terjadinya perubahan sekretorik, terutama pada
lapisan endometrium uteri. Pengaruh aktiitas hormone progesterone selama fase luteal dapat
meningkatkan konsentrasi getah seriks uteri menjadi lebih kental dan membentuk jala-jala tebal di
uterus sehingga akan menghambat proses masuknya sel sperma ke dalam uterus. <ersamaan dengan
hal ini, hormone progesterone akan mempersempit daerah porsio dan seriks uteri sehingga pengaruh
aktiitas hormone progesterone yang lebih lama, akan menyebabkan degenerasi dari lapisan
endometrium uteri dan tidak memungkinkan terjadinya proses nidasi dari hasil konsepsi ke dinding
uterusnya.
Peningkatan produksi hormone progesterone yang telah dimulai sejak akhir fase folikuler
akan terus berlanjut sampai akhir fase folikuler akan terus berlanjut sampai akhir fase luteal. ;al ini
disebabkan oleh peningkatan aktiitas hormone estrogen dalam menyintesis reseptor-reseptornya
!reseptor hormone 7; dan progesterone" di oarium dan terjadinya perubahan sintesis hormon-
hormon seks steroid !hormone estrogen menjadi hormone progesterone" di dalam sel-sel granulose
oarium. Perubahan ini secara normal mencapai puncaknya pada hari ke-&& siklus haid klasik karena
pada masa ini pengaruh hormone progesterone terhadap lapisan endometrium uteri paling jelas
terlihat. :ika proses nidasi tersebut tidak terjadi, hormone estrogen dan progesterone akan
menghambat sintesis dan aktiitas hormone 8+; dan 7; di adenohipofisis sehingga membuat korpus
luteum menjadi tidak dapat tumbuh dan berkembang kembali, bahkan mengalami penyusutan dan
selanjutnya menghilang. -i sisi lain, pada masa menjelang terjadinya perdarahan haid, pengaruh
aktiitas hormone progesterone tersebut juga akan menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh-
pembuluh darah yang diikuti dengan dengan terjadinya ischemia dan nekrosis pada sel-sel dan
jaringan endometrium uterinya sehingga memungkinkan terjadinya proses deskuamasi lapisan
endometrium uteri yang disertai dengan terjadinya perdarahan dari daerah tersebut yang dikeluarkan
melalui agina. Akhirnya, bermanifestasi sebagai perdarahan haid.
Pada saat setelah terjadinya proses oulasi di oarium, sel-sel granulosa oarium akan
berubah menjadi sel-sel luteal oarium, yang berperan dalam peningkatan pengeluaran hormon
progesteron selama fase luteal siklus haid. 8aktanya menunjukan bahwa salah satu peran dari hormon
progesteron adalah sebagai pendukung utama terjadinya proses kehamilan. Apabila proses kehamilan
tersebut tidak terjadi, peningkatan hormon progesteron yang terjadi tersebut akan mengikuti
terjadinya penurunan hormon 7; dan secara langsung hormon progesteron !bersama dengan hormon
estrogen" akan melakukan penghambatan terhadap pengeluaran hormon 8+;, 7;, dan 7;5;, yang
10
derajat hambatannya bergantung pada konsentrasi dan lamanya pengaruh hormon progesteron
tersebut. Kemudian melalui mekamisme ini secara otomatis hormon-hormon progesteron dan estrogen
juga akan menurunkan pengeluaran hormon 7;, 8+;, dan 7;5; tersebut sehingga proses sintesis
dan sekresinya dari ketiga hormon hipofisis tersebut, yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan
folikel-folikel dan proses oulasi di oarium selama fase luteal, akan berkurang atau berhenti, dan
akan menghambat juga perkembangan dari korpus luteum. Pada saat bersamaan, setelah terjadinya
proses oulasi, kadar hormon estrogen mengalami penurunan. ;al ini disebabkan oleh terjadinya
puncak peningkatan kadar hormon 7; dan aktiitasnya yang terbentuk ketika proses oulasi terjadi
dan berakibat terjadi proliferasi dari sel-sel granulosa oarium, yang secara langsung akan
menghambat dan menurunkan proses sintesis hormon estrogen dan 8+; serta meningkatkan
pembentukan hormon progesteron di oarium.
-i akhir fase luteal, terjadi penurunan reseptor-reseptor dan aktiitas hormon 7; di oarium
secara berangsur-angsur, yang diikuti penurunan proses sintesis hormon-hormon 8+; dan estrogen
yang telah terjadi sebelumnya. 6leh karena itu, pada masa akhir fase luteal akan terjadi pembentukan
kembali hormon 8+; dan estrogen dengan aktiitas-aktiitasnya di oarium dan uterus.
<eberapa proses lainnya yang terjadi pada awal sampai pertengahan fase luteal adalah
terhentinya proses sintesis en?im-en?im dan ?at mukopolisakarida yang telah berjalan sebelumnya
sejak masa awal fase proliferasi. Akibatnya, terjadi peningkatan permeabilitas !kebocoran" dari
pembuluh-pembuluh darah di lapisan endometrium uteri yang sudah berkembang sejak awal fase
proliferasi dan banyak ?at-?at makanan yang terkandung di dalamnya mengalir menembus langsung
stroma dari lapisannya tersebut.
Proses tersebut dijadikan sebagai persiapan lapisan endometrium uteri untuk melakukan
proses nidasi terhadap hasil konsepsi yang terbentuk jika terjadi proses kehamilan. :ika tidak terjadi
proses kehamilan, en?im-en?im dan ?at mukopolisakarida tersebut akan dilepaskan dari lapisan
endometrium uteri sehingga proses nekrosis dari sel-sel dan jaringan pembuluh-pembuluh darah pada
lapisan tersebut. ;al itu menimbulkan gangguan dalam proses terjadinya metabolisme sel dan
jaringannya sehingga terjadi proses regresi atau deskuamasi pada lapisan tersebut dan disertai
perdarahan.
Pada saat yang bersamaan, peningkatan pengeluaran dan pengaruh hormon progesteron
!bersama dengan hormon estrogen" pada akhir fase luteal akan menyebabkan terjadinya penyempitan
11
pembuluh-pembuluh darah di lapisan endometrium uteri, yang kemudian dapat menimbulkan
terjadinya proses ischemia di lapisan tersebut sehingga akan menghentikan proses metabolisme pada
sel dan jaringannya. Akibatnya, terjadi regresi atau deskuamasi pada lapisan tersebut disertai
perdarahan. Perdarahan yang terjadi ini merupakan manifestasi dari terjadinya perdarahan haid.
c. 8ase Menstruasi
-inamakan juga fase deskuamasi atau fase haid, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu
!masa" terjadinya proses deskuamasi pada lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari
dalam uterus dan dikeluarkan melalui agina.
Pada akhir fase luteal terjadi peningkatan hormon estrogen yang dapat kembali menyebabkan
perubahan sekretorik pada dinding uterus dan agina, berupa peningkatan produksi dan penurunan
konsentrasi getah yang dikeluarkan dari seriks uteri dan agina serta peningkatan konsentrasi
glikogen dalam seriks uteri dan agina. ;al ini memungkinkan kembali terjadinya proses
peningkatan pengeluaran getah yang lebih banyak dari seriks uteri dan aginanya serta keputihan.
Pada saat akhir fase luteal, peningkatan kadar dan aktiitas hormon estrogen yang terbentuk
kembali masih belum banyak sehingga terjadinya proses-proses perangsangan produksi asam laktat
oleh bakteri-bakteri flora normal dan penurunan nilai derajat keasaman, yang diharapkan dapat
menurunkan resiko terjadinya infeksi di dalam agina menjadi tidak optimal, dan ditambah
penumpukan getah yang sebagian besar masih dalam keadaan mengental. 6leh karena itu, pada saat
menjelang proses perdarahan haid tersebut, daerah agina menjadi sangat beresiko terhadap terjadinya
penularan penyakit !infeksi" melalui hubungan persetubuhan !koitus".
4erjadinya pengeluaran getah dari seriks uteri dan agina tersebut sering bercampur dengan
pengeluaran beberapa tetesan darah yang sudah mulai keluar menjelang terjadinya proses perdarahan
haid dari dalam uterus dan menyebabkan terlihatnya cairan berwarna kuning dan keruh, yang keluar
dari aginanya. +el-sel darah merah yang telah rusak dan terkandung dari cairan yang keluar tersebut
akan menyebabkan sifat bakteri-bakteri flora normal yang ada di dalam agina menjadi bersifat
infeksius !patogen potensial" dan memudahkannya untuk berkembang biak dengan pesat di dalam
agina. <akteri-bakteri infeksius yang terkandung dalam getah tersebut, kemudian dikeluarkan
bersamaan dengan pengeluaran jaringan dari lapisan endometrium uteri yang mengalami proses
12
regresi atau deskuamasi dalam bentuk perdarahan haid atau dalam bentuk keputihan yang keluar
mendahului menjelang terjadinya haid.
Pada saat bersamaan, lapisan endometrium uteri mengalami iskhemia dan nekrosis, akibat
terjadinya gangguan metabolisme sel atau jaringannya, yang disebabkan terhambatnya sirkulasi dari
pembuluh-pembuluh darah yang memperdarahi lapisan tersebut akibat dari pengaruh hormonal,
ditambah dengan penonjolan aktiasi kinerja dari prostaglandin 8&D!PG8&D" yang timbul akibat
terjadinya gangguan keseimbangan antara prostaglandin 2&!PG2&" dan 8&D !PG8&D" dengan
prostasiklin !PG$&", yang disintesis oleh sel-sel endometrium uteri !yang telah mengalami luteinisasi
sebelumnya akibat pengaruh dari homogen progesteroon". +emua hal itu akan menjadikan lapisan
edometrium uteri mengalami nekrosis berat dan sangat memungkinkan untuk mengalami proses
deskuamasi.
Pada fase menstruasi ini juga terjadi penyusutan dan lenyapnya korpus luteum oarium
!tempat menetapnya reseptor-reseptor serta terjadinya proses pembentukan dan pengeluaran hormon
progesteron dan 7; selama fase luteal".
d. 8ase 5egenerasi
-inamakan juga fase pascahaid, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu !masa" terjadinya
proses awal pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium uteri setelah mengalami
proses deskuamasi sebelumnya. <ersamaan dengan proses regresi atau deskuamasi dan perdarahan
haid pada fase menstruasi tersebut, lapisan endometrium uteri juga melepaskan hormon prostaglandin
2& dan 8&, yang akan mengakibatkan berkontraksinya lapisan mimometrium uteri sehingga banyak
pembuluh darah yang terkandung di dalamnya mengalami asokontriksi, akhirnya akan membatasi
terjadinya proses perdarahan haid yang sedang berlangsung.
-i sisi lain, proses penghentian perdarahan haid ini juga didukung oleh pengaktifan kembali
pembentukan dan pengeluaran hormon 8+; dan estrogen sehingga memungkinkan kembali terjadinya
pemacuan proses proliferasi lapisan endometrium uteri dan memperkuat kontraksi otot-otot uterusnya.
;al ini secara umum disebabkan oleh penurunan efek hambatan terhadap aktiitas adenohipofisis dan
hipotalamus yang dihasilkan dari hormon progesteron dan 7; !yang telah terjadi pada fase luteal",
saat terjadinya perdarahan haid pada fase menstruasi sehingga terjadi pengaktifan kembali dari
13
hormon-hormon 7;5;, 8+;, dan estrogen. Kemudian bersamaan dengan terjadinya proses
penghentian perdarahan haid ini, dimulailah kembali fase regenerasi dari siklus haid tersebut.
14
<agan %. +kema fisiologi haid
15
$$.&. GA3GG#A3 ;A$-= P25-A5A;A3 #425#+ A<365MA7
Gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus abnormal merupakan
keluhan yang sering menyebabkan seorang wanita datang berkonsultasi kepada dokter.
Gangguan haid pada masa reproduksi dapat dibagi sebagai berikut
%
>
%. Gangguan lama dan jumlah darah haid
a. ;ipermenorea !menorragia"
;ipermenorea atau menoragia adalah perdarahan haid dengan jumlah darah
lebih banyak dan atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang
normal teratur. +ecara klinis menoragia didefinisikan dengan jumlah darah
haid lebih dari 9.ml persiklus dan durasi haid lebih lama dari , hari atau
mengganti pembalut lebih dari &-) kali per hari.
%
Penyebab patologis dari menorragia biasanya diasosasikan dengan keadaan
patologis pada pelis seperti myoma uteri, adenomiosis, dan pada frekuensi
yang lebih jarang dikaitkan dengan endometriosis, polip endometrium atau
carcinoma endometrial.
&
Mekanisme dari perdarahan yang didasari oleh
kondisi patologis ini masih belum jelas, akan tetapi beberapa sumber
menyebutkan bahwa pada mioma dan cacinoma endometrial pembuluh dara
menjadi lebih besar, berdinding tebal namun rapuh. Angiogenesis yang
terganggu ini merupakan akibat dari pelepasan faktor angiogenik dari tumor
yang terlibat.
&
+umber lain mengatakan bahwa penyebab menorragia terletak
pada kondisi dalam uterus. ;emostasis di endometrium pada siklus haid
berhubungan erat dengan platelet dan fibrin. 8ormasi trombin akan
membentuk plugs dan selanjutnya diikuti asokonstriksi sehingga terjadi
hemostasis. Pada sistemik berupa penyakit darah tertentu seperti on
@ilberands dan trombositopenia dimana terjadi defisiensi komponen tersebut
dapat menyebabkan terjadinya menorragia. Gangguan anatomi juga akan
menyebabkan menoragia, termasuk diantaranya adalah mioma uteri, polip dan
hiperplasia endometrium menjadi lebih luas dan akan menyebabkan
pembesaran pembuluh darah serta beresiko mengalami nekrosis yang
mendasari hambatan pada hemostasis normal.
%,&
16
b. ;ipomenorea
;ipomenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih sedikit dan
atau durasi lebih pendek dari normal. 4erdapat beberapa penyebab
hipomenorea yaitu gangguan organik misalnya pada uterus pascaoperasi
miomektomi dan gangguan endokrin. ;ipomenorea menunjukkan bahwa tebal
endometrium tipis dan perlu diealuasi lebih lanjut.
%
&. Gangguan siklus haid
a. Polimenorea
Polimenorea adalah haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal yaitu
kurang dari &% hari. +eingkali sulit membedakan polimenorea dengan
metroragia yang merupakan perdarahan antara dua siklus haid. Penyebab
polimenorea bermacam-macam antara lain gangguan endokrin yang
menyebabkan gangguan oulasi, fase luteal memendek, dan kongesti oarium
karena peradangan.
%
b. 6ligomenorea
6ligomenorea adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari normal yaitu
lebih dari /) hari. +ering terjadi pada sindroma oarium polikistik yang
disebakan oleh peningkatan hormon androgen sehingga terjadi gangguan
oulasi. Pada remaja oligomenorea dapat terjadi karena imaturitas poros
hipotalamus hipofisis oarium endometrium. Penyebab lain hipomenorea
antara lain stres fisik dan emosi, penyakit kronis, serta gangguan nutrisi.
6ligomenorea memerlukan ealuasi lebih lanjut untuk mencari penyebab.
Perhatian perlu diberikan bila oligomenorea disertai dengan obesitas dan
infertilitas karena mungkin berhubungan dengan sindroma metabolik.
%
c. Amenorea
Amenorea merupakan suatu gejala, bukan merupakan suatu penyakit.
Amenorea adalah ketiadaan haid selama / bulan atau lebih. Amenorea primer
adalah suatu keadaan dimana seorang wanita belum pernah mendapat
menstruasi dan hal ini didiagnosa setelah pasien berusia %9 tahun, sementara
amenorea primer adalah hilangnya haid setelah menarche.
/
17
Amenorea dapat terjadi secara fisiologis pada keadaan sebagai berikut
/
>
+ebelum pubertas
-alam kehamilan
-alam masa laktasi> jika tidak menyusu, haid datang / bulan post partum,
jika menyusui, haid datang sekitar ( bulan post partum.
-alam menopause
Amenorea dapat diklasifikasikan sebagai berikut>
%. -isfungsi hipotalamus
i. $diopatis
ii. Psikogen > reaktif psikogen dan anoreEia nerosa
iii. -engan penambahan berat badan
i. Kelainan organis> tumor, trauma, infeksi, proses degeneratif
&. -isfungsi hipofise
i. $nsufisiensi> +heehan syndrome
ii. 4umor
iii. 5adang
/. -isfungsi oarium
i. Kelainan Kongenital> hipoplasia oarii, syndroma 4urner,
hemaphroditismus
ii. 6arium Polikistik
'. 2ndometrium tidak bereaksi, seperti pada post kuretase !Asherman
+yndrome"
). Penyakit lain> 4<0, kelainan gi?i, kelainan ginjal dan hepar.
18
(. Gangguan Perdarahan di 7uar +iklus ;aid
a. Menometroagia
,. Gangguan 7ain yang <erhubungan dengan ;aid
a. -ismenorea
-ismenorea adalah nyeri saat haid, biasanya disertai dengan rasa kram dan
terpusat di abdomen bawah yang berariasi mulai dari ringan hingga berat.
Keparahan dismenorea berhubungan langsung dengan lama dan jumlah darah
haid. -ismenorea dapat dibagi menjadi dua kelompok, dismenorea primer dan
dismenorea sekunder.
-ismenorea primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan patologi pada panggul.
-ismenorea primer berhubungan dengan siklus oulasi dan disebabkan oleh
kontraksi miometrium sehingga terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin
yang diproduksi oleh endometrium fase sekresi. Prostaglandin 8
&D
berperan
dalam menstimulasi kontraksi uterus, sedangkan prostaglandin 2 menghambat
kontraksi uterus. 4erdapat peningkatan kadar prostaglandin di endometrium
saat perubahan dari fase proliferasi ke fase sekresi. Kadar prostaglandin pada
wanita dengan dismenorea primer cenderung lebih tinggi dibandingkan pada
wanita dengan dismenorea sekunder. Keluhan mual, muntah, nyeri kepala atau
diare sering menyertai dismenorea yang diduga karena masuknya
prostaglandin ke sirkulasi sistemik.
-ismenorea sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan berbagai
keadaan patologis di organ genitalia, misalnya endometriosis, adenomiosis,
mioma uteri, stenosis seriks, penyakit radang panggul, perlekatan panggul,
atau irritable bowel syndrome.
b. +indroma Prahaid
+indroma prahaid biasanya ditemukan ,-%. hari menjelang haid. Penyebab
pasti belum diketahui, tetapi didufa hormon esterogen, progesteron, prolaktin,
dan aldosteron berperan dalam terjadinya sindroma prahaid. Gangguan
19
keseimbangan hormon esterogen dan progesteron akan menyebakan retensi
caian dan natrium sehingga berpotensi menyebabkan terjadi keluhan sindroma
prahaid. Perempuan yang peka terhadap faktor psikologis, perubahan hormon
sering mengalami gangguan prahaid.
-iagnosis ditegakkan dengan kriteria dari American Psychiatric Association
sebagai berikut>
Keluhan berhubungan dengan siklus haid, dimulai pada minggu
terakhir fase luteum dan berakhir setelah mulainya haid.
Paling sedikit didapatkan ) keluhan dibawah ini>
o Gangguan mood
o 0emas
o 7abil, takut, marah
o Konflik intrapersonal
o Penurunan minat terhadap aktiitas rutin
o 7elah
o +ukar konsentrasi
o Perubahan nafsu makan
o $nsomnia
o Kehilangan kontrol diri
o Keluhan fisik seperti> nyeri pada payudara, sendi dan kepala
Keluhan akan berpengaruh pada aktiitas sehari-hari atau pekerjaan
Keluhan bukan merupakan eksarsebasi gangguan psikiatri lainnya
20
4erminologi mengenai gangguan haid ini perlu diperjelas agar memudahkan
penentuan gangguan haid yang terjadi pada seseorang. Parameter klinis haid antara lain
adalah>
4abel %. Parameter klinis haid
Parameter haid Definisi klinis Batasan
8rekuensi haid 3ormal
+ering
:arang
&'-/9
F&'
G/9
Keteraturan siklus dalam %&
bulan !hari"
3ormal
4idak teratur
4idak ada
Hariasi &-&.
Hariasi G&.
-
-urasi haid !hari" 3ormal
Panjang
Pendek
'-9
G9
F '
Holume darah haid !ml" 3ormal
<anyak
+edikit
)-9.
G9.
F)
$$./. 24$676G$ GA3GG#A3 ;A$-
Gangguan haid dapat disebabkan oleh / kelompok besar keadaan patologis, yaitu
patologi pada panggul, penyakit medis sistemik dan perdarahan uterus disfungsi.
%. Keadaan patologis panggul>
a. 7esi permukaan pada traktus genital
i. Mioma uteri
ii. Polip endometrium
iii. ;iperplasia endometrium
i. Adenokarsinoma endometrium, sarkoma
21
. $nfeksi pada seriks, endometrium dan uterus
i. Kanker seriks, polip
ii. 4rauma
b. 7esi dalam
i. Adenomiosis difus, mioma uteri, hipertrofi endometrium
ii. 2ndometriosis
iii. Malformasi arteri ena pada uterus
&. Penyakit medis sistemik
a. Gangguan hemostasi> penyakit on @ilberandm gangguan faktor $$, H$$, H$$$,
$I, I$$, trombositopenia, dan gangguan platelet
b. Penyakit tiroid, hepar, gagal ginjal, disfungsi kelenjar adrenal, +72.
c. Gangguan hipotalamus hipofisis> adenoma, prolaktinoma, stres, olahraga
berlebih.
/. Perdarahan uterus disfungsi
Perdarahan uterus disfungsi !P#-" merupakan gangguan haid tanpa ditemukan
keadaan patologi pada panggul dan penyakit sistemik. 8raser, &..9 menyebut
perdarahan uterus abnormal- mechanism currently unexplained !M0#" karena
masalah ketepatan arti terminologi perdarahan uterus disfungsi masih dperdebatkan.
+elain ketiga faktor penyebab tersebut bila perdarahan uterus abnormal terjadi pada
perempuan usia reproduksi harus dipikirkan ganggaun kehamilan sebagai penyebab.
Abortus, kehamilan ektopik, solutio plesenta perlu dipikirkan sebagai penyebab
perdarahan. Penyebab iatrogenik seperti penggunaan pil kontrasepsi, alat kontrasepsi
dalam rahim, antikoagulansia, antipsikotik, dam preparat hormon bisa juga
menyebabkan perdarahan sehingga harus dipikirkan saat ealuasi perdarahan uterus
abnormal.
%
$$.) 2HA7#A+$ GA3GG#A3 ;A$-
22
+eperti yang telah disebutkan sebelumnya, gangguan haid atau perdarahan uterus
abnormal adalah suatu gejala, bukan suatu diagnosis. Anamnesis yang seksama diperlukan
untuk menentukan kelaianan yang mendasari perdarahan uterus abnormal.
Pemeriksaan fisik dilakukan pertama kali untuk menilai stabilistas keadaan
hemodinamik akibat perdarahan uterus abnormal. 4anda keberadaan hiperandrogen, menilai
indeks massa tubuh, galaktorea, gangguan lapang pandang yang mungkin merupakan suatu
sebab adenohipofisis, ikterus, hepatomegali, dan takikardia. Pemeriksaan ginekologi
diperlukjan untuk menyingkirkan kelaian organik yang dapat menyebabkan perdarahan
uterus abnormal, misalnya mioma uteri, polip seriks, ulkus, trauma, erosi, tumor, atau
keganasan.
#sia dan risiko terhadap kanker endometrium merupakan dasar untuk ealuasi lebih
lanjut pada perdarahan uterus abnormal, yaitu usia lebih dari /) tahun, siklus anoulasi,
obesitas dan nulipara. Kanker endometrium jarang didapatkan pada pasien usia %)-%J tahun
dan resiko meningkat berdasarkan usia.
%
Angka kejadian kanker endometrium meningkat dua
kali pada kelompok usia /)-/J tahun, sehingga American College of Obstetricians and
Gynecologist merekomendasikan ealuasi endometrium pada perempuan usia /) tahun yang
mengalami perdarahan uterus abnormal.
%
2aluasi dilakukan dengan menggunakan
ultrasonografi dan pengambilan sampel jaringan. +ensitiitas biopsi endometrium untuk
deteksi endometrium abnormal cukup tinggi yaitu sekitara J(*
%
. #ltrasonografi transaginal
mampu mendeteksi mioma, ketebalan endometrium, dan masa fokal serta mempunyai
sensitiitas yang sama tinggi !J(*" untuk deteksi endometrium abnormal. Penggunaan sono
histerografi dengan menggunakan cairan salin steril meningkatkan ketajam diagnosis.
<erdasarkan bukti terakhir, didapatkan bahwa penggunaan sonohisterografi dan biopsi
endometrium merupakan cara ealuasi terbaik dengan resiko paling rendah.
%
$$$. P23A3GA3A3 P25-A5A;A3 #425#+ A<365MA7
Penanganan pertama
Penanganan pertama ditentukan pada kondisi hemodinamik. <ila keadaan
hemodinamik tidak stabil, maka segera dilakukan penanganan untuk menghentikan
perdarahan seperti yang tertera dibawah ini.
%. Perdarahan akut dan banyak
23
+ering terjadi pada / kondisi yaitu pada remaja dengan gangguan koagulopati, dewasa
dengan mioma uteri, dan pada pemakaian obat antikoagulansia. -itangani dengan dua cara
yaitu dilatasi kuret dan medikamentosa. +ecara lengkap, kedua cara tersebut dijelskan seperti
di bawah ini>
a. -ilatasi dan kuretase
4idak mutlak dilakukanm hanya bila ada kecurigaan keganasan dan kegagalan dengan
terapi medikamentosa. Perdarahan uterus abnormal dengan resiko keganasan yang bila usia
G/) tahun, obesitas, dan siklus anoulasi kronis.
b. Penanganan medikamentosa
Pilihan obat yang dapat dipakai pada penanganan gangguan haid adalah>
2sterogen
-apat diberikan dalam bentuk intraena atau oral. Pemberian peros dosis tinggi cukup
efektif dalam mengatasi perdarahan uterus abnormal , yaitu esterogen konjungasi
dengan dosis %,&)mg atau %,K estradiol &mg setiap ( jam selama &' jam. +etelah
perdarahan berhenti dilanjutkan dengan pemberian pil kontrasepsi kombinasi. 5asa
mual merupakan efek samping yang sering muncul pada pemberian esterogen.
%
Progestin
<iasanya diberikan selama %' hari kemudian diistirahatkan selama %' hari. Pola ini
terus diulang selama / bulan, biasanya progestin diberikan bila ada kontraindikasi
terhadap esterogen. Preparat yang sering digunakan adalah Medroksi Progesteron
Asetat !MPA" &E%.mg dan 3ormegestrol asetat dosis &E)mg. Progestin berfungsi
mencegah hiperplasia endometrium.
%
Kombinasi esterogen progestin
Perdarahan akut biasanya akan membaik bila diobati dengan kombinasi esterogen
progesteron dalam bentuk pil kontrasepsi. -osis dimulai dengan &E% tablet selama )-,
hari dan setelah terjadi perdarahan lucut dilanjutkan dengan %E% tablet selama /-(
siklus. -apat pula diberikan dengan dosis tappering 'E% tablet selama ' hari
diturunkan dosis menjadi /E% tablet selama / minggu kemudian berhenti tanpa obat
24
selama % minggu dilanjutkan pil kombinasi %E% tablet selama / siklus. Pemakaian pil
kontrasepsi kombinasi akan mengurangi jumlah darah haid sampai (.* dan
patofisiologi terjadinya kondisi anoulasi akan terkoreksi sehingga perdarahan akut
dan banyak bisa disembuhkan.
%
&. Perdarahan $reguler
Perdarahan ireguler melibatkan berbagai macam pola perdarahan dengan
penyebab yang berariasi. Menoragia, metroragia, menometroragia, oligomenorea,
perdarahan memanjang dan lain sebagainya merupakan bentuk pola perdarahan yang bisa
terjadi. +ebelum memulai dengan terapi hormon sebaiknya penyebab sistemik diealuasi
lebih dulu dengan pemeriksaan sebagai berikut>
Periksa 4+;
Pemeriksaan prolaktin pada oligo atau hipomenorea
<ila curiga atau terdapat resiko keganasan endometrium lakukan biopsi endometrium
atau #+G transaginal atau lakukan pengobatan segera dengan kombinasi esterogen
progestin dalam bentuk pil kb %E% tablet=hari diberikan secara siklik dalam / siklus
atau progestin dengan %.mg MPA %E% tablet=hari selama %' hari lalu diistirahatkan
selama %' hari dan diulang selama / bulan.
<ila pengobatan medikamentosa gagal sebaiknya dipertimbangkan untuk dirujuk
ke tempat pengobatan dengan fasilitas lebih lengkap. Kegagalan terapi
medikamentosa dapat menjadi pertimbangan untuk tindakan bedah misalnya ablasi
endometrium, reseksi histeroskopi dan histerektomi.
/. Menorragia
Pengobatan medikamentosa untuk menoragia daoat dilakukan seperti di bawah
ini, yaitu>
Kombinasi esterofen progestin seperti pada perdarahan ireguler
Progestin, diberikan apabila ada kontraindikasi pemberian esterogen,
pemberiannya seperti pada perdarahan ireguler
3+A$-
25
Alat kontrasepsi dalam rahim !AK-5" berisi leonogestrel
Penanganan dengan medikamentosa non hormon
4erapi nonhormonal diberikan ketika sedang terjadi menstruasi dan harus menjadi lini
pertama dalam penanganan yaitu menggunakan 3+A$- seperti asam mefenamat atau
antifibrinolitik seperti asam traneksamat.
'

3+A$- memiliki kandungan untuk menghambat pembentukan prostaglandin dan juga
mengikat reseptor prostaglandin yang meningkat pada uterus wanita dengan menoragi.
<anyaknya darah yang hilang akibat menstruasi juga telah diealuasi untuk jenis 3+A$-
seperti naproEen, ibuprofen, sodium diclofenac, dan flurbiprofen.
'
-osis optimal sangat sulit untuk ditentukan. <eberapa peneilitian telah menganalisa
regimen mulai dari menstruasi hari pertama dan dilanjutkan sampai ) hari atau sampai
menstruasi berhenti. 2fek samping yang umum dengan penggunaan 3+A$- adalah iritasi
saluran gastrointestinal dan inhibisi agregasi platelet. Penghambat spesifik 06I-& mungkin
dapat efektif pada pengobatan menoragia, tetapi masih terdapat ketidak jelasan mengenai
keamanan dari obat ini. 6bat lain yang dapat diberikan selain 3+A$- adalah antifibrinolitik
karena pada kasus menoragia terdapat peningkatan aktiitas fibrinolitik endometrium.
'
Penanganan dengan pembedahan
Penanganan dengan pembedahan dapat diberikan pada penderita gangguan haid yang
tidak mengalami perbaikan pada pemberian terapi hormonal dan nonhormonal. Adapun
pembedahan yang dapat dilakukan pada gangguan haid adalah>
%. ;ysterectomy
a.4ransabdominal ;isterectomy !4A;"
b.4ransaginal ;isterectomy !H;"
c.7aparoscopi !7AH;"
&.Ablasi 2ndometrial
a. Generasi pertama
i. 4rans 0erical 5esection of the 2ndometrium !4052"
26
ii. 2ndometrial 7aser 5esection !27A"
iii. 5oller <all 2ndometrial Ablation !52A"
b. Generasi kedua
i. 4hermal <alloons !4hermachoice, 0aatherm"
ii. Microwae 2ndometrial Abaltion !M2A"
iii. 0irculating ;ot +aline !;ydro therm Ablator"
i.0ryotherapy
27
BAB III
KESIMPULAN
Menstruasi merupakan bagian dari proses regular yang mempersiapkan tubuh wanita
setiap bulannya untuk kehamilan. -aur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh
interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, hipofise dan oarium. 8ungsi
reproduksi wanita dibagi menjadi dua tahapan utama> pertama, persiapan tubuh wanita untuk
menerima pembuahan, dan kedua, masa kehamilan itu sendiri. Kelainan haid merupakan
masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus menstruasi, menyebabkan nyeri,
perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau sedikit, terlambatnya menarche atau
hilangnya siklus menstruasi tertentu.
Gangguan menstruasi yang terjadi dapat berupa gangguan lama siklus menstruasi
seperti polimenorrhea dan oligomenorrhea, olume darah yang dikeluarkan sewaktu
menstruasi seperti hipermenorea, hipomenorrhea dan perdarahan bercak !spotting", beserta
gejala-gejala yang menyertai menstruasi seperti dismenorrea dan Premenstrual syndrome itu
sendiri yang mengganggu aktifitas sehari-hari.
#ntuk itu penanganan yang tepat sangat dibutuhkan dalam menangani masalah
kelainan haid.
28
DA!A" PUS!AKA
%. Anwar M,et.al. $lmu Kandungan 2disi Ketiga> Gangguan ;aid. :akarta> <ina Pustaka
+arwono Prawirohardjo, &.%%.
&. 7iingstone M, 8raser $. ;uman 5eproduction #pdate> Mechanism of Abnormal
#terine <leeding. ;uman 5eproduction #pdate Hol. 9 3o.%. Pp (.-(,.
/. <agian 6bstetri dan Ginekologi 8akultas Kedokteran #niersitas Padjajaran
<andung. Ginekologi 2disi &. <andung> 2lstaroffset, &.%.. P /%-'/.
'. 7edger @illiam. 4he menstrual cycle. $n> 2dmonds Keith editor. -ewhurstLs
4eEtbook of 6bstetric and Gynecology +eenth 2dition.. #nited +tates> <lackwell
Publishing1 &..,. p. /'9

Anda mungkin juga menyukai